Buku Bambang Suharno |
Dr.
Maltz adalah seorang ahli bedah plastik yang terbiasa mengoperasi orang-orang
yang punya masalah dengan wajahnya. Pembedahan yang dilakukannya berhasil
mengubah banyak pria dan wanita terlihat lebih tampan dan cantik. Namun fakta
yang dia dapatkan adalah, pasien-pasiennya tetap tidak bahagia dan bersikap
negatif terhadap penampilan barunya.
Dr. Maltz akhirnya menyadari bahwa apabila orang tidak mengubah cara mereka melihat ke dalam dirinya sendiri, maka sulit bagi mereka untuk memiliki keyakinan dan kebahagian atas apa yang sudah mereka dapatkan. Jika mereka melihat ke dalam sebagai pribadi yang sial, tanpa sadar mereka telah berharap orang lain melihat dirinya sebagai manusia yang kurang beruntung. Hanya mereka yang mengubah pandangan ke dalam dirinyalah, yang merasakan pengalaman yang lebih baru dan lebih bahagia. Dan tidak perlu operasi plastik.
Pandangan
atau persepsi positif ke dalam diri sangatlah penting, terlepas apakah persepsi
tersebut lahir dari fakta riil atau tidak. Persepsi adalah sebuah keputusan.
Kita bisa memutuskan persepsi mengenai gambaran diri kita sendiri. Bahkan kita
bisa mengubah persepsi kita sendiri sebelumnya dan menggantinya dengan persepsi
yang lebih baik. Umpamanya, “di masa lalu saya seperti ini, tetapi sejak saat
ini saya akan menjadi seperti itu”.
Orang yang memiliki efikasi diri tinggi biasa disebut sebagai orang optimis. Ia tahu bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu yang hebat. Sebaliknya orang yang memiliki efikasi diri rendah biasa disebut orang pesimis. Ia tidak yakin mampu melakukan sesuatu. Sikap optimis dan pesimis akan berpengaruh pada cara memandang diri sendiri.
Mereka yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung menganggap bahwa kegagalan disebabkan oleh kurangnya kemampuan dan kerja keras. Sedangkan yang memiliki efikasi diri rendah cenderung menganggap kegagalan disebabkan tidak berbakat atau karena lingkungan buruk.
Selain efikasi diri, kita perlu memikirkan yang namanya possible selves , suatu pemikiran tentang sejauh mana kemungkinan Anda dalam mencapai perubahan.
Possible selves bisa berupa diri yang Anda inginkan, bisa juga yang tidak Anda inginkan. Diri yang Anda inginkan misalnya ingin lebih cantik, ingin lebih cerdas, ingin lebih matang, ingin lebih kalem, ingin lebih ramah, dan sebagainya. Diri yang tidak Anda inginkan misalnya lebih jelek, lebih kejam, lebih banyak berbohong, lebih pemarah, dan lainnya. Pemikiran tentang sejauh mana Anda bisa lebih sabar , lebih cerdas atau hal lainnya, sangat membantu memperbaiki persepsi positif terhadap diri sendiri.
Memahami possible selves bisa menjadi motivasi bagi Anda, untuk meraih pencapaian baru, dan akan membuat pandangan terhadap diri sendiri menjadi lebih baik. Anda memikirkan kemungkinan meraih gelar doctor, mendapat beasiswa, menjadi peternak dengan populasi 5 juta ekor ayam atau apapun, jika itu semua dirasakan sangat mungkin bisa dicapai, akan memotivasi dan mendorong Anda untuk terus berjuang lebih optimis mencapai yang Anda inginkan. Sebaliknya jika possible selves Anda menyimpulkan tidak bisa sampai gelar doctor, tidak mendapat beasiswa atau apapun, itu semua keputusan Anda. Dan tentunya akan membuat Anda tidak akan mencapainya.
Memahami possible selves bisa membedakan Anda dengan orang lain. Coba kita lihat fakta orang-orang yang tak perlu bedah plastik namun bisa menjadi artis terkenal, orang yang tinggi badannya realtif pendek tapi bisa menjadi jenderal perang yang sukses, atau orang yang tidak dapat melihat namun bisa menjadi pemimpin negara.
Dengan berkaca pada fakta tersebut possible selves menjadi makin tinggi levelnya. Ini akan membuat pandangan Anda makin positif terhadap diri sendiri dan dengan begitu, hidup Anda akan lebih baik. Semoga.*** Bambang Suharno
Dapatkan buku Jangan Pulang Sebelum Menang dan buku-buku lainnya di www.jurnalpeternakan.com