Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini MENYIASATI BAU PADA PETERNAKAN UNGGAS | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENYIASATI BAU PADA PETERNAKAN UNGGAS

Penumpukan feses akibat tidak adanya saluran pembuangan (Foto: Istimewa)

Bau merupakan salah satu masalah umum di peternakan unggas yang utamanya berasal dari kotoran unggas. Selain menimbulkan ketidaknyamanan akibat polusi udara yang ditimbulkan, bau juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada unggas, terutama gangguan pernapasan.

Mengurangi bahkan menghilangkan bau di peternakan sangat penting untuk kesehatan lingkungan maupun unggas yang dipelihara. Sebelum memulai upaya menghilangkan bau pada peternakan, baik untuk mengetahui penyebab bau tersebut.

Menurut Chastin (2004), bau pada peternakan unggas merupakan campuran gas yang kompleks. Dekomposisi anaerob dari kotoran adalah penyebab yang paling sering menimbulkan bau tidak sedap. Bau yang tercium berasal dari kombinasi 60-150 senyawa berbeda. Beberapa senyawa penting yang menyebabkan bau antara lain volatile fatty acid (VFA), ester, karbonil, aldehid, alkohol, amina dan amonia.

Amonia merupakan gas yang menjadi perhatian utama dalam industri peternakan. Gas ini sangat volatil, dalam artian sangat mudah menguap terutama pada suhu dan kelembapan tinggi. Amonia pada peternakan utamanya berasal dari feses. Peningkatan jumlah amonia dapat disebabkan oleh penumpukan feses dan litter yang basah.

Penumpukan Feses
Feses yang terlalu banyak menumpuk akan meningkatkan kelembapan terutama tumpukan feses bagian dasar. Feses yang menumpuk pada kandang postal broiler harus sesegera mungkin diangkat. Jika diperlukan taburlah sekam yang baru. Perhatikan sekam yang digunakan untuk litter. Sekam tersebut harus kering dan tidak hancur agar dapat menyerap air dengan optimal. Untuk kandang layer diperlukan saluran pembuangan kotoran yang baik agar mempermudah pengeluaran feses dari kandang.

Pemberian beberapa senyawa kimia, herbal, ataupun effective microorganism yang ditemukan dipasaran dapat disebar pada litter untuk membantu mengurangi bau. Senyawa tersebut menghambat penguraian anaerob pada litter ataupun bereaksi dengan senyawa penyebabnya untuk menekan bau.

Litter yang basah disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kualitas feses, konstruksi kandang, lingkungan dan manajemen peternakan. Dekomposisi anaerob akan semakin cepat terjadi pada litter basah. Hal ini akan diperburuk dengan suhu dan kelembapan lingkungan yang tinggi.

Masalah penumpukan feses dan keadaan litter yang basah merupakan hal klasik yang selalu terjadi di kandang. Menurut penuturan Jarwadi seorang manajer kandang di salah satu farm kemitraan di Bogor, faktor human error dalam kondisi ini masih besar... (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2020) (CR)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer