Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Drh Taufiq Junaedi MMA, Resmi Pimpin ASOHI Yogyakarta.

Foto: Drh. Taufiq saat sedang santai dirumahnya
Sebuah perhelatan sederhana pemilihan raya pengurus ASOHI (Asosiasi Pengusaha Obat Hewan Indonesia) Cabang Yogyakarta telah digelar pada awal Mei 2014 yang lalu.  Kegiatan yang diadakan untuk melakukan penyegaran kepengurusan organisasi itu, setelah sekian lama seolah tenggelam tanpa ada tanda-tanda antara hidup dan mati. Terpilih dengan suara terbanyak adalah seorang pelaku usaha perdagangan obat hewan yang mempunyai bendera usaha bernama CV Sato Satwa Sejahtera, yaitu Drh H Taufiq Junaedi MMA.     

Dengan terpilihnya Taufiq, maka berakhir sudah kepengurusan ASOHI periode sebelumnya yang selama ini dikendalikan oleh Drh Rusul Suhendra MSi. Kandidat lainnya terdiri dari 8 (delapan) orang. Adapun nama-nama calon yang bertarung dalam kepengurusan itu antara lain Drh Zahrul Anam, Drh Christanti, Drh Nawang Widoretno, Drh Anwar S, Drh Kantun Setiawan, Drh Hesti, Drh Rully Jayamedika dan Drh Untung Satriyo MSk.  

Menanggapi terpilih sebagai Ketua ASOHI Cabang Yogyakarta untuk periode 2014-2019, Taufiq menerima dengan perasaan yang amat berat namun masih penuh semangat untuk merevitalisasi ASOHI Cabang Yogyakarta, yang selama ini seolah telah mati suri.

“Sebuah amanah dari rekan rekan sejawat pelaku usaha obat hewan yang tidak ringan. Dan harus mampu saya tunjukkan agar organisasi ini semakin berwibawa serta disegani oleh organisasi lain. Mengingat selama ini kegiatan ASOHI cabang Yogyakarta seperrtinya mati suri. Harus digiatkan dan diisi dengan aneka kegiatan yang mampu menyemangati anggotanya dalam berniaga,” ujarnya

Seperti selalu saya ingat pesan dari Ketua Umum ASOHI Drh Rakhmat Nuriyanto MBA, bahwa ditingkat pusat, ASOHI sebagai organisasi yang sudah begitu disegani dan diperhitungkan peran dan eksistensinya oleh organisasi lain maupun pemerintah pusat. Maka hendaknya ditingkat daerah atau regional pun juga demikian, harapan Rakhmat. Untuk itulah sebagai ketua tim formatur terpilih ia segera akan melengkapi pengurus harian. Dengan harapan untuk dapat bermanfaat bagi ornanisasi maupun kepada masyarakat luas.

“Dalam waktu yang singkat saya akan segera melengkapi kepengurusan harian ASOHI Cabang Yogyakarta agar dalam Rakernas Juni 2014 ini kami sudah bisa ikut berperan serta sekaligus melaporkan kepada pengurus pusat ASOHI,” tegasnya. (iyo)




Ekspos Kegiatan dan Anggaran Ditjen PKH

Dirjen Syukur Iwantoro: Tujuan dari ekspose ini adalah untuk mensinergikan penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan pusat dan daerah
Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan pertemuan eskpose kegiatan  dan anggaran Tahun 2015 untuk Dinas Propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di seluruh Indonesia, Rabu, 23 April 2014.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Tangerang ini dihadiri oleh seluruh kepala dinas propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan seluruh Indonesia.

Hadir dalam pembukaan acara tersebut diantaranya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan Syukur Iwantoro dan para Direktur dan Sekretaris Direktorat lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pada sambutannya, Syukur menyampaikan, “Tujuan dari ekspose propinsi ini adalah mensinergikan penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan pusat dan daerah termasuk UPT pusat”.

Lanjutnya, “Saya juga menekankan perlunya sinergi kegiatan dengan UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Keswan karena UPT merupakan kepanjangan tangan dari Ditjen PKH di daerah untuk melaksanakan fungsi perbibitan, budidaya, pakan, keswan dan kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen”.

Pada pertemuan tersebut para kepala dinas memberikan presentasi terkait tahun awal dari rencana strategis (Renstra) 2015 – 2019. Saat ini telah disusun dan dibahas pokok-pokok rencana strategis 2015 - 2019. Renstra ini selanjutnya akan disosialisasikan dan dibahas bersama para stakeholder termasuk dinas bidang peternakan dan keswan tingkat propinsi dalam waktu yang dekat, sehingga penyusunan renstra dibuat paralel dengan penyusunan kegiatan tahun 2015.

Renstra ini menjadi acuan utama pembangunan peternakan dan keswan baik di pusat maupun daerah. Oleh karena itu pada expose kegiatan propinsi untuk tahun 2015 menjadi sangat penting sebagai langkah awal memulai kegiatan perencanaan tahunan. Dalam perencanaan tahun 2015 sebagai langkah awal, diperlukan sinergi penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan sehingga tujuan dapat tercapai. (wan)

Medion Jadi Tempat Magang Pelatihan CPOHB

Tim CPOHB Direktorat Kesehatan Hewan Kementan RI dan Tim Medion

Medion menjadi tempat magang peserta pelatihan Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) yang diadakan oleh Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Kegiatan ini merupakan sarana untuk meningkatkan kompetensi tim CPOHB dalam penilaian aspek Good Manufacturing Practices (GMP) untuk obat hewan.

Pada tanggal 24 April 2014 lalu, sebanyak 6 orang peserta pelatihan CPOHB datang ke pabrik Medion di Cimareme, Padalarang, Bandung. Inspeksi diawali dengan perkenalan dan presentasi Company Profile Medion, lalu dilanjutkan dengan plant tour. Inspeksi meliputi keseluruhan aspek yaitu mulai dari Sistem Manajemen Mutu, Personalia, Bangunan dan Sarana Penunjang, Sanitasi & Higiena, Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri & Audit Mutu, Penanganan Keluhan & Penarikan Produk, Dokumentasi, Kontrak Pembuatan & Analisis serta Kualifikasi & Validasi.

Hasilnya, Medion telah memenuhi standar ketentuan CPOHB. Memang perusahaan yang sudah mengekspor produk-produknya ke 14 negara di Asia dan Afrika ini selalu memperhatikan mutu mulai dari bahan baku hingga barang jadi. (med)

Medion Kembangkan Pengetahuan Generasi Muda

Puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mengikuti Program Kunjungan Industri di Medion.
Langkah Medion dalam memberikan edukasi semakin mantap. Sebagaimana Program Kunjungan Industri yang telah dijalankan pada 5 April 2014, yang dihadiri oleh Mahasiswa dari Jurusan Teknik ITB, POLBAN, POLMAN, UNPAR, dan ITENAS. Disusul kemudian Kunjungan dari Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta pada 21 April 2014.

Dalam kegiatan ini mahasiswa diajak mengenal lebih dekat tentang dunia kerja, kemudian   mengadakan kunjungan ke pabrik disesuaikan dengan latar pendidikan para peserta kunjungan. Selain itu, juga diberikan materi tentang pengembangan diri dan softskill.

Manfaat Kunjungan Industri ini sangat dirasakan oleh para peserta. Mereka mengaku benar-benar puas dengan materi yang diberikan karena memberikan pengetahuan yang baru. Hal ini menjadi pengalaman yang menarik dan berguna untuk bekal masa depan. Semoga bekal ini dapat digunakan untuk menjadi persiapan masuk ke dunia kerja. (med)

Novogen Masuki Pasar Layer Sumatera Utara

*Pengiriman perdana sebanyak 11.600 DOC PS Novogen Brown ke Sumatera Utara

Perusahaan genetik layer asal Perancis Novogen belum lama ini mengembangkan pasar produknya Novogen Brown ke Sumatera Utara, provinsi penghasil telur terbesar ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Barat.
 
Regional Sales & Technical Manager Novogen Suryo Suryanta mengatakan sebanyak 11.600 DOC PS Novogen Brown telah dikirim ke PT Expravet Nasuba, anak perusahaan dari Mabar Group dan merupakan salah satu perusahaan pembibitan terbesar di provinsi tersebut. “Pengiriman DOC tersebut merefleksikan strategi kami untuk terus mengembangkan bisnis kami di wilayah Indonesia bagian barat. Di samping itu, dengan kehadiran Novogen Brown, para peternak layer di wilayah ini akan memiliki lebih banyak pilihan untuk strain layer yang berkualitas,” tutur Suryo.

Suryo mengungkapkan, selain PT Expravet Nasuba, sudah ada 2 perusahaan pembibitan lainnya di Sumatera Utara yang telah menunjukkan ketertarikannya untuk memelihara Novogen Brown. “Sejauh ini Novogen Brown telah menunjukkan performa yang sangat memuaskan di Jawa Timur. Kami yakin performa ini juga dapat dicapai Sumatera Utara,” kata Suryo. (wan)

PT MSD Animal Health Gelar Seminar Biosekuriti

Kegembiraan peserta saat mendapat doorprize
PT MSD Animal Health sebagai perusahaan yang selalu berkomitmen memberi solusi bagi peternak, membaca kegundahan di berbagai farm. Seperti adanya gangguan bakteri, kemudian pertumbuhan jamur serta mikroorganisme yang merugikan. Berangkat dari kondisi tersebut, Rabu, 7 Mei 2014, PT MSD Animal Health menggelar technical seminar tentang biosekuriti dan re-launching produk desinfektan unggulan.        

Mengusung tema “Omnicide: The Foundation of Your Biosecurity Strategy” hadir sebagai pembicara adalah Tony Meakin, Export Business Development Manager Coventry Chemicals Ltd, UK. Tony menjelaskan tentang pentingnya biosekuriti.

“Dalam aspek biosekuriti dibutuhkan kehadiran desinfektan yang efisien dan memiliki daya bunuh yang kuat terhadap infeksi penyakit. Selain itu juga memberikan perlindungan residual yang cukup lama. Dan kebutuhan ini mampu dijawab oleh Omnicide yang sangat aktif terhadap semua bakteri, virus, jamur, dan spora,” tambah Tony.

Seminar yang berlangsung di Hotel Novotel Mangga Dua Jakarta ini dihadiri sekitar 60 peserta yang terdiri dari para peternak, instansi pemerintah, serta perusahaan relasi PT MSD Animal Health. Seperti PT Cibadak Indah Sari Farm, farm layer Indo Central Farm Depok, PT Sierad Produce, PT Biotek Sarana Industri, dan masih banyak lagi. Usai menyimak pemaparan pembicara, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Berakhirnya sesi tanya jawab, para peserta akan bersiap untuk agenda penutupan, namun panitia menyiapkan kejutan lain yaitu atraksi berupa pertunjukan sulap yang cukup menghibur. Menjelang akhir acara, semakin seru dengan pembagian doorprize menarik. Mereka yang beruntung berhak menerima hadiah berupa merchandise original klub sepak bola Liga Inggris. (nung/rachma)

Trouw Nutrition Indonesia Buka Kantor Baru Di Surabaya.

Trouw Nutrition Indonesia mengumumkan pembukaan kantor baru di Surabaya pada hari Rabu, 14 Mei 2014. Kantor yang berlokasi di Gedung Graha Pena Surabaya akan difokuskan untuk membantu meningkatkan layanan operasional, sales dan administrasi untuk wilayah Jawa Timur dan sekitarnya. 

"Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia bagian Timur tumbuh secara signifikan. Banyak peternak dan pabrik pakan diperkirakan akan mulai beroperasi di Jawa Timur, Kalimantan dan Sulawesi,” kata drh. Harris Priyadi, Country Manager (Sales & Marketing) Indonesia. Harris menambahkan, kantor di Surabaya merupakan bagian dari rencana pengembangan strategis yang memungkinkan Trouw Nutrition Indonesia untuk memahami pelanggan dan lebih memposisikan diri sebagai penyedia solusi nutrisi ternak./ Wan

Alamat Kantor Surabaya PT. Trouw Nutrition Indonesia:
Graha Pena Building
Lantai 12 suite 1203
Jl. A. Yani No. 88
Surabaya – 60234
Telp. +6231 8286138
Tentang Trouw Nutrition
Trouw Nutrition adalah salah satu perusahaan Nutreco – perusahaan global yang merupakan salah satu produsen premix terbesar, termasuk feed additives dan layanan inovatif bagi perkembangan gizi untuk industri nutrisi hewan. Perusahaan ini beroperasi di 25 negara dengan jumlah karyawan sekitar 3.000 orang. Sejak 1931, solusi-solusi pakan Trouw telah memenuhi kebutuhan produsen pakan, integrator, distributor dan home mixers.

PINSAR INDONESIA RE-BORN.

Pengurus DPP Pinsar Indonesia berfoto bersama usai pelantikan
Pinsar Unggas Nasional yang dikenal selama ini resmi berganti nama menjadi Pinsar Indonesia yang merupakan kependekan dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Indonesian Poultry Farmers Association and Information Centre). Demikian tertuang dalam hasil Musyawarah Nasional IV Pinsar Indonesia di Hotel Mercure, Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan Provinsi Banten pada 20-21 Mei 2014 lalu.

Selain mengganti nama dan format organisasi, Pinsar Indonesia juga mengumumkan Susunan Pengurus Dewan Pengurus Pusat Pinsar Indonesia yang baru. Pelantikan susunan pengurus DPP Pinsar Indonesia ini dilakukan oleh Direktur Budidaya Ir. Fauzi Luthan mewakili Menteri Pertanian RI. Menurut Singgih Januputro SKh, Ketua Umum Pinsar Indonesia terpilih, “Keterpilihan ini bagi saya adalah amanah yang tidak ringan, bahkan mungkin bagi saya sangat berat. Berbagai tantangan persoalan perunggasan sudah menanti di depan mata, seperti yang disampaikan rekan-rekan peternak peserta Munas, dalam pemandangan umum di persidangan.”

“Namun demikian bukan berarti tantangan ini menjadi sesuatu yang mustahil untuk bisa diselesaikan. Maka dari itu kerja kolektif bersama rekan-rekan pengurus dan rasa optimisme perlu terus dilakukan. Untuk itu saya ingin mengajak kepada rekan-rekan sesama pengurus, agar dalam menjalankan tanggung jawab ini sinergitas dan kekompakan perlu dikedepankan,”

Drh Hartono Ketua Dewan Pembina Pinsar Indonesia menepis anggapan bahwa pergantian nama dan format Pinsar ini dikarenakan adanya perpecahan dalam tubuh Pinsar Unggas Nasional. Ia menegaskan bahwa hasil putusan Munas ini merupakan rencana jangka panjang yang sudah dipersiapkan oleh pengurus sejak lama.

“Dengan ini kami kembali menegaskan bahwa Pinsar Indonesia ini merupakan organisasi peternak unggas layer dan broiler dengan lebih dari 100.000 anggota peternak yang tersebar di seluruh Indonesia; dan organisasi ini bukan hanya sebagai penyedia informasi harga pasar unggas,” tegas Hartono. (wan)

Sosialilasi Halal untuk RPH di Bali

Sosialisasi halal untuk RPH di Bali
Salah satu persyaratan di dalam UU No 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, pada Bab VI, Pasal 61 Ayat 2 yang menyangkut RPH, dinyatakan harus memperhatikan kaidah agama dan unsur kepercayaan yang dianut masyarakat.

Propinsi Bali sebagai daerah tujuan wisata mancanegara dan nusantara memiliki populasi penduduk yang beragama Islam sekitar 520 ribu orang dari 3.247.000 orang. Di sisi lain, wisatawan muslim dari dalam dan luar negeri sering menanyakan tentang keberadaan rumah makan halal dan hotel bertaraf halal di Bali.

Perlu diketahui, bahan baku daging yang dimasak di rumah makan dan hotel bertaraf halal harus berasal dari rumah pemotongan yang memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI. Pada awalnya, untuk mengaplikasikan persyaratan halal sesuai kaidah Islam pada RPH di Bali sedikit mengalami ganjalan.

Bahkan, ada salah satu dokter hewan lulusan perguruan tinggi terkenal di Jawa dan pernah bertanggungjawab di RPH Mambal Badung, mengatakan kepada Infovet, bahwa Bali tidak perlu halal, yang perlu halal orang Islam saja. Pendapat ini bisa saja disampaikan karena ketidaktahuan makna dari halalanthoyyiban itu sendiri.

Dalam perjalanan waktu, Ir I Putu Sumantra Mapp Sc, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bali, mengatakan bahwa walaupun Bali memiliki populasi masyarakat Hindu lebih dominan, tetapi mengingat Bali sebagai tujuan wisata dan kita harus mendukung program Pemerintah, maka kita harus siap menyediakan RPH yang halal.

Oleh karena itu, untuk menindaklanjuti program RPH halal, maka semua penanggung jawab RPH dari delapan Kabupaten dan Kota Denpasar ditambah dengan beberapa orang tukang sembelih, dikumpulkan dan diberikan materi seminar berjudul Standar Penyembelihan Hewan Secara Islami oleh Drh Mas Djoko Rudyanto MS, Auditor Halal Nasional LPPOM MUI Bali.

Cita-cita untuk menerbitkan Surat Identitas Penyembelih Halal masih dalam perencanaan untuk menghindari penyalahgunaan wewenang. Di Bali, hanya RPH Pesanggaran Denpasar dan RPH Karangasem telah memiliki sertifikat halal. Kabupaten Bangli (Kintamani) tidak memiliki RPH dan RPH Mambal Kabupaten Badung yang wilayahnya sampai ke Kuta hingga Nusa Dua yang sarat dengan hotel internasional dan turis asingnya, tidak bersedia diaudit halal.

Sedangkan RPH di lima kabupaten yang lain tidak memiliki sertifikat halal, tetapi dimiliki secara pribadi oleh beberapa jagal yang membutuhkan sertifikat halal. Dan, yang tidak kalah pentingnya, jagal yang menghendaki sertifikat halal, tetapi proses penyembelihan dilakukan di rumah, maka permohonannya tidak akan dikabulkan, karena menimbulkan polusi lingkungan dan dianggap pemotongan liar.

Ternyata keberadaan Djoko sebagai auditor halal dan sekaligus dosen Kesmavet FKH Unud serta wartawan Infovet, sudah memiliki jam terbang cukup tinggi sebagai pembicara khusus halal di instansi Kemenag, Kemenperin, Kemenkop, BBPOM (Mas Djoko R/Bali)

Vietnam Belajar ke Medion

Perwakilan distributor Medion dari Vietnam meninjau langsung pabrik poultry equipment
Tak hanya berbagi ilmu ke dalam negeri saja, Medion pun berbagi ilmu kepada Vietnam. Pada tanggal 2-9 Maret 2014 lalu, sebanyak 8 orang tim manajemen dari distributor Medion di Vietnam berkunjung untuk melakukan benchmark mengenai manajemen Medion dalam melayani pelanggan khususnya dalam hal vaksinasi dan laboratorium serta manajemen warehouse.

Pertama-tama mereka melakukan kunjungan ke pabrik Medion di Cimareme, Padalarang, Bandung untuk melakukan plant tour ke fasilitas produksi pharmaceutical products, biological products, poultry equipment, dan warehouse store and distribution serta mendapatkan knowledge sharing mengenai struktur organisasi marketing, warehouse management, mediLab, dan program training Medion.

Selain mendapatkan pengetahuan secara teori, mereka juga melihat kinerja tim Medion di lapangan dengan mengunjungi titik distribusi Medion di Sukabumi bahkan menemui pelanggan setia Medion di sana yaitu Danas Farm dan PT. Sumber Protein Indonesia. Di Sukabumi, mereka menyaksikan vaksinator Medion melakukan vaksinasi pada DOC. Hal ini membuat mereka sangat kagum karena kecepatan dan keakuratan penyuntikan yang mencapai 50 ekor DOC per menit.

Diakui mereka bahwa benchmarking ini menambah pengetahuan dan membuka wawasan baru dimana masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk pengembangan perusahaan mereka. Mereka juga sangat terkesan dengan sistem manajemen Medion yang dapat dikatakan sempurna. Terima kasih Medion, teruslah berbagi ilmu./medion

Wamentan Luncurkan Pejantan Sapi Bali


Bibit sapi yang di-launching telah mendapatkan sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Produk
Bertempat di Jembrana, Bali, Sabtu (26/4) Wakil Menteri Pertanian didampingi Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, perwakilan Kepala Daerah Propinsi Bali, dan beberapa Kepala Dinas yang membidangi peternakan, me-launching sapi Bali bibit hasil Uji Performans dan Uji Zuriat di Pusat Pembibitan Pulukan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Bali.

Dalam sambutannya Wakil Menteri Pertanian mengatakan bahwa, “Launching bibit sapi Bali ini memiliki makna tidak hanya sekedar pelaksanaan panen bibit, melainkan suatu kegiatan yang berlanjut, yaitu sebagai awal dari pelaksanaan perbibitan melalui proses metode pengujian seleksi uji performan yang dilakukan di sentra-sentra ternak dan berharap ke depan tidak hanya sapi Bali dari BPTU-HPT Bali saja yang di-launching,  namun sapi Bali yang berada di masyarakat dan ternak lokal lainnya yang berada diseluruh Indonesia seperti sapi PO, sapi Madura, sapi Aceh dan ternak lainnya.”

Acara launching Bibit Sapi Bali ini merupakan perwujudan salah satu tupoksi BPTU-HPT Bali, yaitu pemberian informasi, dokumentasi dan distribusi bibit ternak unggul. Bibit sapi yang di-launching telah mendapatkan sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Benih dan Bibit ternak.

Selain melaksanakan launching, juga dilakukan penyerahan bibit ternak ke beberapa daerah dan UPT dalam rangka meningkatkan kualitas bibit di masyarakat.  Total sapi yang di-launching berjumlah 83 ekor ternak bibit terdiri dari 39 ekor hasil sertifikasi tahun 2013 dan 44 ekor hasil sertifikasi tahun 2014. 
Kedelapan puluh tiga ekor bibit sapi tersebut diserahkan kepada beberapa daerah, antara lain Kalimantan Timur 50 ekor, Propinsi Bali 10 ekor, BBIB Singosari 10 ekor, BET Cipelang 10 ekor, BIBD Riau 3 ekor.  Penyebaran bibit ini diharapkan akan menjaga arah pengembangan populasi sapi potong terutama sapi Bali diikuti dengan perbaikan mutu genetiknya.

Pada acara tersebut, Wamentan juga menyampaikan bahwa, tahun 2012 Kementerian Pertanian telah mencanangkan swasembada semen beku, sedangkan tahun 2013 telah mencanangkan swasembada Bull (sapi pejantan unggul).  Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa, pada tahun 2013 merupakan prestasi bagi Balai Inseminasi Buatan (BIB) Nasional karena telah mampu mengekspor semen beku ke Myanmar, Kamboja, Kyrgyz, Kazakhstan, Afganistan dan Malaysia. 
Wakil Menteri Pertanian meminta Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk dapat memproduksi semen beku sapi Bali secara besar-besaran dalam kurun waktu 1 sampai dengan 2 tahun ke depan, sehingga dapat mendorong pengembangan sapi Bali lebih cepat. (wan)


CRD itu penyakit kronis

 CRD itu penyakit kronis, bukan penyakit akut yang timbul secara mendadak. Pemberian obat bukan pada CRD-nya tapi pada kuman lain yang ikut. Dan pengobatan ini sesungguhnya tindakan akhir. Tindakan awal harus ke lingkungan!.
Drh. Gede Aguscaya

 Langsung di kawasan industri Rungkut Industri Brebek Surabaya, Infovet bertemu pelaku bisnis obat hewan dari PT Kalbe Farma Divisi Animal Health. Tujuannya mencari kejelasan bagaimana peta obat CRD (Chronic Respiratory Disease). Adalah Drh Gede Aguscaya,Ketua Daerah ASOHI Jawa Timur sekaligus Special Customer Executive mengungkapkan pendapatnya tentang sifat CRD Komplex atau kronis. Karena sudah kronis maka muncul gejala penyakitnya. Itulah mengapa penyakit CRD tidak muncul pada kondisi ayam yang tidak diperparah adanya penyakit lain.

Banyak cenderung orang melihat kasus dulu. Padahal kasus CRD pada unggas adalah normal. Disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum, bila kondisi ayam stres, CRD akan timbul. “Itu yang harus kita awasi. Bukan obat dulu,” katanya. 
Dengan demikian penekanannya adalah obat alternatif terakhir dalam penanganan.Yang mesti diperhatikan pertama kali menurutnya, soal lingkungan. Perubahan kondisi alam suka kembali menyebabkan perubahan situasi Indonesia, termasuk di  Jatim. Kondisi hujan, panas, dingin, selalu berubah-ubah. Perbedaan suhu yang sangat ekstrim d alam musim pancaroba. Dalam kondisi ini perlu diperhatikan secara serius penanganan dari masa DOC, perlakuan biosecurity dan manajemen keswannak yang ketat, lakukan pengaturan kandang bersih dari kuman. Di sini berlaku pembersihan CRD dan mikroorganime lain dari peternakan.

Drh Gede pun menegaskan, “CRD merupakan penyakit yang bersifat kronis, berarti sudah ada secara lama. Tidak timbul penyakitnya karena kondisinya bagus. Contoh kondisi bagus ini adalah untuk mengatasi stres sedari bibit sampai masuk kandang peternakan diberi air gula, vitamin. Pemberian antibiotik hanyalah bertujuan supaya tidak tumbuh lagi kuman CRD-nya.”

Lain dengan CRD yang sifatnya akut, yang menyerang secara mendadak seperti serangan jantung. Sedangkan penyakit bersifat kronis, seperti flu, yang harus diawasi kondisi lingkungannya dulu. Kondisi lingkungan inilah penyebab panas, stres. Perlakuan ayam datang juga dapat menyebabkan stres. Untuk menjaga ayam sehat, diberi vitamin dulu, bukan obat dulu. Perlakuannya berbarengan dengan manajemen yang baik. Sirkulasi udara mesti diperhatikan.

Kalau ayam stres dapat muncul serangan Mycoplasma gallisepticum diikuti penyakit lainnya. Serangan yang menyebabkan penyakit lain itu menjadi satu kompleks dalam CCRD antara lain Necrotic enteritis, Salmomelosis. Bila ayam terkena NE, saluran pencernaan yang terserang susah diobati. Mengganggu feed intake, serangan Salmonella juga menyebabkan kerugian.

NE juga berjangkit didukung kondisi kelembaban yang tinggi. Pada kandang yang penuh dengan CO2, Clostridium perfringens spora menjadi vegetatif. Yang semula kondisinya normal menjadi ganas menyebabkan penyakit. Terjadilah CCRD, oleh karena kuman yang sebetulnya normal bersarang di tubuh ayam menjadi bertambah jumlahnya dan ganas. Komplikasi penyakit pun menyerang. Salmonella menyerang sebagai Salmonelosis pada ayam umur 1-3 minggu, di daerah tinggi dengan kematian tinggi.Maka perlu diperhatikan serangan-serangan penyakit oportunis non CRD yang menyebabkan CCRD tersebut. “Titik beratnya ke sana. Bukan ke CCRD-nya,” tegas Drh Gede.

Ia memberi contoh, apabila lingkungan peternakan mendukung, memicu dan dapat menyebabkan kompleksnya penyakit menjadi CCRD tersebut. Kandang-kandang ayam di Blitar misalnya. Manajemen kandang di sini terlalu padat. Upaya biosecurity menjadi begitu berlipat, orang keluar masuk kandang secara leluasa menjadi penambah faktor pemicu. Sanitasi menjadi tidak optimal dan mempengaruhi kondisi ayam.

Guna mengatasi penyakit oportunis seperti NE tadi, Drh Gede member langkah. Titik poinnya pada pakan yang diberi obat mengatasi NE. Guna mengatasi NE pada pakan dicampur dengan virginiamisin. Dia menguraikan, dosisnya 20-40 ppm (normal) 40 ppm. Karena 50 persen berat 80 gram per ton pakan, diberikan untuk 5-7 hari. Sedangkan untuk menghindari infeksi sekunder, dengan amoksisilin per oral sesuai dosis, dalam 5-7 hari akan hilang penyakit sekundernya.
Bertujuan feed intake yang bagus, untuk mengatasi Salmonella, pancaroba dan panas tinggi, ada yang memberi obat macam-macam. Ada yang memakai tetrasiklin, neomisin 300-400 ppm, 200-300 ppm, gabung jadi satu 300 ppm.

Niscaya perlakuan perlawanan terhadap NE dan Salmonelosis itu akan membantu peternak mengatasi CCRD. Prinsipnya karena dalam kondisi normal CRD tidak timbul. Munculnya karena adanya penyakit-penyakit ikutan ini. Maka penyakit inilah yang harus diatasi./yonathan.

MENGELOLA CCRD SECARA BENAR AGAR TAK MERAJALELA

Salah satu gangguan kesehatan pada broiler maupun layer yang masih menjadi persoalan serius adalah Complex Chronic Respiratory Diseases (CCRD). Penyakit yang lebih mahfum di kalangan peternak sebagai “penyakit ngorok” itu, bukan saja derajat morbiditas dan mortalitasnya tinggi, namun karena tingkat kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Meskipun termasuk kategori penyakit konvensional dan nyaris menjadi langganan, namun toh tingkat kesulitan untuk menuntaskannya tak demikian mudah.
Menurut Drh Arief Mudjahid Dimyatie, seperti penyakit lainnya yang berkatagori strategis ekonomis, langkah dan tindakan suportif adalah solusi paling rasional dan handal. Selain bila dilihat dari aspek populasi pengelompokan ayam modern yakni mengelola gangguan kesehatan secara cermat, hati-hati agar tak membuahkan masalah baru yang semakin merajalela.
Narasumber: Sunardi AS
Hal berbeda diungkap oleh praktisi perunggasan asal Jawa Timur, Sunardi. Menurutnya, problem di lapangan selalu memberi gambaran serta informasi tentang begitu dahsyatnya akibat yang muncul.

Arief Dimyatie, Senior Health Control pada sebuah perusahaan pembibtian Infovet temui di Purwokerto pertengahan Mei 2014 lalu, menyatakan bahwa CCRD adalah penyakit strategis ekonomis yang cukup memrepotkan jika sudah menerjang dalam sebuah populasi. Di level pembibitan saja penyakit itu masih jadi persoalan serius, maka sudah pasti di level peternakan komersial, sangat-sangat strategis dan membawa persoalan pelik.

Pada broiler, umumnya terjadi pada usia muda dan menjelang usia panen, sudah pasti akan membuat tingkat kematian, mortalitas yang cukup tinggi. Serupa dengan ayam petelur apalagi jika tidak di antisipasi dan tindakan pengobatan terlambat atau kurang tepat. Sedangkan pada layer komersial, jika sudah memasuki fase produksi, maka tak hanya akan mampu merosotkan produktifitasnya, namun juga membawa potensi terjadinya afkir dini.

Oleh karena itu menurut Arief, jika suatu peternakan sudah memperlihatkan serbuan penyakit ini, meskipun dalam jumlah yang terkena masih terbatas, maka harus segera ditempuh tindakan yang bersifat menyeluruh. Dalam tataran peternakan ayam komersial, umumnya pangkal dan awalnya adalah terjadinya pada perubahan musim dengan klasifikasi ekstrim. Meski perubahan musim itu selalu berjalan rutin dan alamiah, namun untuk menentukan kapan sebaiknya langkah antisipatif dilakukan memang tak mudah.

Ditambah jika sebuah farm komersial berada di kawasan yang juga padat populasinya, maka potensi untuk terpapar dan kemudian menjadi wabah adalah sangat tinggi. Untuk itu mengelola secara benar dan disiplin sesuai prosedural merupakan sebuah tindakan yang paling tepat.

“Patuhi SOP yang ada dan selalu utamakan langkah itu bersifat antisipatif, terutama jika berkaitan dengan pergantian musim. Sebab jika salah dalam mengambil langkah, dikhawatirkan wabah penyakit ngorok itu akan merajalela,” ujar Arief.

Sedangkan Sunardi, praktisi yang banyak terjun melakukan pendampingan di peternakan ayam potong di Jawa Timur, mengungkapkan bahwa meskipun CCRD nyaris menjadi penyakit yang setiap periode selalu ia hadapi, meskipun di lokasi yang berbeda, namun hal itu telah memberikan gambaran dan informasi yang menarik.

Informasi itu berupa tipologi dan karakter peternak terkait dengan tingkat keparahan penyakit itu. Jenis peternak yang cerdas dan telaten menekuninya sebagai profesi, maka morbiditas dan mortalitasnya relatif rendah. Meskipun demikian untuk membebaskan sama sekali dari gangguan penyakit itu tidaklah mudah. Namun setidaknya, dari hasil pengamatannya tingkat kerugiannya pada peternak telaten dapat ditekan sangat kecil sekali. Sedangkan untuk tipologi dan karakter peternak yang kurang begitu menjiwai profesi sebagai peternak, umumnya nilai kerugian yang ditimbulkan nyaris diatas 50%.

Sunardi sepaham dengan yang diungkapkan Arief, bahwa jika dikelola sejak awal saat penyakit itu datang, maka potensi kerugian rendah sekali. Bahkan saat ayam usia muda, kasus gangguan lambat tumbuh setelah sembuh pulih dari CCRD, relatif dapat ditekan. Begitu juga saat mendekati usia panen, tingkat kematian dapat ditekan.

Menurut Arif  kasus penyakit ngorok itu, adalah salah satu penyakit ayam modern yang cukup meresahkan peternak di daerah tropis. Tingkat kelembaban yang tinggi dan perubahan temperatur lingkungan antara malam dan siang yang selalu ekstrim, harus dihadapi dengan suatu tindakan pemberian ventilasi yang memadai.
 
Buruknya ventilasi, menjadi pintu masuk lemahnya status kesehatan ayam.  Jika hal ini diatasi dengan pemberian multivitamin yang cukup, maka salah satu pintu masuk agen penyakit itu dapat dikurangi. Selain, penegakan standar baku sesuai SOP adalah tindakan yang selalu direkomendasikan agar mampu menutup pintu masuknya  yang lain bagi agen penyakit.
“Utamakan selalu mengelola secara benar sesuai SOP, maka potensi untuk menjadi masalah akan dapat ditekan,” ujar Arief.-/(iyo)

Faktor kompleks dilapangan seputar CRD dan CRD kompleks

Langsung dari peliputan lapangan di peternakan yang bermasalah dengan penyakit CRD dan CRD Kompleks serta faktor pendukungnya, Infovet melaporkan bahwa keberadaan penyakit ini cukup kompleks untuk mempengaruhi panen akhir peternak.
Peternakan ayam pedaging di Gresik ini dikepung tambak
Peternakan kemitraan Subur di Desa Kampung Baru Kecamatan Duduk Sampean Kabupaten Gresik Jawa Timur menjadi saksi perjalanan Infovet melacak keberadaan penyakit CRD. Adalah Wahib penanggungjawab peternakan ayam pedaging berpopulasi 16.000 ekor yang dikepung tambak ikan, yang menerima Infovet dan berbicara panjang lebar tentang penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum.

Kepada Infovet, ia menuturkan gejala penyakit ini sangat jelas, yaitu ngorok. Untuk membedakan ngorok karena CRD dengan ngorok karena Coryza, keterangan Wahib dilengkapi oleh keterangan Drh Yuan Listyo Technical Service Representative PT Caprifarmindo Laboratoris Wilayah Surabaya yang ditemui Infovet di tempat terpisah di Surabaya.

Menurut Drh Yuan, kalau positif CRD ngoroknya pada malam hari. ND ngoroknya jarang-jarang dan kecekik panjang. Kolibasilosis ada ngorok beda dengan Koriza. Ngoroknya Koriza siang lebih ramai dan lebih banyak. Jadi, “Secara patologis ngoroknya beda dengan Koriza dan seterusnya,” ungkapnya.

Wahib yang berpengalaman selama dua (2) tahun menangani peternakan-peternakan AS, Maria secara berpindah-pindah, mengaku begitu mendengar ayam bersuara “Crik Crik” (cekrek) alias ngorok, dia tahu bahwa ada serangan CRD. Selain itu ayam juga pilek. Sedangkan kalau sudah terserang Kolibasilosis kepala ayam bengkak dan tidurnya berdiri! Dan itulah penyakit yang paling banyak dijumpai di peternakan yang di dikepung tambak ini: CRD dan Koli. Berarti juga ada CRD Kompleks.

Infovet pun melihat-lihat kondisi peternakan. Apakah benar hanya karena dikepung tambak? Pengaruhnya memang karena air tambak. Sebab dalam pengakuan Wahib dengan air tambak inilah ayam diberi minum. Dan air jelas merupakan faktor penting yang berpengaruh pada sakit atau tidaknya ayam. Air yang kandungan kuman Kolinya tinggi jelas akan berdampak munculnya serangan Kolibasilosis bila kondisi ayam lemah. Tentu saja dengan berbagai faktor pendukung atau faktor pemicu.

Faktor pemicu juga terkait dengan udara dan pakan. Sangat jelas pada ingatan Infovet penekanan berulang kali oleh pakar penyakit unggas Prof Drh Charles Ranggatabbu Msc PhD, bahwa UAP (Udara, Air dan Pakan) merupakan tiga faktor utama untuk kesehatan ayam. Bagaimana dengan Udara?

Infovet pun mengamati dengan seksama kondisi kandang. Ternyata ada yang menarik perhatian, yaitu sawang atau rumah laba-laba yang bergelantungan di langit-langit kandang. Tampaknya luput dari perhatian peternak dan menjadi tempat menumpuknya debu. Dalam udara yang bersih ketika angin bertiup tampak jelas debu beterbangan. Maka jelas, itulah alasan mengapa muncul penyakit pernapasan CRD. Karena faktor udara ditambah faktor air tadi yang mengundang colibasilosis.

Bagaimana dengan pakan? Dalam kehadiran Infovet siang hari itu belum termonitor masalahnya. Tampaknya baik-baik saja. Siang itu saat Wahib ditemani istrinya Ani asal Kediri dan anak mereka menjaga kandang, kiriman pakan dari Malindo Feedmill datang. Dan pakan pun menempati gudang penyimpanan di sisi kandang, juga dekat tambak. Adakah kedekatan dengan air tambak tidak berpengaruh pada kelembaban yang dapat mengganggu kondisi pakan dengan hadirnya jamur? Mungkin saja. Perlu pengamatan intensif.

Dan tampaknya menurut pengakuan Wahib lelaki asal Desa Sepat Kecamatan Sugiyo Kabupaten Lamongan ini petugas penyuluh lapangan (PPL) dari PT Subur menjalankan tugasnya dengan ketat. Setiap seminggu sekali Drh Riko datang di peternakan ini. Kecuali pada minggu sekitar umur 15 hari saat Infovet berkunjung, Drh Riko diganti PPL lain. Dengan bimbingan PPL ini Wahib mengaku dengan mudah mengetahui bilamana ayamnya terserang CRD. Dari pilek dan suara ngorok crik-crik cekrek-cekrek itu. Tindakannya sangat praktis, tahu bahwa itu tanda awal serangan. Tanpa pilih-pilih ayam, semua ayam dalam kandang yang ber-letter L diobati dengan “Ciprofloksasin dan Sulfamono,” aku Wahib.

Mengapa tidak dipilih-pilih ayamnya, menurutnya karena memilihnya sulit sebegitu banyak ayam. Lagipula kondisi ngorok itu merupakan tanda serangan awal, sehingga menurutnya pengobatan yang diberikan masih merupakan pengobatan pencegahan. Infovet menggaris bawahi, merupakan tindakan pencegahan penyakit menjadi parah.

Inilah sebuah terminologi yang salah kaprah dan tidak sesuai kaidah akademis menurut Drh Joko Legowo MKes dari Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Pemberian antibiotik berarti sudah pengobatan dan tidak ada yang namanya pencegahan dengan antibiotika. Berarti ayam sudah sakit dan diobati.

Selengkapnya bisa baca di Infovet edisi JUNI 2014.

Obat dan Vaksin untuk Hantam CRD dan Kompleksnya.

Penanganan CRD nyaris tak bisa dilepaskan dari obat. Meski vaksin telah ada. Program menyeluruh menepis keraguan orang tentang obat dan cara pemberian serta khasiatnya. Hantaman balik terhadap CRD dan CRD Kompleks merupakan suatu keniscayaan
Gudang obat PT Romindo Primavetcom Cabang Surabaya
CRD tak bisa lepas dari obat. Itulah yang dapat Infovet simpulkan dari beberapa peliputan. Dan obat itu adalah antibiotika. Untuk itu Infovet langsung meng-cross-check- dengan pebisnis obat yang memasok obat-obat anti CRD untuk peternakan itu. Ternyata bukan hanya obat yang dibutuhkan, tapi juga vaksin.

Peternakan kemitraan Subur di Desa Kampung Baru Kecamatan Duduk Sampean Kabupaten Gresik Jawa Timur melalui penanggungjawabnya Wahib mengungkap bahwa begitu ada tanda CRD pilek dan suara ngorok “crik-crik cekrek-cekrek”, semua ayam dalam kandang langsung diobati dengan antibiotika Ciprofloksasin dan Sulfamono tanpa pilih-pilih.

Lalu simak kata-kata Hari Widodo kepada Infovet di peternakan ayam pedagingnya di Desa Wonosari Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. “Antibiotik untuk pencegahan (cleaning antibiotic) lebih ketat diberlakukan,” ujarnya setelah tahu perwujudan kehadiran CRD dengan adanya ngorok ayam disusul CRD Kompleks. Ya, dia tahu tanda gawat ini dengan bedah bangkai pada organ dalam ayam terdapat lendir selaput hati bahkan gangguan pernapasan dan usus berupa perdarahan, hidung keluar eksudat dan pembekakan sekitar mata.

Dari dua sampel peternak di wilayah Jawa Timur bagian utara dan wilayah selatan itu jelas tentang peranan antibiotika. Pihak perusahaan obat hewan pun memaparkan secara lebih gamblang tentang prinsip obat dan pengobatan CRD tersebut.

Dua Kelompok Obat
Kepada Infovet di kantor cabang Surabaya PT Romindo Primavetcom, Area Sales Manager Surabaya perusahaan ini, Drh Setya Bakti, mengatakan bahwa di pasar dikenal dua kelompok obat CRD yaitu yang khusus untuk kuman mikoplasma penyebab CRD-nya dan antibiotik spektrum luas alias broad spectrum.

Salah satu obat khusus (antibiotika) untuk mengatasi mikoplasma adalah berkandungan dpiramisin. Nama patennya Suanofil. Ini, “Spektrum khusus mikoplasma,” kata Drh Setya Bakti. Sedangkan salah satu antibiotika broad spectrum adalah berkandungan Enrofloksasin, bernama paten Enoquil.
Masing-masing ada kelebihannya. Dari segi harga, menurut alumnus FKH Unair ini obat yang khusus berharga lebih mahal. Sedangkan obat yang spektrum luas lebih murah. Dari segi penggunaan, yang spektrum luas banyak dipakai untuk flushing program rutin. Sedangkan untuk kasus yang butuh segera ditangani, obatnya harus lebih kuat. Maka dipakailah spektrum khusus.

Menurutnya, meski ada orang bilang yang dibutuhkan adalah pengobatan cepat tuntas, “Mau tidak mau harus dilakukan flushing.” Jelas, program rutin merupakan kewajiban. Tapi ya itu, pertimbangan dengan spektrum luas ini karena harganya murah.

Dua Jenis Vaksin
Soal murah, kalau mau lebih murah, “Pakai vaksin,” katanya. Dari sediaan vaksin Ms (Mycoplasma sinoviae) dan Mg (Mycoplasma gallisepticum), sesuai kondisi lapangan menurut Drh Setya Bakti cukup dibutuhkan vaksin Mg saja pada ayam petelur. Maka mengalirlah informasi tentang vaksin CRD. Drh Setya menyinggung nama Prof (Riset) Dr Drh Soeripto MVS tentang vaksin CRD ini. Maka Infovet pun mencari data tentang Prof Soeripto dan vaksin CRD.

Menurut Australian Awards Indonesia, pada tahun 2010 yang memberikan penghargaan kepada Prof Dr Soeripto lantaran jasanya menjamin ketahanan pangan melalui terobosan di bidang vaksin hewan. Terkait penghargaan itu dikatakan, salah satu buah hasil utama usaha miliknya adalah vaksin–unggas hidup pencegah CRD pada ayam yang dikembangkannya.

Secara intensif, Profesor Bakteriologi di Balai Besar Penelitian Veteriner Indonesia ini meneliti masalah penyakit pernafasan kronis CRD pada ayam yang mempengaruhi produksi ayam di Indonesia dan seluruh dunia. Masalah ini telah lama memacu penggunaan luas antibiotika pada unggas. Dia pun berhasil mengembangkan vaksin mutasi MGT–11, yang kini dikenal sebagai vaksin Vaxsafe® TS–11 dan diproduksi secara komersial oleh Bioproperties dari Australia dan berada di bawah sublisensi Merial dari Amerika Serikat. Lebih dari 100 juta dosis vaksin tersebut digunakan di seluruh dunia setiap tahunnya.

Atas prestasi ini pada 2001, Prof Dr Soeripto memperoleh royalti internasional dari University of Melbourne, Australia. Dia merupakan satu dari hanya 65 profesor peneliti yang dilantik oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pemerintah Indonesia (LIPI). Pada Desember 2009, dia dianugerahi penghargaan oleh Wakil Presiden Indonesia terkait sumbangsihnya bagi Ketahanan Pangan Nasional di Indonesia dan pada Juli 2010 dengan penghargaan IndoLivestock V oleh Menteri Pertanian Indonesia.

Program Menyeluruh
Program untuk mengatasi CRD secara menyeluruh, menurut Drh Setya Bakti mesti dilakukan flushing sebagai pengobatan rutin yang dilakukan setiap bulan. Lalu vaksinasi hanya sakali saat ayam berumur satu bulan. Otomatis kondisi harus dibersihkan dulu, “Dicegah dulu,” katanya. Jadi mau tidak mau harus secara ketat dilakukan ventilasi dan sanitasi. Yang lain-lain efek sekunder dari berbagai macam gangguan. Gangguan itu berupa penyakit, musim, jamur, amoniak, pakan yang mungkin komposisinya kurang baik. Kadang formulasi baik, jagung proteinnya tidak 8 persen tapi 6 persen sehingga hitungan salah.
Apabila sudah ke CRD Kompleks pengobatan harus plus Kolibasilosis. Menurut Drh Setya Bakti pengobatan CRD Kompleks dengan Flumequin paling bagus. “Paling jos,” katanya. Nama dagangnya adalah Imequil. Menurutnya perusahaan lain juga punya. Apapun perbedaannya, guna ketepatan pengobatan semua secara praktis dibantu dengan cara mendiagnosa dan lain-lain./yonathan

Selengkapnya baca di Infovet edisi JUNI 2014.
#artikel terkait 

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer