Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Musim pancaroba dan Potensi Munculnya Birahi Tenang

pakan sbgai antisipasi berahi tenang
Birahi tenang adalah suatu kondisi dimana seekor sapi betina meski sudah memasuki masa birahi, namun sama sekali tidak memperlihatkan gejala dan tanda tanda khusus bahwa sapi itu birahi sebagaimana seharusnya. Faktor penyebab gangguan fisiologis reproduksi itu memanglah multifaktorial.

Namun demikian, pada umumnya mendekati angka 85%, sapi betina umumnya akan selalu memperlihatkan tanda-tanda birahi. Sebagaimana dari berbagai hasil penelitian telah diperoleh data dan informasi bahwa potensi untuk terjadinya birahi tenang, umumnya akan sangat relatif merugikan terhadap sebuah usaha budidaya ternak sapi. Khususnya pada sapi perah. Mengapa begitu merugikan sekali, hal itu terkait erat dengan membengkaknya ongkos produksi dan juga produksi susu dan reprodukstifitas yang rendah.

Salah satu faktor yang begitu mempunyai pengaruh kuat terjadinya gangguan fisiologis reproduksi itu adalah kondisi musim. Terutama sekali sapi perah yang berada di daerah tropis seperti di Indonesia. Adapun kondisi musim yang dimaksud adalah pada musim peralihan atau pancaroba. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Drh Yusuf Arrofik, seorang praktisi sapi perah berpengalaman yang hampir lebih dari 15 tahun. Bergelut dengan usaha peternakan sapi perah. Kini, ayah 2 orang anak itu mengabdikan diri sebagai abdi negara pada Dinas Peternakan Klaten Jawa Tengah.

Seperti diketahui, bahwa fungsi reproduksi pada sapi betina dipengaruhi dan dikontrol  oleh sebuah mekanisme hormonal. Dan mekanisme hormonal itu erat terkait dengan fungsi organ tubuh secara integratif. Artinya, status kesehatan ternak sapi inheren dengan status fisiologis reproduksinya. Jika kondisinya sedang dalam pengaruh situasi pergantian musim, sudah pasti akan menyebabkan fungsi reproduksinya terganggu. Meski sebenarnya, jelas Yusuf, bahwa keseimbangan fungsi itu akan berjalan secara otomatis dan penyesuaian itu berlangsung sesuai dengan “tantangan” lingkungan. Namun untuk Negara beriklim panas, seperti di Indonesia, oleh karena gradasi peralihan musim relatif kurang smooth, akhirnya selalu menyebabkan adanya gangguan fisiologis reproduksi.

Yusuf menjelaskan, bahwa neraca keseimbangan fisiologis tubuh sapi perah di Indonesia sangat berbeda sekali dengan sapi perah di negara-negara sub tropis. Meskipun sudah ada proses adaptasi dan aklimatisasi sapi perah di Indoensia, namun tetap saja potensi terganggunya fungsi reproduksi itu masih besar.

Birahi tenang (silent heat) atau birahi yang tak termanifestasi secara visual yang ditemukan pada sapi perah sebenarnya merupakan persoalan yang cukup serius. Bukan saja menyebabkan produktifitas susu dan reproduktifitasnya rendah, namun juga membawa dampak lain berupa semakin cepatnya untuk terjadi proses pengafkiran atas ternak itu. Padahal antisipasi dan terapi untuk mengatasi hal itu masih sangat terbuka untuk ditempuh/ iyo

Artikel lebih lengkap bisa baca di edisi MEI 2014.

Bimtek Penanggulangan Gangguan Reproduksi Tingkat Nasional

Berfoto usai praktek gangguan reproduksi.
Salah satu tugas dokter hewan yang bekerja di Pusat Kesehatan Hewan (PUSKESWAN) yaitu melakukan pelayanan medik reproduksi seperti diagnosa kebuntingan, menolong kelahiran baik yang kondisi normal maupun mengalami kesulitan melahirkan dengan tindakan operasi Sesar, melaksanakan Inseminasi Buatan, melakukan diagnosa dan pengobatan kemajiran, melakukan diagnosa dan pengobatan gangguan reproduksi serta melakukan tindakan alih janin atau emberio transfer.

Direktorat Kesehatan Hewan Ditjennak Keswan sejak tahun 2011 telah melaksanakan bimbingan teknis (bimtek) penanggulangan gangguan reproduksi bagi dokter hewan Puskeswan se-Indonesia hingga tahun 2013 telah dilatih sekitar 300 orang.  Sedangkan untuk tahun 2014 jumlah dokter hewan yang akan dilatih di 6 wilayah regional sekitar 120 orang. Jadi diharapkan pada akhir tahun 2014 jumlah dokter hewan terlatih sekitar 420 orang.

Bimbingan teknis petugas penanggulangan gangguan reproduksi ini dilaksanakan dengan jumlah 80 jam pelajaran yang terdiri dari teori 40% dan praktek 60%, dengan tujuan agar para peserta dapat merefresh kembali ilmu yang telah diterima dibangku kuliah dan lebih menekankan kembali praktek penguasaan penanganan sapi yang bermasalah pada organ reproduksi dan penanganan yang tepat maupun pada kondisi hewan yang normal.

Diharapkan dengan adanya bimbingan teknis yang singkat ini, para peserta benar-benar bisa menerapkan ilmu yang telah didapat dari para narasumber, sehingga dapat diterapkan bagi petugas dilapangan.

Berkaitan dengan hal tersebut pada tanggal 14-18 April 2014 bertempat di Mataram NTB telah dilaksanakan Bimbingan teknis Gangguan Reproduksi yang diikuti 22 dokter hewan PNS maupun THL yang berasal dari Provinsi Jambi, Jawa Barat, DIY, Bali, NTB dan Sulawesi Tenggara, Pembimbing utama Bimtek kali ini adalah Dr Drh Prabowo Purwono Putro MPhil dosen dan pakar Reproduksi dan Kebidanan FKH UGM Yogyakarta dengan pendamping lapangan Drh Heru Rachmadi salah seorang dokter hewan ahli Bedah Sesar Hewan Besar yang pernah belajar di Universitas Rakuno Gakuen Ebetsu Hokaido Jepang dan Drh Hultatang Puskeswan Aikmel Kab. Lombok Timur salah satu kandidat dokter hewan berprestasi Nasional Tahun 2014.

Materi inti Bimtek Gangguan Reproduksi ini antara lain Review Anatomi Fisiologi Reproduksi ternak sapi, Review  Gangguan Reproduksi bersifat fungsional dan gangguan dikarenakan penyakit menular, review terapi Hormonal dan antibiotika, Teknik Sampling pengujian Cepat Brucellosis dan Parasiter serta sekilas teknik Bedah Sesar incisi Flank kanan kemudian yang sangat penting dalam Bimtek  Gangguan Reproduksi ini adalah melakukan praktek di Rumah Potong Hewan pada sapi betina afkir yang mengalami gangguan reproduksi dan kemajiran serta pemeriksaan alat reproduksi dan penanggulangan Gangguan Reproduksi pada kelompok-kelompok ternak sapi yang ada di kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, dari hasil praktek lapangan telah terdiagnosa kasus: Hypofungsi ovarium, Silent Heat, Anestrus oleh corpus Luteum Persistent, kawin berulang, Endometritis, Abortus serta Kasus aspesifik.

Drh. Herwinarni, Kasi Sumber Daya Kesehatan Hewan Dirjennak keswan yang membacakan sambutan Direktur Keswan pada saat penutupan Bimtek Gangguan reproduksi tersebut mengungkapkan bahwa Bimbingan teknis Petugas Penanggulangan Gangguan Reproduksi adalah merupakan salah satu program yang langsung berpengaruh terhadap program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau tahun 2014, yang secara lebih khusus merupakan kinerja utama Direktorat Kesehatan Hewan yang berupa penguatan pelayanan kesehatan hewan secara nasional.

Penguatan pelayanan kesehatan hewan adalah dimaksudkan untuk meningkatkan kelmbagaan, meningkatkan ketersedian peralatan dan kendaraan, ketersediaan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dan operasional pelayanan kesehatan hewan.

Bimbingan teknis petugas penanggulangan Gangguan Reproduksi adalah dalam rangka penguatan tenaga kesehatan hewan dalam hal peningkatan kompetensi para dokter hewan baik yang bertugas di Dinas maupun dokter hewan yang bertugas di puskeswan yang dimaksudkan untuk meningkatkan keprofesionalan penanganan dan penanggulangan gangguan reproduksi di lapangan sehingga tingkat pelayanan yang prima oleh dokter hewan sangat dibutuhkan oleh masyarakat peternak secara terus menerus.
Semoga bimtek Gangguan Reproduksi ini makin menambah pengalaman lapangan dokter hewan yang bertugas di puskeswan dan bermanfaat bagi pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan di daerah masing-masing peserta \ Drh. Heru Rachmadi Infovet NTB

Seminar PT Behn Meyer Bahas Organic Mineral

Peserta seminar melakukan sesi tanya jawab dengan pembicara
Penerapan dalam pemberian nutrisi dalam pakan di lingkup budidaya ikan dapat meningkatkan produksi dan keuntungan yang cukup besar. Terkait dengan itu, PT Behn Meyer pada Rabu, 30 April 2014 mengadakan seminar dengan tema “Mineral Organic-Latest Trend In Aqua Feed” di Hotel Grand Zuri, Serpong. Hadir sebagai pemateri dalam seminar ini diantaranya, Regional Technical Manager Aquaculture Behn Meyer yaitu Dr Wee Kok Leong, Itsara Suannakhan DVM MBA selaku Territory Manager Zinpro, dan Orapint Jintasataporn PhD dari Kasetsart University Bangkok.

Menurut Dr Wee, banyak sekali unsur anorganik yang diakui yang melakukan fungsi penting dalam tubuh. Beberapa mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar dan disebut macro/elemen, sementara yang dibutuhkan dalam jumlah lebih kecil disebut sebagai micro/elemen (trace mineral ). Unsur-unsur mikro (trace mineral) mengalami peran besar di bidang nutrisi udang bersama dengan mineral lain untuk kesehatan ikan dan udang.

“Trace mineral memainkan peran utama dalam gizi untuk berbagai fungsi tubuh dan pertumbuhan untuk semi intensif/intensif dalam budidaya perikanan. Fungsinya antara lain untuk kekebalan tubuh atau ketahanan terhadap penyakit, kemudian ikan atau udang terbebas dari stres,” terang Dr Wee.

Sementara Itsara Suannakhan DVM MBA mengemukakan pada dasarnya udang dan ikan serta hewan air lainnya memerlukan mineral seperti seng, mangan, tembaga, besi, selenium  yang berfungsi memperbaiki metabolisme. Seperti untuk merangsang pembentukan enzim, hormon, dan kekebalan tubuh

Orapint Jintasataporn PhD dari Kasetsart University Bangkok mengatakan mineral merupakan komponen penting yang merupakan aktivator banyak enzim, kemudian hormon, dan vitamin. Kelebihan lainnya dari organik mineral adalah mampu diserap maksimum dalam tubuh, sementara inorganik mineral hanya sebagian kecil yang terserap yakni sekitar 19%-20%.

Ir Teddy Candinegara selaku Executive  Sales Directorr PT Behn Meyer Indonesia menyampaikan dengan terselenggaranya seminar ini diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dalam pemanfaatan produk organik mineral. Peningkatan produksi bukan satu-satunya cara untuk memenuhi lonjakan permintaan dunia untuk mengangkat sektor perikanan. Dalam budidaya perikanan penting diperhatikan mengenai konversi pakan, kemudian nilai keseragaman yang tinggi, hingga kesehatan ikan misalnya melihat sisiknya yang indah tentu akan memiliki nilai jual tersendiri. (nunung)

Dompet Dhuafa Gagas Revolusi Peternakan Indonesia

Dompet Dhuafa peduli peternakan Indonesia. Kepedulian tersebut diwujudkan dalam bentuk sebuah draff nota kesepahaman berupa penandatanganan MoU atau (memorandum of understanding) yang dilakukan bersama-sama dengan Yayasan Damandiri dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) melalui gagasan program berkonsep, Revolusi Peternakan Indonesia (RPI). Dimana RPI ini perdana di publikasi pada Selasa, 15 April 2014. Bertempat di halaman Rumah Sehat (RS) Terpadu Dompet Dhuafa, Parung, Bogor.

Acara yang dimulai pagi pukul 09.00 Wib dibuka dengan pagelaran musik tradisional sunda. Sedang, mengenai latar belakang diluncurkannya program revolusi peternakan ini, Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi menuturkan dalam kata sambutannya, “keprihatinan yang terlihat dimana negeri ini masih saja mengimpor ternak dari luar negeri. Padahal, Indonesia memiliki lahan peternakan luas dengan segala potensi didalamnya untuk bisa swasembada ternak. Disini harus ada jalan perubahan yang ditempuh di sektor peternakan agar jangan sampai Indonesia berada dlam situasi Darurat ternak, yakni dengan dilakukannya revolusi dibidang peternakan” ujar pria yang pernah berkarir dalam bidang Jurnalis ini.

Revolusi peternakan merupakan upaya untuk mencapai kedaulatan pangan dan energy. Termasuk dapat terpenuhinya kebutuhan daging nasonal, tentu saja. Meski mencapainya memang tidak mudah, namun bisa dimulai dengan langkah-langkah kongkrit biar sedikit asal berjangka panjang seperti yang telah dirintis Dompet Dhuafa melalui gerakan Tebar Hewan Kurban (THK), Program Kampung Ternak Nusantara dan sekarang program revolusi peternakan.

Hal ini yang menjadi tujuan dan konsentrasi program Revolusi Ternak, sepeti yang disampaikan Ahmad Juwaini, selaku Presiden Direktur Dompet Dhuafah. Menurutnya, program ini memberi kesempatan kepada peternak lokal khususnya yang mengalami kekurangan modal dan belum terampil beternak, agar nantinya dapat diberdayakan lebih edukatif sehingga ternak yang dihasilkan bisa mempunyai daya saing dengan produk hewan hasil import. Hal ini, otomatis akan menambah pemasukan para peternak kita.

Ditambahkannya, “Dompet Dhuafa juga akan melakukan pendampingan pada peternak selama 3 sampai 4 bulan samapai kemampuannya dibidang peternakan memadai.”

Target yang ingin dicapai Dompet Dhuafa dengan dijalankannya program revolusi peternakan ini adalah peningkatan kebutuhan jumlah ternak lokal sebanyak 1 juta ternak kambing (dalam periode 5 tahun). Caranya dengan makin memperluas lagi jaringan pemberdayaan peternak ke seluruh Nusantara, tidak hanya di pulau jawa sepeti yang sudah dilakukan saat ini dengan 1.000 peternak lebih yang sudah diberdayakan.

Dukungan dan apresiasi penuh pada RPI pun diberikan oleh Ketua Yayasan Damandiri, Prof. Dr. Haryono Suyono. Katanya “Saya percaya, Dompet Dhuafa yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam program pemeliharaan ternak, mampu mensukseskan program ini, sehingga nantinya banyak peternak tertolong, bisa menambah penghasilan mereka (peternak) dan peternak Indonesia semakin maju”. Namun beliau, yang juga pernah menjabat sebagai Menko Kesra Kabinet Pembangunan di era Orde Baru ini berharap “bagaimana keluarga miskin dan penyandang disabilitas juga dapat di berdayakan agar turut bisa menjadi peternak, agar mereka punya pekerjaan, keterampilan dan berpenghasilan. Intinya semoga RPI ini dapat memberikan kesejahteraan yang layak bagi semua masyarakat peternak,” tutupnya/ rama

Klinik Nature Vet Gagas Berdirinya Komunitas My Second Chance

shareholder klinik Nature Vet, Ferry Kartolo tengah memotong tumpeng, sebagai tanda lahirnya komunitas My Second Chance
Mengadopsi hewan dibutuhkan pertimbangan tersendiri, karena biasanya ada beberapa isu yang biasanya melekat pada hewan yang akan diadopsi, misalnya masalah kesehatan. Berangkat dari situasi tersebut,  Drh Silfiana Ganda kusuma dari klinik Nature Vet Tebet dan beberapa pencinta anjing menggagas berdirinya komunitas My Second Chance (MSC) pada 2 Maret 2014.

Saat ini ada lebih dari 1000 ekor anjing dan kucing yang berada di sedikitnya tujuh tempat penampungan di Jakarta membutuhkan pengadopsi. Jumlah ini masih belum termasuk dengan anjing dan kucing  yang tinggal bersama keluarga sementaranya (foster), dan anjing liar yang berada di jalanan.

Isu besar yang saat ini dihadapi oleh rata-rata tempat penampungan anjing adalah keterbatasan kapasitas penampungan dan dana. Sementara di sisi lain, belum ada regulasi yang mengontrol populasi anjing dan atau tindakan hukum pada orang-orang yang menelantarkan atau membuang anjing peliharaannya.

Gerakan dari komunitas ini adalah untuk mengkampanyekan pilihan mengadopsi dan penggalangan dana untuk mendukung kegiatan adopsi. Bekerja sama dengan beberapa klinik hewan yang ada di Jakarta, komunitas MSC membiayai penanganan kesehatan untuk hewan-hewan terpilih dari berbagai shelter yang ada di Jakarta, sehingga siap untuk diadopsi. Pada tahap awal, fokus bantuan adalah untuk upaya  sterilisasi dan vaksin.

Acara kampanye dan penggalangan dana pertama yang dilakukan komunitas MSC bersamaan dengan pembukaan cabang ke dua Klinik Nature Vet di kawasan Gading Serpong, Tangerang. Dalam event tersebut, MSC mencoba memberikan edukasi kepada masyarakat, pencinta hewan,  mengenai proses adopsi, dan isu seputar kesehatan mengenai hewan adopsi.

Terkait dengan perawatan anjing senior, Drh Silfiana menekankan pentingnya  pemeriksaan menyeluruh setiap tahun untuk mendeteksi seandainya ada gangguan fungsi organ dalamnya seperti jantung, hati, ginjal, dan organ lain.    

Acara dimeriahkan dengan kegiatan amal dan penggalangan dana dalam bentuk Dog Fashion Show, Eating competition, penjualan cindera mata MSC, serta partisipasi beberapa vendor yang menjual produk perawatan anjing dan aksesoris. Sebagian dari keuntungan penjualan tersebut disumbangkan untuk program sterilisasi hewan yang digagas MSC. Jadi kenapa harus membeli jika pilihan untuk mengadopsi semakin mudah dilakukan saat ini, so let’s adopt don’t buy. (Sumber: Komunitas My Second Chance/nung)

Ekspos Kegiatan dan Anggaran Ditjen PKH

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan pertemuan eskpose kegiatan  dan anggaran Tahun 2015 untuk Dinas Propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di seluruh Indonesia, Rabu, 23 April 2014.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Tangerang ini dihadiri oleh seluruh kepala dinas propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan seluruh Indonesia. Hadir dalam pembukaan acara tersebut diantaranya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan Syukur Iwantoro dan para Direktur dan Sekretaris Direktorat lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pada sambutannya Syukur menyampaikan, “Tujuan dari ekspose propinsi ini adalah mensinergikan penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan pusat dan daerah termasuk UPT pusat”.

 Ditambahkannya di akhir sambutannya, “Saya menekankan perlunya ada sinergi kegiatan dengan UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Keswan karena UPT merupakan kepanjangan tangan dari Ditjen PKH di daerah untuk melaksanakan fungsi-fungsi perbibitan, budidaya, pakan, keswan dan kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen”.

 Pada pertemuan tersebut para kepala dinas memberikan presentasi terkait tahun awal dari rencana strategis (Renstra) 2015 – 2019.
Saat ini telah disusun dan dibahas pokok-pokok rencana strategis 2015 - 2019. Renstra ini selanjutnya akan disosialisasikan dan dibahas bersama dengan para stakeholder termasuk dinas yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan tingkat propinsi dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga penyusunan renstra dibuat paralel dengan penyusunan kegiatan tahun 2015.

 Renstra ini menjadi acuan utama pembangunan peternakan dan kesehatan hewan baik di pusat maupun daerah. Oleh karena itu pada expose kegiatan propinsi untuk tahun 2015 menjadi sangat penting sebagai langkah awal memulai kegiatan perencanaan tahunan. Dalam perencanaan tahun 2015 sebagai langkah awal, diperlukan sinergi penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan sehingga tujuan dapat tercapai/ wan

Aksi Damai Peternak Layer Kabupaten Blitar

Mereka, kelompok peternak layer yang tersebar di berbagai area di Kabupaten Blitar, bergabung pada aksi damai yang diprakarsai oleh Paguyuban Peternak Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.
Sabtu, 26 April 2014, di depan kantor Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar terlihat kerumunan peternak petelur. Gunung Pegat yang merupakan icon dari Desa Dadaplangu tersebut hening menatap keramaian peternak di hadapannya. Sore itu sekitar pukul 16.00 terlihat sekelompok besar orang berkerumun di perempatan jalan mempersiapkan sebuah aksi untuk menyampaikan keluh kesah kepada publik dan pemerintah.

Harga telur yang rendah bahkan mencapai harga di bawah BEP selama beberapa bulan terakhir, atau lebih tepatnya 10 bulan terakhir setidaknya demikian menurut Sukarman selaku ketua panitia aksi damai yang juga merupakan peternak ayam petelur Desa Dadaplangu, menjadi latar belakang digelarnya aksi damai tersebut.
Mewakili kelompok peternak rakyat, Sukarman mengutarakan, bahwa mengingat Blitar merupakan basis dari peternakan rakyat, maka alangkah bijaknya apabila pemerintah daerah selalu mengambil kebijakan yang berpihak pada peternak rakyat dan bukan investor asing.

“Kami mendengar ada desas desus yang mengatakan akan masuknya investor asing di area Jatim untuk beternak ayam petelur yang memerlukan area hingga 500 hektar,” ungkapnya.

“Di luar terbukti atau belumnya isu tersebut kami di sini hanya mengantisipasi, bilamana hal itu benar adanya, maka kami sungguh berharap pemerintah berani berkata tidak! Dan, membuat kebijakan yang berpihak kepada kami. Sudah terlalu banyak kerugian yang harus kami tanggung, banyak kandang-kandang kosong karena pemiliknya tidak sanggup lagi membiayai operasional kandang. Sementara beternak ayam petelur adalah mata pencaharian utama kami,” paparnya kembali dengan berapi-api.

Tidak hanya itu saja, ternyata ada keluhan lain, kebijakan mengenai breeding agar tidak terlalu tinggi mematok harga jual DOC, serta tidak serta merta menjual telur breeding ke pasaran karena DOC tidak terserap oleh pasar. Hal ini menjadi penting, karena melubernya telur breeding ke pasaran juga merupakan salah satu faktor penyebab harga jual telur di bawah standar.

Selanjutnya isu paling panas yang diangkat pada sore hari itu adalah, beredarnya informasi bahwa per 1 Mei akan ada kenaikan harga pakan hingga 300 rupiah per kg yang artinya pakan konsentrat naik 15 ribu rupiah per zak. Kenaikan harga pakan ini akan semakin mencekik kami, sementara penanganan wabah Avian Influenza juga tak kunjung selesai, jadi pada intinya bantu kami dengan kebijakan yang menguntungkan anak bangsa, angkat harga telur, tolak investor asing, tata ulang regulasi tentang keluarnya telur breeding ke pasaran, dan tangani wabah AI dengan baik bila mana perlu, adakan program vaksin AI gratis untuk peternak, demikian seperti diutarakan Sukarman mengakhiri pembicaraan. (Mas Djoko R/Bali)

Kompak dan Bersatulah Peternak Layer!

Munas (Musyawarah Nasional) I Pinsar Layer Nasional (13-14/3) di FaPet UGM Jogjakarta telah melahirkan satu organisasi yang dicita-citakan lebih sempurna untuk menyatukan langkah peternak layer yang selama ini dikenal susah disatukan.

Perkenalan Ketua Pinsar Petelur Nasional
Berangkat dari kegelisahan peternak layer karena terus merosotnya harga telur nasional dibawah harga pokok produksi (HPP) sejak triwulan pertama tahun 2014 dan terus berlanjut hingga saat ini.

Munas (Musyawarah Nasional) I Pinsar Layer Nasional pada (13-14/3) di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta telah melahirkan satu organisasi yang dicita-citakan lebih sempurna dan diharapkan mampu menyatukan gerak langkah peternak layer yang selama ini dikenal susah disatukan.

“Diharapkan organisasi ini dapat menjadi wadah yang lebih responsif yang didasari atas rasa saling terbuka, membangun rasa saling percaya, dan taat kepada rekomendasi hasil koordinasi antar sesama peternak baik ditingkat daerah hingga ke tingkat nasional. Untuk itu kami mohon dukungan seluruh peternak layer di Indonesia,” demikian disampaikan Yudianto Yogiarso didampingi 4 peternak seraya memperkenalkan organisasi Pinsar Layer Nasional disela pelaksanaan seminar teknis yang diselenggarakan PT Ceva Animal Health pada Rabu, 23 April 2014 di Jakarta.

Munas pembentukan Pinsar Layer Nasional ini dihadiri oleh 62 perwakilan peternak layer se-Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Munas ini menyepakati organisasi ini sebagai organisasi yang berdiri sendiri. Terpilih 5 peternak sebagai ketua (presidium) : Man Budhi (Magelang), Feri (Sukabumi), Suyadi (Blitar), Yudianto Yogiarso (Jogjakarta) dan Roby (Cianjur).

Pada kesempatan berbeda, selaku sesepuh peternak petelur nasional Paul Iskandar berharap keguyuban dan ketaatan yang dibangun dalam wadah organisasi terus dijaga, menyentuh semua lapisan peternak layer. “Jangan lagi meneruskan kebiasaan buruk, peternak baru mau berkumpul kalau harga sedang jelek,” harapnya.

Perlunya cermat dan kompak 
Kiranya semua masyarakat perunggasan sudah mafhum kalau pembentukan keseimbangan harga yang baru sedang dalam proses. Adapun penguatan harga telur dan juga broiler yang seolah terhambat. Penyebabnya bisa jadi kompleks, namun salah satunya – yang banyak diyakini oleh pelaku broiler maupun layer adalah terlalu. Lebarnya selisih harga dalam satu pulau atau wilayah yang berdekatan.

Nah, apabila ini yang dijadikan titik tolaknya, maka ke depannya nampaknya peternak harus mulai menganyam jaringan informasi yang solid sekaligus merenda kekompakan dalam memasarkan hasil unggasnya tersebut.

Ini memang tidak mudah dilakukan, tapi di era informasi yang sudah sedemikian terbuka seperti saat ini, informasi harga komoditi unggas itu sudah diupayakan oleh berbagai pihak – salah satunya oleh Pinsar Layer Nasional. Tinggal bagaimana semua pihak memanfaatkan informasi itu dengan bijak untuk kemaslahatan perunggasan di Indonesia. Hanya ada satu langkah yang harus di tempuh, yaitu “kompak”. Itu artinya, koordinasi berbagai wilayah harus dijalankan dengan lebih terorganisasi lagi, sehingga sistem pemasaran unggas yang stabil kelak bukanlah mimpi.

Bahkan seorang peternak layer yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa memang situasi seperti sekarang, menempatkan posisi tawar peternak di level yang paling bawah. Padahal tidaklah seharusnya kita seperti itu. Memang harus diakui bahwa peternakan di Indonesia didominasi oleh segelintir perusahaan besar yang notabene juga mengontrol segala hal yang berkaitan dengan dunia peternakan. Hingga pertanyaan muncul, Apakah memang kita sebagai peternak kecil akan selalu begini tanpa bisa berbuat apa-apa?/Wan

Jawaban selengkapnya, simak di Infovet edisi Mei 2014.

Ir Suryo Suryanta: Syukur dan Yakin

”Saya tidak memandang segala sesuatu yang ada di hadapan mata sebagai suka dan duka, semua perjalanan ini disyukuri dan dijalani dengan didasari keyakinan.” Demikian prinsip hidup 
Ir. Suryo Suryanta, Sales Manager PT. Hobbard & Novogen.

Awal perjalanan Suryo di ranah perunggasan dimulai dengan bekerja di CPJF, sebuah farm yang terletak di kawasan Curug, Tangerang. Suryo menceritakan tepatnya pada 15 Mei 1995, ia dipercaya menjadi supervisor produksi, yang kesehariannya berada di kandang.

”Saya belajar dari kandang, belajar menjadi anak kandang serta bagaimana mengurus ayam. Karena saya meyakini dasar bisnis ayam ada di kandang,” ungkapnya. “Saya mempelajari kendala maupun permasalahan yang muncul di dalam kandang. Kunci keberhasilannya adalah pada tahap memelihara ayam,” sambungnya.
Jodoh beserta garis nasib kita siapa yang tahu. Rupanya, ditengah menjalani masa sebagai pegawai baru, Suryo dengan berani mengambil langkah untuk mengakhiri masa lajang dan memboyong sang istri untuk menetap tinggal di Curug.

Kemantapan Suryo untuk membina keluarga tadi, semakin mendorongnya untuk berani menghadapi perubahan keadaan. “Saya memperoleh dukungan mental untuk berpindah tempat kerja, hingga saat ini sudah yang ke 6 perusahaan saya berlabuh,” tutur suami dari Drh Ani Juwita Handayani itu.
Bagi Suryo, semua yang kita hadapi direfleksikan sebagai tantangan yang harus ditaklukkan, sehingga menjadi motivasi untuk melangkah. Ujar Suryo, dengan dorongan keluarga perjalanan lebih ringan dan dikaruniai kemudahan-kemudahan untuk mencapainya.

Jadilah Pemenang
Pengalamannya bekerja di CPJF, kemudian berpindah ke SHS, lalu BUPS, Tiga Dara, hingga ISA Indonesia, Suryo beropini bahwa bisnis perunggasan di Indonesia sangat baik dan peluangnya sangat besar. Ia melihat dari sisi jumlah penduduk sebagai pasar, serta kemajuan ekonomi Tanah Air yang akan membuat kita layak membusungkan dada di kancah dunia.

Menurutnya, bangsa Indonesia lebih baik dibanding Malaysia maupun Thailand. “Mereka di sana sudah stagnan, atau seperti mati suri karena tidak ada semangat untuk maju. Semua tidak bisa ekspansi, sementara biaya produksi semakin naik,” urai Suryo. “Namun harus menjadi dasar kita untuk berhati-hati setelah nanti memasuki Pasar Tunggal Asean, jadilah kita sebagai pemenang dan jangan jadikan kita bagian pasar dari negara lain,” tandasnya.

Lanjut Suryo, perlunya penggarapan di struktur produksi Tanah Air yang masih belum efisien, karena mayoritas pelaku produksi ada di farm level 3 dan 4. Mereka yang memiliki populasi ribuan sampai puluhan ribu saja, dapat terjadi ketidakefisienan disana-sini. Strategi berikutnya adalah dipikirkan bagaimana pada level mereka tersebut, menjadi usaha kompetitif dan efisien.

“Sudah saatnya mengubah jiwa peternak ke jiwa bisnis. Maksud saya menuju bisnis yang efisien, dengan memaksimalkan performance serta memiliki daya saing pasar yang kuat,” saran Suryo untuk para pelaku bisnis perunggasan di Indonesia. Ia menambahkan, sangat penting menjadkan karyawan kadang sebagai aset, sehingga mereka mendapatkan kemajuan seiring dengan kemajuan perusahaan/farm.

Sukses Adalah Sekarang
Kesuksesan adalah sesuatu yang abstrak bukan berwujud fisik, sehingga relatif dan hak setiap orang untuk sukses serta dapat mencapainya setiap saat. Makna sukses bagi Suryo adalah sukses bukanlah nanti, tetapi sukses adalah sekarang. Prinsip Suryo dalam berkarya ia ibaratkan seperti air mengalir. “Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, sehingga kita harus mempunyai bobot. Disitulah kita selalu belajar dan belajar. Karena untuk belajar, semua menjadi ingin terus berkarya,” terang ayah 2 putra dan 1 putri ini.

Kepada Infovet, Suryo menyampaikan obsesinya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi keluarga dan banyak orang pada umumnya. Suryo sangat senang bisa berbagi atau sharing ilmu dan pengalaman./nung.

Dan simak lengkap pengalaman inspiratifnya di Infovet edisi Mei 2014.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer