Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TATA RUANG DAN KOMUNITAS PETERNAKAN DI LAMPUNG

Peristiwa penolakan penduduk pemukiman sekitar peternakan terjadi di mana-mana, dan dalam laporan peristiwa ini juga terjadi di propinsi yang terletak di bagian paling selatan Pulau Sumatera, yaitu Propinsi Lampung. Bagaimana aktivis peternakan di Lampung menghadapi peristiwa ini?

Tata ruang dan komunitas peternakan di Propinsi Lampung mendapati peristiwa berupa kendala munculnya pemukiman di sekitar peternakan. “Padahal, dulu wilayah peternakan terbebas dari pemukiman,” ungkap Drh Slamet Riyadi salah seorang praktisi peternakan di Propinsi Lampung langsung kepada Infovet belum lama ini di Jakarta.

Dengan banyaknya pemukiman penduduk di sekitar peternakan, kini peternakan mengalami banyak masalah sebagaimana terjadi di wilayah lain, yaitu, demontrasi penduduk menuntut supaya peternakan digusur,” ungkap Slamet Riyadi yang sudah sejak 1993 sudah bekerrja di Lampung sebagai manager peternakan di PT Wira Liki sampai 1995.

Tak ayal Pemerintah Daerah Propinsi pun mengkaji ulang tata ruang wilayah untuk komunitas peternakan. Lampung Barat selama ini merupakan daerah yang identik dengan komunitas peternakan ayam pedaging. Slamet Riyadi menjelaskan bahwa, “Pengembangan populasi ternak di Lampung terdiri atas berbagai jenis ternak, yaitu ternak besar sapi dan unggas.

Namun demikian Drh Slamet Riyadi yang pada 1995-2010 bekerja sebagai TS (Technical Service) hingga Kepala Cabang PT Agro Makmur Sentosa di Propinsi Lampung, berpendapat untuk penataan tata ruang wilayah ini tidak bisa mengandalkan hanya pemerintah sendiri. Masyarakat peternakan di situ pun dituntut untuk ikut aktif. Dengan demikian terdapatlah pengembangan khusus wilayah ini. Sebagai pengurus ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) Daerah Lampung, Drh Slamet Riyadi pun mengungkap, “ASOHI mendukung dengan ikut memberi masukan dan ikut serta dalam usaha pengaturan tata wilayah ini.”

Memang hal penataan wilayah itu belum terwujud, dan menurut Drh Slamet Riyadi yang di ASOHI Lampung bekerja bersama Drh Urip Sutayo dan Drh Zulpida, penataan wilayah ini membutuhkan jangka waktu lama. Intinya, pihaknya berjuang keras dan menghindari agar peternakan jangan sampai tergusur. Dan tim dari ASOHI pun memberi pengertian supaya peternak aktif memberi saran kepada para masyarakat di sekitar. Jangan sampai dianaktirikan, sebagai sesama warga negara peternak mempunyai hak untuk berkembang.

Peristiwa masalah menyangkut tata ruang dan komunitas peternakan tersebut terjadi kecuali di komunitas peternakan Mako Agung yang merupakan komunitas peternakan ayam pedaging di Lampung Utara. “Di sini peternakan tidak terlalu menjadi masalah,” kata Drh Slamet Riyadi yang selulus dari FKH Unair Surabaya pada 1992 bekerja di CV Biovet. Berbeda dengan di komunitas lain yang mana apapun masalah dapat terjadi yaitu masalah polusi, bau, lalat, dan belum diterima oleh penduduk sekitar.

Kalau dulu di Lampung hewan-hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran, dan setelah beberapa tahun kemudian, mereka ditangkap dan dimasukkan kedalam kandang, dihitung jumlahnya dan diberi tanda pemilik pada tubuhnya, Direktur PT Akraman Kemuliaan di Lampung ini pun mengungkap daerah komunitas-komunitas peternakan yang ada saat ini di Propinsi Lampung antara lain komunitas peternakan Margo Agung di Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan, komunitas peternakan Pekalongan di Lampung Timur, komunitas Prokinal di Kotabumi Lampung Selatan dan komunitas peternakan Tanjung Bintang di Lampung Selatan.

Pengembangan terus dilakukan, peternak kelinci di Lampung Barat kini mengembangkan kelinci anggora lantaran nilai jual yang lebih tinggi. Salah satu kegiatan kontes ternak di kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan belum lama ini membuka pemetaan antara lain ternak yang dikembangkan di sini adalah sapi bali betina (bibit), sapi hasil inseminasi buatan/ IB (jantan) yaitu sapi sapi bali, sapi PO (peranakan ongole), sapi brangus, sapi brahman, sapi limousin dan sapi simental, serta sapi PO jantan.

Pada 1996 Infovet pernah menulis, dalam kasus pencemaran lingkungan oleh peternakan ayam, yang menjadi pemicu permasalahan sebenarnya akibat dari pemukiman yang terus berkembang. Pada awal pembangunan, peternakan (paling banyak terdengar bermasalah peternakan ayam) didirikan jauh dari pemukiman penduduk namun lama kelamaan di sekitar areal petemakan tersebut menjadi pemukiman. Hal tersebut menjadi-jadi karena perkembangan dan rencana tataruang yang tidak konsisten.

Departemen Pertanian telah menyadari hal tersebut dengan mengeluarkan peraturan menteri melalui SK Mentan No. 237/1991 dan SK Mentan No. 752/1994, yang menyatakan bahwa usaha peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk usaha peternakan ayam ras pedaging, yaitu populasi lebih dari 15.000 ekor per siklus terletak dalam satu lokasi, sedangkan untuk ayam petelur, populasi lebih dari 10.000 ekor induk terletak dalam satu hamparan lokasi.

Rupanya gesekan soal tata ruang peternakan dengan pemukiman penduduk ini masih terus terjadi. Juga di Lampung. Mari semua berusaha agar masalah seperti ini dapat segera teratasi. (Red)

SMK FARMING TLOGOWUNGU,PENYEDIA SDM PETERNAKAN DINI SELAIN SNAKMA

Dalam sebuah peristiwa acara dokter hewan perunggasan di Jakarta, Infovet bertemu dengan kepala sekolah peternakan yang merupakan sekolah alternatif pencetak dini tenaga peternakan selain Snakma. Ia adalah Drh SS Ngestiningsih yang menjabat sebagai Kepala SMK Farming Tlogowungu.

Kalau Snakma (Sekolah Peternakan Menengah Atas) merupakan sekolah menengah peternakan di bawah Departemen Pertanian, maka SMK Farming Tlogowungu Pati Jawa Tengah merupakan bukti nyata kepedulian pengembangan peternakan sejak dini di bawah Departemen Pendidikan Nasional (dulu Depdikbud). Sebagaimana Snakma, dengan SMK Farming dicetak tenaga teknis peternakan siap pakai.

SMK Farming Tlogowungu merupakan penerima Indolivestock Award 2006 untuk kategori Pengembangan SDM. Prestasi lain adalah sebagai sekolah unggulan 2006 Jawa Tengah, Juara II Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Jateng 2007 dan Juara III tahun 2008 serta 2009.
Drh SS Ngestiningsih mengatakan secara khusus kepada Infovet tentang adanya praktek kerja industri yang merupakan langkah pembiasaan siswa terhadap dunia kerja yang akan dihadapinya nanti. Umumnya praktek kerja industri dilakukan lebih cepat dan mudah dalam kerja di peternakan.

Sebagai contoh yang telah berlangsung pembiasaan kerja di industri peternakan itu telah dilakukan di beberapa peternakan seperti peternakan mitra PT PKP Unit Kudus, PT Sari Niaga Pasifik Subang Jawa Barat, Kelompok Ternak Sapi Perah Jagan Margorejo Pati, PT Cemerlang Unggas Lestari dan Jonggo Farm Wedar Jaksa Pati.

Drh Ngestiningsih yang alumnus FKH IPB tahun 1988 ini mengaku telah memelihara fasilitas yang dimiliki untuk dipakai belajar siswa di SMK ini sejak 1990. Dalam mengelola SMK yang berdiri sejak 1987 dibawah asuhan Yayasan Pendidikan Kekeluargaan Gotong Royong ini ia dibantu oleh suaminya. Fasilitas yang dimiliki kini pun berupa unit produksi dan pelatihan ayam pedaging berkapasitas 20 ribu ekor, unit produksi dan pelatihan sapi, kambing etawa, ruang multimedia dan asrama siswa.

Salah satu metode peningkatan kurikulum di SMK adalah ia dan suami rajin menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan peternakan dan kesehatan hewan yang dari situ dimasukkan kurikulum alternatif. Ngestiningsih mengaku kebutuhan tenaga peternakan lebih dari jumlah lulusan yang dihasilkan. Maka soal kualitas selalu diperhatikan sehingga untuk SMK ia selalu update informasi supaya para siswa dan lulusan SMK Farming bisa menjadi agen penyebar ilmu ke peternak.

Dalam rangka itulah praktek kerja industri seperti yang diselenggarakan di PKP Region Jawa Tengah dilakukan sebaik-baiknya. “Supaya sama-sama diuntungkan,” kata Drh Ngestingingsih. Makin nyata di sini, metode pendidikan yang diterapkan adalah “bersekolah sambil bekerja” atau “learning by doing”, ditunjang sarana belajar dan praktek yang memadai, “Sehingga lulusan SMK Farming siap memasuki dunia kerja,” akunya.

Alhasil, lulusan-lulusan SMK Farming ada yang diterima di PT Medion Bandung sebagai asisten teknisi peternakan, operator industri dan bidang kerja sejenisnya. Ada pula yang diterima di PKP Unit Kudus sebagai operator peternakan ayam pedaging, di PT Sierad Produce sebagai penyuluh dan berbagai operator peternakan ayam. Selain itu beberapa juga diterima diberbagai perusahaan peternakan lain baik sebagai operator penggemukan sapi potong, operator toko daging, operator peternakan maupun penanggungjawab logistik dan sejenisnya.
Drh Ngestiningsih pun menyampaikan setiap lulusan SLTP atau MTs dapat mendaftarkan di SMK Farming untuk mengikuti jalur keahlian dan ketrampilan bidang budidaya ternak di SMK Tlogo Wungu Pati Jawa Tengah yang punya kelas industri atau kelas wirausaha.

Masing-masing lulusan berkompetensi sebagai operator peternakan ayam pedaging dan ayam petelur dengan sertifikat PT PKP, vaksinator, pengelola toko daging, pemotong ayam pada rumah potong ayam (RPA) dengan sertifikat MUI, juru timbang panen ayam pedaging, penenggungjawab logistik peternakan, pembuat pupuk organik, operator pembibitan atau penggemukan sapi, kambing dan domba, mengolah hasil ternak, mengolah pakan hijauan, dll.
Kalangan peternakan dan kesehatan hewan pasti sadar betul tentang kebutuhan sangat penting terhadap tenaga teknis ini. (Red)

KEDAULATAN PANGAN

Oleh: Drh H. Tjiptardjo P, SE

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kebutuhan mendasar yang harus terjamin adalah ketersediaan bahan pangan, dalam tata ekonomi yang berdasarkan pasar bebas memang tidak tertutup adanya kebutuhan yang harus dipasok dari negara lain, namun demikian harus dapat dibatasi dan hal-hal yang bersifat strategis dapat dipenuhi sendiri dari sumber lokal.

Dari analisis kelembagaan yang terkait dengan kecukupan pangan, ditataran global akan terjadi kecenderungan ketidakseimbangan laju penambahan penawaran dan permintaan, untuk itu harus diwaspadai dan dipersiapkan. Terkait dengan bahan pangan asal hewan maka Program Swasembada Daging Sapi 2014 merupakan upaya yang perlu penyesuaian agar dapat lebih efektif.

Mengacu pada Seminar Nasional “Peluang dan Tantangan Investasi Peternakan Sapi dalam rangka Swasembada Daging Sapi 2014” yang diselenggarakan oleh ASOHI (Asoasiasi Obat Hewan Indonesia) paad akhir September 2010 di Jakarta, memang banyak hal yang perlu perbaikan untuk dapat mencapai sasaran terbaik.
Hal-hal yang harus dipertajam adalah efisiensi dari sumber dana dengan prioritas kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian program serta peran serta Pemerintah daerah yang perlu ditingkatkan. Tepat sekali ulasan dalam artikel harian Kompas tanggal 1 Oktober 2010 yangbertajuk “Program Belum Fokus, Pemda Tidak Mendukung Program Swasembada Daging Sapi”.
Dalam peningkatan populasi sapi yang tidak boleh diabaikan adalah optimalisasi stock yang ada dengan meningkatkan produktivitasnya, melalui berbagai upaya yang tidak sulit dilaksanakan dengan biaya yang relatif tidak tinggi.

Kegiatan yang perlu menjadi prioritas adalah penyelamatan sapi betina produktif yang sampai saat ini laju pemotongannya masih tinggi, untuk itu perlu dukungan Pemerintah Daerah melalui pengawasan pada RPH (Rumah Potong Hewan). Selain itu juga diperlukan optimalisasi kondisi kesehatan reproduksi sehingga angka kelahiran bisa ditingkatkan, disamping perbaikan kondisi umum melalui pencegahan penyakit parasit khususnya cacing yang menghambat pertumbuhan dan pertambahan berat badan.

Diharapkan melalui penajaman program secara tepat, efisiensi dapat dilakukan dan efektivitas dapat ditingkatkan sehingga sasaran program dapat dicapai.
(*)

5 STRATEGI DOKTER HEWAN HADAPI TUNTUTAN PERUNGGASAN

Tuntutan dunia perunggasan begitu banyak dan semakin bertambah, dimulai dari tuntutan keragaman sebagai tuntutan paling besar dari konsumen, tuntutan keamanan pangan, kekarantinaan, penanganan penyakit, disusul tuntutan-tuntutan yang lain. Diperlukan strategi menghadapi tuntutan itu. Apa saja 5 strategi yang ditawarkan Wakil Menteri Pertanian?

Kompak, komunikatif, membangun jaringan kerja, dan membagi ilmu pengetahuan, dan pemetaan secara cepat adalah 5 strategi bisnis perunggasan yang diharapkan dimiliki dokter hewan.

Harapan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia Dr Bayu Khrisnamurti dalam acara Lokakarya Perencanaan Pengembangan Perunggasan Nasional di Jakarta belum lama ini. Bayu mengungkap kecenderungan tuntutan dunia perunggasan berdampak besar dan menimbulkan harapan sangat besar pada profesi dokter hewan, Harapan itu adalah agar dokter hewan bisa berperan dan memenuhi esensinya sebagai profesi yang layak dan dibutuhkan masyarakat.

Keragaman sebagai tuntutan paling besar dari konsumen itu adalah semakin banyak jenis produk, semakin banyak kualitas, konsumen semakin banyak menuntut penghantaran atau pengemasan dengan contoh pengemasan nugget ayam dan sayap ayam.

Di sini, “Keragaman adalah suatu yang tidak dapat dihindari,” kata Dr Bayu Khrisnamurti dalam acara yang diselenggarakan oleh USDA (United States Department of Agricultural), FAO (Food and Agricultural Organization), Kementerian Pertanian RI dan ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia) itu.

Menurut Dr Bayu Khrisnamurti, industri perunggasan tidak hanya menghasilkan produk secara utuh, namun juga memerlukan proses produksi dengan industri yang juga beragam.
Tuntutan selanjutnya adalah keamanan pangan, di mana kalau produk sedemikian beradab dengan jenis berbeda-beda bisa dibayangkan intervensi yang berbeda. Di sini dalam proses produksinya, “Banyak momen yang harus dilewati, dan dengan sendirinya banyak ancaman keamanan produk,” kata Bayu.

Ia mencontohkan ancaman itu adalah penyakit bakteri, penyakit virus dan lain-lain penyakit serta ancaman yang sangat banyak sekali, yang mempengaruhi kepastian produk yang disajikan konsumen apakah sudah benar-benar aman.

Adapun kondisi di Indonesia juga ada tuntutan tambahan, yaitu soal kehalalan. “Contohnya chicken nugget, apakah pengamanan menunjukkan proses dalam chicken nugget halal?” tanya Bayu Khrisnamurti.

Ia pun melontarkan pertanyaan selanjutnya tentang kepastian jaminan bukan hanya pada perusahaan-perusahaan tapi juga pada produk. Selama ini pertanyaan di negara maju yang banyak diajukan tentang suatu produk tertentu adalah, “Siapa yang membuat produk itu?” Menurut Bayu, pertanyaan ini sudah mulai berlaku di Indonesia. Misalnya pada bidang pertanian, karet yang dibeli berasal dari pohon yang mana? Lalu daging yang dibeli dari peternakan mana?

Berikutnya Dr Bayu mengungkap kebutuhan dan tuntutan fungsi-fungsi kekarantinaan juga semakin ketat dan semakin efisien. “Tidak membuat biaya yang tinggi, proses kekarantinaan harus tegas, bagus, baik, efisien dan berbiaya murah,” tegasnya.
Kecenderungan berikutnya adalah penanganan penyakit. “Kita harus dapat mendeteksi penyakit sedini dan seakurat mungkin, bahkan kalau perlu dengan pemeriksaan biomolekuler secepat mungkin dan diakhiri dengan mekanisme penjaminan seandal mungkin,” kata Dr Bayu Khrisnamurti.........(yonathan)

Selengkapnya baca majalah Infovet edisi September 2010

DEKAN TERMUDA FAPET UNSOED DILANTIK


Pada 9 Agustus 2010 Dr Ir Akhmad Sodiq MSc Agr dilantik sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jawa Tengah. Pada saat dilantik, ia baru menginjak usia 41 tahun dan menjadikannya sebagai dekan termuda sepanjang sejarah Fapet Unsoed.

Pelantikan dan Serah Terima Jabatan berlangsung di Gedung Soemardjito Universitas Jenderal Soedirman. Akhmad Sodiq dilantik untuk masa jabatan antar waktu tahun 2008-2012 menggantikan Dekan sebelumnya Prof Dr Ir Mas Yedi Sumaryadi MS yang di tengah masa jabatannya terpilih menjadi Pembantu Rektor I.

Suami dari Susiati SAg ini terpilih melalui paparan Program Kerja Calon Dekan Pengganti Antar Waktu Fakultas Peternakan Unsoed Masa Jabatan 2008-2012. Dalam paparannya, ia menjabarkan visi yang sangat sederhana namun tepat sasaran yaitu “Kebersamaan dan Silaturahim untuk Mewujudkan Kemajuan dan Kesejahteraan Fakultas Peternakan Unsoed”.

Sementara itu, dilantik juga sebagai Dekan Fakultas Pertanian Unsoed Dr Ir H Achmad Iqbal MSi periode 2010-2014, Prof Dr Hj Triani Hardiyati SU sebagai Direktur Program Pascasarjana periode 2010-2014. Drs Bambang Agus Pramuka MAcc Ak PhD sebagai Asisten Direktur I Program Pascasarjana, dan Dr Agus Suroso MS sebagai Asisten Direktur II Program Pascasarjana.

Acara pelantikan dihadiri oleh Anggota Senat Universitas, Jajaran Pejabat di Fakultas Pertanian dan Peternakan, Pejabat Struktural di lingkungan Unsoed, Dharma Wanita Persatuan Unsoed dan juga Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian. (sapt/red)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer