Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Kisah Siput Tolol

Syahdan, di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya memanjat pohon ceri. Beberapa ekor burung di sekitar situ memandangnya dengan perasaan geli. ”Dasar siput bego!” kata seekor burung tertawa mengejek.

”Hai siput tolol! Mau ngapain kau memanjat pohon itu?” kata burung lain. Burung yang satu ini bermaksud baik, mengingatkan agar siput tidak usah menghabiskan energi memanjat pohon. ”Di atas sana tidak ada buah ceri!” teriaknya.

Siput tetap memanjat pohon dengan penuh semangat. ”Pada saat saya tiba di atas, pohon ceri ini telah berbuah,”

Cerita ini saya kutip dari buku Recharge Your Life karya Haryo Ardito yang dikenal dengan julukan Die Hard Motivator. Moral dari cerita ini, kata Haryo Ardito adalah bahwa orang yang berpandangan jauh ke depan dapat melihat harapan di balik kekosongan. Sedang mereka yang hanya berpikir ”hari ini” melihat kekosongan sebagai kesia-siaan.

Cerita ini mendapat beberapa tanggapan bagus ketika saya tulis di internet. Seorang pembaca berujar,” jangan sepelekan orang yang kelihatan seperti siput tolol, siapa tahu kelak kita melihat dia sebagai seorang bintang”.

Ya, membaca cerita siput tolol ini, pemahanan saya mengenai ”pandangan jauh ke depan” terasa menjadi lebih dalam. Pada awalnya saya berpendapat, melihat jauh ke depan adalah sekedar menetapkan target berdasarkan trend keadaan saat ini. Ternyata tidak. Pekerjaan membuat trend, ahli statistik pintar sekali, tapi bukan berarti semua ahli statistik memiliki jangkauan padangan jauh ke depan sebagaimana layaknya para pemimpin hebat.

Begitupun para eksekutif yang mendapatkan informasi dan data yang disajikan di media cetak maupun melalui seminar-seminar. Tidak berarti semua peserta seminar langsung mampu melakukan pandangan jauh ke depan dari sebuah seminar mengenai prospek bisnis masa depan. Kejelian menggabungkan beberapa informasi itulah yang membuat seseorang dapat berbeda menyikapi data. Kita boleh sama-sama mengikuti seminar prospek bisnis, tapi cara kita merespon data dan informasi itulah yang membedakan siapa diri kita.

Memandang jauh ke depan juga bukan sekedar mengira-ira. Bukan pula sekedar mengucapkan cita-cita. Anak kecil juga bisa berpikir masa depan ketika ditanya tentang cita-cita. Dengan lancar mereka berkata, “saya kelak mau jadi polisi, mau jadi dokter, mau jadi insinyur, mau jadi pilot dan sabagainya”. Pasti bukan itu yang dimaksud cerita si ”siput tolol” ini.

Pandangan jauh ke depan di sini adalah melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh logika umum dan mulai melakukan action untuk meraih masa depan tersebut meskipun banyak orang mengabaikannya atau bahkan mengejeknya. Dalam logika normal, orang yang memandang jauh ke depan bisa terlihat tolol, tapi kelak orang akan melihat dia adalah pemimpin yang cerdas.

Bagi seorang yang berkarir, berpikir jauh ke depan dapat diartikan sebagai orang yang mau bekerja di suatu tempat yang sangat tidak diminati orang lain, dan di kemudian hari orang lain mengakui, karyawan ini layak disebut hebat karena pilihan karirnya sangat tepat. Dr. Drh. Soehadji dapat dijadikan sebagai salah satu contoh. Pada saat baru menyandang gelar dokter hewan, ia mau ditempatkan di daerah terpencil yakni di Kecamatan Sendawar, nun jauh di pedalaman Kalimantan Timur. Di kemudian hari, dengan pengalamannya yang sangat kaya di daerah, ia sukses meniti karirnya hingga di puncak, sebagai Dirjen Peternakan.

Seorang pengusaha atau calon pengusaha yang memiliki pandangan jauh ke depan bukan tipe orang yang berpikir instan. Ia mau membangun pabrik yang hasilnya 5 atau 10 tahun lagi. Orang berpandangan jauh kedepan adalah orang yang tekun dan konsisten dengan tujuannya. Ibarat pelari, mereka adalah pelari maraton.

Tirto Utomo adalah pengusaha yang awalnya diejek banyak orang karena membuat pabrik air putih dalam kemasan botol. Logika yang ada waktu itu adalah, air putih harus gratis, yang pantas dibotolkan adalah air minum yang manis, rasa coklat atau aneka rasa lainnya. ”Mana mau orang Indonesia membeli air putih dalam botol yang harganya (waktu itu-red) lebih mahal dari bensin,” demikian logika yang umum saat itu.

Pastilah banyak orang yang menilai Tirto Utomo seperti si siput tolol.

Tapi Tirto punya pandangan yang berbeda. ”kelak dimanapun anda berada, semua orang akan mencari air minum yang sehat dan higienis,” ujar Tirto menanggapi ejekan para pengamat.

Keyakinan ini bermula pada saat Tirto Utomo yang pernah bekerja di Pertamina. Tugasnya sering mengantar tamu orang asing, dan para tamu sering sakit perut karena minum air yang kurang bersih di warung makan. Ia melihat hal tersebut sebagai sebuah peluang meskipun ia memendam gagasan itu sekian lama. Dan saat peluang itu datang ia segera mewujudkan gagasan terpendamnya.

Tirto Utomo melihat ke depan, bahwa bukan hanya orang asing yang membutuhkan air putih dalam kemasan, tapi juga orang kita yang ada di angkutan umum, mobil pribadi dan dimana saja yang sulit mendapatkan air minum yang higienis.

Kini usaha yang ia rintis yang bermerek Aqua telah menjadi sebuah industri AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) terbesar di tanah air.

Mungkin saja, di sekitar saya ada siput tolol. Saya tak boleh lagi mengejek tindakan atau keputusan orang yang kelihatan aneh.

Selamat Tahun Baru 2010.

Email: bambangsuharno@telkom.net


Di Akhir Tahun,Telur Ayam Dirundung Kelam

Akhir tahun 2009 ini, dunia perunggasan Indonesia nampaknya layak untuk di dikatakan sebagai sebuah kondisi yang ”sangat-sangat” tidak menggembirakan. Karena, setidaknya ke 3 (tiga) komoditi perunggasan yang potensial menggerakkan perekonomian riil di tengah masyarakat, yaitu daging ayam negeri, daging ayam kampung dan telur negeri, harganya telah jatuh mendekati titik nadir dalam sejarah perunggasan Indonesia selama ini.


Ketika tulisan ini dibuat (mendekati akhir Nopember 2009), harga ketiga komoditi pangan itu telah menyentuh level psikologis di bawah titik impas (BEP) masing-masing selama hampir lebih dari 6 minggu bahkan ada yang telah mencapai lebih dari 20 minggu. Peternak benar-benar sedang mengalami ujian berat. Dan bagi yang masih bertahan, tanpa mengurangi populasi secara ekstrim ataupun menunda peremajaan, memang mempunyai pengharapan besar untuk meraih keuntungan lebih besar di tahun depan (2010). Istilah lazim di kalangan peternak BALAS DENDAM KERUGIAN akan diraih di hari kemudian. Namun toh jika ada yang terpaksa untuk menunda peremajaan dan atau yang menghentikan produksi alias tidak ada DOC masuk (chick in), sudah pasti sebuah langkah yang paling sangat realistis, jika tidak ingin tergulung usahanya.

Informasi yang dikumpulkan oleh Tim Pemantau Lapangan INFOVET Jawa Tengah - Yogyakarta, bahwa harga telur berada di bawah titik impas sudah berjalan lebih dari 21 minggu. Sebuah kondisi yang benar-benar sangat menyesakkan dada peternak. Berbagai upaya dan usaha bersama dari para peternak yang tergabung dalam organisasi atau asosiasi peternak, terus dilakukan. Namun ternyata tidak juga berdampak nyata untuk kurun waktu yang lama.


Langkah nyata yang telah dilakukan oleh beberapa peternak di Jawa Tengah antara lain menyumbangkan secara gratis ke yayasan atau panti asuhan. Selain itu, juga ditempuh aksi bagi-bagi telur masak sebanyak 19 ton oleh PINSAR Solo dalam rangka memecahkan rekor MURI, adalah bentuk nyata yang lain untuk mendongkrak harga telur di pasar.


Sekali lagi, langkah itu meski sempat menyeret harga telur sedikit naik, namun tidak dapat berlangsung lama, bahkan 2 hari pun, harga itu tidak kuat bertahan. Alias harga kembali ke titik awal sebelum upaya itu dilakukan.


Harga telur saat ini (mendekati akhir Nopember 2009) berkisar di angka Rp 7.600 – Rp 7.800 dan sudah berlangsung lebih dari 2 minggu. Dengan titik impas sekitar Rp 10.000/kg, maka berarti peternak harus menanggung beban kerugian rata-rata sekitar Rp 2.500/kg. Memang pada kisaran bulan Juli – pertengahan Agustus 2009, harga masih mendekati titik impas yaitu berkisar Rp 10.000 – Rp 10.500/kg, kemudian terus melorot sampai Rp 9.400 – Rp 9.600/kg selama hampir 3 minggu hingga akhirnya menembus dibawah harga Rp 9.000/kg untuk waktu yang panjang.


Harga memang sempat bergerak naik agak siginifikan di pertengahan September mendekati Lebaran, yaitu pada level di atas Rp 12.000/kg, namun sayangnya hanya berlangsung kurang dari seminggu saja. Harga kembali ke level di bawah titik impas lagi.


Sedangkan harga komoditi daging ayam potong, memang tidak mengalami fluktuasi yang ekstrim sebagaimana harga telur. Meski demikian, jika akumulasi dari bulan Juli sampai dengan akhir Nopember 2009 ini, maka harga secara umum, masih berada di bawah titik impas.


Proporsi waktu antara harga ekstrim tinggi dengan harga di bawah titik impas sekitar 35:65. Artinya peternak dalam posisi menanggung beban kerugian yang lebih lama dibanding tingkat keuntungannya. Pada bulan Juli 2009 memang relatif stabil dengan harga di kisaran Rp 12.500/kg s/d Rp14.000/kg. meski hanya berlangsung sekitar 2,5 minggu. Namun demikian harga pun pernah menyentuh di angka Rp 10.000/kg.


Atas hasil catatan TPL, bahwa kisaran harga daging ayam potong, ternyata pada level Rp 11,500 adalah harga yang paling lama bertahan. Dengan lain kata, pada level Rp 11.500/kg dimana titik impas secara umum adalah pada angka Rp 11.750- Rp 12.000 berarti beban kerugian peternak memang tidak terlalu banyak, namun dalam rentang waktu yang sangat panjang/lama, akhirnya kumulatif peternak menderita..


Sedangkan komoditi daging ayam kampung, lebih unik dan menarik lagi. Menarik oleh karena setelah wabah Flu Burung yang menghabiskan populasi ayam kampung milik penduduk, mestinya hukum ekonomi akan berlaku. Tetapi ternyata tidak juga hal itu terjadi. Bahkan harga pernah jatuh pada kisaran Rp 14.500/kg dengan titik impas berkisar Rp 18.000 - Rp19.000.


Konsumen utama daging ayam kampung adalah beberapa rumah makan khas tertentu memang relatif banyak membutuhkan, akan tetapi pasokan yang paling besar adalah berasal dari ayam kampung silangan yang dibudidayakan secara semi intensif oleh peternak profesional. Istilah ini untuk membedakan dengan peternakan rakyat yang dipelihara dan dibudidayakan ekstensif tradisional, alias dilepas bebas.


Posisi pemasok sebelum wabah FB memang dari peternakan ekstensif rakyat, namun akhirnya tergantikan oleh ayam kampung silangan yang sebenarnya populasinya juga belum begitu banyak. Menjadi unik oleh karena pada umumnya ketika menjelang lebaran harga terangkat naik, ternyata lebaran 2009 ini justru harga melorot mendekati titik impas. Lebaran 2009 di Jateng-Yogyakarta, harga hanya mampu menapak di kisaran Rp 17.000 – Rp 18.500. Artinya memang secara matematis ada selisih positif antara ongkos produksi dengan harga penjualan. Namun senyatanya peternak umumnya, tidak mendapatkan apapun justru menderita kerugian oleh karena tingkat kematian (mortalitas) yang relatif masih tinggi 9 – 12 %.


Memang masih menjadi pertanyaan para pelaku usaha ayam kampung mengapa hal itu terjadi. Sebab harga daging sapi yang menjadi kompetitor utama dalam menu lebaran justru relatif stabil dengan kecenderungan bergerak naik sedikit. Tetapi kenaikan harga ayam kampung tidak seperti Lebaran 2008 yang justru menembus angka Rp 24.000 padahal dengan ongkos produksi hanya 12.500 saja..


Berkaitan dengan kondisi harga komoditi perunggasan yang sangat memprihatinkan itu, para peternak mencoba meraba-raba penyebabnya, atas dasar aneka informasi yang diperoleh. Dugaan penurunan daya beli masyarakt yang melemah, tidak nyata sekali menjadi penyebab. Terlebih di tahun 2009 ada kegiatan berskala nasional yang bersifat serentak yaitu kampanye
Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden, mestinya justru mampu menggenjot tingkat konsumsi komoditi itu.


Kemudian perkiraan peternak, tentang adanya telur dari negeri jiran Malaysia ataupun tepung telur impor juga mestinya tidak akan berpengaruh signifikan. Karena menurut asumsi peternak, pasokan telur impor itu sudah pasti tidak akan mampu dalam volume yang banyak.


Selanjutnya kecurigaan peternak pada saat bulan September sampai Nopember 2009 dimana harga DOC petelur yang relatif sangat murah, dituduh menjadi biang keladinya. Kambing hitamnya adalah perusahaan pembibitan ayam (breeding farm) yang telah melepas dan menggelontor telur tetas ke pasar konsumsi. Kecurigaan ini memang yang paling dapat diterima akal sehat, namun toh, seharusnya juga tidak akan mampu berlangsung lama, jika hal itu menjadi penyebabnya.

Lalu informasi terakhir tentang populasi ayam petelur dan ayam potong di Kalimantan dan Sulawesi yang sudah berkembang pesat, menurut para peternak menjadi faktor penyebab utamanmya. Produksi telur dan populasi ayam di pulau Jawa yang jelas nyata ada kencenderungan meningkat itu, sangat mungkin tidak tersalurkan hasilnya ke kedua pulau itu yang selama ini menjadi pasar utama. Informasi yang diperoleh Tim Pemantau Lapangan Infovet pada saat Rakernas ASOHI memang menguatkan dugaan yang terakhir ini.

Informasi sumber Infovet yang ditemui saat Rakernas ASOHI di Jakarta akhir Oktober 2009 memang menguatkan kecurigaan para peternak di Jawa bahwa kedua pulau besar itu sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Meski demikian, umumnya sangat sulit diperoleh kepastian seberapa besar pertumbuhan populasi dan banyaknya populasi ayam petelur dan ayam pedaging di kedua pulau besar itu.


Umumnya para peternak di Jawa menyikapi kondisi yang menimpa saat ini, masih dengan nada optimistis. Mereka seolah sepakat, bahwa bagaimanapun badai pasti akan berlalu. Namun peternak yang menjadi korban amukan badai harga juga tidak sedikit. Apakah mereka bisa bangkit atau sebaliknya terus terpuruk, tergantung dari keuletan dan kekuatan untuk berkelit .


Tahun 2010 tetap memberikan pengharapan yang luas membentang, bersiaplah menyongsong tetapi dengan selalu penuh kewaspadaan. (iyo)


Alltech Meraih Penghargaan International Irish Company of the Year di Asia Pasifik

Alltech menerima penghargaan sebagai International Irish Company of the Year di Asia Pasifik pada sesi Business & Finance Asia-Pacific Ireland Business Awards pada tanggal 16 Oktober 2009, dalam acara The Third Annual Asia-Pacific Business Forum di Bangkok, Thailand. Penghargaan ini diberikan kepada Alltech atas kesuksesannya membangun bisnis yang berkelanjutan selama satu decade terakhir, juga atas berbagai inovasi-inovasi terbaru, serta atas berbagai kegiatan CSR yang dilakukan di kawasan Asia Pasifik.

Penganugerahan penghargaan ini diselenggarakan oleh Majalah Business & Finance bekerjasama dengan Asia-Pacific Irish Business Forum dan Ireland China Association dan merupakan satu-satunya bentuk penghargaan dari Irlandia bagi para pebisnis di Asia. Mantan T.D. dan Tánaiste Dick Spring mengetuai panel juri yang terdiri atas sejumlah pemimpin bisnis yang memiliki jaringan dengan Irlandia dan kawasan Asia Pasifik. The annual Asia-Pacific Business Forum, dikoordinasikan oleh Irish Thai Chamber of Commerce, yang bergerak sebagai event bagi jaringan bisnis bagi berbagai perwakilan dari sebelas kelompok bisnis di kawasan ini.

Sebagai perwakilan dari Alltech untuk menerima penghargaan ini, Ms. Orla McAleer, Marketing Manager Alltech Asia Pasifik, berkata, “Kami sangat tersanjung dengan adanya penghargaan bergengsi ini. Alltech telah memasuki pasar Asia Pasifik sejak tahun 1986 dan sejak saat itu kawasan ini telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kesuksesan kami di seluruh dunia. Kami terus mengupayakan pengembangan pasar dan pertumbuhan yang lebih baik di kawasan Asia Pasifik dengan terus bekerja sama dengan para pelanggan, rekan kerja, asosiasi serta mempromosikan sains dan pendidikan sekaligus terus menerus mendukung keamanan, kualitas dan traceability di dalam industri pakan dan kesehatan hewan.” Saat ini Alltech memiliki kantor di 16 negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk satu Asia-Pacific Bioscience Centre di Bangkok, Thailand.

Alltech adalah title sponsor dari Alltech FEI World Equestrian Games 2010™ yang akan diadakan di Kentucky, AS dari tanggal 25 September hingga10 Oktober 2010. Sejak didirikan 29 tahun yang lalu, Alltech telah mengembangkan jaringan-jaringan regional yang kuat di seluruh dunia, dengan lebih dari 1,900 karyawan dan kantor perwakilan di 119 negara. (inf)

Pemerintah Jangan Ragukan Eksistensi HPDKI

Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat melibatkan HPDKI dalam kegiatan aplikatif di lapangan maupun program pemberdayaan ternak domba kambing (doka) di Indonesia. Demikian menurut Ketua Umum Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) 2009 - 2014 drh. Abduljabbar Zulkifli dalam pelantikan dan pengukuhan pengurus DPP HPDKI di gedung kampus program pasca sarjana MB IPB Bogor, Jum’at (30/10).

“Perlu dukungan moril maupun spiritual dalam meningkatkan kesejahteraan peternak, karena program kerja yang akan dijalankan oleh HPDKI tidak hanya akan bersentuhan dengan peternak rakyat yang identik dengan sektor produksi, namun diperlukan energi lainnya yang dapat mendorong HPDKI untuk dapat bersentuhan pula dengan sektor-sektor lainnya khususnya pada bidang hilir ternak” jelas Abduljabbar Zulkifli

Hingga saat ini kebutuhan kambing dan domba mencapai 5,6 juta ekor. Namun baru bisa terpenuhi separuhnya. Ini menjadi sebuah tantangan bagi peternak Indonesia, siapkah kita menerima import dari negara Australia dan negara lain yang akan masuk ke Indonesia di era pasar bebas pada 2015 nanti. “Mereka bisa menjual daging dan domba lebih murah dari produk dalam negeri,” tandasnya.

Menurut Jabbar, langkah yang tepat pada saat ini adalah dengan pendekatan ekonomi, karena masyarakat dapat merasakan perbaikan ekonomi dengan beternak doka. Melakukan perubahan gaya pemeliharaan yang high cost di masyarakat dengan mengoptimalkan usaha peternakan doka yang lebih efisien dan tidak high cost sehingga bisa bersaing baik di dalam negeri maupun international.

Disamping itu dengan masuknya beberapa nama generasi muda ke dalam kepengurusan merupakan bagian strategi dari ketua umum agar mobilitas organisasi ini dapat berlari kencang dalam menjalankan program-programnya nanti, sementara para tokoh dan pengurus senior tentunya akan senantiasa berkenan dalam membimbing insan ternak muda dan dipandang akan sangat membantu kinerja HPDKI sebagai organisasi penganyom peternak Indonesia. (all)

DSM Aquaculture Seminar


Hotel Alila yang berlokasi tepat dijantung kota Jakarta menjadi tempat PT DSM Nutritional bersama PT Menjangan Sakti menggelar seminar setengah hari bertajuk DSM Aquaculture Seminar. Seminar yang dihelat Selasa, 17 November 2009 ini menghadirkan pembicara bidang perikanan dari luar negeri seperti Prof Jean-Francois Mittaine ahli fishmeal dari Paris University, Perancis.

Bertindak sebagai moderator adalah Prof Dr Budi Tangendjaja dari Balai Penelitian Ternak, Ciawi yang juga dikenal sebagai ahli pakan ternak. Prof Mittaine berbicara tentang perkembangan harga tepung ikan berkaitan musim melaut di Peru dan beberapa faktor lain yang mempengaruhinya.

Sementara itu Prof Dr Kiron Viswanath dari Faculty of Bioscience and Aquaculture dari Bodo University Norway menjelaskan tentang pendekatan nutrisi untuk manajemen kesehatan ikan. Menurut Dr Viswanath, “Kemajuan dalam ilmu perikanan budidaya selama beberapa dekade terakhir telah memperkenalkan dimensi baru dalam sistem budidaya perikanan.

Biaya pakan mengambil porsi paling besar yaitu lebih dari 60% dari total biaya produksi, untuk itu peternak selalu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Lebih lanjut, hal ini dicapai melalui upaya dari produsen pakan dan peternak dengan hati-hati memilih bahan baku dan formulasi yang cocok dengan ikan spesies ikan yang diternakkan.

“Efisiensi pakan sangat penting karena harus diterjemahkan ke dalam manfaat ekonomi tanpa mengorbankan keberlanjutan masalah kesehatan ikannya,” terang Prof Viswanath.

Ada konsensus umum bahwa pakan yang baik tidak hanya mampu memberikan pertumbuhan yang baik, tetapi juga melindungi ternak dari pengaruh stres dalam peternakan dan penyakit. Konsep kesehatan gizi modulasi telah memacu para peneliti untuk mempelajari interaksi antara nutrisi yang baik dan kesehatan yang lebih baik antara bertani ikan dan udang. Untuk mencegah kerugian akibat penyakit yang mengancam budidaya perikanan, penekanannya adalah pada vaksin dan strategi alternatif lain untuk menjaga hewan sehat.

Jurus dasar dalam manajemen nutrisi kesehatan adalah memberi “pakan yang benar”. Istilah ini menyiratkan bahwa pemberian pakan ternak untuk mendapatkan produksi yang maksimal dengan ditunjang kondisi kesehatan ternak yang terbaik.

Lebih jauh, Prof Dr Delbert M Gatlin III menjelaskan manfaat penambahan nukleotida dalam pakan ternak akuakultur. Dari hasil penelitiannya suplementasi nukleotid pada berbagai spesies ikan mampu meningkatkan pertumbuhan di awal pemeliharaan, meningkatkan kualitas larva, meningkatkan toleransi terhadap stres dan penyakit, seperti memodulasi respon kekebalan maternal dan adaptasi.

Seminar ini dihadiri undangan dari institusi penelitian pemerintah dan universitas serta para pelaku industri bidang akuakultur, khususnya perwakilan perusahaan yang menyediakan pakan ikan dan udang yang berjumlah lebih dari 70 orang. Diantaranya adalah Charoen Pokphand, Cargill, CJ Feed, Gold Coin, Malindo, Matahari Sakti, Mabar, Sinta Prima, Panca Patriot, Wonokoyo, Suri Tani Pemuka, Medion, IPB, DKP, dll. Acara ditutup dengan pembagian door prize berupa telepon seluler dan notebook. (wan)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer