Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PEMAIN BARU PUN BERJAYA DI AJANG INDOLIVESTOCK

PEMAIN BARU PUN BERJAYA
DI AJANG INDOLIVESTOCK

(( Penyebutan istilah baru terhadap para pemain bidang peternakan da kesehatan hewan hanyalah satu cara untuk mengenal kiprah perusahaan agar kita sanggup merasakan betapa dunia peternakan kita terus tumbuh dan berkembang untuk mewujudkan harapan kemakmuran bangsa, dengan pintu masuknya bidang peternakan dan kesehatan hewan di tanah air. ))

Sebagai contoh, berikut adalah profil singkat beberapa perusahaan bidang peternakan dan kesehatan hewan yang relatif baru dikenal dan berpartisipasi dalam pameran akbar Indo Livestock 2008 Expo & Forum. Tidak semua perusahaan dapat tertampilkan, namun setidaknya mewakili bagaimana dinamisnya bisnis sapronak/ obat hewan ini di tanah air Indonesia.

PT Blue Sky Biotech (BSB)
Sebagai pendatang baru memang bukan, akan tetapi termasuk pemain lama pun tidak tepat. BSB yang banyak melakukan import dan distribusi dari perusahaan pharmasi Korea, melihat peluang masih sangat besar di industri obat hewan Indonesia.
Dari sekian banyak obat impor yang didistribusikan oleh BSB ada 2(dua) yang menurut Ir Imam Sarjono, Technical Marketing Service sangat diandalkan. Kedua produk itu adalah Cheil Tonocomp dan Vital Chorus Forte.
Cheil Tonocomp, seperti diungkapkan Imam, mempunyai kelebihan dibanding obat sejenis dari produsen lain sebab, disamping mampu meningkatkan efisiensi pakan juga meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit pada berbagai ernak.
Dengan kandungan tonophosphan 200 mg, dua kali lipat dibanding obat sejenis, maka potensi obat itu menjadi efektif. Selain itu dapat pula mengatasi gangguan metabolisme dan kekurangan nutrisi dan bahkan memberikan efek sinergis dengan preparat Vitamin D dan Calsium.
Sedangkan Vital Chorus Forte mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas Produksi telur. Selain itu juga dapat berfungis untuk mencegah dan mengobati kekurangan vitamin dan asam amino.

PT Cakar Mas
Meski bukan pemain baru, namun PT Cakar Mas memang masih belum banyak dikenal oleh para peternak Nusantara. Dengan latar belakang, sebagai praktisi peternakan maka perusahaan importir, distributor obat hewan, vaksin dan peralatan sangat mengetahui benar apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan para peternak.
Oleh karena itu, beberapa peralatan yang disediakan oleh perusahaan ini memang sangat vital bagi sebuah perasahaan peternakan/farm komersial. Sebagai contoh, perusahaan ini mengimpor Pox Vaksinator dan Alat Suntik Otomatis. Kedua alat ini sangat dibutuhakan sekali oleh para peternak ayam. Keunggulan ala t suntik produsen E. Nechmad Ltd adlah ringan dan ergonomis. Dilengkapi dengan tabung kaca bening maka disamping memudahkan untuk dilihat cairan yang disiapkan untuk disuntikkan, juga aspek terjaga sterilitasnya. Desian yang demikian akan sangat memudahkan peternak karena menjadi lebih fleksibel untuk dosis dan ukuran berapapun.
Sedangkan vaksin yang disediakan oleh PT Cakar Mas adalah dari strain yang memang direkomendasikan oleh para ahli yaitu dari H5N2. Seperti diungkapkan oleh Drh Edy Daryono, seorang Manager di PT Cakar Mas, bahwa vaksin merk DHN adalah vaksin bermutu tinggi hasil produksi sebuah perusahaan besar dan bonafid di China.
Selain itu menurut Edy disediakan pula preparat fumigan yang tidak mengandung Kalium Permanganat, dengan merk Forcent Fumigant System. Preparat fumigan ini mempunyai keuntungan tidak merusak peralatan dan kandang yang terbuat dari logam.

PT Candramas Jaya Semesta
Salah satu distributor peralatan kesehatan hewan dan alat-alat produksi peternakan. Menjadi distributor dari pabrikan dari China, USA dan Italia.
Tampil di Indolivestock untuk mendekatkan produk-produknya kepada konsumen, yang datang langsung dari Surabaya. Menurut Hindrata Chandra Pimpinan PT CJS kepada Infovet, pilihan import peralatan kesehatan hewan besar, hewan kesayangan dan peralatan untuk produksi peternakan tidak lain atas dasar pertimbangan kualitas produk dan harga yang kompetitif.
Adapun produk yang disediakan antara lain Mikroskop Elektron, Alat Evaluasi Semen, Centrifuge, Incubator Lab, Spectrophotometer Digital, Container Penyimpan dan Container Pengangkut; Universal Applicator, Drenching Gun, Milk Tester dan Analyzer dan juga Milk Cooling Tank, Ear Marking Pliers.
Selama ini PT CJS lebih banyak melayani intansi dan institusi pemerintah, namun tidak sedikit kini sudah menembus ke farm dan perusahaan peternakan swasta

CV Larissa
Sebagai perusahaan yang mengkhususkan diri pada penyediaan Alat Inseminasi Buatan (IB) dan Peralatan Embryo Transfer (ET) CV Larissa berminat ikuti kegiatan pameran peternakan Indonesia karena peluang besar untuk menggaet pasar lebih luas.
Menurut HN Soeparno, Staff Pemasarannya bahwa CV Larissa memang sejak dahulu menjadi penyedia peralatan IB dan ET di berbagai instansi pemerintah. Namun kini, sehubungan dengan kemajuan teknologi dan perkembangan peternakan hewan besar, ternyata potensi bisnis peralatan itu juga diminati oleh kalangan swasta.
Memang ada fenomena menarik, jika dahulu lapangan pekerjaan asih terbuka lebar, dan kini menyempit. Ada berkah bagi Larissa, karena banyak Dokter Hewan yang praktek mandiri dan sangat membutuhkan peralatan IB dan ET. Atas dasar itulah, Larissa mencoba menyasar pasar baru di segmen itu.

CV Telaga Bestari
Nuraini Wiradinata, Direktur CV Telaga Bestari mengungkapkan kepada Infovet, bahwa meski nama perusahaannya baru, akan tetapi sebenarnya adalah pemain lama yang berganti nama. Tanpa mau menyebut nama perusahaan lama, Nuraini menjelaskan bahwa pada saat ini adalah sebagai perusahaan distribusi.
Produk impor yang dijadikan andalan adalah dari negara Vietnam. Pilihan negara itu, oleh karena negara itu meski masih muda akan tetapi sebgaian besar investornya adalah berasal dari negara-negara Eropa dan USA.
Andalan produknya adalah Bio-Linco-S dan Bio-Tylo200 serta Tetra 200 LA. Adapun Bio-Linco-S adalah sebuah preparat Spectinomycin dan Lincomycin yang sangat penting untuk pengobatan Haemorrahagic, Enteritis, dan Salmonellosis juga CRD. Kelebihan preparat Bio Linco S adalah sangat efektif sekali untuk penyembuhan penyakit-penyakit pada saluran pencernaan dan pernafasan. Juga pada penyakit radang sendir , maupun radang paru yang akut dan kronis.
Sedangkan Bio Tylo 200 sebagai larutan injeksi mengandung tylosin yang sangat efektif mengobati radang paru, CRD, radang sendi, mastitis, metritis dan juga radang pada kulit. (iyo)

ASOHI, PT Gallus dan Infovet di Ajang Indolivestock

ASOHI, PT Gallus dan Infovet di Ajang Indolivestock


(( Bagi ASOHI, perhelatan Indolivestock 2008 juga menjadi sarana edukasi buat peternak karena banyak diadakannya seminar teknis dan pengenalan produk unggulan dari masing-masing perusahaan dengan pembicara dari dalam dan luar negeri. Bagaimana menurut PT Gallus Indonesia Utama dan Infovet sebagai anak kandung dari ASOHI?

Menurut Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto, Indolivestock juga menjadi sarana untuk ajang unjuk gigi buat masyarakat internasional, sehingga kita bisa saling bertukar informasi mengenai perkembangan teknologi yang terjadi di luar negeri. Hal ini dimungkinkan karena diketahui bahwa pameran Indo Livestock 2008 ini diikuti oleh sebanyak 300 perusahaan dari 23 negara.

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia atau yang disingkat ASOHI dibentuk tahun 1979 dengan pendiri H. Abdul Karim Mahanan (PT Paeco Agung), Prof. JH Hutasoit, Dr. drh Soehadji, Drh. IGN Teken Temadja, Dr. Drh. Sofyan Sudardjat MS sebagai wadah usaha obat hewan yang meliputi Importir, Eksportir, Produsen, Distributor, Pengecer, dan Pabrikan pakan.
Maksud pendirian ASOHI adalah sebagai payung untuk anggotanya. Selain itu menjadikan usaha obat hewan Indonesia menjadi tangguh, mandiri, dan mampu memenuhi kebutuhan pasar. Dengan berdirinya ASOHI juga dimaksudkan untuk menciptakan usaha obat hewan yang sehat, tertib, dan berkembang.
Sementara itu, tujuan didirikannya ASOHI tak lain diantaranya adalah menjembatani & menjalin hubungan antar pihak yang berkaitan. Aktif dalam pengembangan produksi peternakan dan kesehatan hewan, serta memberikan manfaat bagi anggota melalui pembinaan, menggiatkan usaha dan meningkatkan kemampuan anggota.
Kepengurusan ASOHI terbagi menjadi 4 Bidang Kegiatan yaitu Bidang Organisasi, Hubungan Antar Lembaga, Hubungan Luar Negeri, dan Bidang Pengawasan Peredaran Obat Hewan. Juga terdapat Dewan ASOHI yang terdiri dari Dewan Penasehat, Dewan Kode etik, dan Dewan Pakar. Selanjutnya Kepengurusan ASOHI Daerah terdapat di 16 Propinsi yang merupakan kantong penyebaran yang mencakup 5 di Sumatra, 6 di Jawa-Bali, 3 di Kalimantan dan 2 di Sulawesi.

PT Gallus Indonesia Utama dan Majalah Infovet

Berawal dari kepedulian terhadap peningkatan kemampuan peternak dalam melakukan usaha peternakan dan mengelola kesehatan ternak, pada tahun 1992 Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) sebagai wadah perusahaan-perusahaan obat hewan yang ada di Indonesia, menerbitkan sebuah majalah dengan nama Infovet. Nama ini merupakan singkatan dari Informasi Veteriner, yang artinya informasi mengenai kesehatan hewan tanpa meninggalkan aspek lain yang terkait seperti teknologi budidaya ternak serta masalah ekonomi dan bisnis peternakan pada umumnya.
Pada awalnya Infovet terbit sebagai majalah tiga bulanan. Selanjutnya secara bertahap mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan peternakan di Indonesia khususnya usaha ayam ras. Sejak tahun 1995, Infovet menjadi majalah bulanan, dan tersebar luas di kalangan peternak, pengusaha peternakan, pengusaha pakan ternak (feedmill), pengusaha pembibitan (breeding farm), pengusaha obat-obatan hewan, kalangan kampus Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan, peneliti, birokrat dan lembaga terkait lainnya.
Tak hanya sebagai penerbit majalah, Infovet juga mengembangkan kegiatan yang mendukung kegiatan penerbitan majalah, yaitu menyelenggarakan seminar dan pelatihan tentang peternakan dan kesehatan hewan, serta menerbitkan buku-buku peternakan dan kesehatan hewan.
Atas dasar perkembangan tersebut, maka tahun 2001, pengurus ASOHI menyepakati berdirinya sebuah Perseroan Terbatas yang akan mengelola majalah Infovet dan kegiatan lainnya yang relevan menjadi lebih profesional. Nama perseroan tersebut adalah PT Gallus Indonesia Utama (GITA).
Sejak saat itu selain penerbitan majalah Infovet, ASOHI memandang perlu untuk membentuk divisi-divisi usaha baru. Divisi tersebut diantaranya adalah Divisi penerbitan buku-buku (GITA Pustaka), Divisi pelatihan/seminar (GITA Event Organizer), Divisi Satwa Kesayangan: Majalah khusus hewan kesayangan, Divisi G-Multimedia: bergerak dibidang teknologi informasi dan yang baru terbentuk Divisi GITA Consultant. (wan/ YR)

PARA PEMERAN BISNIS SUKSES

PARA PEMERAN BISNIS SUKSES

(( Profil-profil mereka adalah profil-profil para pemimpin, eksekutif perusahaan yang membawa perusahaan maju, berkembang, besar dan eksis dalam sektor kesehatan hewan atau tepatnya bisnis obat hewan. ))

Di ruang itu Infovet berhadapan dengan Drh Arief Hidayat dan mendialogkan nilai-nilai yang sedang berkembang. Lebih tepat disebut sebagai wawancara, di mana Technical Department PT Mensana Aneka Satwa ini menceritakan kisahnya hingga sampai pada posisi sekarang yang merupakan buah-buah dari kerja baiknya di perusahaan sebelumnya.
Mendengar uraian pengetahuan Drh Arief tentang bidang yang dikelolanya kini cukup untuk mengatakan bahwa ia sangat piawai untuk mengendalikan salah satu departemen di PT Mensana Aneka Satwa sebuah perusahaan yang dipercayakan Sang Pemilik Perusahaan kepadanya dan para ahli kepercayaan yang lain yaitu Ir Yuniansyah Triadi sebagai Maraketing Manager, dan Drh Wati serta Drh Etty.
Perusahaan yang kini mempunyai 25 cabang di seluruh Indonesia menjadikan PT Mensana Aneka Satwa merupakan salah satu pelaku bisnis obat hewan yang menonjol dan disegani pada saat ini. Dengan pendelegasian pada orang-orang yang tepat, masing-masing bidang menunjukkan kemajuan yang cukup pesat sesuai ahlinya.
Drh Arief Hidayat piwai di bidang teknis, sedang Ir Yuniansyah Triadi di bidang bisnisnya, Drh Etti Agustina Regent Sales Manager dan Drh Wati Register Officer bidang registrasi obat. Dalam kata lain, bilamana soal teknis kesehatan hewan dengan produk-produk yang dibutuhkan, Drh Arief Hidayatlah tempat peternak bertanya. Dalam hal populasi dan bisnis obat hewan dengan penyebaran produk-produk obat hewan yang dibutuhkan, Ir Yuniansyah yang akan memaparkan, demikian pula soal registrasi obat ada pada ahlinya sendiri yaitu Drh Etti dan Drh Wati.
Perbincangan Infovet yang lain adalah dengan Drh Lukas Agus Sudibyo Direktur Marketing PT Romindo Primavetcom. Perbincangan Infovet dengan Drh Lukas yang didampingi Drh Nurvidia Machdum selaku Technical Department Manager dimulai dengan bahasan tentang awal-awal Infovet dan PT Romindo bekerja sama dan berlanjut ke perbincangan tentang situasi terkini bisnis global dan bisnis sektor peternakan dan kesehatan hewan.
Drh Lukas mengutarakan berbagai hal terkait perkembangan bisnis obat hewan yang tentu saja integral dengan semua sektor bidang peternakan, yang kin sedang menghadapi krisis global namun bagaimanapun ternyata bisnis ini tetap kokoh berdiri yang berarti bisnis ini memang menguntungkan. Drh Lukas juga menceritakan bagaimana situasi krisis ekonomi moneter yang pernah menimpa Indonesia dan dunia pada 1998, di mana Infovet pun bertukar cerita bagiamana kondisi Majalah Infovet pada saat itu hingga tetap bertahan dan berdiri serta berkembang hingga saat ini.
Di kantor Ceva Animal Health, Infovet menemui Direktur Utama Drh Edy Purwoko. Dialog dilakukan dengan semangat, tampak bagaimana Drh Edy mengutarakan tentang produk-produk perusahaan yang dibutuhkan oleh masyarakat dilandasi kaidah akademik dan penelitian yang kuat. Dalam Ruang Redaksi Infovet edisi 172 November 2008, penuturan Drh Edy Purwoko telah disampaikan kepada sidang pembaca.
Di Bandung, Infovet bertemu dengan Direktur Utama PT Tekad Mandiri Citra Drh Gowinda Sibit yang sangat energi dan bersemangat dalam memimpin perusahaan yang secara operasional dipimpin para eksekutif, Drh Sugiyono sebagai Direktur Riset dan Pengembangan yang tergolong profesional muda dan Drh Julianto sebagai Direktur Produksi.
Drh Gowinda Sibit yang merupakan sobat kental Drh Julianto telah bersahabat sejak mereka berkulaih di FKH Unair Surabaya. Bekerja di sebuah perusahaan obat hewan yang sama, mereka menjadi tim yang kuat dan berpengalaman menjelajah wilayah peternakan di seluruh Indonesia dengan pengalaman-pengalaman yang mengesankan. Dengan sistem pemeliharaan kebugaran melalui olah raga, Drh Erwin (panggilan akrab Drh Gowinda Sibit) sanggup melakukan disiplin kerja secara prima sampai sekarang. Dengan etos kerja tinggi, ia pun menerapkan latihan kepercayaan diri bagi karyawan PT TMC dengan penampilan berdasi di dalam kantor, yang sangat baik untuk menunjang kinerja dan personalitas.
Di PT Sanbe Farma Animal Health Divison, juga di Bandung, Infovet ditemui Drh Sugeng Pujiono Marketing Manager dan Drh Suhardi Coordinator Produksi dan Technical Manager. Dengan ramah Drh Sugeng bercerita tentang perjalanan hidupnya sebagai dokter hewan alumnus FKH Unair dengan berbagai pengalaman yang menunjang kinerjanya sebagai peimpin PT Sanbe Farma Divisi Animal Health.
Drh Sugeng mengambil pengalaman sangat berarti ketika ia di Surabaya memimpin bimbingan test sejak masih kuliah dan bimbingan test itu sampai sekarang masih berdiri dan terkemuka di Surabaya.
Dengan program-program besarnya di PT Sanbe Farma, Drh Sugeng selalu menerapkan jiwa kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro, “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karya, Tut Wuri Handayani”, yang artinya sebagai pemimpin kita mesti di depan memberi teladan, di tengah mebangun kemauan, dan di belakang mendorong tim. Menurut Drh Sugeng, begitu banyak buku kepemimpinan dan kunci sukses dimilikinya sebagai koleksi, namun inti kepemimpinan tetap falsafah bernafas Jawa itu.
Di PT Medion, Infovet berdialog dengan jajaran promosi perusahaan obat hewan di Bandung ini dipimpin Henry Jahja, IT Senior Manager. Bersama tim yaitu Novi Kartasasmita Advertising & Publication Assistant Manager, Athine Advertising & Publication Assistant Staff, dan Candrawati Sales Promotion Assistant Manager PT Medion, Henry Jahja mengutarakan dengan simpatik bagaimana program-program promosi perusahaan yang mencerminkan betapa majunya perusahaan ini.
Profil-profil mereka adalah profil-profil para pemimpin, eksekutif perusahaan yang membawa perusahaan maju, berkembang, besar dan eksis dalam sektor kesehatan hewan atau tepatnya bisnis obat hewan. (yonathanrahardjo)

SISI INTERNAL SISKESWANAS DAN PERDAGANGAN BEBAS

SISI INTERNAL SISKESWANAS DAN PERDAGANGAN BEBAS

(( Semua kekuatan mestinya dimulai dari sisi internal. Bila sisi internal kuat, sisi eksternal akan dapat disikapi atau menyikapi. ))

Berbagai situasi peternakan dan dunia kehewanan tanah air terkait pro-kontra impor daging sapi Brazil rawan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), merebaknya penyakit Rabies pada anjing dan menyerang manusia di Bali dan beberapa daerah lain merupakan rantai panjang dari potret pengelolaan SISKESWANAS (Sistem Kesehatan Hewan Nasional).
Siskeswanas ini pula yang sangat berpengaruh pada penyiapan komoditi peternakan menuju era bebas ASEAN-China 2010. Artinya, dalam perdagangan bebas komoditi peternakan ini, telah dikenal bukan semata-mata pada produknya, tapi merupakan ketahanan nasional Indonesia yang memerlukan pengendalian penyakit khususnya penyakit yang terkait dengan higienes pangan.
Masalah kesehatan hewan merupakan masalah penting pada lalu lintas perdagangan dan transportasi antar negara selain berbagai problematika baik dari segi dagang, aturan perpajakan. Satu-satunya pengawasan kesehatan hewan yang dapat dikendalikan adalah ketentuan SANITARY-PHYTOSANITARY yang memberikan kewenangan kepada suatu negara demi keamanan hayati untuk melindungi wilayahnya dari ancaman penularan penyakit dari luar baik dari hewan dan masyarakat manusia.
Rupanya hal inilah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga wacana daging Brazil yang rawan PMK dan Pengakit Sapi Gila (BSE) dikemukakan bahkan sudah direncanakan. Padahal resiko dari penyakit ini dan akibatnya sudah dirasakan sebelum Indonesia sanggup membebaskan diri dari PMK pada 1990an setelah upaya keras dan menghabiskan energi dan dana selama 100 tahun. Sama halnya dengan tercemarnya Bali dengan Penyakit Rabies padahal sebelumnya berstatus pulau bebas Rabies!
Kita untuk kesekian kali selalu diingatkan bahwa kebijakan dalam kesehatan hewan ini harus benar-benar dapat mengawal dan melindungi potensi sumber daya hayati dalam negeri maupun keamanan di masyarakat dan mampu mencipta kondisi untuk bisa bersaing pada produk peternakan yang akan diekspor. Landasan hukumnya sudah jelas: UU No 6/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dasar hukum untuk kesehatan masyarakat terkait hewan dan produk asal hewan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner.
Kaitannya dengan KELEMBAGAAN saat ini, terjadi suatu kesimpang siuran dalam penentu kebijakan berkenaan dengan produksi terhadap asal hewan yang berkaitan dengan penyakit. Saat terjadinya wabah Penyakit Sapi Gila di benua lain, beberapa institusi di Indonesia seperti Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag), serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), masing-masing mengeluarkan peraturan sendiri-sendiri yang saling tumpang tindah, padahal masalahnya sama, menjaga keamanan hayati di tanah air dari resiko masuknya kasus BSE ini.
Bahkan antara Dirjen di Departemen Pertanian sendiri, pada saat itu Dirjen Peternakan dengan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian pun punya kebijakan yang berbeda. Padahal kalau mengacu pada permasalahan mendasarnya, hal ini terkait dengan siapa yang punya otoritas tentang penyakit hewan, yang berarti tentang OTORITAS VETERINER.
Mestinya kita punya wadah yang punya fungsi otoritas veteriner, punya lingkup ketahanan yang tidak di bawah departemen tertentu. Lembaga di dalam pemerintah yang memiliki otoritas di seluruh wilayah negara itu untuk melaksanakan tindakan sanitari dan proses sertifikasi veteriner internasional yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) serta melakukan supervisi atau audit penerapannya. Dalam kelembagaan selama ini ini kita punya kelemahan dalam menghadapi penyakit dari luar (Exotic Disease) karena belum adanya lembaga nasional yang merupakan laboratorium rujukan ini.
Perlu ke depannya menunjuk laboratorium tertentu yang berkompeten untuk penyidikan veteriner. Kaitannya dengan sumber daya manusia, perlu program yang berkaitan dengan profesi veteriner, baik di lapangan, kelembagaan laboratorium, maupun karantina.
Bagaimanapun instansi veteriner dan peternakan merupakan institusi yang butuh sentuhan manajemen yang profesional. Upaya untuk meningkatkan standar manajemen kelembagaan adalah upaya yang patut dilakukan oleh setiap institusi peternakan/kesehatan hewan untuk menjadikan peternakan lebih produktif dan efisien.
Kelembagaan penelitian, Indonesia mempunyai banyak lembaga penelitian yang layak menjadi rujukan regional dan internasional, setidaknya di kawasan Asia Pasifik. Sebutlah BBPMSOH (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan), dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor yang menjadi rujukan penelitian veteriner nasional.
Untuk meningkatkan, mempertahankan, atau bahkan (kalau misalnya diintrospeksi ternyata belum menjapai standar yang dimaksud) mengembalikan kualifikasi itu; setiap lembaga yang ada di Fakultas, Balai Besar Pengujian dan Penyidikan Veteriner (BBPPV), bahkan perusahaan swasta pun patut memikul tanggungjawab itu.
Perdagangan bebas menuntut adanya produk peternakan yang berkualitas dan berdaya saing. KARANTINA yang menjadi tanggungjawab dokter hewan meliputi hewan itu sendiri maupun produk asal hewan, serta sarana produksi peternakan seperti pakan, obat-obatan, dan peralatan.
Pengalaman dunia peternakan Indonesia yang sangat menyedihkan di dunia karantina, selain masuknya Rabies di Bali adalah masuknya Avian Influenza (AI) alias Flu Burung yang tak lepas dari kegagalan karantina melakukan fungsinya secara ketat. Frekuensi arus lalu lintas barang dan orang dalam konteks perdagangan antar negara tidak mengenal batas-batas antar negara.
Fungsi dan peranan karantina menjadi sangat strategis dan penting dalam melakukan upaya-upaya perlindungan dan penyelamatan serta pengamanan sumberdaya alam hayati ke dalam suatu kesisteman menyangkut hal-hal untuk memajukan, mengawasi, melindungi dan mempertahankan usaha-usaha agribisnis khususnya produk-produk hewan ternak yang menjamin keamanan, mutu, kesehatan dan keutuhan mulai dari hulu sampai ke hilir, bahkan sampai ke pemasaran tingkat nasional/domestik dan internasional.
Mudah mengatakan, ingat untuk penerapannya diurai hal rinci soal surat kelengkapan dan prosedur tindakan karantina di tempat-tempat tertentu, yang kita sering kedodoran karena berbagai alasan. Faktor internal dan eksternal Karantina sangat berperan di sini. Secara filosofis, semua kekuatan mestinya dimulai dari sisi internal. Di sini jelas, internal karantina, dan secara skala nasional: sisi internal Siskeswanas kita sendiri!
Dalam sisi internal ini, kita tidak boleh melupakan STANDARISASI produk-produk peternakan yang diperdagangkan, baik dengan pemberlakuan wajib terap SNI misalnya persyaratan mutu yang merupakan konsekuensi logis akan tuntutan pasar bebas.
Target akhir yang ingin dicapai di balik pemberlakuan Wajib SNI adalah adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan bahan baku yang memiliki kualitas setara atau minimal mendekati dengan kualitas internasional yang diijinkan atau direkomendasikan dapat diterima dalam bahan makanan asal hewan, berdasar Codex Alimentarius Commision.
Keberhasilan beberapa produsen obat hewan Indonesia menembus pasar ekspor di luar negeri termasuk sampai ke China, negara-negara Asia Tenggara, Uni Emirat Arab dan Sri Lanka merupakan bukti standarisasi yang ketat adalah senjata kuat untuk menjawab perdagangan bebas. Bisa terjadi karena produksi obat hewan telah diterapkan sesuai dengan perundangan yang teruji secara nasional dan internasional, sehingga mutu obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai tujuan penggunaannya.
CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik) disusun sehingga keseluruhan aspek produksi dan pengendalian mutu yang dimulai dari perencanaan, rancangan, bahan baku, proses produksi, sarana produksi, sumberdaya manusia, pengawasan mutu dan dokumentasinya dapat dikendalikan sesuai dengan ketentuan sehingga mutu produk yang dihasilkan dapat selalu terjamin.
Di sisi internal terkait era perdagangan bebas kita patut menambahkan: INOVASI produk yang merupakan salah satu keunggulan di jaman yang selalu mengikuti selera lebih tinggi di mana selera global saling berpengaruh di berbagai belahan bumi. Apapun bentuknya di bidang peternakan maupun produksi peternakan. Bahkan untuk produk yang kelihatannya sederhana, tapi sangat bergengsi, seperti jelly egg.
Keunggulan dan keuletan produsen produk-produk peternakanlah yang membuat produk diterima di pasar berbagai negara di luar negeri, seperti produk susu asal Indonesia berupa susu full cream, susu rendah lemak dan susu tanpa lemak merek tertentu. Peran Hongkong yang lebih menjadi pembeli produk asal hewan, misal daging putih/daging ayam dari negara produsen sekitarnya lalu dijual lagi ke negara-negara lain, mengisyarakatkan bahwa perdagangan peternakan ASEAN-China tak kan lepas dari negara-negara maju lain yang juga menerapkan kesejahteraan hewan ini.
Indonesia pun mengadopsi berbagai konsep internasional dalam cakupan terbatas, misalnya memperhatikan kesejahteraan hewan di RPH dan atau RPA dan karantina di mana pada tahun-tahun mendatang akan menjadi isu menarik.
Secara filosofis, sekali lagi, semua kekuatan mestinya dimulai dari sisi internal. Bila sisi internal kuat, sisi eksternal akan dapat disikapi atau menyikapi. (Yonathan Rahardjo)

SEMINAR SPESIFIK PERUNGGASAN DALAM KRISIS GLOBAL

Lipsus
SEMINAR SPESIFIK PERUNGGASAN DALAM KRISIS GLOBAL

(( Mengingkat topik seminar kali ini yang sangat spesifik, dalam seminar ini, panitia secara khusus mengundang Dr. Ir. Siswono Yudho Husodo yang akan menyampaikan materi mengenai Dampak Dalam Krisis Global dan Suhu Politik 2009 Terhadap Bisnis Perunggasan Indonesia. ))

Pada Seminar Nasional Perunggasan ketiga yang diselenggarakan oleh ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) pada 7 Nopember 2007 diperoleh data poduksi DOC broiler tahun 2008 diproyeksikan 1,25 miliar ekor, naik 8,7% dibanding tahun 2007. Adapun, populasi ayam petelur diproyeksikan 104,8 juta atau naik 7,7% dibanding tahun 2007. Sedangkan, konsumsi pakan tahun 2008 diperkirakan 8,13 juta ton, naik 7% dibanding tahun 2007.
Demikian Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto. Seminar Nasional Tahunan Ke-4 pada 11 Desember 2008 para pembicara pun mengevaluasi data bisnis perunggasan 2008 dan memprediksi bisnis perunggasan 2009 sehingga dapat dijadikan acuan dalam menyusun rencana bisnis tahun 2009. Bagi para akademisi dan aparat pemerintah, seminar ini merupakan sumber informasi penting untuk kajian ilmiah dan kebijakan pemerintah.
Seminar bertema Dampak Krisis Global dan Suhu Politik 2009 Terhadap Bisnis Perunggasan Indonesia di Jakarta Design Center ini berlatar belakang, krisis Global yang dimulai dari Amerika Serikat berdampak ke hampir semua negara di dunia. Beberapa analis memprediksi, dampak bagi sektor riil baru akan terasa di Indonesia pada tahun 2009.
Menurut Gani Haryanto, pada 2009 pula suhu politik Indonesia mulai memanas, terutama menjelang Pemilu yang akan berlangsung tanggal 5 April 2009 yang mau tidak mau harus diperhitungkan dampaknya bagi berbagai bidang bisnis, tak terkecuali bidang perunggasan. Alhasil 2009 adalah tahun yang penuh teka teki. Banyak pihak mempertanyakan sejauh mana stabilitas nilai tukar rupiah sebagai dampak krisis global, bagaimana stabilitas ekonomi akibat pemilu dan pergantian kabinet, dampak krisis energi dan sejumlah masalah lainnya.
ASOHI menyelenggarakan seminar nasional perunggasan ini secara berkesinambungan setiap tahun. Mengingkat topik seminar kali ini yang sangat spesifik, dalam seminar ini, panitia secara khusus mengundang Dr. Ir. Siswono Yudho Husodo yang akan menyampaikan materi mengenai Dampak Dalam Krisis Global dan Suhu Politik 2009 Terhadap Bisnis Perunggasan Indonesia.
Dr. Ir. Siswono Yudho Husodo adalah seorang pakar, praktisi bisnis sekaligus politisi berpengalaman. Beliau adalah Menteri Perumahan Rakyat (1998-1993), Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (1993-1998), calon Wapres pada Pilpres 2004, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 1999-2004, Ketua Badan Pertimbangan HKTI (2004-sekarang), Komisaris PT Bangun Tjipta Sarana (1998-sekarang) dan berbagai pengalaman lain di forum nasional maupun internasional. Pengalaman dan pemikirannya akan membuat analisanya mengenai krisis global dan suhu politik sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis perunggasan.
Selain Siswono Yudho Husodo, seminar menghadirkan Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Drh. Paulus Setiabudi, Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Drh. Askam Sudin, Dewan Kode Etik Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Drh. Lukas Agus Sudibyo, Ketua Umum Pusat Informasi Pemasaran Unggas (Pinsar) Drh. Hartono. Seminar dibuka oleh Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto.
Ketua Panitia Penyelenggara seminar yang juga Ketua Bidang Antar Lembaga ASOHI Drh. Suhandri mengharapkan seminar ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelaku bisnis, peneliti maupun aparat pemerintah, karena melalui seminar ini akan diperoleh berbagai informasi tentang perkembangan bisnis perunggasan 2008 dan prediksi 2009.
Bagi para pelaku bisnis perunggasan analisis yang disampaikan para pembicara diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengevaluasi bisnis 2008 dan menyusun rencana bisnis 2009. Bagi para pakar dan akademisi, seminar ini diharapkan dapat menjadi masukan penting bagi mereka dalam melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut. Dan bagi kalangan birokrat baik dari pusat maupun daerah, seminar ini penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih baik.
Selain mengungkapkan perkembangan bisnis perunggasan Indonesia, diharapkan para pembicara seminar menyampaikan gagasan-gagasannya untuk perbaikan bisnis perunggasan di masa depan. Gagasan-gagasan tersebut dirangkum oleh tim perumus yang selanjutnya akan diteruskan kepada pihak yang terkait dalam waktu dekat. (Panitia/ YR)

JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK

JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK

(( Kandungan-kandungan zat pakan dalam jerami padi inilah yang digertak kondisinya dengan enzim xilanase. Alhasil, kandungan seratnya menurun. Segangkan protein kasarnya meningkat, sehingga kandungan gizinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. ))

Jerami padi biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Terlebih bila musim kemarau menjerang. Sayangnya kandungan nutrisi dan kecernaannya rendah, apalagi bila dibandingkan dengan pakan hijauan. Hal ini lantaran tingginya kadar serat kasar sebagai penyusun dinding sel tanaman. Juga rendahnya kadar protein serat kasarnya.

Mengingat jerami padi mudah didapatkan sebagai alternatif pakan ternak, peternak acap mengupayakan perbaikan potensi pakan jerami padi ini. Ahli pakan ternak Mirni Lamid dari Departemen Peternakan FKH Unair Surabaya memberi jalan perbaikan ini dengan perlakuan biologi mengunakan enzim xilanase.

Kata Mirni Lamid, perlakuan biologi menggunakan enzim xilanase pada jerami padi itu selain ramah lingkungan juga mampu memperbaiki potensi pakan berserat. Proses kimianya adalah dengan mengubah struktur ligno selulosa dan lignohemiselulosa.

Sehingga, “Akan lebih memudahkan degradasi fraksi hemiselulosa pada jerami padi secara efisien dan optimal,” kata Mirni Lamid. Dari hasil penelitiannya, penambahan enzim xilanase dengan waktu inkubasi 2 hari dapat menurunkan kandungan serat dan meningkatkan kandungan protein kasar.

Manfaatnya, menurut Mirni Lamid, penggunaan enzim Xilanase dapat memberi respon positif dalam peningkatan kualitas jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia tersebut. Mengapa bisa demikian, ahli pakan ternak itu menjelaskan semua berdasar penelitiannya.

Enzim Xilanase sebagaian besar dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Kelompok enzim glikosil hidrolase mampu memecah ikatan glikosidik pada xilan dengan kecepatan lebih dari 10 pangkat 17 kali. “Oleh sebab itu, keberadaan enzim ini memegang peranan penting dalam mendegradasi limbah yang kaya hemiselulose,” kata Mirni Lamid.

Hemiselulose merupakan polisakarida struktural sel tanaman terbanyak kedua setelah selulose. Komponen hemiselulose terpenting dari sel tanaman adalah xilan tersebut. Xilan tersusun atas rantai polixilos membentuk heteropolisakadrida bercabang yang sulit didegradasi oleh mikroba rumen.

Dalam penelitian Mirni Lamid tersebut, ia melalui tahap-tahap esksplorasi enzim xilanase untuk mengetahui optimasi pH dan suhu. Kemudian uji potensi enzim xilanase dalam upaya meningkatkan kualitas jerami yang meliputi kandungan bahan kering, bahan organik, serat kasar dan protein kasar.

Kandungan-kandungan zat pakan dalam jerami padi inilah yang digertak kondisinya dengan enzim xilanase. Alhasil, kandungan seratnya menurun. Segangkan protein kasarnya meningkat, sehingga kandungan gizinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. (YR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer