Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

FKH Unair Luncurkan Program Diploma Kesehatan Ternak Perunggasan

Seiring dengan perkembangan teknologi, industri perunggasan di era globalisasi ini perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai agar diperoleh suatu hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan tenaga ahli dan tenaga profesional yang terampil dan siap pakai di bidang perunggasan, khususnya pada lapisan tengah.
Hal itu disampaikan Dr Drh CA Nidom MS kepada Infovet usai peluncuran program studi diploma (D3) Kesehatan Ternak Terpadu Minat Perunggasan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Menurutnya tujuan dibukanya program studi ini untuk menghasilkan tenaga ahli madya yang cakap dan cekatan, tanggap dan trampil dalam menghadapi berbagai permasalahan perunggasan maupun perkembangan ilmu dan teknologi seperti dibidang usaha pembibitan, pakan ternak, budidaya, rumah potong unggas, obat-obatan, vaksin dan teknologi hasil ternak (pasca panen).
Ia juga menjelaskan bahwa sistem pendidikan program studi ini menganut Sistem Kredit Semester. Lama pendidikan 6 semester (3 tahun) dan jumlah SKS yang harus dicapai adalah 110 SKS, meliputi 40% teori dan 60% praktikum/praktek kerja lapangan dan setelah menyelesaikan perkuliahan berhak menyandang gelar Ahli Madya (A.Md).
Lebih lanjut, Staff Pengajar dan Sarana Pendidikannya adalah dosen Fakultas Kedokteran Hewan Unair dan dosen tamu dari berbagai instansi dan industri yang terkait yang menjadi mitra Fakultas Kedokteran Hewan Unair. Semua sarana yang dimiliki oleh FKH Unair dapat digunakan oleh mahasiswa D3 Perunggasan.
Mengenai lapangan pekerjaan lulusan program studi ini dapat langsung bekerja pada institusi yang sudah mempunyai kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan atau sesuai dengan keinginan sendiri. Institusi yang dapat menerima lulusan D3 Perunggasan meliputi : breeding farm, farm komersial, karantina hewan, dinas peternakan atau yang terkait, rumah potong unggas, perusahaan) pakan ternak, obat-obatan, vaksin, makanan olahan) dan wirausaha.
Persyaratan dan Cara Pendaftarannya cukup mudah, minimal lulusan SLTA dan yang sederajat (Snakma, STM dll) dan calon harus datang sendiri dengan membawa satu lembar fotocopy ijazah dan dua lembar foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm. Pendaftaran dilaksanakan pada hari kerja tanggal: 06-10 Agustus 2007 Pukul : 08.00 s/d 16.00 WIB bertempat di Gedung Serbaguna Universitas Airlangga Jl. Airlangga No.6 Surabaya. Sementara Ujian masuk dilaksanakan pada 12 Agustus 2007 Pukul 08.00 WIB s/d selesai dan pengumunan hasil diujian pada tanggal 14 Agustus 2007.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Dr drh CA Nidom, MS (0811372683), Dr drh Lusia, SU (0817310284) dan Drh Retno Sri Wahyuni, M.Kes. (Adv)

Lansia Vet Jakarta Rayakan HUT ke-11

Paguyuban Lansia Veteriner (Lansia Vet) Jakarta merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-11. Bertempat di kediaman Drs H Mashud Wisnusaputra di Taman Kebun Jeruk, Jakarta (7/7)
Acara yang diawali dengan kata sambutan dari tuan rumah dan beberapa tokoh ini cukup sukses dan meriah. Hal ini terlihat dari antusiasme para peserta yang sangat besar ketika berlangsungnya acara. Bahkan suasana keakraban, kekeluargaan dan kebahagiaan jelas terlihat dalam acara tersebut.
Setelah kata sambutan, acara dilanjutkan dengan nyanyi bersama, doa dan potong tumpeng. Adapun potongan tumpeng pertama kali secara simbolis diserahkan kepada Iwan Berri Prima selaku Ketua Umum IMAKAHI (Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia) sebagai generasi penerus veteriner Indonesia di masa yang akan datang.
Dalam sambutannya Drh Sukobagyo Poedjomartono selaku ketua paguyuban, mengatakan bahwa dengan semakin bertambahnya usia Lansia Vet Jakarta diharapkan paguyuban Lansia Vet semakin bermakna sebagai tempat untuk berkumpul, bernostalgia dan bermanfaat bagi keluarga besar veteriner Indonesia sesuai dengan mottonya ‘tua bermakna’.
Hadir dalam acara tersebut selain keluarga Lansia Veteriner dan sesepuh dokter hewan seperti Drh.H Tjiptardjo SE, Ibu Tiominar Maria Br Marpaung Hutasoit (Istri Alm. Prof Drh JH Hutasoit) dan masih banyak lagi yang lainnya, juga dihadiri perwakilan Pengurus Besar IMAKAHI, Pengurus Cabang IMAKAHI FKH IPB (Bogor) dan Pengurus Cabang IMAKAHI FKH UGM (Yogyakarta) yang diundang dalam acara tersebut● (PB_IMAKAHI)


Schering Plough Intestinal Health Tour

Schering Plough Indonesia bekerjasama dengan PT Pimaimas Citra menyelenggarakan seminar Intestinal Health Tour ke-2 di Jakarta. Bertempat di H Santika Jakarta, seminar ini dihadiri puluhan peternak layer dan broiler yang mengikuti seminar dengan antusias hingga akhir acara.
Seminar yang diselenggarakan Kamis, 19 Juli 2007 itu dimoderatori oleh Prof Budi Tangendjaja peneliti bidang pakan ternak dari Balai Penelitian Ternak Ciawi. Seminar ini menghadirkan pembicara Dr John McCarthy (USA) yang menjelaskan tentang konsep pengendalian Koksidiosis dan dibagi kedalam 4 kuadran. Selain itu John juga memaparkan tentang kondisi terkini penyakit Necrotic Enteritis yang juga bisa muncul akibat dipicu kasus Koksidiosi pada industri perunggasan beserta solusi dan saran untuk mengantisipasinya.
Lebih lanjut Dr Preecha Sapkitjakarn (Thailand) menguraikan manfaat yang didapat dengan melakukan pengendalian bakteri Clostridium perfringens penyebab kasus Necrotic Enteritis (NE) dengan penambahan enzim Enramycine pada ransum unggas. Hal ini patut menjadi perhatian peternak Tanah Air karena menurut Dr Chuck Hofacre seperti dikutip dari Poultry Digest Online Vol. 3 no. 1 setiap tahunnya industri perunggasan Amerika menghabiskan 2 milyar dollar US untuk mengendalikan NE. Sementara total untuk seluruh dunia menghabiskan 40 milyar dollar US, terlebih setelah diketahui munculnya NE subklinis.
Sementara itu Dr Naiyana Nakhata (Thailand) menjelaskan konsep IDEA untuk menyusun ransum unggas yang ekonomis sesuai dengan ketersediaan bahan baku yang ada dan sekaligus berfungsi untuk memaksimalkan performa dan kerja saluran pencernaan. (wan)

Tarik-Menarik Pasar MBM Indonesia

Kebijakan persetujuan impor bahan baku pakan ternak yang dilakukan Departemen Pertanian dianggap tidak mendorong produksi daging dan telur sebagai sumber protein yang murah. Demikian disampaikan Ir Budiarto Soebijanto Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pakan Ternak (GPMT) di Deptan saat ditemui Infovet usai rapat dengan Dirjen peternakan membahas masalah rencana dibukanya keran impor tepung tulang dan tepung daging (meat and bone meal/MBM) dari negara selain AS, Senin (23/7).
Hal itu mencuat menyusul melejitnya harga MBM untuk pakan ternak yang naik menjadi sekitar 400 US$/MT dari yang seharusnya bisa jauh lebih murah 50-75 US$/MT bila ada persaingan atau tidak dimonopoli oleh pengimpor tunggal.
Harga MBM di AS berkisar antara 215 US$ – 225 US$ per ton yang setelah sampai di Indonesia (setelah ditambah ongkos pengapalan/CNF) harga yang wajar seharusnya maksimal 300 US per ton. Namun karena dimonopoli oleh satu perusahaan pengimpor yaitu Baker Commoditie Inc. harganya didongkrak hingga sekitar 400 US$ per ton.
Sementara untuk mencari alternatif pengganti MBM seperti Poultry Meat Meal (PMM) selain harganya yang juga naik barangnya pun sedikit sekali pemasoknya. Begitu juga dengan Soy Bean Meal (SBM) dan Corn Gluten Meal (CGM) yang harganya naik akibat imbas naiknya harga jagung dunia.

Mentan Bantah Ada Monopoli
Sementara Menteri Pertanian Anton Apriyantono menepis tudingan monopoli impor bahan baku pakan ternak dalam bentuk MBM. Dengan adanya importir MBM asal Amerika Serikat justru membuktikan kebijakan monopoli sudah dihapuskan.
Menurut Mentan, selama ini impor MBM justru dimonopoli oleh dua negara, yaitu Australia dan Selandia Baru. Karena itu, harga MBM di kedua negara tersebut terus naik. Untuk mencegahnya pemerintah memutuskan membuka impor MBM berdasarkan zonase dari Amerika Serikat (AS).
Namun, tanggapan Menteri Pertanian (Mentan) oleh Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Don Utoyo, Kamis (19/7), dinilai lari dari masalah yang sebenarnya. Menurut Don Utoyo, yang dimaksud adanya dugaan monopoli itu bukan berdasarkan negara produsen MBM. “Monopoli yang dimaksudkan karena MBM dari AS didatangkan hanya oleh satu perusahaan saja,” kata Don Utoyo.
Mentan menambahkan, meski impor MBM terbuka dari Australia, Selandia Baru, dan AS tetap saja MBM itu harus dari negara yang bebas penyakit sapi gila. Berdasarkan data dari Ditjen Peternakan, volume impor MBM mencapai 15.000-20.000 ton per bulan. Dari jumlah itu, 50 persen berasal dari Australia, 35 persen Selandia Baru, dan hanya 15 persen dari AS. “Jadi tidak benar kalau dikatakan impor MBM dari AS melalui Baker (Baker Commodities Inc) menyebabkan kenaikan harga pakan karena porsinya cuma kecil,” ujar Mentan.
Soal keputusan Baker Commodities Inc. yang boleh memasok MBM produksi AS, karena pada saat impor dari AS dibuka Baker Commodities Inc adalah perusahaan pertama yang mengajukan dan memenuhi persyaratan. “Ini bentuk persaingan dagang yang harus disikapi dengan arif. Impor MBM dari AS terbuka untuk semuanya sepanjang memenuhi persyaratan,” kata Anton.
Sebelumnya, para peternak, perusahaan pembibitan unggas, dan industri pakan ternak memprotes kebijakan Deptan yang hanya mengizinkan Baker Commodities Inc memasok MBM dari AS ke Indonesia. Akibat tidak ada persaingan harga, MBM menjadi lebih mahal 50 US$ sampai 75 US$ per ton.

MBM Australia dan Selandia Baru Menipis
Menurut Don Utoyo, melihat menipisnya produksi MBM di Australia dan Selandia Baru sebagai dampak pemanasan global mendorong peningkatan harga MBM di dua negara tersebut hingga 415 dollar AS per ton sampai di Indonesia.
Di AS sendiri, harga MBM sekarang hanya sebesar 215 dollar AS per ton, atau paling mahal mencapai 250 dollar AS. Katakan ada tambahan biaya pengangkutan dan lain-lain sebesar 100 dollar AS per ton, harga MBM dari AS tetap saja lebih murah.
“AS saat ini merupakan produsen MBM terbesar. Produksi besar dengan harga lebih murah ini tentu harus dimanfaatkan agar industri pakan ternak, pembibitan unggas, dan para peternak lokal diuntungkan,” katanya.
Apabila tidak ada persaingan antarprosesor dan terjadi monopoli, maka harga pasti akan menjadi tinggi. Karena itu, persaingan harus dibuka lebar. Don Utoyo menambahkan, ketika keran impor MBM dari AS dibuka pemerintah berjanji akan melakukan uji coba selama lebih kurang enam bulan. Namun, setelah lebih dari enam bulan dan impor MBM dilanjutkan, tetap hanya ada satu perusahaan yang diberi izin impor.
MBM merupakan bahan baku pakan ternak pengganti fish meal. Ini terjadi karena harga fish meal mahal, yakni di atas 1.000 dollar AS per ton. Naiknya harga MBM di Indonesia hingga 415 dollar AS per ton sebetulnya bisa diatasi dengan penggunaan soybean meal. Namun, harga soybean meal juga tinggi, yakni mencapai 350 dollar AS per ton.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Pakan Ternak Fenni Firman Gunadi (GPMT) mengatakan, rendahnya harga MBM dari AS tidak memberikan nilai tambah bagi industri pakan ternak. Meskipun harga MBM asal AS jauh lebih rendah dari Australia dan Selandia Baru, ketika sampai di Indonesia harganya tetap tinggi.
“Kita sudah mengingatkan berkali-kali, dan sudah mengajukan tim teknis untuk dikirim ke AS supaya ada persaingan bebas dalam impor MBM. Namun belum ditanggapi,” katanya.

Deptan akan hapus monopoli itu
Perkembangan terakhir yang diikuti Infovet diketahui bahwa Direktur Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Mathur Riady akan membuka peluang produsen MBM lain di luar Baker Commodities Inc untuk melakukan ekspor ke Indonesia setelah ditandatanganinya surat keputusan penunjukan tim verifikasi ke Amerika Serikat.
Mathur Riady mengungkapkan, tim akan bekerja memeriksa kelengkapan dokumen milik lima perusahaan dan mencocokkannya dengan kenyataan di lapangan. Cepat atau tidaknya proses verifikasi tergantung pada komitmen perusahaan yang mengajukan izin itu.
“Ada lima perusahaan yang akan di-review. Mereka ini yang telah mengajukan permohonan izin pengiriman MBM asal AS,” katanya. Tiga dari lima perusahaan yang telah mengajukan izin adalah Darling Internat Inc, Exel Corp, dan ConAgra Foods Inc.
Menurut Mathur, pengiriman tim verifikasi merupakan tindak lanjut komitmen Deptan menghilangkan monopoli impor MBM. Hal itu untuk menciptakan harga yang kompetitif sehingga tidak memberatkan beban peternak.
Menanggapi langkah maju Deptan, Ketua Umum GPMT Budiarto Soebijanto mengatakan, kalangan industri pakan ternak menyambut gembira putusan itu. Setidaknya sudah ada langkah maju yang diperlihatkan Deptan.
Pihaknya berharap agar apa yang sudah disepakati kemarin dijalankan sesuai komitmen. Impor MBM asal AS oleh perusahaan lain supaya segera direalisasikan, tentunya setelah melewati serangkaian verifikasi dokumen maupun lapangan.
“Dari hasil pertemuan kami dengan Deptan diharapkan tim bisa berangkat ke AS Agustus- September mendatang dan diharapkan akhir tahun bisa mulai membuka impor MBM,” kata Budiarto.

Naiknya harga bahan picu naiknya harga produk akhir
Harga jagung dunia merangkak naik sejak AS dan beberapa negara produsen jagung lainnya mengumumkan penggunaan jagung produksinya untuk bahan baku pembuatan biofuel yaitu bahan bakar asal nabati yang konon lebih ramah lingkungan. Sebagai perbandingan harga jagung asal AS tahun 2006 dipatok 130 US$/MT namun kini dilepas tak kurang dari 220 US$/MT yang kenaikannya hingga 70 persen. Demikian dijelaskan Don P Utoyo dari Forum Masyarakat Unggas Indonesia (FMPI) ketika dikonfirmasi Infovet.
Naiknya harga jagung dunia memberi angin segar bagi petani lokal karena berimbas pula pada naiknya harga jagung lokal dari sebelumnya berkisar antara Rp 1200/kg menjadi Rp 1800/kg.
“Meskipun pemerintah melalui Departemen Pertanian menargetkan untuk swasembada jagung, namun kenyataannya bagi industri pakan ternak selalu mengalami kekurangan untuk menutupi kebutuhan produksi kami yang hanya 3,5 sampai 4 juta ton. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan data yang disajikan BPS,” ujar Fenni Firman Gunadi Sekjen Gabungan Perusahaan Pakan ternak (GPMT).
Untuk pihaknya, kata Fenni, sebaiknya impor jagung untuk pakan ternak dibebaskan dari bea masuk impor sebesar 5%, karena dengan pembebasan ini tetap tidak akan mengganggu produksi dalam negeri.
“Sebenarnya pabrikan pakan ternak lebih menyukai jagung dalam negeri karena lebih segar. Hanya saja kualitas dan kontinyuitasnya yang tidak bisa dipertahankan sehingga pabrikan terkadang memang harus impor untuk menutupi kebutuhan tersebut,” jelas Fenni.
Kenaikan berbagai bahan baku ini tentu menyebabkan harga pakan dan harga DOC naik yang menggiring naiknya biaya produksi peternak. Bila peternak yang menanggung beban ini sungguh berat sehingga tiada kata lain harga produk telur dan daging ayam harus dinaikkan. Pada akhirnya konsumen pula yang harus memikul semuanya.
Hal ini patut disayangkan karena masyarakat akan membeli produk unggas daging dan telur ayam jauh lebih tinggi dari harga sebelumnya menyusul naiknya harga susu. (wan)

CEGAH HUJAN SEBABKAN KERDIL

Kejadian penyakit ayam kerdil kali ini yang dijumpai dimulai sejak akhir 2005 di beberapa tempat, sudah muncul secara sporadis, tidak semua daerah terserang, berarti muncul ketika hujan sedang rajin turun ke muka bumi. Pada bulan Januari misalnya, suhu di kota pegunungan Banyumas Jawa Tengah sungguh dingin, lingkungan penuh kabut.

Lingkungan dengan turun hujan secara terus-menerus, menyebabkan kadar Oksigen turun drastis, terutama di daerah pegunungan, dan kurangnya pemanas. Demikian Drh Suhardi dari PT Sanbe Farma yang berkantor besar di Bandung Jawa Barat.

Hal ini pun bisa terjadi pada hacthery (penetasan) yang juga dapat ikut ambil bagian. Ketika cuaca sungguh tidak beraturan, hujan dan panas, kondisi ini menyebabkan kelembaban, suhu, level oksigen dan CO2 menjadi sangat sulit untuk diatur dan dikendalikan di dalam hatchery. “Padahal kita ketahui embrio modern sangat rentan dalam hal kebutuhan oksigen” kata Drh Hany Widjaja dari Alltech Indonesia.

“Brooding” dan Tirai

Sedangkan dari sisi manajemen ayam pedaging atau broiler, “Kembali masalah brooding menjadi sangat penting,” tegas Hany Widjaja.

Pada persiapan kedatangan DOC, persiapan brooding harus sudah siap meliputi chick guard (dimater 3 m untuk 750 ekor), pemanas (dinyalakan 2 jam sebelum DOC datang), tirai dalam, tirai luar, tempat pakan, tempat minum, bila kandang panggung maka seluruh lantai harus ditutup. Demikian Drh Prabadasanto Hudyono dari PT Multibreeder Adirama Indonesia.

Perhatikan suhu brooding setiap saat terutama pada dini hari saat suhu terdingin yaitu sekitar jam 2 malam/pagi, dan pada siang hari saat suhu terpanas yaitu antara jam 11-14. Bila kontrol suhu dapat dilakukan dengan baik maka anak ayam akan merasa nyaman. Tidak terlalu panas atau dingin sehingga dapat makan dan minum dengan baik. Demikian Praba.

Untuk mengatasi permasalahan kekerdilan pada ayam dengan kondisi lingkungan sangat dingin, pemanas harus kuat betul. Pada dua minggu pertama suhu brooding paling rendah 29 derajad Celsius, paling tinggi 35 derajad Celsius. Itu pada minggu 1, 2, dan 3. Sedangkan pada minggu ke 4, 5 dan 6 suhu sebesar 33 derajad Celsius. Hal tersebut dengan catatan tidak ada fluktuasi suhu yang terlalu tinggi. Demikian anjuran Drh Suhardi, dari PT Sanbe Farma. Sama dengan anjuran Drh Supandi juga dari PT Sanbe Farma agar pemberian pemanasan cukup rata, dengan rataan 29-33 derajad Celsius.

Yang penting adalah kepekaan terhadap suhu. Usahakan ada termometer untuk setiap kandang. Kalau tidak ada, dapat gunakan tubuh peternak sebagai patokan dan atau melihat pola penyebaran anak ayam yang merata saat itu. Peternak harus tahu kapan mengatur suhu brooding dan kandang. Jangan sampai seperti contoh di suatu peternakan brooding dipanaskan terus padahal suhu lingkungan sudah meningkat. Demikian Praba.

Atau, tirai kandang ditutup terus, kala kandang sudah tidak lagi dingin. Sebaliknya, penyesuaian tirai pun perlu dilakukan dengan rajin. Ada saatnya membuka, ada saatnya menutup, bahkan menutup rangkap. Dalam kondisi penuh hujan dan kabut dingin itu, untuk melindungi ayam di kandang-kadangnya, kandang butuh tirai tambahan. Sayangnya, pada daerah-daerah yang dingin ini, biasanya tirai tidak dirangkap. Tirai rangkap sangat dibutuhkan pada kondisi ini. Masih menurut Praba.

Kasus pun bisa terjadi pada peternak lama yang telah lama jam terbangnya dan merasa lebih berpengalaman. Kebiasaan yang sudah diterapkan selama bertahun-tahun hingga belasan sampai puluhan tahun membuatnya terpatok pada pola lama. Di Pekalongan misalnya, peternak Robert (bukan nama sebenarnya). Banyak kasus asites, secara tidak langsung ternyata karena tirai tidak pernah dibuka. Karena panas terlalu tinggi, secara tidak langsung memunculkan pun muncul kasus perikarditis.

Tentang tirai yang tidak pernah dibuka ini pun solusinya mudah, Tim Drh Praba: Nasruddin, Heriyanto Putro dan Gayor Manusama yang dalam waktu tulisan ini dibuat bertugas Purbalingga, Magelang dan Jambi lantas menyarankan merubah kekolotan kebiasaan peternak, tirai dibuka semua, selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan sampai ayam selalu kepanasan, sehari kepanasan tidak masalah. Namun kalau panas sudah sampai 30 hari, dapat mendorong muncul berbagai penyakit.

Keteledoran mengatur pemanas dan suhu itu merupakan kelemahan dari operator. Sementara banyak peternak yang lebih mengutamakan pemanas yang murah. Sedangkan untuk membantu kelemahan kedisiplinan ini ada solusi alternatif, yaitu pemanas atau brooder yang otomatis, yang dapat menyesuaikan dengan suhu yang ada dengan lampu yang kecil. Hal ini dapat membantu mengatasi masalah pada pemanasan yang tidak otomatis, di mana pemanasan tidak mencukupi bila malam dingin, dan siang menjadi kepanasan. Demikian H Nur ’Asyikin SH MH dari PT Paeco Agung Cabang Jawa Timur.

Efek pemanasan yang tidak tepat ini berpengaruh terhadap tidak berhasilnya berat badan mencapai yang diinginkan. Demikian pula tentang pencahayaan, berpengaruh dalam jangka panjang secara nyata. Demikian Asyikin.

Kondisi brooding juga mempengaruhi penyerapan kuning telur. Bila suhu terlalu panas, kuning telur akan menjadi kering. Sebaliknya bila terlalu panas, saluran kuning telur akan menyempit. Keduanya akan menyebabkan kuning telur menjadi tidak sempurna. Dalam kuning telur selain terdapat cadangan makanan, vitamin, hormon, juga sumber kekebalan yang diturunkan dari induk. Bila kuning telur tidak terserap sempurna akan ada masalah kesehatan anak ayam. “Hal itu penting untuk menjaga kekebalan anak, sebab apabila kekebalan yang diwariskan dari induk lemah, bisa menyebabkan ayam mengalami gagal pertumbuhan dan rentan sakit,” papar Praba.

“Chicken Guard” dan “Litter”

Selanjutnya oksigenasi brooding jangan terlalu pengap. Kalau perlu dibantu dengan kipas angin. Syukur bisa diberikan suplai oksigen ke air minum walau belum diketahui betul pengaruhnya karena hal ini diambil pengalaman penerapannya untuk ikan, dan sekarang dicoba diterapkan pada ayam. Demikian Suhardi.

Artinya, jangan lupa memperhatikan kepentingan ventilasi ayam. Dengan melebarkan chicken guard, lebih cepat melebar hasilnya ventilasi lebih bagus. Pelebaran ini dilakukan mulai hari ke 5 sesuai pertumbuhan dan kepadatan kandang. Demikian Praba.

Adapun, sekam atau serutan yang akan digunakan sebagai litter sebelum digunakan dilakukan desinfeksi lebih dulu. Penggunaan alas koran minggu pertama agar pakan dapat disajikan sedikit demi sedikit dan selalu dalam keadaan sedar. Pastikan litter atau alas kandang dalam kondisi yang baik. Litter yang basah, lembab dan menggumpal dapat meningkatkan resiko penyakit. Penggantian litter ini jangan dilakukan secara total, tetapi bertahap, litter yang basah dan menggumpal segera dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Pada kandang panggung, sekam dikeringkan. Demikian Praba, senada dengan ungkap Suhardi, “Litter setidaknya selama 2 minggu pertama harus kering dan steril, jangan sampai basah.”

Soal litter ini sangat vital, apalagi pada musim penghujan, jangan sampai litter itu menjadi sarang Reo. Pernah dijumpai litter ayam yang sangat kotor seperti lantai kandang bebek. Jangan litter yang seperti itu, litter setebal 20 cm pun, apalagi basah, tetap dapat menjadi tempat berbiaknya Reo, apalagi di daerah endemis yang selalu ada infeksi Reovirus, bila pelakuan terhadapnya tidak diterapkan secara ketat.

Pakan dan Musim Penghujan

Lalu jangan lupa, Musim penghujan selalu sangat erat kaitannya dengan kualitas pakan. Jamur pada musim penghujan begitu mudah tumbuh dan berbiak di mana-mana, termasuk pada pakan, bisa menyebabkan mikotoksikosis yang ujung-ujungnya juga mampu menyebabkan kekerdilan.

Adanya kandida, jamur, khamir, pada tembolok bisa menyebabkan malaborpsi. Dulu terjadi pada broiler, kini pun terjadi pada layer pada masa pemeliharaan dara. Pertumbuhan terhambat, masa produksi lambat umur. Secara patologi anatomi ada, terjadi malabsorpsi, rusaknya usus, pakreas, terjadinya proventrikulus. Demikian Drh Hernomoadi Huminto MS dari FKH IPB.

Olesi Pusar

Cara lain menghadapi hujan yang membasahkan adalah perhatian langsung pada ayamnya sendiri. Air basah dan litter lembab pada litter dapat langsung menyerang individu anak ayam. Seperti anak manusia yang bisa tersarang masuk angin, apalagi anak ayam yang lemah. Ingat bagaimana kala anak-anak terserang masuk angin? Olesi pusar dengan minyak kayu putih. Kalau anak ayam? Olesi pusar dengan desinfektan.

Bila diketahui 5-10 persen dari jumlah anak ayam itu terdapat pusar basah, segeralah olesi dengan desinfektan, yang aman adalah dengan Iodine, untuk mencegah terjadinya ascites yang mendorong terjadinya kekerdilan. Pada saat anak ayam umur sehari ini dilepaskan sebelumnya oleskan Iodine satu demi satu pada anak-anak ayam itu, baru dilepaskan satu per satu. Demikian Drh Suhardi dari PT Sanbe Farma.


“Hal-hal begini peternak tidak melakukan, mengakibatkan hambatan pertumbuhan ayam sehingga terjadi kegagalan pertumbuhan. Sebaliknya kalau persyaratan dipenuhi kasus lambat tumbuh bisa diminimalisir. Persentase kejadian bisa dikurangi lebih kecil dari 5 persen,” urai Drh Praba seraya menambahkan: “Tindakan itu sangat bermanfaat dan bisa untuk mengurangi kasus, meski kalau meng-nol-kan tidak bisa.”

Meski kasus tidak bisa sirna, turunnya kasus merupakan hal sangat berharga. (YR)

PAKAN UNTUK YANG KERDIL

Sementara kalangan menganggap kekerdilan sudah jarang dijumpai lantaran perlakuan sudah cukup baik. Tapi, ternyata masih ada juga. Peternak dapat mengamati keterkaitan dengan pihak bibit ini pada kondisi di lapangan. Apakah kala bibit ayam masuk kandang komersial pada tiga bulan tidak kena kekerdilan, selanjutnya apakah tiga bulan berikutnya lagi tidak kena kekerdilan atau menjadi kena. “Dengan demikian bisa ketahuan, mungkin itu karena faktor pakan, atau yang lainnya,” kata seorang praktisi.

Karena penyebab kekerdilan memang berbeda-beda, jangan heran bila muncul pengalaman aneh, perlakuan pemberian pakan oleh peternak terhadap ayam yang terganggu/terhambat pertumbuhannya ini ternyata tidak berbeda, sehingga tidak ada perlakuan khusus soal pakan ini. Namun ada peternak yang memisahkan antara ayam kerdil, sedang, dan normal, karena konsumsi pakan sama ternyata hasilnya berbeda, sehingga tidak efektif untuk pemeliharaan dan pertumbuhan.

Bandingkan bedanya, pada kasus malabsorbsi sindrom, pola makan ayam tetaplah normal, tetap makan banyak seperti halnya ayam normal, akan tetapi ayam tidaklah tumbuh dan berkembang. Hal ini karena penyerapan kurang baik. Sedang kasus Runting dan Stunting tidak tumbuh dan berkembang. Demikian Drh Andi Widjanarko dari PT Pimaimas Citra.

Pakan Bagus?

Oleh sebab itu, “Jangan lupa, pakan haruslah yang bagus,” tutur Drh Suhardi dari PT Sanbe Farma. Bila pada 1-2 minggu pertama muncul gejala kekerdilan yang bakal terjadi, berikan pakan untuk strater, bukan untuk grower. Soal pakan ini, Drh Supandi juga dari PT Sanbe Farma melengkapi, konsumsi pakan harus cukup baik, ditambah dengan vitamin dan elektrolit.

Sediaan vitamin yang dianjurkan mengandung vitamin-vitamin A, D, E, K, demikian juga vitamin yang mengandung asam amino di mana protein ini sangat penting untung pertumbuhan ayam. “Harapannya gejala-gejala yang bisa muncul dapat dicegah, dan ayam menjadi lebih baik pertumbuhannya, efek dari Runting dan Stunting Syndrome dapat diminimalisir,” kata Supandi.

Dari sisi pakan diakibatkan oleh fluktuasi kualitas dari bahan baku pakan, seperti level mikotoksin, level mineral dan vitamin. Demikian Drh Hany Widjaja dari Alltech Indonesia.

Pakan Saat DOC Datang?

Bagaimana teknisnya? Saat DOC tiba segera hitung, tebar, dan beri minum air gula. Teruskan dengan antibiotik spektrum luas dan vitamin elektrolit. Untuk DOC yang lemah beri cekok larutan infus. Demikian Drh Prabadasanto Hudyono dari PT Multibreeder Adirama Indonesia..

Amati di peternakan-peternakan kita. Frekuensi pemberian pakan dengan cara lama, dulu sampai 1-2 hari hanya dengan jagung kering. Dan ini diberikan sampai beberapa hari. Setelah ayam selesai diberi minum dalam rentang waktu ini, baru diberi pakan. Jelasnya, kondisi di lapangan, pemberian pakan starter biasanya ditunda sampai beberapa hari dulu. Demikian pengamatan Praba.

Apakah hal ini masih berlaku sampai sekarang? Bagaimana yang lebih baik? Terkait dengan pertumbuhan fili-fili usus yang tumbuh pada 4-5 jam, ternyata hal ini bukan hal terbaik. Yang lebih pantas diterapkan seiring pertumbuhan fili usus untuk pencernaan ini adalah pakan diberikan tanpa menunggu beberapa hari. Sesaat setelah DOC minum, segera beri pakan, karena semakin cepat fili-fili usus lontak dengan makanan akan semakin baik perkembangannya. Demikian Praba.

Setelah 8 jam kedatangan, tembolok anak ayam perlu diperiksa. Harus sudah terisi pakan 80 persen. Bila kurang dari 80 persen akan memungkinkan terjadi gangguan pertumbuhan. Cara pemberian pakan metode lama, peternak sendiri yang menyaring pakan, memungkinkan mikotoksikosis. Kerugiannya lambat tumbuh. Pertumbuhan yang biasanya cukup pada umur seminggu untuk mencapai berat tertentu, sekarang membutuhkan waktu lebih lama, bisa mencapai umur 10 untuk mencapai berat yang sama. Demikian Praba.

Tempat Pakan

Pemberian pakan pada minggu pertama dapat dengan cara ditebar di atas koran sedikit demi sedikit tetapi lebih sering. Agar, anak ayam dapat mengenal bentuk pakan. Dan, juga ditaruh pada tempat pakan. Seringkali anak ayam memakan sekam apabila tidak diberi alas koran. Demikian Praba mengutarakan pengamatannya di banyak peternakan.

Jumlah tempat pakan/minum 100 ekor antara 3-4 buah. Bila menggunakan box DOC sebagai tempat pakan maka 1 box untuk sekitar 75 ekor. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penggunaan box DOC sebagai tempat pakan jangan lebih dari 3 hari. Karena, box akan menjadi lebih lembab dan dapat menjadi media pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan mikotoksikosis yang ujung-ujungnya juga mampu menyebabkan kekerdilan. Pengenalan dengan tempat pakan dalam bentuk tabung gantung dimulai pada usia 7-10 hari. Setelah usia 15 hari hanya digunakan tempat pakan bentuk tabung tersebut. Penggantian secara bertahap. Demikian Praba

Langkah-langkah soal pakan ini ada yang bersifat umum dan ada yang spesifik sesuai dengan kondisi masing-masing peternakan dan berdasar pilihan terbaik bagi para narasumber. Barangkali masih banyak pengalaman lain dari narasumber yang berbeda guna mengatasi permasalahan ayam kerdil.

Sudah tentu yang diinginkan peternak dan praktisi tak akan ada hambatan pertumbuhan. Maka soal pakan, pilihlah mutu dan cara pemberian yang terbaik. Jangan lupa: Ayo! Cari yang terbaik. (YR)

TEMPAT DAN AIR MASAK

Marilah mengamati kondisi di lapangan soal air minum ayam.

Tempat Minum

Rata-rata peternak kurang memperhatikan masalah tempat air minum. Coba masuk dalam kandang ayam dan amati besar kecilnya tempat ar itu. Rata-rata tempat air ini besar-besar. Apa akibat dari besarnya tempat air minum ini? DOC (anak ayam umur sehari) menjadi mudah ‘nyemplung’. Demikian pengamatan Drh Prabadasanto Hudyono dari PT Multibreeder Adirama Indonesia.

Menghadapi hal ini Drh Praba menyarankan ukuran tempat air minum ini lebih kecil, setidaknya yang berisisi 1 liter. “Jangan yang 4 liter, karena ini kebesaran,” katanya. Sehingga dapat dihitung: Jumlah tempat minum untuk 100 ekor antara 3-4 buah. Menurutnya soal besaran yang pas buat tempat air minum ini kelihatannya merupakan hal sepele sehingga kekeliruan merupakan merupakan kesalahan sepele. Tapi, sangat penting artinya.

Air Masak

Air sangat rentan untuk menjadi tempat berbiaknya kuman bila perlakuannya keliru. Untuk mencegah masuknya kuman ini pada air minum, Drh Praba menyarankan hendaknya air minum juga dimasak pada 4 hari pertama. “Supaya bakteri yang masuk tidak ada,” katanya seraya menunjukkan hasil perlakuan ini yang sungguh sangat berbeda nyata. Alhasil, kematian pada awal pertumbuhan karena penyakit seperti ompalitis menjadi jarang terjadi.

Apakah pemberian air masak untuk minumnya ayam ini tidak memberatkan? Kaitannya dengan kebutuhan minum ayam yang ternyata termasuk kecil sekali, artinya minumnya pun jarang. Dan, pada kenyataannya rata-rata peternak tidak keberatan bila memperlakukan pemasakan air minum untuk ayam ini. (YR)

SIAPA YANG TERSERANG KERDIL?

Jenis ayam apa yang terserang kerdil? Bangsa atau strain apa? Bagaimana mengakomodasi kepentingan peternak dan pembibibitan dalam menyikapi kekerdilan yang nyata-nyata terbukti ada?

Inilah kenyataannya, penyakit ayam kerdil dijumpai terjadi pada ayam petelur (layer) dan (broiler). Demikian Drh Andi Wijanarko dari PT Pimaimas Citra.

Adapun, di wilayah Bandung dan Subang setidaknya, pada broiler (ayam pedaging) dan pada ayam layer (petelur). Demikian Drh Supandi dari PT Sanbe Farma tentang kondisi di wilayah kerjanya.

Dulu kekerdilan terjadi pada broiler, kini pun terjadi pada layer pada masa pemeliharaan dara. Pertumbuhan terhambat, masa produksi lambat umur. Secara patologi anatomi ada, terjadi malabsorpsi, rusaknya usus, pakreas, terjadinya proventrikulus. Pada layer dara tidak mencapai berat yang seharusnya. Alat reproduksi pun tidak berkembang, menjadi kecil dan atau belum besar seperti normalnya. Yang mestinya sudah belajar bertelur pada umur 16-17 minggu, mundur sampai umur 19-20 minggu baru belajar bertelur. Terjadi kerusakan digesti yang menganggu asupan pakan. Demikian Demikian Drh Lies Parede Hernomoadi MSc PhD dari Balitvet dan Drh Hernomoadi Huminto MS dari FKH IPB.

Menurut bangsa atau strain ayamnya, kasus ayam kerdil pun terjadi hampir di semua wilayah peternakan. Bukan bangsa ayam tertentu, tapi semua strain ayam. Demikian Drh Prabadasanto Hudyono dari PT Multibreeder Adirama Indonesia.

Relatif didapati pada rata-rata strain atau bangsa ayam yang ada, waktu kejadiannya tidak sama atau terus-menerus pada saat kedatangan anak ayam ke peternakannya. Kadang-kadang pada satu kali masa kedatangan DOC ada kasus kekerdilan pada suatu bangsa ayam, pada masa berikutnya belum tentu atau tidak ada. Demikian juga pada kasus pada bangsa ayam yang lain. Dengan demikian kasus kekerdilan praktis berasal dari pembibitan. Demikian H Nur ’Asyikin SH MH dari PT Paeco Agung Cabang Jawa Timur.

Penyebaran kekerdilan ini secara vertikal, dari induk. Jadi yang harus diperbaiki dari induknya. Karena saat DOC datang sampai lima hari datang itu sudah kelihatan di awal, tidak mungkin itu dari penularan dari luar. Dan itu makin kelihatan kalau berumur menjelang 3 minggu. Demikian Drh Anas Sudjatmiko dari PPUN.

Umur kecil belum kelihatan sebagai DOC berubah. Dulu ayam umur 5 minggu mempunyai berat 1,8 kg; sekarang umur 5 minggu berat badannya 2 kg. Pada induk ayam, dengan kemajuan teknologi dan penerapan rekayasa genetika, semakin tampak kelemahan-kelemahan yang makin terbuka untuk bisa muncul dan terjadi. Faktor-faktor kelemahan kekebalan tubuh muncul, ayam menjadi rentan penyakit, dan lain sebagainya. Demikian Drh Prabadasanto.

Secara Genetik Terbukti

Yang pasti dari hasil penelitian, ada jenis strain ayam yang peka infeksi Reovirus, ada pula yang tidak peka. Infeksi menyebabkan diare hebat, pertumbuhan broiler kelihatan terganggu pada pertumbuhan akhir. Seharusnya mencapai 1,6 kg, pertumbuhan akhirnya hanya 1,3 atau 1,4 kg. Demikian Dr Lies Parede Hernomoadi.

Anak ayam yang berumur 1-2 hari sangat peka terhadap uji Reovirus ini. Infeksi dini berakibat buruk. Infeksi pada anak ayam umur 1 minggu menyebabkan berat ayam 100-200 ngram. Infeksi lebih dari 10 hari beratnya bisa 1,3 kg padahal semestinya 1,6 kg. Infeksi pada umur 2-3 minggu bisa berakibat ringan di mana berat badan tidak tercapai. Demikian Dr Lies seraya memastikan tentang pentingnya seleksi genetik.

Akibat kepentingan untuk menghasilkan bibit ayam unggul yang begitu baik, konversi pakan baik, daging gemuk untuk broiler, produksi telur banyak untuk layer, dan sifat-sifat unggul lainnya, perbaikan genetik ayam indukan bibit dipacu begitu ’hebat’. Namun kadang, kondisi peternakan Indonesia ternyata relatif belum cocok dan terbaik untuk pemeliharaan ayam yang menjadi demikian rentan berbagai hal karena upaya perbaikan genetik itu. Biosekuritas, lingkungan, perkandangan, kedisiplinan, tidak mendukung, memudahkan Reo menyerang, dan terjadi kekerdilan. Demikian Dr Lies.

Maka kuncinya pada pembibitan saat ’mencipta’ ayam unggul itu, jangan peka terhadap Reovirus. Secara mikro, seleksi genetik pun dapat dilakukan. Begitu dilihat, dapat ditentukan kualitas genetik ayam bersangkutan, peka atau tidak terhadap Reovirus. Hal ini penyebab munculnya kekerdilan pada ayam ras tertentu pada kelompok kedatangan tertentu. Demikian Dr Lies.

Soal kepekaan berdasar genetik ayam itu dibuktikan peternak, Ahmad (bukan nama sebenarnya) yang memberikan perlakuan pemberian pakan terhadap ayam yang terganggu/ terhambat pertumbuhannya tidak berbeda, tidak ada perlakuan khusus. Dan kebetulan ayamnya berasal dari satu bangsa (strain) ayam, di mana perbedaan dengan strain lain meski perlakuan pemberian pakan sama tetapi hasilnya bisa berbeda. Belum dievaluasi secara menyeluruh sejarah kekerdilan di Legok Tangerang Provinsi Banten.

Peran Pemerintah Tugas Peternak

Terkait dengan asal penyebaran dari induk ayam yang berarti terkait dengan pembibitan, peternak melihat pemerintah dalam menangani kasus kekerdilan ini belum serius, ini dianggap sebagai kematian dari populasi tertentu. Padahal ini harus ditangani secara serius. Menurut peternak, pemerintah seharusnya aktif memeriksa di breeding-breeding farm (peternakan pembibitan) sehingga nantinya hasil kualitasnya lebih bagus. Namun sayang, ”Kontrol dari pemerintah dalam hal ini sangat kurang,” Drh Anas dari PPUN membuka kenyataan.

Peternak harus aktif melakukan pelaporan-pelaporan masalah kekerdilan ini kepada lembaga-lembaga peneliti, katakanlah ke Balivet, IPB. Peternak harus aktif melakukan itu dan chek and rechek supaya ada balance dari keadaan ini. Demikian Ketua Persatuan Peternak Unggas Nusantara ini.

Sehingga, ”Kita bisa mengklasifikasi breeding-breeding mana yang kualitasnya baik,” ucap Anas. Tentang upaya yang dilakukan oleh PPUN ia mengungkap, tiap bulan akan mengeluarkan informasi kepada anggota tentang pakan atau DOC berdasarkan urutan prioritasnya. Sehingga membuat pabrikan mau intropeksi.

Tangan Pembibitan

”Kemungkinan penyakit ini juga diakibatkan masalah vaksinasi,” ujar peternak ini. Apakah breeding sempat melakukan vaksinasi? ”Saya tidak tahu,” tukasnya. Yang dimaksud Anas adalah vaksinasi kekerdilan yang lazim dikenal sebagai vaksinasi Reo, virus salah satu biang kekerdilan. Lazimnya memang dilakukan di peternakan pembibitan, bukan peternakan komersial. Wajar bila vaksin Reo tidak dijumpai pada ayam komersial, seperti kata Drh Anwar (bukan nama sebenarnya) setidaknya pada lingkup wilayah kerjanya.

Di Jawa Timur, dilaporkan, Vaksinasi Reo tidak ada pada peternakan komersial. Tentu pada pembibitan pelaksanaan vaksinasi Reo sudah bagus diupayakan. Demikian Asyikin.

Anwar membenarkan, pemberian vaksinasi Reo ini diberikan pada peternakan pembibitan. Namun, disinyalir untuk penghematan biaya, di mana kasus AI begitu makan banyak biaya vaksinasi dan harganya mahal, vaksinasi cacar (Pox) dan Reo dikurangi, sehingga hal ini menggertak munculnya anak ayam yang mengalami kekerdilan pertumbuhan.

Yang paling merasakan dampaknya, peternak, yang menerima bibit ayam yang ternyata bibitnya berkasus kekerdilan. Halnya pihak pembibitan sendiri, menurut Anas, selama ini pihak pembibitan lebih bersikap pasif akhirnya menunggu laporan atau claim dari peternak. Sehingga peternak banyak dirugikan. Karena garansi atau jaminan tidak ada.

Ada yang disayangkan. ”Bonus pembelian dua ekor per box itu belum tentu jaminan. Mungkin mereka (pembibitan) tidak mau jujur. Mereka selama ini hanya mengejar keuntungan tanpa melihat kualitasnya. Yang baik adalah langkah seperti yang dilakukan teman saya, saat membeli begitu ada tanda-tanda kekerdilan langsung dikembalikan ke pabrikan,” protes Anas.

Menanggapi pernyataan tentang kejujuran ini, “Pihak pembibitan (breeding) haruslah jujur tentang kondisi bibit,” tegas Drh Yasin (bukan nama sebenarnya), seorang praktisi kepada Infovet. Menurutnya, peternak sendiri dapat mengamati keterkaitan dengan pihak bibit ini pada kondisi di lapangan. Apakah kala bibit ayam masuk kandang komersial pada tiga bulan tidak kena, selanjutnya apakah tiga bulan berikutnya lagi tidak kena kekerdilan atau menjadi kena. Sehingga ketahuan, mungkin itu karena faktor pakan, atau yang lainnya.

Respon terhadap claim peternak kepada pihak pembibitan ini, ada yang diganti dengan DOC untuk yang jumlahnya kecil. Sedangkan yang jumlahnya besar diganti dengan pakan. Ini diberikan oleh breeding-breeding tertentu. Breeder besar juga mau. Demikian H Nur ’Asyikin SH MH.

Sedangkan dari sisi breeder tentunya berhubungan dengan telur yang berasal dari flok muda, flok tua atau induk yang sakit. Demikian Drh Hany Widjaja, Technical Service Manager Alltech Indonesia.

Artinya, mari kita letakkan masalah kekerdilan dan pembibitan ini secara seimbang dan pada tempatnya. (AW, YR)

SINDROM ATAU TIDAK TETAP RUGIKAN

Apakah penyakit kekerdilan masih Sindrom? Taukah sudah pasti infeksius? Beberapa kenyataan kembali terkuak. Namun yang lebih penting tetap sikap dalam menghadapi.

Penyakit ayam kerdil yang dulu terkenal dengan nama Runting and Stunting Syndrome (RSS), pada kasus kali ini gejalanya: sama. Seperti yang bisa diduga dengan perkembangan penyakit yang terkenal memakai predikat “Syndrome” sebagai suatu penyakit diketahui gejalanya tidak diketahui dengan pasti, ternyata sampai saat ini, penyebab penyakit ini juga tidak hanya satu sebab. Demikian Drh Prabadasanta Hudyono dari PT Multibreeder Adirama Indonesia.

“Penyebab munculnya penyakit ayam kerdil ini bisa dikaitkan dengan perubahan iklim, manajemen, pakan, DOC. Yang mana penyebab secara pasti? Masing-masing berperan,” tegas Dokter hewan alumnus Universitas Airlangga Surabaya ini. Mungkin saja penyebabnya adalah virus Reo. Namun mungkin juga tidak. Selama lima tahun perkembangan ilmu pengetahuan, masih membuktikan bahwa sejak dulu masalahnya seperti itu. Kalau satu faktor bermasalah, bisa menyebabkan kekerdilan. Demikian Praba.

Secara uji klinis atau laboratorium, peternak belum tahu penyebabnya apa. “Kita serahkan kepada breeding masing-masing,” tutur Drh Anas Sudjatmiko dari PPUN seraya memberi masukan: Seharusnya pemerintah melakukan tindakan guna meneliti penyebab ini, mungkin apakah karena ada virus. “Apakah dampak dari AI, kemungkinan saya juga tidak tahu. Ini harus dibuktikan secara klinis,” tukasnya sendiri.

Perbandingan dengan kasus kekerdilan yang terjadi pada waktu sebelumnya, kasus yang sekarang tergantung kekerdilan oleh karena bibit muda, kasus malabsorbsi, virus Reo, infeksi jamur, bakteri dan lain-lain yang banyak macamnya. Demikian Drh Andi Wijanarko dari PT Pimaimas Citra.

Akibat Malabsorbsi Syndrome penyerapan zat makanan kurang, terganggulah
Pertumbuhan ayam, menyebabkan kasus ini muncul. Demikian H Nur ’Asyikin SH MH dari PT Paeco Agung Cabang Jawa Timur.

Kasus lambat tumbuh ini, merupakan, ”Kasus kompleks yang melibatkan banyak faktor. Umumnya melibatkan unsur pakan, breeder, hatchery dan manajemen farm broiler komersial,” tegas Drh Hany Widjaja dari Alltech Indonesia.

Kasus kekerdilan dapat dikarenakan kasus RSS, karena indukannya, karena lingkungan di mana pada saat seperti ini turun hujan secara terus-menerus yang menyebabkan kadar Oksigen turun drastis, terutama di daerah pegunungan, dan kurangnya pemanas. Demikian Drh Suhardi, dari PT Sanbe Farma.

Infeksi Virus Reo

Dengan demikian perlu dilacak lebih jauh bagaimana sesungguhnya peran Virus Reo dalam menyebabkan kekerdilan di tengah-tengah kepungan berbagai faktor yang saling tumpang tindih itu.

Virus Reo atau dalam bahasa Inggrisnya Reovirus merupakan penyebab kerdil pada ayam ras pada peternakan komersial. Reovirus komensal, ada di mana-mana, ada reovirus yang tidak ganas, ada yang ganas yang bisa menyebabkan arthritis yang penanggulangannya dengan vaksinasi, dan atau menyebabkan malabsorpsi yang penanggulangannya juga dengan vaksinasi. Menyebabkan pula afinitas pada sendi, ayam malas berjalan, malas ambil pakan, maka terjadilah kekerdilan. Demikian Drh Lies Parede Hernomoadi MSc PhD Pakar Peneliti dari Balai Penelitian Veteriner Bogor kepada Infovet di Kantor Balitvet Bogor Jawa Barat.

Secara pemeriksaan kelainan penyakit pada jaringan atau histopatologi, pada saluran cerna dapat ditemukan ciri enteritis (radang usus kecil) yang khas, membuat dilatasi kripta menyebabkan kriptitis. Bila dibuka ususnya terdapat cairan menggembung, lebih banyak cairannya daripada gembungnya, yang berarti cairan zat makanan ini tidak bisa terserap oleh tubuh. Terjadilah malabsorpsi. Demikian Drh Hernomoadi Huminto MS pakar Patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Dengan demikian terjadi kerusakan usus dan pankreas sehingga absorpsi atau penyerapan zat makanan menjasi sulit, dan banyak yang terbuang ke feses. Sementara enterovirus (virus-virus saluran pencernaan) yang lain juga berperan bila diketahui dari pemeriksaan Reovirus bukan penyebab gangguan pertumbuhan ini. Hal ini mengacu dari pengalaman beberapa negara lain, bukan hanya Reovirus yang mampu menyebabkan gangguan, tapi juga enterovirus yang lain. Demikian Drh Hernomoadi.

Di samping itu Reovirus merupakan pemicu timbulnya sifat imonosupresi yang menekan kekebalan. Hal ini menyebabkan pertumbuhan sel kekebalan terganggu karena suplemen gizi tidak terserap dengan baik, karena getah pankreas berkurang, karena ada pankreatitis. Juga karena kerusakan sel-sel kekebalan yang bisa dilihat pada bursa, thymus dan limfa mengalami kerusakan. Demikian Dr Lies.

Untuk respon imun sendiri sangat dibutuhkan protein, dan dalam kasus malabsorpsi protein ini pun terbuang. Sifat imunosupresif yang merusak thymus, bursa, folikel limfoid, limfa jelas sangat terkait dengan hilangnya protein karena malabsorpsi akibat infeksi virus Reo. Demikian Hernomoadi.

Sementara itu adanya kandida, jamur, khamir, pada tembolok jarang ditemukan. Namun kalau ada pun bisa menyebabkan malaborpsi. Dulu terjadi pada broiler, kini pun terjadi pada layer pada masa pemeliharaan dara. Pertumbuhan terhambat, masa produksi lambat umur. Secara patologi anatomi ada, terjadi malabsorpsi, rusaknya usus, pakreas, terjadinya proventrikulus. Demikian Lies dan Hernomoadi.

Pada layer dara, tidak mencapai berat yang seharusnya. Alat reproduksi pun tidak berkembang, menjadi kecil dan atau belum besar seperti normalnya. Yang mestinya sudah belajar bertelur pada umur 16-17 minggu, mundur sampai umur 19-20 minggu baru belajar bertelur. Terjadi kerusakan digesti yang menganggu asupan pakan. Demikian Lies dan Hernomo.

Periksa Lebih Teliti

Untuk mengungkapkan kasus yang terjadi di lapangan sebetulnya yang sangat diperlukan adalah data laboratorium. Perlu diperiksa tentang virus Reo-nya. Tanyakan bibit muda yang kecil-kecil itu. Apakah itu karena ayam kecil, Reo, atau Malabsorbsi Sindrom. Demikian Andi Wijanarko.

Menghadapi kasus kekerdilan, perlu ada pemeriksaan yang lebih teliti, yang lazim dibutuhkan adalah pemeriksaan ELISA untuk mengetahui antibodi virusnya. Demikian Prabadasanto Hudyono.

Hal-hal ini perlu dilakukan dengan cermat. Evaluasi vaksinasi yang telah dilakukan, termasuk dengan pemeriksaan titer Antibodinya, perhatikan vaksinasi yang akan dilakukan selanjutnya, dan lakukan diagnosa yang tepat serta perhatikan pakannya. Demikian Nur ’Asyikin.

Penelitian Membuktikan

Tentang peran Reovirus sebagai faktor utama kekerdilan, ada 2 faktor yang sudah pernah dibuktikan yang terlihat signifikan atau berbeda nyata. Dalam suatu penelitian, ada pembedaan model kandang yang susun, di mana kotoran langsung turun, amoniak turun, remultiplikasi virus pun berkurang, infeksi berkurang, jumlah ayam sakit pun lebih sedikit. Demikian Dr Lies Parede seraya memberikan tawaran solusi dengan perbaikan kandang.

Ras ayam, ada yang lebih peka terhadap infeksi Reovirus. Artinya bila terinfeksi, terjadi diare hebat, maka pertumbuhan pada broiler terlihat berbeda nyata tidak tercapai. Pada ayam petelur (layer) merusak saluran ternak atam dara lamban tumbuh, kurus, terlambat produksi. Demikian Lies.

Mekanisme infeksi virus Reo, menyebabkan enteritis dan pankreatitis, menyebabkan malabsorpsi, adapun alat reproduksi lamban berkembang, merugikan produksi telur. Alat imunitas atau kekebalan tertekan, mudah terjadi infeksi sekunder misalnya Kolibasilosis, mudah tumbuh kandida (khamir). Di tembolok dan proventrikulus mengganggu pencernaan. Demikian Lies.

Yang paling buruk, infeksi Reovirus ini terjadi secara horizontal dan vertikal atau penularan melalui telur. Penularan ini perlu diperhatikan penanggulangannya. Induk perlu menghasilkan antibodi yang tinggi supaya tidak terjadi sekresi virus. Breeding harus melakukan vaksinasi walaupun biayanya mahal. Vaksinasinya live-live-killed (booster) atau dua kali live, baru sekali killed, yang selanjutnya perlu diperhatikan titer antibodinya. Demikian Lies.

Dan sesungguhnya, boleh diyakini kebenarannya, diragukan atau diteliti lebih lanjut, penelitian pada tahun 1996 sudah membuktikan bahwa virus Reo ganas atau patogen-lah sesungguhnya biang dari segala permasalahan tentang kekerdilan itu. Dengan penelitian memakai Postulat Koch, hal itu sangat jelas. Demikian Dr Lies.

Yang berarti, bisa dinilai sendiri atau diperdebatkan untuk dicari kebenarannya lagi, kasus kerdil ini dimulai dari induk-induk bibit yang dicipta pada peternakan-peternakan pembibitan yang selanjutnya diturunkan pada bibit-bibit yang bisa muncul pada hari-hari awal pemeliharaan setelah kedatangannya pada peternakan komersial. Keganasan virus Reo tadi didukung dengan kondisi-kondisi di pembibitan dan lapangan yang begitu kompleks termasuk diterapkan tidaknya vaksinasi secara disiplin. Namun tetap akarnya pada virus Reo-ganas dan kepekaan genetik ayamnya. Karena ada genetik yang peka dan ada genetik yang tidak.

Sehingga sebetulnya istilah yang tepat bukan lagi Runting and Stunting Syndrome tapi sudah merupakan Infeksi Reovirus Patogen plus Malabsorpsi-lah yang menyebabkan runting dan stunting itu. Seperti halnya dulu dikenal CAA (Chicken Anemia Agent) tapi kini namanya sudah berubah menjadi CAV (Chicken Anemia Virus). Demikian Drh Lies.

Ayam Kerdil dan AI

Uraian tentang peran Reovirus pada kasus kerdil ini setidaknya menjadi masukan bagi peternak yang sejauh ini berpendapat deteksi ayam kerdil ini belum jelas. Peternak beranggapan hal ini bisa diraba ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kasus kekerdilan kali ini. Antara lain, soal pemanas yang berarti terkait masalah ekonomi, lingkungan, pakan teristimewa dalam hal mutu, juga soal genetik, lantas fluktuasi harga di mana induknya terpengaruh kasus Avian Influenza. Demikian Drh Anas.

Hubungan kasus kerdil dengan AI ini, “Karena Reovirus menyebabkan Imunosupresi, maka vaksinasi ND dan AI tidak menghasilkan kekebalan yang optimal. Vaksinasi AI sendiri menggunakan vaksin mati dan tidak homolog, sehingga dibutuhkan beberapa kali vaksinasi AI untuk mencapai antibodi yang tinggi,” tutur Dr Lies Parede, yang bila diberlakukan sebaliknya ada vaksinasi AI dan menurunkan perhatian vaksinasi Reo, akan terjadi hal yang bisa dibayangkan.

“Sebenarnya ini masalahnya pada pertumbuhan, kalau AI kan baru-baru saja sementara kekerdilan sudah terjadi sejak lama tapi sempat hilang kemudian muncul lagi namun tidak merugikan dalam jumlah yang besar dibanding AI. Kalau AI kerugiannya kan sangat besar,” tutur Drh Anas.

Memang tidak sebesar kerugian karena kasus AI, namun kasus Ayam Kerdil jelas merugikan. Sindrom ataupun bukan Sindrom. (AW, YR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer