Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Edisi 158 September 2007 - HARI KEBANGKITAN KITA

Kita, dalam menghadapi masalah flu burung yang belum kunjung berujung itu pasti memilih teori yang paling baik dan cocok, dengan dasar observasi yang melibatkan data-data.

Ahli-ahli riset Avian Influenza yang kita punya sanggup menemukan hal-hal baru dalam perkembangan virus AI sejak tahun 2003 dan kita punya sejarah perbedaan fakta yang kita temui terhadap identifikasi virus AI berdasar data-data tentang virus AI di lapangan, bahkan sampai hari ini dengan gejala penyakit yang konon juga tidak sama lagi seperti tahun 2003.

Fakta tentang virus AI, tergantung dari cara pembacaan para ahli itu. Sedangkan datanya: Tidak bisa dimanipulasi! Ciri khas manusia yang tidak mau mengakui kesalahan, dengan sains dapat dikoreksi berdasar data-data baru sekaligus dengan fakta yangberkembang.

Memang, sesuai kata filsuf ilmu pengetahuan terbesar abad 20 Karl Popper (1902-1994), sains adalah satu dari sedikit kegiatan manusia, mungkin satu-satunya yang memungkinkan kesalahan dikritik dan cukup sering, pada waktunya, diperbaiki.

Kita pun jadi mafhum ketika ilmuwan dari balai-balai penelitian kita sudah menemukan sebegitu jauh perkembangan dari penelitian terhadap virus Avian Influenza, apakah itu HPAI (Highly Pathogenic AI) ataukah sudah menyilih menjadi LPAI (Lowly Pathogenic AI), ataukah sudah menjadi lebih ganas, ataukah terjadi perubahan drift-drift yang lain, ternyata aplikasinya terhadap masyarakat di tingkat bawah atau penanganan AI secara keseluruhan masih terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Ilmuwan Avian Influenza kita punya intuisi terhadap obyek penelitiannya, sehingga kebenaran yang mereka dapatkan setidak-tidaknya mendekati kebenaran itu sendiri, meski pun tidak mutlak.

Namun ternyata, cara pikir ilmu kedokteran hewan dan peternakan yang kita terapkan dalam penanganan masalah flu burung itu ternyata tidak dapat sepenuhnya kita aplikasikan kaku.

Hal ini menegaskan pertanyaan, betulkah sepenuhnya metode dengan pengujian-pengujian ilmiah itu sepenuhnya rasional tanpa punya emosi dan keindahan? Boleh jadi kaku ketika kita dengan disiplin menerapkan disiplin ilmu untuk menyelidiki kasus-kasus AI.

Namun kita mesti ingat bagaimana pun juga ilmuwan itu menemukan kebenaran tentang AI dengan penuh cucuran keringat, air mata, mungkin konflik dengan keluarga, konflik antar ilmuwan, institusi, masyarakat dan pemerintah sesuai dengan fakta dari sejarah AI di Indonesia. Ada sisi kemanusiaan, emosional di situ. Termaktub pula di dalamnya sisi tanggung jawab terhadap kemahslatan hidup umat sendiri. Di sini ilmuwan bertanggung jawab terhadap lingkungannya, baik secara etis, ideologis dan implikasi cara berpikir.

Untuk itu kita mesti memperkaya dengan ilmu-ilmu sosial dengan logika ilmu sosial atau humaniora yang berbeda dengan logika ilmu pasti alam, sebab sudah terbukti dalam penanganan flu burung itu permasalahannya sangat terkait dengan masyarakat kita, semua.

Maka benarlah teori yang dikemukakan oleh filsuf metafisik Immanuel Kant (1724-1804) bahwa sains sangat erat berhubungan dengan flsafat, dengan wilayah-wilayah pembagian tentang: 1. Ada, 2. Pengetahuan, dan 3. Nilai.

Dalam menangani Avian Influenza, kita tahu ada tidaknya kasus dengan perbagai persoalannya, sementara di lain pihak ada kekuatan yang sampai kini mungkin belum kita jangkau terhadap kasus-kasus itu sehingga kondisinya tidak mengalami perbaikan yang signifikan.

Para ilmuwan dari disiplin kedokteran hewan dan peternakan pun tidak kurang-kurang, bahkan dilengkapi dengan kerjasama dengan berbagai ilmuwan dari berbagai lintas disiplin ilmu, namun permasalahan masih terus berliku-liku.

Di sisi ketiga, Immanuel kant mengatakan ada ranah nilai, di mana di situ kita menjumpaui soal estetika dan etika yang patut kita ajukan untuk mengatasi berbagai kemelutnya yang kompleks.

Mungkin kita perlu mengevaluasi apakah kita ‘mengobati tanpa menyelesaikan masalah mekanisme namun hanya mengobati dengan penanganan gejala semata’.

Mungkin kita perlu menyadari pula bahwa kita masih dalam tahap proses untuk menemukan dari hari ke hari dengan pendekatan sains sekaligus tanggung jawabnya bagi kehidupan saat ini dan masa akan datang.

Di sisi lain ada estetika yang kita punya bahwa pasti kita akan menemukan jawabnya. Sejalan dengan nilai yang diangkat dalam Hari Peternakan dan Kesehatan hewan Nasional 26 Agustus 2007, yang berarti 171 tahun dari kelahirannya saat Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan plakat pelarangan pemotongan sapi betina produktif.

Atau, peringatan ke 5 setelah tahun 2003 ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hari kebangkitan kaum kita. (Yonathan Rahardjo)

Peringatan Hari Peternakan dan Kesehatan Hewan

Hari Kebangkitan Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia akhirnya diperingati kembali pada 27 Agustus 2007 sebagai peringatan ke 5 sejak 2003. Dihadiri oleh Direktur Jenderal Peternakan Ir Mathur Riyadi MS, didukung oleh para Direktur Jenderal Peternakan sebelumnya yang kini menjadi 'sesepuh' alias yang dituakan, di mana yang hadir adalah Dr Drh H Soehadji, dan Dr Drh Sofjan Sudardjat MS.

Menurut Dirjen Ir Mathur Riyadi MS penetapan hari lahir peternakan dan kesehatan hewan ini berdasar kesepakatan berbagai pihak melalui penelusuran sejarah yang cermat sehingga ditetapkan hari lahirnya peternakan dan kesehatan hewan adalah tanggal 26 Agustus 1836.

Thema peringatan tersebut pada tahun 2007 ini adalah: "Melalui Hari Lahir Peternakan dan Kesehatan Hewan ke V tahun 2007, Kita Tingkatkan Profesionalisme Peternakan dan Kesehatan Hewan Menuju Tercapainya Swasembada Daging Sapi dan Restrukturisasi perunggasan."

Menurut Dr Soehadji paradigma dalam memandang hari besar bagi kaum peternakan dan kesehatan hewan itu selain bisa dari sudut historis seperti yang disampaikan Dirjen Mathur Riyadi dan Dr Drh Sofjan Sudardjat, juga bisa dari kacamata Yuridis dan Empiris.

Dari aspek yuridis ada 2 undang-undang yang dipakai sebagai dasar, yaitu Stahblat no... (?) dan UU No 6 tahun 67 tentang Peternakan. Dari aspek empiris menurut perkembangannya meliputi periode-periode tahapan peningkatan populasi, terpadu, agribisnis dan global.

Dari sisi agribisnis dikonsep pada saat Menteri pertanian Prof Dr Ir Bungaran Saragih. Sedangkan dari sisi globalisasi adalh kekinian yang mau tak mau disesuaikan oleh masayarakat peternakan dan kedokteran hewan Indonesia, yang tidak bisa dipisahkan dari situasi global.

Peringatan berlangsung sedrhana, menghadirkan berbagai tokoh peternakan dan sosiasi peternakan, dan seluruh karyawan Direktorat Jenderal Peternakan yang mengenakan seragam Deptan hijau-hijau, dihibur dengan lagu-lagu dinyanyikan Dr soehadji dan beberapa tokoh lain. (yonathanrahardjo)

Flu Burung Dalam Upaya Pengendalian yang Agak Terlambat

Infovet mengikuti acara pertemuan ASOHI dengan UPPAI (Unit Pengendalian Penyakit Unggas) di Gedung C Lantai 9, dipimpin oleh Drh Elly Rachmawati MSc, (PhD?). Sebuah pertemuan berbasis rencana kerjasama ASOHI dengan UPPAi untuk mengendalikan kasua Avian Influenza dengan melibatkan para technical Service sebagai ujung tombak perusahaan obat hewan dalam melayani peternak sampai ke dalam kandang peternak.

Pemerintah merasa kewalahan untuk masuk ke kandang berdasar banyak pengalaman penolakan oleh peternak dan pegawai kandang karena perilaku yang tidak diharapkan. Misalnya, belum-belum sudah membawa blangko sumbangan acara tujuh belasan, pembangunan masjid, dan lain-lain. Berakibat kecurigaan pada diri peternak bertumbuh subur bila didatangi oleh petugas dari pemerintah.

Alhasil bahkan kehadiran Doktor dari instansi pemerintah untuk melakukan penelitian di peternakan pun tidak semudah yang diharapkan, dan hanya dapat teratasi dengan bantuan kerjasama petugas peternakan yang dikenal Doktor yang bersangkutan. Dengan cara itulah si Doktor dapat menggunakan sampel ayam untuk penelitian, meski jumlahnya tak seberapa: 60 ekor dari ratusan ribu ekor ayam

Intinya, bagaimana mengurangi kecurigaan peternak terhadap kedatangan petugas dari pemerintahan? Sudah barang tentu bilamana perhatian yang diberikan oleh pemerintah adalah tulus dan tidak terkesan ada maunya. Hukum alam sudah menyatakan siapa yang melakukan kebaikan sudah barang tentu akan menunai hasilnya. Bila perhatian tulus diberikan, tanpa perilaku minta-minta yang tidak wajar seperti contoh permintaan bantuan acara tujuhbelasan, maka peternak pun mempunyai kepedulian bula untuk saling membantu dengan instansi pemerintah.

Contoh terdekat adalah Bupati Kabupaten Tangerang, yang dikenal peduli pada peternak dan memberikan simpati dan empati kepada peternak, membuat peternak merasa dipedulikan, diayomi oleh pemimpinnya. Tidak permintaan yang bukan-bukan dilakukan oleh pemerintah dalam pimpinan Bupati ini, sehingga rakyat pun mau mendengar setiap kebijakannya untuk didukung, bila kebijakan itu positif!

Menurut Drh Ketut dari PT Vaksindo Satwa Nusantara selaku wakil dari ASOHI, permasalahan AI memang kompleks. Ketika disinyalir sudah terjadi perubahan genetik virus AI yang high pathogenic menjadi low pathogenic, hal itu masih belum secara sempurna dapat dibuktikan kebenarannya.

Drh Elly menceritakan bahwa pihaknya telah menyerahkan 200-an sampel sediaan virus AI untuk diperiksa oleh Dr Drh Darminto Kepala BBalitvet selaku pakar penelitian virologi, dan Dr Darminto tampaknya dapat membuktikan perkembangan terbaru pada virus AI.

Sementara Drh Hadi Wibowo mengutarakan bahwa inti dari perlawanan tubuh ayam terhadap serangan virus Avian Influenza ialah dengan ketahanan yang kuat, yang dapat ditingkatkan dengan pemberian imunomodulator. Hal ini menurut Drh Hadi sudah dibuktikan dengan penelitian yang memastikan bahwa imunomodulator sangat membatu meningkatkan ketahanan tubuh ayam.

Drh Rahmat Nuri selaku Ketua Bidang Organisasi pun menyampaikan bahwa posisi ASOHI di sini adalah sebagai supporting team dalam kegiatan yang dilakukan oleh UPPAI yang telah terorganisir mulai dari pusat, propinsi, kabupaten bahkan daerah-daerah di bawahnya. (yonathanrahardjo)

Peternakan yang Bebas AI

Tak ingin kecolongan virus avian influenza (AI) seperti "tetangganya", Dinas Peternakan Kabupaten Blitar melakukan pengamanan. Caranya, memberikan vaksin (antibodi untuk unggas) dan desinfektan (cairan pembunuh kuman) ke unggas.

Ini diungkapkan Wasis Gunawan, Kasi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Blitar. Katanya pada wartawan April 2007, meski saat ini di Kabupaten Blitar belum ditemukan ayam yang mati karena AI, pihaknya terus meningkatkan sosialisasi pola hidup bersih kepada pemilik ternak di seluruh kecamatan. Caranya, memberikan vaksinasi dan desinfektan kepada semua unggas.

"Mengingat Kabupaten Blitar merupakan daerah yang rawan serangan flu burung. Ya, hampir di setiap kecamatan terdapat peternak unggas," katanya.

Diucapkan Wasis, pada 2007 ini Pemkab Blitar mengalokasikan 3.500 ribu vaksin yang cukup untuk setahun. Untuk pengadaan vaksin, diambilkan dana daro ABPN, APBD Jatim dan APBD Kabupaten Blitar.

Saat ini, ungkapnya, di Kabupaten Blitar terdapat sekitar 3.000 ribu peternakan besar maupun kecil. Bantuan vaksin hanya diberikan kepada peternak kecil dengan jumlah populasi maksimal 2000 ekor. Sedangkan populasi ternak 2000 ekor ke atas dilakukan secara swadaya oleh masing-masing pemilik peternakan.

Menurut narasumber Infovet, memang ada peternakan di Blitar tidak pernah divaksin AI, namun tidak terserang penyakit Avian Influenza ini. Biosecurity-nya pun tidaklah memadai, masuk katagori biasa-biasa saja.

Namun pengalaman masa lalu menunjukkan Blitar pun mempunyai pengalaman buruk akhir 2003. Saat itu akibat flu burung, empat juta ternak ayam mati di Blitar. Bahkan pada tahun 2006 Peneliti Avian Influenza (AI) atau Flu Burung dari Surabaya Dr drh Chairil Anwar (CA) Nidom MS menengarai seluruh kawasan/ kantong-kantong peternakan di Jawa Timur sudah positif terserang Flu Burung. Dosen pada Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair Surabaya itu menjelaskan kantong-kantong peternakan di Jatim yang ditengarai positif Flu Burung antara lain Malang, Blitar, Pare (Kediri), dan banyak lagi.

Sementara biosekuriti sendiri, seperti yang dikenal umum, dapat berarti sebagai prosedur-prosedur manajemen yang dapat mencegah, menjaga, dan mengurangi risiko penyebaran dan perluasan penyakit. Biosekuriti dapat diterapkan dalam dunia peternakan unggas sebagai suatu program yang saling mengikat satu sama lain dengan didukung semua pihak yang berkepentingan dalam peternakan unggas itu. Program-program biosekuriti ini dapat berbeda-beda.

Program biosekuriti dapat dibuat tergantung pada kondisi yang ada pada suatu daerah tertentu dan juga tergantung pada penyakit yang timbul di daerah tersebut. Intinya biosekuriti meliputi program sanitasi atau kebersihan dalam kandang dan pemeliharaan serta program pencegahan penyakit.

Di Blitar pun, sesuai catatan tahun 2005, langkah antisipasi terus dilakukan para petugas Dinas Peternakan di sejumlah daerah. Dinas Peternakan setempat, selain memberikan penyuluhan tentang serangan flu burung, mereka juga telah mengambil sampel darah babi untuk diperiksa di laboratorium di Yogyakarta.

Gumboro

Upaya vaksinasi yang dilakukan sampai dengan saat ini adalah menggunakan vaksin aktif monovalen, vaksin inaktif monovalen dan vaksin inaktif multivalent tidak mendatangkan hasil yang memuaskan.

Vaksinasi tersebut menghasilkan titer antibodi yang tinggi namun tidak dapat menahan serangan virus virulen. Timbulnya varian IBD very virulent di beberapa negara telah membawa perkembangan dalam strategi pembuatan vaksin yang lebih aman dan protektif yaitu pembuatan vaksin rekombinan.

Demikian Dr Drh Rahaju Ernawati dari Laboratorium Virologi FKH Unair Surabaya dalam disertasinya berjudul

Protein VP2 merupakan protein struktural dominan pada kapsid yang mempunyai peranan penting dengan susunan epitop yang berperan dalam pembentukan antibodi netralisasi, tingkat virulensi serta mempunyai daerah hipervariabel yang berperan pada variabilitas strain.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan sekuens nukleotida gen penyandi VP2 virus IBD isolat lokal Jawa Timur (JT) dan Medan (M) dengan isolat referen serta membuktikan perbedaan imunogenitas pada ayam yang ditimbulkan oleh protein rekombinan isolat lokal dengan isolat vaksin.
Tahapan penelitian meliputi:

(1) karakterisasi biologik virus IBD isolat lokal pada ayam serta identifikasi dengan AGPT kemudian dipropagasi pada kultur sel CEF,

(2) karakterisasi protein dengan SDS-PAGE dan imunobloting,

(3) karakterisasi molekuler dengan cara isolasi RNA dan kemudian dilakukan amplifikasi VP2 dengan RT-PCR.

Hasil RT-PCR disekuensing dan homologi dengan virus IBD referens HK46 dari Genbank dianalisis dengan GenetyxMac version 8,0. Ekspresi protein kapsid dan produksi protein rekombinan dilakukan pada E.coli DH5α.

Protein rekombinan yang dihasilkan diuji imooogenitasnya pada ayam umur 21 hari sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi tiga ke1ompok, yaitu ke1ompok protein, kelompok vaksin dan kelompok kontrol. Pengukuran titer antibodi dilakukan setiap minggu sampai empat minggu pasca vaksinasi.

Titer antibodi diukur dengan uji ELISA indirek.Hasil penelitian membuktikan bahwa

(1) terdapat perbedaan sekuen nukleotida VP2 antara isolat lokal JT dengan isolat referen. Isolat JT dengan isolat referen menunjukkan tingkat homologi 45,2%, homologi asam amino 30% sedangkan perbedaan nukleotida antara isolat M dengan isolat referen pada tingkat homologi 45,9%, homologi asam amino 14,3% dan antara isolat JT dengan isolat M homologi nukleotida 93,3%, homologi asam amino 89,7%.

(2) Terdapat perbedaan imunogenitas (p< od =" 1,830)">O,05) terhadap presentase hidup ayam percobaan akibat imunisasi protein dan vaksin, tetapi ditemukan lesi bursa pada kelompok vaksin.Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa sifat molekuler virus IBD isolat lokal tidak sama dengan sifat virus dari luar.

Oleh karena itu disarankan:

1) agar dilakukan pengembangan penelitian dengan menggunakan isolat IBD dari berbagai daerah di Indonesia,

(2) adanya pengembangan pemakaian vaksin subunit yang terbuat dari protein virus IBD isolat lokal,

(3) dalam pembuatan vaksin perlu diperhatikan variasi isolat yang berdasar geografik.

Flu Burung di Bali

Flu Burung yang makan korban manusia di Bali belum lama ini sebetulnya tidak perlu membuat kaget, bila sebelumnya sudah diketahui ada Avian Influenza. Pada 2004, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana sudah mengisolasi virus Avian Influenza (AI) pada ayam kampung di Bali.

Kasus tersebut terjadi pada ayam kampung milik seorang peternak di Desa Kerobokan, Kota Madya Denpasar yang pada tanggal 16 Juni 2004 yang menunjukkan gejala tidak mau makan dan minum, bulu kusam, lemah, pucat, inkoordinasi dan kepala menunduk.

Adapun tim dari FKH Unud itu adalah GNK Mahardika, M Sibang, M Suamba, KA Adnyana, NMS Dewi, KA Meidiyanti, dan YA Paulus.

Pada kasus yang dilaporkan Jurnal Veteriner FKH Universitas Udayana itu, bedah bangkai ditemukan perdarahan titik atau menyebar di bawah kulit, trakhea dan paru-paru, proventrikulus dan seka tonsil.

Selanjutnya, suspensi material paru-paru, seka-tonsil, dan otak ayam contoh diinjeksikan pada ruang alantois telur ayam bertunas umur 10 hari. Sekitar 20 jam paska injeksi semua embryo telah mati dan mengalami perdarahan seluruh tubuh serta membrannya.

Sumber yang sama menyatakan, aktivitas hemaglutinasi dapat dideteksi dari cairan alantois dengan uji haemaglutinasi (haemagglutination assay/ HA). Aktivitas tersebut dapat dihambat oleh antibodi standar terhadap AI tetapi tidak dapat oleh antibodi terhadap ND dengan menggunakan teknik hambatan hemaglutinasi (haemaglutination inhibition/HI) yang baku.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa agen yang terlibat adalah virus AI. Pengujian dari agen tersebut untuk dijadikan sebagai bibit untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

Pemerintah pun pada 2004 sudah menyampaikan perkembangan wabah penyakit unggas menular (avian influenza) penyebarannya termasuk di Bali, meski pada saat itu hasil uji serologi dari Departemen Kesehatan terhadap peternak di Bali menunjukkan hasil reaksi negatif terhadap avian influenza/flu burung

Pemahaman tak Sempurna

Virus flu burung yang menjangkiti Indonesia termasuk Bali membuat semua pihak ekstra waspada. Tak hanya unggas yang bisa kena virus ini. Manusia pun bisa kena. Hanya saja penularannya lewat unggas yang sudah terkena virus ini. Jembrana pun sempat dikagetkan dengan pemberitaan ribuan unggas mati karena flu burung. Bahkan, ada dokter di bumi makepung itu takut masuk kandang ayam. Apa langkah-langkah yang dilakukan peternak, Dinas Peternakan, dan Bupati Winasa dalam mengantisipasi flu burung ini?

Edaran

SEJAK tersiarnya kabar adanya virus flu burung sampai berita ribuan unggas di Jembrana mati, pemantauan terhadap peternak makin intensif. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan melalui Bidang Peternakan turun ke lapangan. Data yang mereka temukan, tidak ada kematian ternak hingga ribuan ekor. Kalau ada yang mati jumlahnya tak sampai ribuan. Peternakan yang sudah mereka sasar adalah Mitra Abadi Farm (20 ribu ayam petelur), Suwina, peternak di Sebual (3500 ayam petelur), Tantra peternak di Melaya (7000 ayam petelur) dan Adi Adnyana peternak di Negara (2000 ayam petelur).

Mengantsipasi lebih mewabahnya flu burung Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Jembrana mengeluarkan surat edaran no 524.3/140/Nak/PKL/2004 ini tentang wabah penyakit unggas. Surat edaran tersebut menekankan lima hal, yakni semua peternak unggas harus melaporkan tiap ada penyakit dan menutup lokasi peternakan yang sudah tertular. Selain itu, tidak memberdayakan unggas yang sakit dari peternakan yang sudah tertular, melakukan pemusnahan unggas yang sakit dan mati dengan cara dibakar atau ditanam, terakhir melakukan sanitasi (desinfeksi) terhadap unggas, kandang dan alat ternak lainnya dengan venol, Na/K, dan hipo klorit.

Selain surat edaran, para peternak juga dihimbau melakukan mencegahan di kandang masing-masing. Peternakan terbesar yang ada di Jembrana, Mitra Abadi Farm sampai melakukan isolasi kandang. ''Hal ini kami lakukan agar mereka yang ke luar masuk diperhatikan dan mengurangi penyebaran virus. Kami pun akan membelikan masker untuk tujuh karyawan yang bertugas di kandang,'' papar I Ketut Sudiasa, pemiliki kandang yang terletak di banjar Kebon, kelurahan Baler Bale Agung, Negara ini.

Kabid Peternakan IGN Sandjaja menambahkan, isolasi kandang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, seandainya kandang sudah terjangkit virus. ''Mereka yang masuk kandang wajib memakai masker dan melakukan cuci hama,'' tandasnya. Hal ini dilakukan karena penyebaran virus melalui kontak alat dengan manusia, melalui angin dan makanan. Obat untuk virus ini belum ditemukan, yang ada adalah vaksin. ''Obat produksi Cina sudah teruji dan memang protektif sedangkan obat dari IPB belum bisa dibuktikan, apakah mampu atau tidak sebagai proteksi ternak,'' imbuh Sandjaja.

Dilakukan Pemantauan

Pihak Dinas Kesehatan Propinsi Bali bersama Dinas Kesehatan Jembrana dan Bid Peternakan pun sudah melakukan pemantauan di lokasi peternakan milik Sudiasa, Kamis (29/1) kemarin. Apa yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah ada masyarakat sekitar lokasi kandang ayam terkena imbas virus. Sampai saat ini belum ditemukan adanya orang yang terkena virus flu burung di Jembrana, seperti diungkapkan Sandjaja. Jumat (30/1) ini komisi B DPRD Jembrana bersama Bid Peternakan direncanakan turun lagi ke lapangan.

Soal kekhawatiran terjangkitnya flu burung juga menghantui para peternak. ''Saya yang tiap hari bergelut dengan ayam juga khawatir. Kalau ada pekerjaan lain saya mau kerja yang lain saja,'' ujar Ketut Winarsa, salah seorang pengelola peternakan ayam pedaging di Banjar Dangin Berawah, Perancak, Negara.

Kebetulan kandang ayam yang dimiliki Putu Budiastra ini sedang kosong. Mereka baru saja panen dan belum tahu apakah akan melanjutkan usaha ini sehubungan dengan adanya virus flu burung. ''Melanjutkan atau tidak terserah bos saja. Kalau ternak ayam lagi, ya saya kerja kalau nggak ya nggak apa-apa,'' ujar Winarsa yang didampingi istrinya, Ni Wayan Sutarmi sudah tiga tahun mengelola peternakan ayam milik Budiastra.

Salah seorang adik Sudiasa pun mengakui ada kekhawatiran virus flu burung ini. Walaupun sudah disemprot desinfektan, rasa khawatir juga masih ada. ''Dokter saja takut masuk kandang, apalagi kita,'' ujar pria yang tidak mau namanya disebut ini. Dia menambahkan dengan adanya virus ini, produksi telur pun ikut berpengaruh.

Soal ayam-ayam yang mati, Sudiasa dan Winarsa mengakui ada yang mati, namun jumlahnya tidak sampai ribuan. ''Tiap hari paling-paling ada tiga ekor yang mati. Itu pun langsung kami bakar di dapur khusus,'' papar Sudiasa yang juga sekretaris PAC PDI-P Negara ini.

Sementara Winarsa mengatakan dari 5000 ekor ayam pedaging, yang mati dalam waktu 36 hari itu sekitar 300-400 ekor. ''Matinya ayam itu tidak bersamaan, penyebabnya juga bukan virus flu burung tetapi gumboro,'' tandasnya. Soal kebersihan kandang pun dia akui sudah dilakukan dengan baik. Tiap dua hari kandang dibersihkan dan kotoran pun sudah ada yang memesan untuk dijadikan pupuk.

Flu Burung dan Penyakit Imunosupresif

Masalah kemunculan flu burung di mana-mana, secara diagnostik tidaklah lagi sama seperti gejala-gejela flu burung di awal kasus ini pada tahun 2003-2004. Maka, ketrampilan dan kehlian mendiagnosa dengan diagnosa perbandingan dengan penyakit lain sangatlah penting. Kalau dulu tortikolis selalu identik dengan ND, sekarang Avian Influenza pun bisa mempunyai gejala ini. Bila ada penyakit gumboro yang menyerang, kasus Avian Influenza pun lebih berbahaya!

Demikian terungkap pada diskusi Infovet, ASOHI dan UPPAI di Ruang Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian baru-baru ini.

Masalah diagnosa yang sangat terkait dengan pengetahuan kondisi tubuh ayam yang kekebalannya bisa turun ini tentu saja sangat perlu dipahami. Penyakit infeksius bursal (IBD) atau penyakit Gumboro merupakan penyakit viral akut pada ayam yang menyerang organ sistem kekebalan terutama bursa fabrisius sehingga bersifat imunosupresif.

Dr Drh Rahaju Ernawati dari Laboratorium Virologi FKH Unair Surabaya mengungkap bahwa Gumboro menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar karena angka morbiditas mendekati 100% dan angka mortalitas 20 - 30%. "Penyakit IBD pada dasa warga terakhir menular hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 1991 penyakit mewabah hampir melumpuhkan seluruh peternakan ayam di Indonesia," katanya.

Sementara Dr Drh Lies Parede dari BBalitvet Bogor dan Drh Hernomoadi Huminto MS dari Laboratorium Patologi FKH IPB mengungkap, "Penyakit itu baru menjadi masalah buat peternak kalau menimbulkan kerugian ekonomi. Kalau tidak ya bisa diatasi sendiri diam-diam tidak usah ribut."

Langkah-langkah bila ada flok wabah ayam, menurut Dr Lies dan Drh Hernomoadi adalah: (1) Secara diagnosa harus dilihat bedah bangkai yang mengarahkan apakah organ yang dominan terserang.(2)Ditambah dengan pemeriksaan histopatologi, kerusakan menunjukan agen primer penyebab.(3)Ditambah serologi atau isolasi, mengarah pengobatan atau pencegahan. (4)Pencegahan diarahkan untuk ayam periode (siklus) berikut: misalnya biosekuriti, program vaksinasi, monitoring.

Menurut ahli penyakit viral dan pataolog itu, gejala ND berbeda dengan AI menurut kacamata patolog maupun virolog. Tortikolis milik ND ganas, Pial biru ungu milik AI ganas. Nah, "Kalau infeksi campuran: ikuti langkah-langkah tadi," saran mereka.

Sedikitnya 500 ekor ayam mati secara mendadak di Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Kematian unggas di lokasi peternakan rakyat itu, diduga terkena penyakit gumboro atau flu burung. Akibatnya, puluhan peternak menjadi panik dalam dua hari terakhir, karena sebelumnya ayam mereka masih sehat, namun tiba-tiba mati.”Ayam yang mati itu terpaksa dikuburkan massal dalam satu lubang sementara yang masih sehat, ada yang segera disembelih,” ungkap Rusli Kadir, salah seorang warga Bontomarannu, Kamis (1/6 2006) siang.

Menurutnya, ayam yang mati tersebut umumnya ayam bukan ras (buras) alias ayam kampung. Karena itu, banyak peternak meyakini kalau ayamnya itu mati bukan karena flu burung, melainkan hanya penyakit unggas biasa yang menyerang ayamnya pada saat memasuki musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya.Untuk memastikan hal tersebut, lanjut Rusli, pihaknya bersama Dinas Peternakan setempat sudah mengirim sampel ayam yang mati ke laboratorium peternakan yang ada di Kabupaten Maros dan hingga kini masih menunggu hasil pemeriksaannya.

”Kami sangat khawatir jangan sampai flu burung menyerang unggas di Bontomarannu. Tetapi bila diperhatikan gejalanya, kelihatannya sama dengan peristiwa di Bontonompo beberapa waktu lalu dan hasil laboratoriumnya ternyata positif penyakit gumboro,’’ ujar Rusli yang juga alumni Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin itu.

Kematian Unggas, Gumboro Dikira Flu Burung. Hasil pelaksanaan surveyland di seluruh lokasi peternakan Kalbar akhirnya terindikasi negatif. Kadis Peternakan dan Kehewanan KalbarKalbar, Ir Kasiono Kasdi melalui Kasubdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Vetereiner, drh Mugiono mengatakan Disnak telah membuka pelayanan gratis di laboratorium penelitian penyakit hewan, bagi seluruh peternak unggas yang ada.

Pelayanan juga terbuka bagi segala kalangan baik pedagang, peternak, maupun masyarakat umum. Pelayanan ini berlangsung selama masa pemberlakuan isolasi daerah.

Selama sepekan, kepanikan masyarakan mereda, namun hal ini tak berlangsung lama. Secara mengejutkan kabar pengaduan kematian sejumlah ayam di Pal terdengar lagi. Tidak seperti sebelumnya, jumlah kematian kali ini, cukup banyak. Dari populasi 5000 ekor ayam pedaging, 268 diantaranya ditemukan tewas.

Walaupun sempat teredam, isu ini akhirnya menyebar juga di kalangan peternak. Suasana pun kembali resah.

Berdasarkan keterangan Kepala Laboratorium Disnak, drh.Joko Srianto, yang memeriksa langsung sampel-sampel ayam, ditemukan indikasi berupa penyakit gumboro ayam.

Walaupun istilahnya agak aneh, gumboro dapat dideskripsikan sebagai virus pelemah daya tahan tubuh pada ayam, jadi bukan sejenis tetelo apalagi flu burung.

Dalam penelitiannya, Joko yang dibantu dua staf ahli masing drh Ida dan drh.Erwan ini mengambil sejumlah sampel yang bersal dari organ-organ ayam, seperti jantung, pankreas, usus, dan proventrikulus (lambung).

Organ-oragan ini dibedah untuk mengetahui apakah di dalamnya terkandung titter antibody yang cukup. Titter ini semacam zat kekebalan pada tubuh ayam/unggas yang membuat daya tahan tubuh ayam kebal terhadap penyakit. Maklum, virus gumboro ini menyerang dan melumpuhkan sistim kekebalan tubuh ayam.

Jika titter antibody ini diambil. Maka kadarnya akan terlihat dalam jumlah tertentu per satuannya.

Serum darah ayam yang diambil akan dipisahkan antara bagian serum dan plasmanya, kemudian ditambahkan dengan larytan buffer berupa Pbs dan NaCl. Untuk memperlihatkan hambatan komplek terhadap hasil uji yang ditest. Apabila antigen yang dihasilkan memiliki kadar titter lebih dari dua hingga 12 kali pengenceran maka ayam positif terkena gumboro. Sebaliknya bila kadarnya di bawah itu, kondisi ayam aman.

Hingga 7 Februari, periode penelitian di Laboratorium Disnak mengindikasikan sejumlah peternakan Sanggau positif tetelo, begitupun Ambawang . Namun yang terjadi di

peternakan PAL 31 Januari silam, murni penyakit Gumboro, bukan flu burung.

Kini, Kalbar tengah menunggu hasil penelitian serelogis dari Balai Penelitian di Bogor.

Konsumsi ayam atau telur tetap saja aman, tentu dengan memasak hingga matang. Kalau daging ayam panasnya 80 derajat selama, telur 60 derajat selama lima menit.

Infovet 133, Agustus 2005 - TABIAT MULIA INI UNTUK ANDA

Foto-foto kegiatan Infovet yang terpacak di halaman sebelah kanan Ruang redaksi ini adalah foto-foto kegiatan yang secara beruntun terlaksana pada saat transisi penerbitan Majalah edisi Juli ke edisi Agustus 2005. Hingga tepat pada saat edisi Juli Majalah Kesayangan Anda ini dikemas dan dikirim ke alamat Anda masing-masing pada awal Juli 2005.

Itulah tradisi Infovet, bekerja cepat dan tepat, untuk suatu pelayanan yang memuaskan pelanggan, guna mendukung sinergi kekuatan kita semua di bidang kesehatan hewan dan peternakan. Hal ini secara konsisten kami lakukan menyadari arti penting suatu fokus pelayanan yang sudah menjadi citra Infovet di mata seluruh masyarakat peternakan dan kesehatan hewan. Sehingga, kepercayaan semua selalu terjaga di hati dan selalu merindu kedatangan kami menyapa. Dan, bersama kita maju di bidang kita yang sangat spesial di antara belantara media informasi di bidang yang lain guna perikehidupan kita yang lebih maju dan berkesinambungan.

Lihatlah foto-foto tersebut dari atas ke bawah, betapa eloknya suatu pengelolaan yang dilandasi suatu semangat tinggi, ketika para klien, mitra, pendukung, pembaca, pemasang iklan, narasumber kami berkunjung langsung ke Kantor Majalah Infovet di Ragunan Jakarta Selatan, cerah betul wajah-wajah Infovet dan para sahabat ini, merefleksikan suatu semangat dan kepedulian.

Nilai-nilai kemanusiaan senantiasa kami junjung tinggi, juga tanpa sekali-sekali meninggalkan sejarah dan menghormati jasa para pendahulu Infovet, saat mengenang satu tahun meninggalnya Pendiri Infovet Mantan Ketua Umum ASOHI yang pertama Dr HA Karim Mahanan (alm) di kantor PT Paeco Agung di Pasar Minggu Jakarta.

Nilai-nilai luhur itu pun senantiasa kami jaga dengan senantiasa menyiapkan arti penting suatu penyebaran ilmu bagi generasi-generasi kreatif yang akan menjadi tonggak penting dari suatu makna regenerasi. Kedatangan delapan orang Tim Imakahi (Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia) semakin memperkukuh peran Infovet dalam hal tersebut setelah mulai edisi Juli kami menyediakan kolom tetap untuk Imakahi guna suatu pendidikan yang berkelanjutan bagi insan-insan pilar dunia kesehatan hewan dan peternakan di tanah merdeka ini.

Pilar yang telah kukuh itu senantiasa perlu dijaga, seperti diteladankan para pengurus baru Asosisasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) orang tua langsung dari Majalah Infovet yang akan selalu bekerjasama dan selalu bergandeng tangan dengan segenap insan dan kelompok masyarakat peternakan dan kesehatan hewan, yang dalam foto tampak betapa erat dan saling kontribusi, bersama Direktur Kesehatan Hewan dan dalam beberapa hari kemudian disusul bersama Direktur Jenderal Peternakan kita yang baru.

Suatu sikap optimis, kreatif, positif selalu menjadi tradisi di Majalah Kesayangan Infovet yang kini pengelolaan operasionalnya di tangan para generasi kreatif yang rata-rata masih muda, penuh semangat dan selalu punya cita-cita yang hidup dan cerdas, untuk mengasah kepekaan dengan nilai-nilai mulia dalam berkesenian seperti yang ditunjukkan oleh grup pelawak Asbak yang terdiri dari M Ari Wirawan, Akbar Pakihudin, dan Koesharyanto yang kesemuanya merupakan awak PT Gallus Indonesia Utama yang dengan gairah ikut Audisi Pelawak Indonesia yang sangat bermanfaat guna melatih tabiat terbaik guna melayani pelanggan dan pembaca Majalah Infovet dan seluruh produk PT Gallus Indonesia Utama.

Suatu tabiat baik dan saleh yang pelu dijaga baik dalam kondisi pekerjaan yang padat sekalipun, tetap ada waktu dan niat seperti ditunjukkan oleh Indra Setiawan Bagian Desain Majalah ini dalam Memuja Sang Pencipta yang akan selalu mencurahkan Berkah, Karunia dan Penerangannya buat hati yang punya prinsip kuat untuk melayani kebutuhan pembaca

Lihatlah hasilnya! Seperti ditunjukkan oleh M Ari Wirawan Divisi Distribusi Majalah Infovet yang selalu siap melayani Anda untuk berlanggan dengan pelayanan penyebaran ke ribuan peternak pembaca dan segenap masyarakat peternakan lainnya di seluruh wilayah tanah air bahkan manca negara. Masih menyusul kegiatan-kegiatan lain yang begitu bervariasi yang kesemuanya dapat dinikmati pada lembar demi lembar yang disajikan Majalah Infovet, Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan kecintaan Anda. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 134, September 2005 - MAKNA BAHAGIA DALAM KARYA

Pembaca yang budiman, mencintai negeri pada masa-masa ini wujudnya bisa bermacam-macam. Kemerdekaan kita untuk berekspresi dengan menyumbangkan segala sesuau yang kita miliki untuk kemahslatan umat manusia, teristiwa dalam bingkai kehidupan bersama dalam negeri yang untuk berdirinya membutuhkan pengorbanan, darah, dan air mata para orang tua dan pendahulu kita adalah wujud dari kepedulian kita terhadap arti hidup yang cuma sebentar.

Maka kita kita bisa memahami, betapa gigihnya para insan perunggasan kita yang saat ini lagi didera habis-habisan oleh kasus-kasus kemanusiaan dan perekonomian akibat membabibutanya hantu flu burung bergentayangan di setiap nadi, nafas, dan denyut jantung perekonomian peternakan bukan hanya pada masa produksi tapi bahkan menembus pada pemasaran dan pengkonsumsian produk-produk asal unggas di meja-meja hidang.

Tak jauh beda kondisinya pada sektor lain perikehidupan masyarakat bernama Indonesia yang elemen-elemen masyarakat terkaitnya dengan serentak bergerak menghadapi upaya hidup yang dilalap api kenaikan BBM, penghematan listrik yang menggelapkan jalan-jalan dan rumah-rumah, merosotnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika yang menginternasional, makan kerugian denyut ekonomi yang mau tidak mau membuat semua unsur mesti menjalin jalan terbaik sesuai dengan situasi, tanpa berpaling dari fitrah utama di bidang masing-masing.

Apa yang dilakukan Infovet pun tidak bergeser setapakpun dari fitrah ini, sebagaimana pembaca dengan kegigihan, kesungguhan, dan keuletan tetap tegar berkarya di bidang-bidang yang yang pembaca cintai dan membuat hidup pembaca menjadi sangat berarti bagi keluarga, masyarakat, kemanusiaan, dan ibadah bagi Sang Pencipta.

Sorotan Infovet terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita kali ini, dalam edisi september ini, sudah barang tentu tak akan jauh dari fokus misi Infovet sebagai Kiblat bagi Dunia Kesehatan Hewan dan Peternakan kita. Bila upaya yang gigih dari para insan peternakan, Anda semua, yang begitu mulia memaknai karya cipta masing-masing ini bisa kami lakukan dengan sebaik-baiknya, makin terasa pula makna berkarya cipta oleh segenap pimpinan, staf dan karyawan Infovet yang telah menetapkan pilihan bergerak di bidang ini, berjajar sama tinggi dan duduk sama rendah dengan pembaca semua yang merupakan para pendekar di bidang masing-masing.

Dan upaya Infovet kali ini dalam menyorot kegigihan para sahabat kita yang tanpa mengenal kata mundur menyerah, terus maju untuk mengkampanyekan betapa sehat dan bergizinya ayam, bebas dari flu burung dan patut menjadi sumber kehidupan sehat dan cerdas di berbagai kesempatan pada cuaca terik maupun hujan, pada saat hari terang maupun gelap, adalah persembahan kami bagi pembaca semua, sabahat dan keluarga kami yang begitu kami cintai.

Foto-foto para ujung tombak di garis depan kampanye kehidupan peternakan secara serentak tampil di halaman sebelah, di berbagai kota dan daerah. Dan Anda pun bisa meresapi langkah-langkah mendalam, teknis dan taktis segenap elemen peternakan di klini-lini yang lain pada halaman-halaman berikut Majalah Kesayangan Kita Semua ini.

Jayalah Anda, Jayalah kita, Jayalah peternakan kita. Dan kita serukan pada alam maha membentang, bantulah kami menghadapi hidup yang begitu penuh arti ini! Selamat berkarya. Salam bahagia kita semua, dalam situasi dan kondisi apapun terjadi. Bukankah kebahagiaan ini tidak mengenal musim? Dan dengan memaknai ‘Sang Bahagia’ ini mari kita hadapi segala carut marut persoalan dengan bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang gilang gemilang dalam karya-karya kita. Ya, Selamat berkarya! (Yonathan Rahardjo)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer