Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

FAKTA LAPANGAN: AYAM POTONG PUN KINI RENTAN DENGAN AI


Adalah Dr Drh Fedik Abdul Rantam, tenaga pengajar pada Laboratorium Virologi dan Immunologi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya menguatkan tulisan pada Infovet Edisi Mei 2007 yang memuat serangan Avian Influenza (AI) pada ayam potong. Hal itu diungkapkan Fedik ketika tampil dalam Seminar Terbatas untuk peternak ayam potong dan petelur Se-Jogjakarta dan Magelang, pertengahan Mei 2007 di Jogjakarta. Sedangkan Ir Danang Purwantoro dari PT Biotek Jogja yang bertindak sebagai Ketua Penyelenggara mengungkapkan bahwa topik yang diangkat memang masih seputar penyakit AI oleh karena penyakit itu kini sudah menyebar ke ayam potong dan bukan lagi monopoli pada ayam petelur.

“Topik penyakit AI kami pilih karena penyakit itu tidak saja sudah merambah ke ayam potong akan tetapi juga oleh karena penyakit itu sangat strategis bagi para peternak. Mengenai pembicara yang kami tampilkan memang pakar yang juga sangat kompeten dan dedikasinya sangat tinggi dalam ikut mengendalikan penyakit AI di Indonesia selama ini,” ujar Danang.

Lebih lanjut, Danang menjelaskan, masalah pembicara yang dipilihnya merupakan Anggota Komnas Flu Burung dan Anggota Komisi Obat Hewan Deptan, tentunya diharapkan sangat banyak informasi baru yang bisa bermanfaat bagi para peternak di Jogja dan Magelang. Dan ternyata Dr Fedik sangat komunikatif dan dalam penyampaiannya juga sangat sistematis serta mudah dipahami para hadirin yang sebagian besar para peternak.

Perkembangan penyakit Avian Influenza dijelaskan dengan gamblang oleh Fedik secara runut, sistematis dan didukung ilustrasi gambar yang menarik sehingga sangat mudah dicerna oleh hadirin yang sebagian besar adalah peternak dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang heterogen.

Menurut Fedik hasil Tim Pemantau Penyakit AI dari FKH Unair bahwa di Jawa Timur kasus AI pada ayam potong sudah sedemikian mengkhawatirkan, karena dari populasi yang ada termasuk banyak. Tanpa menyebut angka, berapa banyak farm komersial dan breeding yang diamati, Fedik menyimpulkan bahwa kini peternak ayam potong tidak bisa meremehkan kasus penyakit AI yang sementara ini diasumsikan hanya menyergap pada ayam petelur.

Selanjutnya ditekankan oleh Doktor muda lulusan Jerman yang murah senyum itu, bahwa tidak ada jalan lain bagi peternak ayam komersial di Indonesia saat ini selain hanya ada langkah utama yang harus ditempuh yaitu biosekuriti termasuk vaksinasi. Langkah itu sebenarnya merupakan sebuah kebutuhan baku bagi industri peternakan unggas, namun selama ini di Indonesia hal itu sering dilalaikan dan dianggap pemborosan.

Meski harus diakui bahwa langkah itu telah dilakukan oleh pihak breeding alias pembibit, namun hasil pengamatan Fedik aspek kontrol pasca vaksinasi belum begitu baik. Kontrol yang dimaksud adalah melihat hasil vaksinasi melalui titer antibodi, banyak pihak yang belum melaksanakan secara optimal dan baik.

Dalam seminar yang bertajuk “Strategi Budidaya Layer dan Broiler di era Flu Burung” itu, Fedik kembali menjelaskan kepada para peternak tentang sifat dasar virus AI. Bahwa itu sebuah kenyataan bahwa virus AI adalah tipe yang mudah mengalami mutasi atau setidaknya mampu memodifikasi genetiknya. Meski sebenarnya virus yang bersangkutan sangat “ringkih” gampang mati saat berada di luar tubuh hospes dan juga mudah mati oleh berbagai jenis desinfektan. Selain itu di dalam tubuh ayam virus ternyata mampu mengaglutinasi sel darah merah ayam dan mempunyai sifat mudah menular ke manusia. Saat ini menurutnya hampir tidak ada daerah di Indonesia yang benar-benar dapat terbebas dari sergapan penyakit yang menghebohkan tahun 2003 itu sampai saat ini.

Vaksinasi Diperkuat Multivitamin dan Imunostimulator

Dijelaskan juga bahwa penyakit AI pada unggas adalah menyerang sistem pernafasan yang bersifat mudah menular dengan angka kematian (mortalitas) mencapai 100%. Bahwa sementara ini banyak para peternak dibuat kalang kabut oleh penyakit ini tetapi sangatr sedikit yang mengetahui bahwa sebenarnya ada kelompok yang patogen yang biasa disebut High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan kurang patogen atau Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Asumsi para peternak sebagian besar menyamaratakan hal itu. Atas kondisi seperti ini menjadi tidak seragamnya aksi atau langkah dalam menghadapi penyakit itu. Ada peternak yang nekat tidak mau melakukan vaksinasi AI kecuali hanya melakukan penyemprotan yang berlebih. Akan tetapi, syukurlah kini nampaknya meski terlambat, persepsi para peternak dan praktisi di lapangan sudah nyaris sama.

Memberikan pemahaman akan pentingnya sebuah vaksinasi memang butuh waktu, karena hal itu terkait dengan sifat dasar sebuah usaha yang mencoba menekan ongkos produksi. Dan ketika semakin banyak peternak yang terantuk batu karena ayamnya terinfeksi maka akhirnya langkah itu harus dilakukan.

“Vaksinasi adalah sangat perlu karena langkah itu merupakan cara memberikan perisai dan memberikan pelindung bagi ayam. Dan yang perlu diperhatikan saat vaksinasi adalah hendaknya pemberian multivitamin dan immunostimulator. Baik itu immunostiimulator ataupun multivitamin tidak lain dalam rangka merangsang tubuh ayam agar memproduksi secara optimal zat kebal atau antibodi,” ujarnya yang seolah ingin menegaskan arti pentingnya kedua hal itu.

Sebenarnya ada jenis tumbuhan yang bersifat mendorong dan merangsang produksi zat kebal saat vaksinasi dilakukan. Contohnya adalah tanaman Putrimalu dan Daun Dewa, dimana kedua tanaman itu sudah diteliti mengandung zat immunomodulator.

Tanda Infeksi pada Ayam Potong

Hasil Tim Fedik di lapangan menemukan fakta bahwa tanda-tanda infeksi AI pada ayam potong, memang tidak sejelas dibanding pada ayam petelur. Namun demikian sebenarnya sangat mudah dan para peternak kini sangat paham benar tanda-tanda penyakit AI pada ayam potong. Jika sergapan dari virus LPAI biasanya mortalitas relatif rendah dan umumnya pertumbuhan terhambat atau muncul sindroma kerdil. Selain itu perlu diwaspadai adanya penularan melalu air minum yang tercemar feses. Jika dilakukan bedah bangkai akan dijumpai degenerasi hati dan pembengkakan limpa dan ginjal. Selain itu kantung udara menjadi agak gelap dan keruh. Sangat sering dijumpai adanya perdarahan yang berat (haemorragic) pada usus.

Sedangkan pada jenis HPAI umumnya mortalitas akan sangat tinggi bahkan sering 100% dan umumnya saluran pernafasan yang terganggu sehingga sering disalah dugakan dengan penyakit pernafasan oleh karena penyebab virus. Jika demikian maka, harus diwaspadai karena penularan sering sangat terjadi, hal ini oleh karena tingkat penularan sangat tinggi dengan bantuan angin.

Vaksinasi AI Tetap Penting untuk Ayam Umur Pendek

Umumnya muncul asumsi bahwa ayam potong tidak perlu divaksin, karena lebih banyak menyerang pada ayam usia tua, ayam petelur contohnya . Namun kini harus direvisi pendapat dan asumsi itu. Di daratan benua Eropa pada saat ini juga sudah hampir semua negara merekomendasikan vaksinasi AI pada semua bangsa unggas, termasuk unggas untuk tujuan komersial. “Vaksinasi AI kini menjadi sebuah keharusan dan kebutuhan pada ayam komersial agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Hampir sebagian besar negara di benua Eropa sudah merekomendasikan hal itu,” tegas Fedik.

Selain itu, menurut Fedik, biosekuriti harus semakin ditingkatkan. Aspek pemilihan bibit yang berkualitas, terutama nilai atau angka titer antibodi maternal yang tinggi. Dijelaskan bahwa kini sudah ada banyak pihak breeding yang menekankan arti penting DOC yang mempunyai maternal antibodi yang tinggi terhadap virus AI. Langkah lain untuk menekan kasus AI di farm komersial adalah memberikan multivitamin dan immunostimulator agar produksi antibodi mencapai tingkat yang optimal.

Menjawab pertanyaan seorang peternak tentang kapan sebaiknya ayam potong divaksin AI. Menurut Fedik harus diperhatikan jadwal dan program vaksinasi terhadap penyakit yang lain, seperti vaksin ND dan Gumboro. Sebab pada ayam potong umumnya diusia awal demikian ketat atau banyaknya program vaksinasi. Namun demikian sebaiknya vaksinasi AI harus dilakukan sedikitnya dua kali agar tercapai tingkat kekebalan yang optimal. Tidak ada dan belum pernah terjadi vaksinasi AI yang hanya sekali mampu menghasilkan keberhasilan vaksinasi.

Untuk itu menurutnya sebaiknya pada ayam potong divaksin pada umur 5-7 hari dengan aplikasi sub kutan/dibawah kulit (s.c) atau intra muskuler/didalam daging (i.m). Hasil penelitiian Tim FKH Unair bahwa baik aplikasi s.c maupun i.m tidak ada perbedaan hasil yang signifikan. Yang paling penting dan patut diperhatikan adalah ulangan (revaksinasi) atau booster. Tanpa booster tidak akan bisa mencapai hasil vaksinasi yang optimal.

Sedangkan Drh Carolina dari PT Biotek mencoba membagi pengalaman bahwa hasil penerapan di lapangan di kawasan Jabodetabek vaksinasi AI telah mampu mencapai tingkat keberhasilan yang menggembirakan. Di beberapa farm komersial yang menjadi mitra PT Biotek, terbukti program vaksinasi AI membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Oleh karena itu pilihan atas vaksin menjadi salah satu aspek yang terpenting. Selain itu ketatnya biosekuriti akan ikut membantu tingkat keberhasilan itu (iyo)

AVIAN INFLUENZA Perkembangan Kasus Avian Influenza


Hasil kajian lapangan menurut sebagian besar sumber, penyebab Avian Influenza di Indonesia masih disebabkan oleh virus Avian Influenza tipe A, sub tipe H5N1, dan HPAI. Tingkat homologi (susunan asam amino) antara isolat virus AI dari ayam tahun 2003 dan tahun 2006 > 95%.

Saat ini sebagian besar gejala klinis dan kerusakan alat tubuh yang disebabkan Avian Influenza berbeda dengan yang ditemukan pada awal wabah penyakit ini pada tahun 2003. Menurut pengamatan para ahli, ada dua bentuk klinis Avian Influenza; HPAI ganas dengan kematian tinggi (sulit dibedakan dengan ND) dan HPAI ringan dengan kematian rendah. Kedua bentuk klinis tersebut masih disebabkan oleh HPAI.

Gejala HPAI ganas ditandai dengan ayam terlihat lesu, kadang terlihat warna kebiruan pada jengger, pial, sekitar muka, dada, tungkai atau telapak kaki. Dapat terlihat gangguan pencernaan, produksi dan saraf. Peningkatan angka kematian (20-40% atau lebih), Pada ayam petelur, produksi telur terhenti atau sangat menurun:

Gejala klinis HPAI bentuk ringan, tersifat dengan adanya penurunan produksi telur yang drastis. Biasa ditemukan pada kelompok ayam dengan titer hasil antibodi yang rendah. Ayam mengalami depresi ringan atau tanpa gejala. Kadang terjadi gangguan pernafasan. Pada layer terjadi juga penurunan produksi telur, baik pada kuantitas, maupun kualitas.

Pengaruh HPAI bentuk ringan pada ayam petelur. Menyebabkan gangguan kualitas telur, (berat, ukuran, kerabang, yolk dan albumin. Gangguan tipe penyakit HPAI ringan, menyebabkan ayam mudah terkena berbagai penyakit, khususnya ND dan IB. Gangguan respon terhadap pengobatan menjadi rendah, terutama disebabkan karena hati sebagai organ metabolisme utama mengalami gangguan.

Faktor yang mempengaruhi Kejadian AI

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian AI pada suatu peternakan atau wilayah ; (1) Jenis unggas yang dipelihara (ayam, itik, buruh puyuh), (2) Tingkat kepadatan ternak ayam per-wilayah, (3) Manajemen Peternakan (SDM, perkandangan, pakan, air minum, budidaya, kesehatan umum), (4) Pelaksanaan biosekurity, (5) Vaksinasi Terhadap AI, kontak dengan burung liar, rodensia insekta, mamalia (anjing dan kucing). (6) Sistem pemasaran produk dan (7) Sistem penanganan kotoran dan limbah.

Faktor yang berperan dalam penularan virus AI antar wilayah ; Lalu lintas unggas dan produk asal unggas; Transportasi kotoran ayam,mobilitas orang, kendaraan, bahan, peralatan.

Problem pada Penanggulangan AI di Indonesia

Banyak permasalahan yang menjadi hambatan sehingga peanggulangan AI sulit mencapai hasil yang diinginkan. Isolasi peternakan/daerah “bebas AI” masih sulit dilakukan. Tingkat keberhasilan vaksinasi AI, saat ini sangat bervariasi. Biosekuriti cenderung diperlonggar karena memerlukan biaya yang tinggi. Kontrol lalu lintas unggas, produk asal unggas, produk sampingan (khususnya kotoran) sulit dilakukan. Kesadaran peternak untuk ikut mencegah perluasan kasus AI cenderung menurun.

Aspek kesehatan masyarakat, dampak ekonomik, sosial budaya, politik dan efek psikologik kasus AI sangat sangat menonjol, sehingga penanggulangan penyakit menjadi sangat kompleks.

Perwilayahan kasus AI sulit ditetapkan karena areal peternakan ayam tersebar secara acak diseluruh Indonesia. Kajian epidemiologik, monitoring hasil vaksinasi dan dinamika virus AI masih sangat terbatas. Pengembangan public awareness masih belum maksimal, karena masih terkendala terbatasnya biaya.

Aspek Penting Vaksinasi

Vaksinasi diperlukan dalam penanganan Avian Influenza karena akan melindungi gejala klinis dan mortalitas disebabkan virus HPAI. Dengan vaksinasi akan mengurangi populasi yang rentan, mengurangi pencemaran/shedding virus di lokasi peternakan dan tujuan utama vaksinasi adalah mencegah kerugian ekonomi.

Kualitas vaksin terutama ditentukan oleh pembuatan vaksin, distribusi dan penyimpanan, titer vaksin dan masa kedaluarsa. Cara pemberian vaksin juga mempengaruhi aspek vaksinasi. Selain itu metode vaksinasi, program vaksinasi, vaksinator dan peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan Ayam, meliputi umur/ variasi umur dan status kesehatan, kesemuanya memegang peranan dalam keberhasilan penanggulangan Avian Inffluenza.

Kunci keberhasilan vaksinasi ditentukan oleh penggunaan vaksin yang berkualitas tinggi yang harus didukung oleh manajemen optimal, terutama biosekuriti yang ketat. Vaksin harus diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya infeksi oleh agen infeksi lapang. Vaksin juga harus memberikan perlindungan kolektif pada semua ayam.

Vaksin AI

Prinsip dasar pemakaian vaksin Avian Influenza adalah virus vaksin (master seed) harus homolog dengan sub tipe H atau subtipe H dan N virus asal lapang. Menurut regulasi OIE, master sheed vaksin harus berasal dari isolat virus Avian Influenza low pathogenic (LPAI) yang telah dikarakterisasi (dimurnikan). Mempunyai komposisi genetik yang stabil. Proses inaktivasi sempurna (uji laboratorik). Bebas pencemaran agen infeksius lainnya. Mengandung konsentrasi antigen yang tinggi. Menggunakan adjuvant berkualitas tinggi. Mempunyai tingkat keamanan, potensi dan efektifitas yang tinggi (uji laboratorik dan uji lapang).

Karakteristik vaksin Avian Influenza yang ideal (menurut Suarez tahun 2000), vaksin dapat meransang respon kekebalan humoral (HMI-humoral mediate immunity) dan kekebalan seluler (CMI-cell mediate immunity), sehingga perlindungan terhadap ayam cepat terbentuk. Kriteria lain yang diharapkan pada vaksin Avian Influenza adalah harga relatif tidak mahal, mudah diberikan pada ayam, perlindungan efektif dan dapat dicapai dengan dosis tunggal (ayam semua umur). Respon antibodi yang timbul dapat dibedakan dengan respon akibat virus Avian Influenza asal lapang, subtipe H homolog, subtipe N heterolog dengan virus AI asal lapang.

Karakteristik lain yang diharapkan adalah aman untuk ayam/unggas dan aman untuk diproduksi, master seed berasal dari virus Avian Influenza Low pathogenic (LPAI), Waktu henti singkat (pada broiler), khusus vaksin vektor, dapat merangsang respon antibodi pada ayam yang telah kontak dengan vektor.

Gambar : Vaksin Gallimune Flu® vaksin Avian Influenza 0.3 dalam adjuvant emulsi khusus.

Ada tiga jenis vaksin Avian Influenza, (1) Konvensional, killed, oil emulsion. (2) Rekombinan – vektor vaksin. (3) Reverse Genetics (killed, oil emulsion)
Manfaat vaksinasi terhadap Avian Influenza. Menekan kerugian ekonomik akibat Avian Influenza, menekan mortalitas dan menekan gangguan produksi. Menekan penyebaran/shedding virus AI dan selanjutnya menekan jumlah ayam yang peka terhadap infeksi virus AI.

Beberapa informasi menyangkut vaksinasi Avian Influenza, vaksinasi biasanya tidak menghilangkan infeksi. Vaksinasi harus selalu disertai oleh biosekuriti yang ketat, merupakan bagian dari suatu sistem terpadu. Perlu monitoring dan evaluasi terus-menerus menyangkut : tingkat keamanan vaksin (sistem sentinel dan/atau uji DIVA, uji laboratorik lain). Tingkat perlindungan vaksin dan kemungkinan mutasi virus AI asal lapang.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun program vaksinasi Ai adalah prevalensi kasus Avian Influenza pada suatu daerah, Tingkat keberhasilan vaksinasi AI di lapangan, Status kesehatan ayam dalam flok, Umur ayam, struktur peternakan, Efek vaksinasi ulang terhadap AI.

Evaluasi hasil vaksinasi AI, Perlu dilakukan secara periodik, ada baiknya menggunakan ayam sentinel. Uji Selogik yang bisa digunakan untuk monitoring AI adalah uji HI, Elisa, DIVA.

Manfaat uji serologik terhadap hasil vaksinasi AI, dapat memberikan gambaran tentang kualitas vaksin, proses vaksin, program vaksinasi, kesehatan ayam waktu di vaksinasi, kemungkinan kontak dengan virus asal lapang. Khusus uji DIVA, membedakan respon hasil vaksinasi AI dan respon akibat kontak dengan virus asal lapang.

Permasalahan pada vaksinasi AI selama tahun 2005 sampai pertengahan 2006. Tingkat keberhasilan vaksinasi AI pada ayam sangat bervariasi sehubungan dengan kualitas vaksin, program vaksinasi, kondisi ayam waktu divaksinasi, jenis ayam unggas yang divaksinasi. Ayam pedaging, buras, puyuh hanya divaksinasi AI dalam skala terbatas dan itik sangat terbatas sehingga membuka peluang sebagai reservoir. Monitoring hasil vaksinasi dan dinamika virus AI di lapangan masih terbatas. Alokasi dana untuk vaksinasi masih terbatas. Pengawasan distribusi vaksin dan pelaksanaan vaksinasi belum optimal.

Gallimune Flu® H5N9

Gallimune Flu® H5N9 merupakan vaksin Avian Influenza 0.3 dalam adjuvant emulsi minyak khusus. Gallimune Flu® H5N9 mengandung strain Wisconsin H5N9 yang telah teruji di laboratorium independent USA dan Australia dan Gallimune Flu® H5N9 telah teruji melalui uji tantang dengan isolat Asia. Haemaglutinin (H5) homolog dengan strain yang ada di Indonesia, Neuramidase (N9) heterolog dengan strain yang ada di Indonesia. Gallimune Flu® H5N9 sangat aman karena berasal dari strain Avian Influenza low Pathogenic (LPAI) dan merupakan vaksin yang direkomendasikan OIE untuk digunakan dalam penanggulangan Avian Influenza. Gallimune Flu® H5N9 lebih aman dibandingkan dengan vaksin homolog/ autogenus vaksin yang berasal dari Avian Influenza Highly Pathogenic (HPAI).

Drh Nurvidia Machdum
Technical Department Manager
PT. ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl DR Saharjo No 264
JAKARTA. Telp.021 8300300

Manajemen Broiler Moderen

Drh Heri Setiawan

Hari masih terhitung pagi, ketika saya memasuki kandang broiler milik bapak Alim. Bangunan kandangnya sederhana. Tiang-tiang penopangnya dari kayu dan bambu serta beratapkan genteng. Berdasarkan teknis perkandangan, sebenarnya kandang broiler tersebut kurang memenuhi persyaratan. Lebar kandangnya melebihi standar, yaitu sekitar 10 meter. Tidak ada monitor di bagian atapnya. Jarak antara satu kandang dengan kandang lainnya hanya berkisar 4 meter saja. Tinggi alas kandangnya 1,5 m.

Di dalam kandang tersebut berisi 6.000 ekor anak ayam umur 4 hari. Penempatan anak ayam sebanyak itu dibagi dalam 10 kandang indukan. Chick guard (pembatas kandang indukan) menggunakan seng. Pemanasnya dibuat dari tong atau drum bekas tempat minyak tanah. Dinding drum diberi satu lubang berdiameter sekitar 8 cm. Tujuannya sebagai pintu masuk oksigen untuk pembakaran. Bahan bakar pemanas adalah potongan-potongan kayu. Di atas drum, digantungkan seng sebagai penutup.

Saat itu saya perhatikan tirai-tirai plastik masih menutupi semua sisi kandang. Meski pun demikian, penyebaran anak ayam di masing-masing brooder merata. Nampaknya anak-anak ayam tersebut merasakan kenyamanan. Artinya, temperatur lingkungan dalam kandang indukan - ketika itu - memadai dan sesuai kebutuhan anak ayam. Saya ambil beberapa ekor anak ayam, kemudian saya raba tembolok dan telapak kakinya. Kesemua anak ayam yang saya ambil tadi, temboloknya terasa penuh berisi pakan campur air minum. Telapak kaki anak ayam yang saya raba, seluruhnya terasa hangat.

Begitu asyiknya berdiskusi dengan pak Alim, tanpa disadari hari semakin siang. Di dalam kandang itu, saya mulai merasa kegerahan. Anak-anak ayam membuka paruhnya (panting). Mereka sudah kepanasan dan gelisah. Melihat hal itu, saya sampaikan kepada pak Alim bahwa temperatur kandang telah meningkat dan mengakibatkan stres atau cekaman pada anak-anak ayam.

Tanpa menunggu lama, pak Alim memanggil dua operator (anak kandang). Setelah kedua operator tersebut berada di dalam kandang, pak Alim pun bertanya ”Apa yang kamu rasakan ketika berada di dalam kandang ini ?” Spontan keduanya menjawab ”Panas dan gerah, pak”

”Menurut kamu, apakah nyaman berada dalam kandang seperti itu dan dalam waktu lama ?”

”Wah..ya..nggak, pak !”

”Apakah kamu tega bila anak ayam yang kamu pelihara tidak nyaman karena kepanasan ?”

”Mboten, pak,” jawab kedua operator itu dalam bahasa Jawa yang artinya ”Tidak, pak”

”Bagus kalau begitu. Segera lakukan yang terbaik agar anak ayammu merasa nyaman kembali”

Mendengar instruksi ”halus” pak Alim, kedua operator itu pun berpencar. Seorang menuju keluar kandang dan membuka (dengan cara menggulung) bagian atas tirai yang menutupi dinding kandang. Sementara yang satu, dengan menggunakan batu bata menutup sebagian lubang di dinding drum pemanas. Dengan ditutup sebagian, oksigen berkurang dan nyala api pun mengecil sehingga panas yang dipancarkan menurun. Beberapa saat kemudian, temperatur dalam kandang berangsur-angsur normal. Hembusan angin segar masuk ke dalam kandang melalui bagian atas tirai yang terbuka. Anak ayam menyebar rata kembali. Mereka mematuk-matuk pakan dan menghirup air minum dengan nyamannya.

Broiler moderen memang tumbuh lebih cepat dengan konversi pakan yang lebih hemat. Namun, broiler moderen juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi tersendiri. Antara lain, sangat peka terhadap pengaruh lingkungan dan mudah nervous. Oleh karenanya broiler moderen membutuhkan manajemen (tatalaksana pemeliharaan) yang spesifik. Harus diperlakukan dengan ekstra hati-hati dan penuh peduli.

Manajemen broiler moderen tidak selalu identik dengan peralatan dan perlengkapan moderen. Dalam artian harus canggih dan mahal. Teknologi canggih bisa berfungsi maksimal bila didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional serta Sistem-Prosedur yang handal. Apalah artinya pemanas berbahan bakar elpiji, misalnya, bila operator kandang selalu terlambat menyalakannya padahal temperatur kandang sudah dingin dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak ayam pada saat itu. Akibatnya, anak ayam kedinginan, bergerombol dan berdesak-desakan. Anak ayam tersebut didera cekaman (stres).

Dalam kasus di peternakan broiler pak Alim, saya melihat betapa pedulinya beliau kepada ayamnya. Begitu tanggap terhadap apa yang dirasakan ayamnya. Beliau begitu fokus dan penuh kasih memelihara ayamnya. Pak Alim tidak rela bila ayamnya menderita stres/cekaman yang berkepanjangan. Memang, inti manajemen broiler moderen adalah usahakan semaksimal mungkin untuk meminimalkan stres pada ayam. Bila peternak tidak ingin stres, maka janganlah membuat ayam stres ! Mudah, bukan ?

MENGINGAT VIRUS INFLUENZA


Struktur virus influenza A mirip sangat mirip satu dengan lainnya. Dengan mikroskop elektron, virus ini mempunyai bentuk yang pleomorfik, dari bentuk bulat dengan garis tengah rata-rata 120 nm sampai berbentuk filament.

Virus influenza adalah virus dengan genom asam ribo-nukleat (RNA) serat tunggal dan berpolaritas negatif yang terpisah dalam 8 dari Familia. Virus-virus dari keiuarga ini dikelompokkan menjadi klas A, B dan C berdasarkan, perbedaan antigenik protein nukleoprotein dan matriks protein.

Semua Virus AI diklasifikasikan dalam tipe A. Pembagian sub-tipe lebih lanjut didasarkan pada struktur antigen dua glikoprotein permukaan virus, yaitu hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA).

Sampai saat ini 16 macam HA dan 9 NA telah diidentifikasi pada virus influenza A. Derajat homologi dari susunan asam amino HA antar subtipe adalah kurang dari 70 persen.

Struktur virus influenza A mirip sangat mirip satu dengan lainnya. Dengan mikroskop elektron, virus ini mempunyai bentuk yang pleomorfik, dari bentuk bulat dengan garis tengah rata-rata 120 nm sampai berbentuk filament.

Dua protein yang menentukan patogenitas dan kekebalan suatu virus influenza, serta sangat mudah mengalami mutasi, yaitu HA dan NA, membentuk penjuluran khas di permukaan partikel virus dengan panjang sekitar 16 nm. Kedua protein ini adalah glikoprotein yang vital bagibiologi virus.

HA berperan dalam memulai infeksi pada sel dengan menempel pada reseptor sialiloligosakarida pada permukaan sel. HA juga menginduksi antibodi penetral yang penting dalam pencegahan infeksi. Derajat kemudahan pemecahan protein ini dan tersedianya enzim protease yang sesuai menentukan virulensi Virus AI dan tropisme jaringan.

Sedangkan NA adalah suatu enzim sialidase yang menghambat agrerasi virion dengan menghilangkan asam sialat sel. Antibodi terhadap NA juga berperan dalam perlindungan hewan terhadap infeksi berikutnya.

Protein virus influenza lain tampaknya juga sangat berperan dalam patogenitas strain. Protein-protein tersebut adalah M1, M2, IMP, tiga enzim polymerase RNA kompleks (PB1, PB2, dan PA) dan IMS2.

Protein IMS1 yang hanya terdapat pada sel terinfeksi dan tidak diintegrasikan dalam partikel virus yang berfungsi menekan fungsi interferon hewan/manusia. Fungsi ini juga vital dalam patogenesis virus.

Dalam hal menginduksi kekebalan yang protektif, protein-protein ini tampaknya juga tidak dapat diabaikan. Jika protein permukaan, yaitu HA dan NA berperan sebagai antigen penetralisai dengan menginduksi kekebalan humoral yang mencegah penetrasi virus pada jaringan, protein yang lain berperan dalam menginduksi kekebalan berperantara sel.

Protein yang banyak diulas dengan kapasitas seperti itu adalah nukleoprotein (NP) dan matriks (M1). Karena protein-protein ini secara genetik relatif stabil, maka, jika kekebalan humoral menginduksi kekebalan terhadap virus yang homolog, CMI protektif terhadap virus yang heterolog. Hal yang sama tampaknya berlaku untuk infeksi virus Al H5N.

Struktur antigen virus influenza berubah secara bertahap oleh karena mutasi dan rekombinasi atau secara drastis karena reassortment. Mutasi terjadi karena enzim RNA-polimerase virus tidak mempunyai kemampuan memperbaiki kesalahan.

Sedangkan dari inang, cekaman imunologis pada HA dan NA dikatakan sebagai "motor" penggerak terjadinya hanyutan antigenik. Kajian tentang HA pada strain virus influenza manusia H3 menunjukkan bahwa mutasi pada satu posisi saja dapat mengubah struktur glikoprotein tersebut yang menyebabkan terjadinya variasi antigenik yang signifikan. Mutasi ini merupakan proses yang berlangsung setiap saat.

Tercatat perubahan antigenik yang signifikan pada stud: tentang virus H9N2 yang diisolasi setiap tahunsejak 1997 sampai 2003 dan H5N1 sejak tahun yang sama sampai 2004.

Hanyutan antigenik dapat terjadi karena rekombinasi. Fenomena ini terjadi bila RNA virus influenza terpotong dan disisipipotongan RNAasing yang berasal dari sel. Meskipun peristiwa ini relatif jarang dilaporkan pada Virus AI, tetapi kecenderungannya meningkat akhir-akhir ini.

Lompatan antigenik terjadi karena transmisi langsung virus non-manusia ke manusia atau reassortment genetik dari dua virus influenza yang berbeda setelah menginfeksi satu sel yang sama. Secara teoritis, 256 kombinasi RNA dapat terbentuk dari tukar-menukar 8 segmen genom virus.

Reassortment genetik sudah sering dilaporkan di alam maupun laboratorium. Di samping itu, infeksi campuran sering terjadi di alam yang dapat menyebabkan terjadim reassortment genetik.

Dalam model reassortment klasil yang dikembangkan 200 babi berperan sebagai wahana pencampuran. Basis model tersebut adalah spesifisitas strain terhadap reseptor pada permukaan sel Virus influenza avian dapat menginfeksi sel yang mempunyai reseptor berbeda dengan influenza manusia.

Kedua macam reseptor ini terdapat pada trakeal babi. Jika dua virus influenza unggas dan manusia atau mamalia menginfeksi satu sel yang sama pada sel tersebut, maka progeni virus dapat merupakan kombinasi 8 segmen virus unggas dan 8 segmen virus manusia atau mamalia.

Mekanisme lain yang memungkinkan virus influenza unggas dapat bereplikasi secara efisien pada manusia adalah adaptasi untuk berikatan dengan reseptor dalam tubuh babi. Dengan kata lain, Virus AI asal unggas berevolusi sedemikian rupa sehingga dapat mengenali reseptor mamalia.

Fakta ini telah terbukti dengan meyakinkan dari studi tentang virus H5N1 dan H9N2 yang menyebabkan wabah di Hong Kong, masing-masing tahun 1997 dan 1999. Protein HA dari kedua virus tersebut dapat berikatan dengan reseptor unggas dan manusia.

Di masa depan, teori spesifisitas reseptor untuk virus avian dan mamalia tampaknya akan mengalami pergeseran yang signifikan. Juga berhasil dibuktikan kedua reseptor tersebut terdapat pada sel-sel epitel pernafasan manusia.

Lokasinya memang berbeda. Reseptor a2,6 terdapat pada sel-sel yang tidak bercilia, sementara reseptor a2,3 terdapat pada sel-sel yang bercilia. Temuan ini akan dapat menjelaskan kemungkinan penularan langsung dari unggas kepada manusia tanpa hewan perantara.

Dalam banyak kasus wabah, peran babi sering sulit ditelusuri. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa HPAI H5N1 merupakan produk reassortant virus-virus yang secara alarm bersirkulasi pada puyuh, angsa, dan itik liar dari Cina. Diduga reassortment terjadi pada burung puyuh di pasar burung atau pasar hewan hidup.

Berbagai jenis hewan dan burung diletakkan dalam kandang-kandang saling berdekatan atau bahkan bercampur di tempat tersebut, sehingga peluang untuk saling tukar menukar virus influenza terjadi dengan mudah. Juga berhasil ditunjukkan perubahan molekul HA sudah menyebabkan adaptasi dan peningkatan kemampuan suatu virus H9 asal itik untuk menginfeksi burung puyuh.

Dapat pula dibuktikan bahwa burung puyuh menyediakan lingkungan yang memungkinkan suatu virus asal mamatia, yaitu influenza babi H3N2, dapat mengalami reassortment dan menghasilkan vius influenza yang berpotensi menyebabkan pandemi.

Fenomena reassortment telah dapat dibuktikan di alam. Contoh yang paling baru adalah perbandingan susunan RNA semua gen virus influenza Hong Kong-H5N1/1997 dengan dalam kandang yang berdekatan turut membantu kesinambungan virus influenza. Manajemen seperti itu memungkinkan sebagai tempat evolusi virus influenza yang cepat dan lestari. Hal ini telah dibuktikan pada kasus virus Al H5NI.

Virus influenza dikeluarkan oleh unggas terinfeksi dalam jumlah yang besar bersama kotoran, leleran, dan udara pernafasan. Karena sifat-sifat virus yang labil dalam udara terbuka, penularan melalui udara pernafasan dapat terjadi melalui kontak yang sangat dekat. Penularan melalui kotoran dan leleran lebih besar peluangnya.

Virus influenza dapat bertahan lebih lama dalam material organik seperti dalam kotoran, darah ayam, atau leleran dan dapat menulari manusia atau hewan lain secara langsung dari kandang maupun secara tidak langsung melalui pakaian, kendaraan, atau peralatan yang tercemar.

Virus influenza dapat mencemari produk-produk hasil olahan unggas seperti daging, telur, dan pupuk kotoran ayam. Salah satu bukti kuat potensi ini adalah isolasi HPAI H5N1 dari daging itik asal Cina di Korea Selatan. Kerabang telur dapat mengandung virus influenza menular yang berasal dari kontaminasi kotoran.

Demikian disampaikan G Ngurah Mahardika dari Laboratorium Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dan Wayan I Wibawan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor kepada Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia dalam Media Unggas dan Aneka Ternak baru-baru ini.

Atas ijin khusus Direktur Budidaya Ternak Non Ruminansia Drh Djajadi Gunawan MPH kepada Infovet, pembaca dapat menikmati untuk sebuah pencerahan bersama sekaligus untuk bahan kritis hal-ihwal terkait AI. (YR)

Wonokoyo melakukan Road Show


Selama dua minggu, Wonokoyo berkeliling Jawa guna mengunjungi mitra kerjanya. Bermula dari Jawa Barat. Pada awal kunjungannya di Bogor, Wonokoyo mendatangi kandang ayam pedaging milik H. Makmur dan Ilman. Di dalam kandang kedua peternak itu, terjadi dialog akrab dan konstruktif. Usul dan saran saling diberikan. Pada hari kedua di Jawa Barat, dilaksanakan pertemuan dan diskusi teknis. Acara digelar di salah satu Cafe di daerah Bogor Timur dan dihadiri oleh peternak broiler dari Bogor, Serang dan Sukabumi. Pertemuan itu benar-benar menjadi ajang bertukar pengalaman.
Selang sehari kemudian, Wonokoyo sudah berada di Jawa Tengah. Tepatnya di Solo. Di hari pertama, berkunjung ke kandang broiler milik Bpk. Alim dan Bpk. Triyanto. Selanjutnya, mengunjungi Chandra PS dan bertemu dengan Bpk. Lilik dan ibu Yuni. Kedatangan Wonokoyo itu disambut hangat oleh ketiga mitra kerjanya. Hari kedua dilakukan pertemuan dengan para peternak mitra kerja di salah satu hotel berbintang di Solo. Pertemuan untuk membahas berbagai permasalahan teknis yang ada di lapangan.
Keesokan harinya, Wonokoyo hadir di kandang broiler Bpk. Erwin dan Bpk. Rinto. Lokasi kedua peternak itu di Godean, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Banyak masukan diberikan oleh kedua mitra kerja tersebut. Wonokoyo pun memberikan saran-saran teknis berkaitan dengan manajemen pemeliharaan broiler. Dan, sama dengan daerah lainnya, pada hari kedua di DIY juga dilaksanakan pertemuan di restoran taman yang menawan di kawasan Sleman.
Minggu berikutnya, Wonokoyo memulai lawatan di Jawa Timur dengan mengadakan diskusi teknis di salah satu restoran kota Malang. Hari berikutnya, dilangsungkan acara serupa di kota Lamongan. Sehari setelah itu, dilakukan pertemuan dengan para peternak broiler yang berada di kabupaten Lumajang.
Road show yang dilakukan tanggal 9 s/d 21 Juli itu bertujuan untuk lebih mengakrabkan jalinan kerja sama antara Wonokoyo dengan para mitra kerjanya, saling bertukar pengalaman dan juga sebagai sarana refreshing bagi para peternak broiler. Acara pertemuan di berbagai kota itu rata-rata dihadiri oleh sekitar 30 peternak. Agar pertemuan bisa lebih fokus, maka dipergunakan tema ”Bagaimana mengoptimalkan performa broiler ?” Dalam pertemuan itu, Wonokoyo memberikan solusi yang tepat guna bagi para mitra kerjanya. Tujuan akhirnya adalah demi keberhasilan dan kemajuan bersama. (HS)

Kompleksitas Permasalahan Peternakan Babi di Indonesia

ADALAH Drh Hadi Santosa, salah satu praktisi peternakan Solo yang selama ini cukup lantang dan selalu berjuang mempertahankan keberadaan peternakan babi khususnya di kawasan Surakarta dan sekitarnya. Memang harus diakui juga cukup banyak praktisi lain yang konsern dan peduli atas situasi perbabian yang semakin memprihatinkan dan seperti tidak bermasa depan itu. Namun keberanian Hadi memang pantas menjadi catatan tersendiri.
Kepada Infovet di sela-sela acara Seminar Nasional yang bertajuk “Lalu lintas Perdagangan Ternak Babi Masalah dan Solusinya”, ia mengungkapkan bahwa problema riil dan paling esensial, menurutnya bukanlah justru pada masalah lalu lintas. Ada hal lain yang patut dirembug bersama dan secepat mungkin ada aksi dan langkah nyata.
Acara yang digelar di Hotel Sahid Raya Solo, Rabu (27/6) atas kerja sama yang cukup baik antara Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) dan Gita Organizer itu berjalan diluar perkiraan panitia, karena peserta melebihi kapasitas ruangan dan kursi yang tersedia. “Ini bukti antusiasme dan semangat para praktisi ternak babi dalam upaya mencari solusi atas permasalahan yang sedang menggelayuti bidang usahanya,” kata Rachmawati.
Lebih lanjut Fajar mengungkapkan bahwa acara ini terselenggara atas dukungan yang kuat dari berbagai pihak seperti British Pig Association, PT Biotek Sarana Industri, PT Kalbe Farma Divisi Animal Health, Pfizer Indonesia, PT Romindo Primavetcom, ASOHI Jawa Tengah, Yayasan Bina Satwa Mandiri dan beberapa media bidang peternakan dan kesehatan hewan seperti Infovet, Poultry Indonesia, Trobos, dan Satwa Kesayangan.
Adapun peserta yang hadir antara lain para peternak babi Jawa dan Luar Jawa, Perusahaan sarana produksi peternakan, perguruan tinggi peternakan dan Dinas terkait, Anggota ASOHI, ISPI, dan PDHI se-Jawa Tengah.

Kepastian Hukum yang Belum Jelas
Hadi yang belum lama ini ikut berjuang menentang berbagai bentuk peraturan yang membelenggu usaha peternakan babi di salah satu Kabupaten di kawasan Surakarta itu lebih lanjut menyampaikan bahwa permasalahan riil dan sebenarnya yang menyelimuti dunia usaha peternakan babi, tidak lain adalah kepastian hukum.
“Salah satu yang patut mendapat perhatian para pemangku kepentingan (stake holder) adalah kepastian hukum dalam berusaha ternak babi,” tegasnya. Kasus lapangan itu, menurut Hadi terjadi tidak hanya monopoli di kawasan Surakarta saja, akan tetapi didaerah lain pasti ada hanya mungkin tidak terangkat ke permukaan. Cepat atau lambat juga akan terjadi dan memunculkan masalah.
Oleh karena itu menurutnya meski membicarakan masalah lalu lintas perdagangan babi juga sangat penting, terutama terkait dengan distribusi bibit dan bahkan juga penyakit, maka akan bijaksana jika substansi riil dicarikan solusinya terlebih dahulu.
Hal senada diungkapkan pula oleh Kepala Dinas Peternakan Propinsi Jateng Ir Kusmaningsih MP dalam paparannya. Menurut Alumni S1 dan S2 Universitas Diponegoro ini bahwa masalah Sosio Religio menjadi kendala utama perkembangan peternakan babi di Jateng. Sosio Religio yang dimaksud adalah kawasan penduduk yang banyak penduduk muslimnya, menjadi resisten terhadap adanya peternakan babi.
“Pada umumnya memang lokasi peternakan (termasuk babi) sudah berada di kawasan yang jauh dari pemukiman penduduk, namun seiring dengan perkembangan kota yang cukup pesat, maka akhirnya tumbuh pemukiman penduduk baru yang akhirnya melahirkan masalah. Akhirnya lokasi peternakan itu justru yang terancam dan dikalahkan oleh pemukinan manusia,”ujar Kusmaningsih.
Kebijakan pembangunan terpadu, lanjut Kusumaningsih, memang gampang diucapkan namun dalam realisasi dan implementasi di lapangan menjadi sulit. Ia juga sepakat bahwa Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) adalah yang harus diperjuangkan lebih dahulu, oleh karena itu kepastian hukum di level daerah yang berupa Perda harus aspiratif. Akomodasi tidak hanya dari aspirasi masyarakat umum semata akan tetapi juga masyarakat peternak , termasuk peternak babi.
Robby Kusnadi seorang tokoh perbabian di Solo dalam berbagai kesempatan selalu berteriak memohon perlindungan keberadaan peternakan babi, terutama di kawasan Surakarta. Pada kesempatan itu, Robby yang juga Ketua Yayasan Bina Satwa Mandiri mengungkapkan bahwa instansi dan institusi yang bisa dimintai perlindungan pada umumnya justru kalah dengan aksi anarkis massa.
”Kalau demikian realitasnya, kepada siapa lagi para peternak babi yang nota bene juga mempunyai kontribusi penyerapan tenaga kerja dan ikut mendorong roda ekonomi daerah mencari naungan atas nasibnya,” ujarnya.

Kualitas Bibit Menurun
Sedangkan ketua AMI, Ir Rachmawati Siswadi mengungkapkan bahwa problematika bibit pada saat ini juga menjadi masalah yang cukup serius. ”Saat ini kualitas bibit babi mengalami degradasi yang cukup memprihatinkan. ”darah biru” atau kualitas bibit yang baik telah anjlog dan berubah menjadi ”darah hitam” atau berkualitas buruk,” katanya seperti bergurau.
Angka depresi inbreeding pada babi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan sekali jika tidak ada upaya yang signifikan dan simultan sesegera mungkin. Oleh karena itu memang penting ada upaya terobosan seperti inseminasi buatan dengan bibit yang berkualitas dari luar. Namun ternyata kendala muncul oleh karena adanya perangkat aturan yang melarang adanya impor bibit /semen babi unggul. Memang ada langkah nakal yang ditempuh oleh segelintir praktisi, dan ini sudah pasti melanggar perundangan. Pihak seperti ini mencoba memasukkan semen unggul dari luar negeri meski itu bersifat ilegal. Larangan itu terkait dengan negara tertentu yang belum bebas penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Akhirnya memang muncul benang merah dari Seminar Sehari itu yaitu bahwa perangkat perundangan menjadi solusi terbaik agar eksistensi peternakan babi terjaga dan membuahkan harapan baru. Baik itu perundangan di tingkat pusat maupun daerah. Namun sekali lagi, dari perangkat perundangan itu yang paling penting adalah penegakan aturannya. Sebab harus ada aturan yang jelas dan tegas dalam impor bibit babi termasuk semen dan negara-negara mana saja yang boleh diimpor bibitnya dan juga ketegasan dan kewibawaan RTRW di masing-masing daerah.
Dalam acara itu tampil juga sebagai pembicara antara lain Drh Bambang Erman, Dr Ir Maradoli Hutasuhut, Brian Edwards dengan pemandu Drh Mulyawan Sapardi (mantan Kepala BBPH IV Yogyakarta) Dr Ir Polung Siagian (Dosen Fapet IPB). (iyo)

Alltech Luncurkan Website Mikotoksin

Dunboyne, IRLANDIA – Website pertama di dunia mengenai informasi mikotoksin, yaitu www.KnowMycotoxins.com, diluncurkan pada tanggal 16 Juli 2007. Website yang bekerja sama dengan Alltech ini bertujuan untuk berbagi informasi kepada berbagai segmen pasar di dalam industri pakan hewan yang terus menerus ditantang untuk menyelesaikan beragam kendala yang disebabkan oleh mikotoksin di dalam pakan ternak dan tentu saja yang berhubungan dengan performa ternak.
Website www.KnowMycotoxins.com sangat interaktif sehingga memungkinkan pembaca untuk berpartisipasi di dalam forum diskusi dan melakukan web cast dengan para ahli di indusri ini. Website ini ditargetkan untuk semua level baik produsen produksi peternakan, nutrisionis, hingga dokter hewan. Website ini memungkinkan mereka memperoleh semua yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menghadapi isu-isu mikotoksin yang semakin berkembang.
“Ini adalah suatu hal yang fantastis dimana ada satu pusat informasi yang khusus membahas mengenai beragam isu mikotoksin” komentar Prof. Trevor Smith, University Guelph, Kanada, yang hadir pada acara peluncuran website. “Ini adalah wilayah yang menjadi keprihatinan kita di industri agrikultur dan harus mulai disosialisasikan kepada masyarakat,” tambahnya lagi
Dr. Pearse Lyons, president Alltech menambahkan, “Tujuan kami adalah untuk menyampaikan informasi teknis dan praktis kepada mereka yang mencari cara terbaik untuk menjaga kesehatan ternaknya.”
25% biji-bijian di dunia telah terkontaminasi mikotoksin pada tahun 1985. Hal ini dapat menyebabkan dampak yang merusak kesehatan hewan dan menimbulkan biaya tambahan hingga jutaan rupiah setiap tahunnya. Dampak global yang disebabkan oleh mikotoksin telah disadari oleh institusi pemerintahan di seluruh dunia dan baru-baru ini Komisi Eropa untuk Uni Eropa mengeluarkan peraturan baru mengenai ‘Rekomendasi kadar mikotoksin pada produk-produk yang ditujukan untuk pakan ternak,’ dalam rangka membatasi tingkat kontaminasi mikotoksin di dalam biji-bijian.
Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.KnowMycotoxins.com atau hubungi kantor Alltech terdekat. (Infovet)

ASOHI Selenggarakan Pelatihan Registration Officer

Bertempat di Hotel Menara Peninsula, Selasa 26 Juni 2007 diselenggarakan pelatihan Registration Officer Obat Hewan oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bekerjasama dengan Subdit Pengawasan Obat Hewan, Ditkeswan, Deptan. Acara ini diikuti puluhan peserta perwakilan dari berbagai perusahaan obat hewan di Indonesia.
Menurut Ketua Panitia Drh Ketut Satia Budi Dharma, pelatihan ini diadakan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan ruang lingkup registrasi di bidang obat hewan terutama bagi para aparatur yang menangani kegiatan dibidang pendaftaran obat hewan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor: 02/Kpts/LB.450/F/03/06 tentang Prosedur Tetap Permohonan Pendaftaran Obat Hewan.
Pelatihan ini sangat diperlukan dan sangat penting karena dalam perjalanannya masih banyak hal yang perlu diperhatikan terutama dalam hal teknis dan kelengkapan data dalam proses pendaftaran obat hewan yang merupakan salah satu syarat agar obat hewan dapat beredar di lapangan.
”Kami harapkan agar melalui Pelatihan ini terjadi peningkatan kemampuan para petugas registrasi dalam mengisi dokumen pendaftaran sehingga proses registrasi dapat berjalan lebih lancar,” ujar Drh Ketut Satia.
Materi yang penting dari pelatihan ini diantaranya adalah Alur Registrasi Obat Hewan, Kelengkapan dokumen registrasi, Penjelasan Tiap Lembar Formulir Registrasi dari tiap kelompok sediaan (Biologik, Farmasetik, Premik dan Alami) dan disertai Simulasi Pengisian Formulir. Seluruh peserta mengikuti keseluruhan acara dengan antusias dan menyerap manfaat luar biasa dari pelatihan ini. (wan)

DEGUSSA KUNJUNGI PT SINTA PRIMA FEEDMILL

Pada 13 Juli 2007 lalu PT Sinta Prima Feedmill dengan gembira menerima wakil-wakil dari Degussa Feed Additivies untuk mengunjungi dan melihat langsung dari dekat proses produksi pabrik pakan PT Sinta Prima Feedmill di Cileungsi, Bogor yang merupakan produsen pakan unggas dan ikan terkemuka di Indonesia. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelatihan internal Departemen Pemasaran Degussa Feed Additives di Jakarta dari tanggal 9-13 Juli 2007.
Degussa Feed Additives merupakan salah satu produsen asam amino sintetis yang terbesar di dunia dengan kantor cabang di lebih dari 100 negara. Delegasi Degussa yang berkunjung ke PT Sinta Prima Feedmill dipimpin oleh Clare Torralba selaku Regional Business Director di Asia beserta perwakilan dari berbagai negara seperti Jerman, Denmark, Jepang, Korea, Thailand, Filipina, Vietnam, India, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Dr Alfred Petri, Direktur Marketing Degussa Feed Additives dari Jerman menyatakan salut pada PT Sinta Prima Feedmill atas penataan lingkungan pabrik yang begitu baik serta sanitasi yang bersih hingga memenuhi standar kualitas dalam pembuatan pakan ternak. Komentar serupa juga dikemukakan oleh para delegasi dari Australia, Korea dan lainnya dimana lingkungan pabrik yang bersih merupakan hasil dari kontrol manajemen yang baik dan terarah.
Ibu Candra Yanuartin, selaku Direktur PT Sinta Prima Feedmill, mengatakan bahwa kunjungan dari Degussa memberikan masukan dan perbandingan feedmill dari berbagai negara sehingga dapat membuka wawasan bagi para manajer PT Sinta Prima Feedmill yang hadir dalam acara tersebut.
Kerjasama antara PT. Sinta Prima Feedmill dan Degussa Feed Additives telah berlangsung sangat baik sehingga diharapkan dapat terus berkembang dan memberi manfaat bagi kedua belah pihak. (wan)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer