Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini JANGAN SAMPAI ANAK BOSAN MAKAN TELUR | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

JANGAN SAMPAI ANAK BOSAN MAKAN TELUR

Olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. (Foto: Istimewa)

Jika anak bosan mengonsumsi telur ceplok, dadar, atau sambal balado, cobalah berganti dengan aneka olahan yang berbeda dari biasanya. Beda olahan, asupan gizi telur tetap didapat.

Masa pandemi COVID-19 yang masih terus terjadi, membuat siapapun merasa bosan. Bosan berdiam di rumah, tak bisa wisata kuliner atau sekadar menikmati suasana rekreasi lainnya. Kebosanan juga dirasakan oleh anak-anak yang terbiasa menikmati aneka santapan di luar rumah.

Namun bagi kaum ibu, memiliki kepiawaian tersendiri untuk menghilangkan kebosanan buah hatinya untuk urusan menu makanan. Untuk anak-anak mereka yang gemar memakan telur, banyak cara yang dilakukan para ibu rumah tangga yang “menyulap” sebutir telur menjadi menu yang menarik.

Siapapun tahu bahwa telur memiliki kandungan protein tinggi. Telur juga menjadi menu favorit bagi masyarakat untuk memenuhi asupan gizi setiap hari. Selain praktis dalam mengolahnya, protein hewani ini juga tak sulit untuk didapatkan. Di warung, minimarket, hingga supermarket menyediakan.

Kepintaran seorang ibu dalam menyajikan menu yang bervariasi menjadi kunci anak-anaknya tak mudah bosan mengonsumsi telur. Olahan telur yang monoton bukan hanya membuat anak bosan, namun juga memicu anak enggan menyantap dan mulai beralih ke menu makanan lain yang bisa jadi kandungan gizinya di bawah telur.

“Kalau anak sudah bosan dengan olahan telur dadar atau ceplok, saya biasanya cari resep lain yang anak belum pernah coba, tapi tetep pakai bahan telur,” tutur Rina Nurkhikmah, ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita yang pintar masak ini, banyak varian makanan yang bisa diolah dengan menggunakan telur sebagai bahannya. Dalam seminggu, setidaknya tiga hari ia menyiapkan menu telur untuk keluarganya. Olahnya berganti-ganti, mulai dari telur bulat sambal balado, dadar Jawa, kadang dibuat gulai telur.

“Sebisa mungkin saya resep olahan telur, biar anak saya enggak bosan, karena memang anak-anak suka makan telur,” tambahnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Prof Dr Ir Ali Khomsan, juga berpendapat sama. Variasi dalam mengolah telur penting dilakukan agar anak-anak tak mudah bosan mengonsumsi, seperti dibuat omelet, dicampur dengan bahan makanan lain, sehingga lebih nikmat dan tidak membosankan. Dengan cara membuat variasi sajian, maka asupan protein dari telur juga bisa menjadi lebih baik.

“Sesuatu yang dimakan secara rutin setiap hari memang membosankan, kecuali makan nasi. Tapi kalau makan telur setiap hari bisa bosan,” ujarnya.

Menurut Ali Khomsan, kebosanan konsumsi telur bisa dihindari jika diselingi dengan sumber protein lainnya. Misal, dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau sumber protein lainnya. Kuliner Indonesia cukup bagus dalam mengolah telur dengan variasi penyajiannya, sehingga tidak membosankan.

Banyak Varian 
Di zaman serba digital saat ini mencari informasi teknik membuat varian menu berbahan telur ayam tidaklah sulit. Cukup banyak portal wisata kuliner, bahkan media sosial, yang menyuguhkan tutorial lengkap memasak makanan berbahan baku telur. Kadang, dilengkapi dengan foto hasil olahan yang menggoda selera.

Misalnya, olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. Olahan ini memiliki kekhasan dalam rasa. Selain ada rasa gurih dari telurnya, juga ada rasa manis dari bumbu kecap dan aroma rempahnya.

Jika keluarga bosan dengan sajian telur yang itu-itu saja, tak ada salahnya jika mencoba berganti olahan ala menu negara luar. Misalnya, menu Masala asal India, Huevos Rancheroz dari Meksiko, atau Oeoufs Au Plat Bressane ala Perancis semacam roti yang dipanggang dengan krim dan telur.

Panduan teknik mengolahnya bisa didapatkan di internet. Cukup ketik “varian menu telur”, dijamin akan muncul puluhan resep pilihan. Dengan tutorial yang lengkap dan mudah, para ibu rumah tangga pasti mampu membuatnya.

Varian olahan telur semacam ini sudah barang tentu akan menarik perhatian anak untuk menyantapnya. Bentuk olahannya beda, namun kandungan gizi dalam telur tetap didapat.
Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, asupan gizi dari protein hewani dalam telur sangat dibutuhkan. Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana dengan orang dewasa, benarkah sebaiknya dibatasi mengonsumsi telur setiap hari? Bagi sebagian orang, mengonsumsi telur setiap hari tidak masalah. Namun ada juga yang khawatir terkena kolesterol. Menurut Ali Khomsan, meskipun nikmat, namun menikmati telur juga harus diperhatikan jumlahnya. “Kita mesti bijak dalam mengonsumsi,” katanya.

Menurut dia,  untuk orang Indonesia mengonsumsi telur lebih dari satu butir sehari tidak masalah, karena konsumsi pangan hewan lainnya seperti daging dan susu masih rendah. Oleh karena itu, konsumsi telur menjadi alternatif karena harganya lebih murah.

Kampanye Harus Gencar
Rendahnya tingkat konsumsi telur masyarakat Indonesia selama ini menjadi pemberitaan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian pada 2016, menunjukkan rata-rata konsumsi telur ayam ras/kapita/tahun  99.796 butir.

Data lain menyebutkan pada 2017, konsumsi telur di Indonesia mencapai 18,44 kg/kapita/tahun. Tahun 2018 mencapai 17,73 kg/kapita/tahun, pada 2019 mencapai 17,77 kg/kapita/tahun. Namun terjadi peningkatan cukup signifikan pada 2020, yakni mencapai 28,16 kg/kapita/tahun.

Menurut Ali Khomasan, upaya peningkatan konsumsi telur ayam (termasuk daging ayam) harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu. Sebab itu, kampanye konsumsi telur perlu ditingkatkan lagi.

“Di level masyarakat kampanye ini bisa dilakukan melalui posyandu (pos pelayanan terpadu), di level nasional paling tidak Dirjen Peternakan atau Menteri Pertanian yang menyuarakan,” ujarnya.

Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Publik perlu terus diedukasi bahwa telur dan daging ayam merupakan sumber protein hewani yang ekonomis. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur ayam terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya, maka telur dan daging ayam lebih murah harganya. (AK)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer