Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini PSPP UNIVERSITAS PAHLAWAN AJARKAN PETERNAK MEMBUAT SILASE | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PSPP UNIVERSITAS PAHLAWAN AJARKAN PETERNAK MEMBUAT SILASE

Pelatihan pembuatan silase yang diselenggarakan Pusat Studi dan Pengembangan Peternakan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. (Foto: Dok. Sadarman)

Saat ini pembuatan silase sudah banyak diketahui peternak. Silase disebut sebagai model pengawetan basah dari beragam bentuk bahan pakan dan/atau pakan pada kondisi yang benar-benar ketersediaannya melimpah. Disebut sebagai pengawetan basah, karena bahan pakan yang akan diawetkan harus memenuhi beragam persyaratan, salah satunya berkadar air hingga 65%.

Untuk lebih memasyarakatkan teknologi pengawetan bahan pakan dengan pembuatan silase, Pusat Studi dan Pengembangan Peternakan (PSPP) Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai menyelenggarakan pelatihan pembuatan silase. Kegiatan dilaksanakan pada akhir Februari 2021 di Desa Gerbang Sari, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau, sekaligus didukung Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) Dewan Pengurus Wilayah Riau dan Majalah Infovet.

Hadir sebagai pembicara dalam pelatihan tersebut adalah Dr Ir Sadarman beserta tim, Kepala Desa Gerbang Sari, anggota Kelompok Tani Ternak Buana dan masyarakat. Dalam penyampaiannya, Sadarman menyebutkan bahwa salah satu hal yang diperlukan dalam kegiatan memelihara ternak sapi adalah pakan, baik Hijauan Pakan Ternak (HPT) maupun pakan penguat dari konsentrat.

“Rumput adalah pakan utama bagi sapi dan pemamahbiak lainnya. Berserat kasar tinggi sehingga akan terjadi gangguan jika kebutuhan serat kasar tidak terpenuhi, minimal sekitar 13% dari bahan kering pakan yang dikonsumsinya,” kata Sadarman.

Ia menambahkan, HPT pada dasarnya berfungsi menjaga organ-organ pencernaan agar dapat bekerja lebih baik, mengenyangkan dan dapat mendorong keluarnya kelenjar pencernaan.

Berbeda dengan HPT, pakan penguat yang diberikan pada sapi dapat berperan sebagai pelengkap kekurangan nutrien penting untuk pertumbuhan dan perkembang biakan sapi, seperti protein.

“Rumput dan HPT lain minim kandungan protein, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrien sapi dan ternak ruminansia lainnya, sehingga harus diberi pakan penguat berupa konsentrat,” tambahnya.

Terkait dengan teknologi pengawetan pakan dengan silase, Sadarman menyebut bahan pakan apa saja bisa dilakukan, asalkan bahan pakan tersebut dapat memenuhi kriteria penting sebagai persyaratan untuk disilasekan.

“Kita dapat membuat silase berbahan dasar rumput atau HPT lainnya, hal yang sama juga bisa dari produk samping industri pertanian, seperti ampas tahu, ampas kecap dan lainnya, yang penting kandungan air maksimal dari masing-masing bahan maksimal 65%,” jelas alumni Program Doktoral Ilmu Nutrisi dan Pakan, IPB.

Pembuatan silase pada dasarnya bertujuan untuk mengawetkan, meningkatkan palatabilitas dan meminimalkan kehilangan nutrien bahan pakan yang disilasekan. Terkait dengan proses pembuatannya, Ketua PSPP Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai ini menyebutkan bahwa dalam pembuatan silase setidaknya ada empat hingga enam fase yang harus dilalui.

Kendati demikian, kebanyakan peternak hanya memilih empat fase saja dan ini sudah sesuai dengan prosedural dalam pembuatan silase tersebut. “Wajib dilalui empat fase saja, mulai dari fase aerob, fermentasi, stabil dan fase pemanenan, semuanya mempunyai peran masing-masing,” kata Sadarman yang juga Dosen Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan UIN Suska Riau.

Terkait dengan tata cara pembuatannya, hal pertama yang harus diperhatikan adalah materialnya. Jika rumput maka hal yang perlu dilakukan adalah mengecilkan partikel melalui pemotongan dengan ukuran 1-3 cm, lalu diangin-anginkan. Proses tersebut bertujuan untuk mendapatkan kadar air sekitar 65-70%.

Di samping itu, penambahan aditif silase juga sangat diperlukan, terutama HPT dengan kandungan karbohidrat terlarut dalam air rendah. “Perlu ditambahkan bahan lain seperti dedak halus, molase, bekatul, onggok dan lainnya, peran dari bahan-bahan ini adalah sebagai sumber energi, sedangkan untuk mempercepat perbanyakan Bakteri Asam Laktat (BAL), diperlukan inokulum, bisa dari EM4,” ucap dia. 

Terkait dengan penggunaan inokulum, dia mengatakan dapat dilakukan, hal ini karena goal dari ensilase tersebut adalah menghasilkan silase dengan pH rendah atau pH asam.

“Harapannya penurunan pH berbanding lurus dengan tingkat populasi BAL, peningkatan BAL sejalan dengan terjadinya penurunan pH, pH akan mendekati 3.50-3, ini yang disebut dengan silase dengan pH excellent,” pungkasnya.

Silase dengan pH excellent akan menunjukkan karakter dengan kualitas yang juga baik. Diantara batasan terkait dengan kualitas silase, dapat dilihat dari tingkat kehilangan bahan kering, warna, aroma, tekstur dan pertumbuhan jamur selama ensilase berlangsung. (Sadarman)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer