Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Sapi Canchim dan Prospek Pengembangannya di Indonesia | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Sapi Canchim dan Prospek Pengembangannya di Indonesia


Sapi Canchim merupakan sapi potong hasil persilangan dari Brazil yang memiliki proporsi darah sebesar 62,5% Charolais (Bos taurus) dan 37,5% Zebu (Bos indicus) (Andrade et al., 2008). Pada tahun 1922 sampai 1936 pemerintah Brazil mengimpor sapi Charolais untuk program persilangan (crossbreding) dengan sapi Zebu. Beberapa sapi Zebu seperti Gir dan Nelore telah didatangkan ke Brazil sebelumnya sejak akhir abad ke-20 dari India. Sapi Charolais dipilih untuk program persilangan karena mampu beradaptasi dengan baik di wilayah Brazil tengah yang beriklim tropis.

Pada tahun 1940, Dr Antonio Teixeira Viana melakukan pengamatan terhadap sapi-sapi Zebu yang memiliki proporsi darah sapi Charolais berbeda, yaitu 62,5% dan 37,5%. Hasil dari pengamatan tersebut mendapatkan data bahwa sapi Zebu dengan proporsi darah 62,5% Charolais memiliki perdagingan yang baik, tahan terhadap stress panas dan parasit, serta memiliki warna yang seragam. Bangsa sapi Zebu yang digunakan untuk membentuk sapi Canchim umumnya adalah sapi Nelore atau Ongole.

Tahun 1971 dibentuk Brazilian Association of Canchim Cattle Breeders (BACCB), yaitu suatu organisasi peternak sapi Canchim di Brazil dan telah memulai program rekording pada tahun 1972. Pada 1983 Pemerintah Brazil menetapkan sapi Canchim sebagai bangsa sapi (breeds) asli Brazil. Nama Canchim pada sapi ini diambil dari nama pohon yang tumbuh subur di habitat asalnya. Sapi Canchim memiliki warna tubuh yang sama seperti sapi Charolais. Hal itu disebabkan karena proporsi darah sapi Charolais pada sapi Canchim lebih banyak dibandingkan dengan sapi Zebu.

Produktivitas 
Meirelles et al. (2015) melaporkan bahwa berat potong, luas mata rusuk dan tebal lemak punggung pada sapi Canchim masing-masing sebesar 318,78 ± 58,62 kg; 47,50 ± 9,86 cm² dan 2,13 ± 0,78 mm.

Selain itu, pertambahan berat badan harian sapi Canchim jantan pada tahap penggemukan mencapai 1,26 kg/hari dengan persentase karkas sebesar 52,40% (Baldin et al., 2013). Pires et al. (2017) telah melaporkan beberapa sifat produksi pada sapi Canchim, antara lain berat lahir (34,70 kg), berat sapih (202,00 kg), berat setahunan (305 kg) dan umur pertama kali beranak 36,65 bulan. Dari data tersebut terlihat bahwa sapi Canchim memiliki potensi genetik yang baik sebagai sapi potong di Brazil.

Prospek Pengembangan 
Upaya untuk membentuk sapi Canchim di Indonesia sangat memungkinkan, karena salah satu bahan baku persilangan yaitu sapi Zebu tersedia dalam jumlah yang banyak. Beberapa bangsa sapi lokal di Indonesia yang termasuk sapi Zebu adalah sapi Brahman, Aceh, Madura, Peranakan Ongole (PO) dan Sumba Ongole (SO). Sapi PO, SO dan Brahman merupakan tipe sapi yang memiliki ciri fenotip sama seperti sapi Nelore, sehingga dapat digunakan untuk membentuk sapi “Canchim Indonesia” melalui teknik inseminasi buatan (IB) menggunakan sperma beku (straw) sapi Charolais. Sperma beku sapi Charolais telah tersedia di beberapa Balai Inseminasi Buatan (BIB). Sebagai informasi awal, pedet dengan proporsi darah 50% Charolais dan 50% SO yang dipelihara di PT Karya Anugerah Rumpin, Bogor, memiliki berat lahir sebesar 40 kg (jantan) dan 30 kg (betina). Skema persilangan untuk membentuk sapi Canchim bisa dilihat pada gambar yang disajikan dalam artikel ini.


Model persilangan seperti pada sapi Canchim secara teknis dapat dilakukan di Indonesia, karena ketersediaan materi genetik yang sama. Akan tetapi, dalam program persilangan tersebut harus dievaluasi apakah sapi potong dengan proporsi darah seperti sapi Canchim mampu beradaptasi di Indonesia. Selain itu, darah sapi Zebu yang digunakan untuk program persilangan harus dievaluasi, lebih cocok menggunakan sapi PO, SO atau Brahman. Pola persilangan pada sapi Canchim sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut guna mendapatkan tipe sapi potong yang bernilai ekonomi tinggi. Oleh karena itu, kontribusi para breeder di Indonesia dalam membentuk sapi komposit unggul sangat diharapkan agar cita-cita swasembada daging sapi dapat terwujud.

Widya Pintaka Bayu Putra
Peneliti Pemuliaan dan Genetika Ternak
di Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI
widya.putra.lipi@gmail.com

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer