Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini PELUANG BISNIS PULLET PETELUR | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PELUANG BISNIS PULLET PETELUR

Bisnis ayam petelur, khususnya pullet memiliki peluang yang besar.
Banyak peternak ayam petelur di tanah air mengeluh karena sulitnya mencapai standar performa ayam petelur yang disarankan perusahaan pembibitan (breeder), walau telah melakukan berbagai usaha saat masa produksi. Kenyataan ini disebabkan masih minimnya peternak yang memberikan perhatian terhadap kualitas ayam remaja atau istilahnya “pullet” dan bahkan tidak paham tentang pentingnya periode tersebut. Peternak biasa berupaya dengan peningkatan pemberian ransum dan perbaikan program kesehatan (vaksinasi dan pengobatan), namun hal ini tidak menyelesaikan akar masalah, karena kedua upaya tersebut bukanlah unsur yang dapat menjadi solusi. Akar permasalahan yang sesungguhnya ialah rendahnya kualitas pullet.
Pullet adalah ayam ras petelur yang dipelihara dari umur 0-13 minggu atau 0-16 minggu, jadi pemahaman mengenai pullet perlu dipahami oleh peternak sebelum terjun ke bisnis ayam petelur, mulai dari ciri-ciri pullet berkualitas sampai cara membentuk atau menciptakan pullet yang berkualitas. Kesemuanya itu sangat perlu diketahui oleh peternak, baik peternak yang memulai usahanya sejak DOC atau yang memulai usaha dari membeli pullet jadi.

Peluang Usaha yang Terbuka Lebar
Seperti yang sudah dijelaskan, pullet merupakan ayam ras petelur yang dipelihara sejak umur 0-16 minggu, namun sebenarnya baru bisa disebut pullet jika telah memasuki umur 12-16 minggu. Umumnya proses pemindahan pullet ke kandang baterai (kandang sangkar petelur) baru dilakukan ketika ayam berumur 13 minggu atau 16 minggu. Hal tersebut dilakukan karena ayam ras petelur akan mulai bertelur saat umur 18 minggu, sehingga ayam diberi waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan kandang yang baru.
Populasi ayam petelur selalu meningkat dari tahun ke tahun, berdasarkan Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, sampai 2014 tercatat populasi ayam ras petelur di Indonesia mencapai 146.660.415 ekor (tahun 2012 tercatat masih 130.539.437 ekor). Jika umur produksi ayam ras petelur rata-rata mencapai 90 minggu, maka kebutuhan pullet setiap minggunya adalah 1.629.560 ekor, itupun hanya untuk peremajaan (replacement) dan belum termasuk penambahan populasi. Ini menunjukkan bahwa bisnis ayam petelur, khususnya pullet memiliki peluang yang besar. Tentu saja hal ini dilihat dari adanya sebagian besar peternak layer yang umumnya tidak mau repot-repot dan mengambil resiko membesarkan sendiri sejak dari DOC, kemudian membeli pullet jadi. Tidaklah mengherankan bila harga ayam pullet cukup stabil dan selalu tinggi, karena masih sangat sedikit peternak yang terjun ke dalam bisnis pullet. Selain itu, permintaan (demand) pullet selalu tinggi dan cenderung terus bertambah. Ini tidak terlepas dari permintaan telur ayam ras yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi penduduk dan meningkatnya kesadaran gizi masyarakat, serta berkembangnya usaha kuliner dan pabrik makanan yang membutuhkan bahkan baku berupa telur ayam.

Pilihan Membeli Pullet atau Membesarkan Sendiri
Bisnis pullet dikatakan meraih profit alias menguntungkan karena berdasarkan hasil perhitungan dan hasil wawancara dengan peternak pelaku bisnis ini, dimana mereka menyatakan bahwa, selisih harga antara membeli pullet dengan memelihara/membesarkan sendiri sejak DOC sekitar Rp 10.000-15.000 per ekor. Perbedaan tersebut disebabkan oleh grade DOC, OVK (Obat, Vaksin dan Karyawan), pakan dan perlakuan yang diterapkan, performa pullet, serta jumlah ayam yang dipelihara.
Sebagai ilustrasi, bila selisih harga Rp 10.000 per ekor, berarti untuk 1.000 ekor pullet ada biaya Rp 10 juta yang harus dikeluarkan peternak pembeli. Bagaimana bila peternak memelihara 100.000 ekor, bisa diperhitungkan berapa selisihnya? Tentu saja akan diperoleh angka rupiah yang lebih besar. Jadi menengok besarnya selisih harga pullet, maka pemeliharaan khusus pullet bisa dijadikan bisnis yang sangat menjanjikan, di samping untuk keperluan sendiri dengan syarat farm/peternakan dikelola dengan manajemen professional, sehingga mampu memproduksi pullet berkualitas yang mampu menyedot kepercayaan konsumennya.
Memulai beternak ayam petelur dengan membesarkan sendiri pullet sejak DOC dan membeli pullet, masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan. Adapun alasan peternak memilih membeli ayam pullet jadi antara lain: 1) Peternak atau calon peternak ingin serba instan, dengan berharap segera memperoleh/memanen telur tanpa menunggu lama. 2) Peternak atau calon peternak tidak sepenuhnya menguasai manajemen pembesaran ayam pullet. 3) Karena keterbatasan luas lahan, di mana untuk pemeliharaan dari DOC sampai pullet harus terpisah dari kandang petelur dewasa untuk menghindari penularan penyakit dari ayam besar ke ayam kecil. 4) Keterbatasan tenaga kerja dan peralatan kandang yang dimiliki. 5) Ingin praktis dan tidak mau repot dengan jadwal vaksinasi, pengobatan, penimbangan, seleksi, grading yang padat di periode pullet.
Kelemahan bila membeli ayam pullet jadi antara lain: 1) Umur produksi (umur mulai bertelur) bisa mundur jika penanganan stress ayam (stress transportasi, kandang baru, cuaca baru dll) kurang tepat. 2) Peternak tidak mengetahui performa produksi sesungguhnya, terutama bila penyedia/penjual pullet tidak memiliki track record/recording yang jelas dan rapih, misalkan membeli pullet umur 13 minggu dengan standard bobot 1,10-1,14 kg, apakah peternak bisa mengetahui pullet tersebut berasal dari umur, strain, grade yang baik? Bila berbeda, maka program pengobatan (medikasi) tentunya seharusnya berbeda pula yang akhirnya performa produksi tidak bisa dioptimalkan mencapai standard produksi di samping riwayat kesehatannya tidak diketahui.
Sedangkan kelemahan membesarkan pullet sendiri antara lain : 1) Peternak membutuhkan waktu lebih lama sampai ayam memproduksi telur dan mulai memanennya. 2) Dibutuhkan lahan tambahan untuk kandang pembesaran. 3) Resiko kematian ayam lebih tinggi. 4) Dibutuhkan tenaga kerja lebih banyak. 5) Diperlukan ketelitian dan pengetahuan manajemen pra produksi yang handal.

Analisis Bisnis Pullet
Suatu usaha akan dilakukan bila menghasilkan keuntungan bagi pelakunya, dalam hal ini peternak. Untuk menilai suatu usaha perlu diadakan suatu kajian mendalam mengenai kelayakannya, yaitu untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha dilakukan. Berikut disajikan Analisis Bisnis Ayam Pullet (Ferry Tamaluddin, 2013).

A.   Asumsi
Untuk menghitung kelayakan usaha pullet dibutuhkan asumsi sebagai berikut:
a.    DOC Layer yang akan dipelihara 4.000 ekor.
b.    Ayam dipelihara selama 13 minggu di kandang terbuka (open house) milik pribadi.
c.    Jumlah pekerja satu orang dengan gaji Rp 2.200.000 per bulan.
d.    Kematian (mortalitas) ayam 2%.
e.    Harga pakan pre-starter Rp 6.500/kg, starter Rp 6.200/kg dan grower Rp 6.150/kg.
f.       Harga sekam padi Rp 3.000/kg.
g.    Harga jual pullet Kualitas I Rp 4.000/minggu atau harga pullet umur 13 minggu Rp 52.000/ekor.

B.   Biaya Produksi

Biaya tetap (a)
(Rp)
Penyusutan kandang
1.600.000
Penyusutan peralatan
800.000
Jumlah
2.400.000

Biaya variabel (b)
(Rp)
Pembelian 4.000 ekor DOC @Rp 8.000
32.000.000
Pembelian 800 kg pakan pre-starter @Rp 6.500
5.200.000
Pembelian 2.800 kg pakan starter @Rp 6.200
17.360.000
Pembelian 12,000 kg pakan grower @Rp 6.150
73.800.000
Pembelian OVK untuk 4.000 ekor @Rp 2.000
8.000.000
Biaya operasional untuk 4.000 ekor @Rp 3.500
14.000.000
Jumlah
150.360.000
Total Biaya Produksi (a + b)
152.760.000

C.   Penerimaan

Keterangan
(Rp)
Penjualan 3.920 ekor ayam pullet @Rp 52.000           
203.840.000
Penjualan 360 karung kotoran ayam @Rp 5.000         
1.800.000
Total Biaya
205.640.000

D.   Keuntungan

Profit
(Rp)
Penerimaan
205.640.000
Total biaya
152.760.000
Jumlah (-)
52.880.000

E.    Analisa Usaha
Analisa Usaha digunakan untuk meninjau kelayakan sebuah usaha/bisnis yang akan dilaksanakan. Indikator yang digunakan ialah menilai Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) dan Break Even Point (BEP)
1.    R/C Ratio
R/C Ratio           = Penerimaan / Biaya Produksi
                        = Rp 205. 640.000 / Rp 152.760.000
                        = 1,35
Artinya angka 1,35 menunjukkan bisnis pullet yang dilaksanakan menguntungkan.

2.    BEP
BEP Harga         = Total Biaya / Total Produksi Pullet
                        = Rp 152.640.000 / 3.920 ekor
                        = Rp 38.969/ekor
BEP Jumlah        = Total Biaya / Harga Jual
                        = Rp 152.760.000 / Rp 52.000/ekor
                        = 2.938 ekor
Artinya bisnis pullet ini tidak akan mendapatkan keuntungan maupun kerugian, bila menjual ayam pullet dengan harga Rp 38.969/ekor (mortalitas 2%). Sementara itu, jika harga jualnya Rp 52.000/ekor, jumlah ayam pullet yang harus diproduksi 2.938 ekor (mortalitas 2%).

Sekian gambaran mengenai bisnis ayam pullet yang menjanjikan. Selamat mengisi peluang bisnis ini dan semoga sukses. (SA)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer