Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Broiler kian BERUBAH, bagaimana Manajemennya???

Secara nyata sifat ayam pedaging menurun atau berubah. Kondisi ideal atau keadaan yang tanpa kendala merupakan hal yang tidak mudah ditemui. Maka banyak faktor yang harus diperhatikan agar pertumbuhan ayam pedaging optimal. Tidak bisa dengan memakai manajemen peternak masa sebelumnya, manajemen di kandang menuntut peternak selalu menemukan hal yang baru dan lebih baik.

Technical Support di Tim Marketing PT Sierad Produce Tbk Sidoarjo Drh Mulyanto menyatakan penampilan ayam pedaging sudah berubah seiring dengan kemajuan rekayasa genetika yang diterapkan untuk mencipta bibit ayam pedaging unggul. Pendeknya, ayam pedaging modern telah menjadi hasil rekayasa genetika dengan tingkat pertumbuhan tubuh yang cepat.

Dari tahun ke tahun sifat ayam pedaging terus menyesuaikan perubahan ini. Guna mengoptimalkan kemampuan produksi ayam pedaging ini, sayangnya telah mengorbankan bagian lain, seperti sistem kekebalan tubuh. “Sistem imunologi akan dikorbankan,” kata Drh Mulyanto yang alumnus FKH Unair ini.

PETERNAK HARUS ‘IMPROVE’

“Peternak harus selalu ‘improve’, menyesuaikan dan sampai mendapatkan kecocokan dengan kondisi terbaru,” ujar Drh Mulyanto. Kalau perusahaan pembibitan menetapkan standar-standar tertentu dalam pemeliharaan ayam sesuai dengan masa-masa hidupnya seperti awal pemeliharaan, masa pertumbuhan dan masa panen, penerapan di lapangan, “Lebih membutuhkan kemampuan manajerial dari peternak,” tegasnya.

Lebih baik pada aplikasi di lapangan ini berarti peternak lebih disiplin. Di sisi lain hal ini butuh biaya yang berarti segala penyesuaian di lapangan butuh dana tambahan. Soal penyesuaian di lapangan ini, di antaranya adalah kondisi kandang dan lingkungan kandang yang berpengaruh sebesar 70 persen bagi keseluruhan pemeliharaan hingga produksi atau panen.

Hanya dengan cara ‘improve’ yang berarti memperbaiki, memajukan, mengembangkan, memanfaatkan semua hal yang baik guna perbaikan dan pengembangan seperti yang demikian, peternak dapat mengimbangi upaya-upaya perbaikan genetik ayam pedaging yang telah dilakukan para ahli guna menghasilkan produksi terbaik. (selengkapnya baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING DARI A-Z

Karena sekarang genetik ayam pedaging dipaksa harus tumbuh sesuai dengan keinginan peternak, mau tak mau kita jangan memberi fasilitas yang tidak memadai. Fasilitas harus memadai, antara lain, bibit sudah bagus, pakan harus bagus, dan manajemen juga harus bagus. Semua merupakan benang merah tebal, yang patut dipegang keteguhannya dalam manajemen pemeliharaan ayam pedaging dari A-Z.

Adalah Drh A Syaiful Hadi Research & Development PT Sierad Produce Tbk Sidoarjo yang menegaskan kembali tentang kondisi terkini ayam pedaging. Menurutnya, ayam pedaging modern mengalami perkembangan yang sangat signifikan dibanding masa sebelumnya.

Ambillah salah satu tolok ukurnya adalah angka konversi pakan (FCR, Feed Conversion Rate) alias angka daya kecernaan pakan. Diungkap oleh Drh Syaiful Hadi, FCR ayam pedaging yang dulu 2,2 kemudian menjadi 2,1, selanjutnya menjadi 1,9 bahkan saat ini mencapai 1,7. Perkembangan yang sangat drastis di bidang angka kecernakan pakan.

Pertumbuhan ayam pedaging yang berkembang dengan cepat sendiri memang selalu membutuhkan kecukupan zat gizi. Namun sebaliknya, bila zat gizi untuk pembentukan otot dan tulang tidak terpenuhi niscaya akan muncul gejala-gejala kelumpuhan. Maka, perubahan angka kecukupan beberapa mineral dan vitamin selalu mesti diperhatikan. Tak mengherankan, perusahaan pembibitan selalu membuat pencatatan pemberian pakan dan hasilnya pada penampilan ayam, untuk perbandingan penampilan ayam dengan standar penampilan ayam pedaging yang ada.

Manajemen pemeliharaan ayam pedaging dari A-Z berarti manajemen pemeliharaan dari masa DOC dalam pemanasan atau pengindukan buatan sampai masa panen. “Sebaik-baiknya kualitas DOC maupun pakan jika tidak disertai dengan manajemen pemeliharaan yang baik maka penampilan yang dicapai akan tidak optimal dan maksimal,” tegas Drh A Syaiful Hadi.(selengkapnya baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010)


BERHASIL DI PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING DENGAN STRATEGI 4-4-3

Empat kunci sukses yang dimaksud adalah indikator bagi indeks prestasi pemeliharaan ayam pedaging yang baik yaitu bila angka konversi pakan (FCR) rendah, berat badan bagus, umur panen pendek, dan kematian kecil. Sementara 4 elemen strategis itu adalah bibit DOC (Day Old Chicken) yang baik, pola manajemen yang terukur dan teratur, pola pakan yang baik, dan program medikasi yang produktif. Ditambah lagi perhatian ekstra untuk 3 fase kritis kehidupan broiler yaitu fase saat ayam umur 0-12 hari, 12-21 hari dan 21 hari sampai panen.

Demikian diungkapkan Aria Bimateja SPt Sales Supervisor PT Sierad Produce Area Pare Kediri Jawa Timur saat ditemui Infovet disela customer gathering Sierad di Blitar.
Menurut Bima, demikian ia akrab disapa, kunci utama kesuksesan peternakan ayam pedaging ditunjukkan oleh kesuksesan di Indeks Prestasi atau Indeks Penampilan (Index Performance, IP). IP yang baik ini ditunjukkan oleh 4 indikator sebagai tolok ukur kesuksesan. 4 indikator bagi IP yang baik adalah bila angka konversi pakan (Feed Conversion Ratio, FCR) rendah, berat badan bagus, umur panen pendek, dan kematian kecil.

“Bagaimana mencapai 4 hal indikator itu semua secara baik? Dibutuhkan 4 elemen strategis,” ujar pria kelahiran 15 Desember 1980 ini. Menurutnya 4 elemen yang strategis itu adalah bibit DOC yang baik, pola manajemen yang terukur dan teratur, pola pakan yang baik, dan program medikasi yang produktif.

Aria Bimateja SPt memberi jaminan bila 4 elemen strategis tersebut dipenuhi secara disiplin, niscaya masalah penyakit ini dapat dieliminir, tertanggulangi dan dicegah. Dan lebih dari itu, 4 kunci sukses pemeliharaan ayam pedaging dapat dipenuhi guna produksi terbaik.


Selengkapnya mengenai materi pembahasan diatas silahkan baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010, info pemesanan dan berlangganan klik disini

Ajang Silaturahmi di INDOLIVESTOCK 2010

Indolivestock Expo & Forum bisa dikatakan telah menjadi ajang silaturahmi masyarakat peternakan terbesar di Indonesia. Hal ini sangat terasa dari perbincangan antar pengunjung baik di stand pameran, di area seminar maupun area lainnya. Banyak pengunjung yang sudah lama tidak bertemu dengan koleganya, dapat menjalin kembali silaturahmi dalam momen akbar ini.

Demikian halnya dengan Infovet. Sebagaimana Indolivestock Expo yang lalu dalam Indolivestock kali ini kami mengundang wartawan Infovet daerah yaitu Drh Untung Satriyo (Yogya), Drh Yonathan Rahardjo (Surabaya), Drh Masdjoko Rudiyanto MS (Bali), Sadarman, Spt, MSi. (Pekanbaru).

Dengan mengundang mereka ke arena Indolivestock, para wartawan daerah berkesempatan untuk melihat perkembangan dunia peternakan dan kesehatan hewan, sekaligus dapat bersilaturahmi dengan tim Infovet di Pusat. Kesempatan ini juga dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan peliputan khusus dari stand ke stand.

Kami pun berbagi tugas kegiatan. Ada yang melakukan liputan ke stand, liputan seminar, dan menjadi pemandu stand. Tak lupa setiap malam melakukan koordinasi sejauh mana rencana kegiatan yang telah disusun terealisasi. Hasil dari semua itu adalah artikel liputan khusus yang dapat anda simak dalam edisi ini.

Dalam pameran kali ini stand Infovet dan ASOHI digabung dalam satu unit stand. Dengan penggabungan ini stand menjadi lebih luas dan relatif lebih megah dibanding pameran sebelumnya. Selain itu para pengunjung juga dapat menikmati ”sajian” stand yang antara lain menampilkan tampilan data bisnis peternakan dan obat hewan, buku-buku terbitan Gita Pustaka, informasi kegiatan seminar dan training, serta informasi berlangganan majalah Infovet.

Informasi data bisnis peternakan dan obat hewan tampak sangat diminati para pengunjung dari kalangan pemerintah dan pebisnis. Beberapa pengunjung dari luar negeri sengaja memotret tampilan data tersebut untuk oleh-oleh ke negaranya. Bahkan Menteri Pertanian Ir Suswono seusai membuka acara Indolivestock Expo berkunjung cukup lama di stand kami ketika ditunjukkan data ekspor obat hewan yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam kunjungan ke stand tersebut Menteri Pertanian memberikan apresiasi khusus kepada ASOHI khususnya ke eksportir obat hewan melalui Ketua Umum ASOHI Drh Rakhmat Nuriyanto yang menyambut hangat kehadiran Mentan di stand kami.

Tampaknya, Indolivestock Expo bukan saja meningkatkan silaturahmi di antara kami, melainkan juga silaturahmi antara kami dengan Menteri Pertanian serta tokoh-tokoh peternakan dan kesehatan hewan lainnya. (*)

Mahasiswa FKH UGM Ingatkan Bahaya Global Warming

Masalah lingkungan sudah selayaknya menjadi sorotan berbagai macam pihak, bukan hanya beberapa kalangan atau lembaga yang bergerak dalam konservasi tetapi juga untuk semua lapisan masyarakat termasuk calon dokter hewan, hal itu mencuat dalam Seminar Nasional Global Warming yang diselenggarakan oleh BEM FKH UGM Yogyakarta pada Minggu 18 April 2010. Tema yang diangkat adalah dampak perubahan iklim terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Seperti yang diketahui bersama perubahan iklim merupakan salah satu masalah lingkungan yang dihadapi pada saat ini dan perubahan lingkungan ini tentunya juga berimbas pada kesehatan masyarakat baik dalam segi kedokteran maupun kedokteran hewan.

Kita bisa ambil beberapa kasus yang telah terjadi pada masyarakat pada saat ini, di DKI Jakarta hampir setiap tahun mengalami banjir, dan dikarenakan adanya perubahan iklim hal ini berdampak signifikan terhadap frekuensi volume air bah yang semakin lama terus meningkat. Selain itu dampak kesehatan yang lain juga timbul akibat bencana banjir, misalnya munculnya kasus leptospirosis yang merupakan salah satu penyakit zoonosis (dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya) dan berakibat buruk pada kesehatan masyarakat.

Ketua panitia seminar Muhamad Atma Setyadi mengatakan, “Kami mengadakan acara ini untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan mahasiswa tentang masalah lingkungan yang juga berefek pada masalah kesehatan masyarakat dan juga berpengaruh pada kesehatan hewan dan patut menjadi perhatian bersama.”

Pada sesi awal acara ditayangkan video dari Green Peace Indonesia tentang dampak global warming terhadap lingkungan yang dilanjutkan dengan pemberian materi dari Kementrian Lingkungan Hidup Ir. Sri Hudyastuti.
Sementara dr.Abidinsyah Siregar mewakili Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberikan materi tentang aspek kesehatan masyarakat dan disambung penyampaian oleh DR.Drh. Widagdo SN, M.P yang merupakan dosen dari Bagian kesmavet tanteng aspek kesehatan masyarakat veteriner.

Seminar juga diramaikan dengan aksi teatrikal yang persembahkan oleh VENA FKH UGM. Aksi ini membawa pesan bahwa semua lapisan masyarakat selayaknya juga turut menjaga lingkungan dengan baik dan dilanjutkan dengan diskusi interaktif. Acara diakhiri dengan penanaman pohon di lingkungan FKH UGM secara simbolis oleh Ir. Sri Hudyastuti dan pembagian bibit pohon kepada peserta. Acara ini juga dihadiri oleh berbagai elemen mahasiswa dari beberapa universitas diantaranya adalah UII, UPN dan UNY.

Menurut beberapa peserta, seminar ini merupakan acara yang baik untuk mahasiswa dan secara keseluruhan esensi yang ditampilkan dapat diterima dengan baik. Eka Yanuarti dan Annisa Ullyanni perwakilan peserta mengatakan, “Menurut kami seminar global warming merupakan ajang yang bagus untuk mahasiswa, karena dengan adanya kegiatan semacam ini kita lebih bisa mengerti tentang masalah peubahan iklim dan dampaknya terhadap masyarakat, secara global acara ini sangat bagus karena banyak dihadiri oleh peserta yang berasal dari luar FKH UGM.”

Harapannya kegiatan ini dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dan dapat lebih banyak menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga bumi ini dari pemanasan global. (red)

ALAT PEMANAS,BERMACAM-MACAM TAPI SATU TUJUAN

Kondisi ayam pun selalu segar. Tentu saja mesti dilengkapi dengan semua kebutuhan yang lain, tak terkecuali dan teristimewa dalam konteks ini: pemanas yang meski berbeda-beda wujudnya tetap bertujuan sama dalam sistem brooding alias sistem pengindukan.

Pemakaian minyak tanah sebagai bahan bakar pemanas untuk sistem pengindukan alias brooding pernah mendominasi kurang lebih 75 persen peternak di Indonesia. Sangat masuk akal, lantaran harga minyak saat disubsidi sangat murah dan mudah didapat. Investasi peralatannya pun relatif murah, oleh sebab pemakaiannya cukup banyak.

Pada saat itu pun banyak usaha skala industri rumah tangga yang memproduksi alat pemanas berbahan bakar minyak tanah sebagai sarana penunjang produksi peternakan. Namun saat ini, keberadaan minyak tanah susah didapat oleh para peternak yang sangat membutuhkan bahan bakar untuk pemanas dan pengindukan anak ayamnya.

Maka untuk lebih praktisnya, saat ini, “Banyak peternak menggunakan gas elpiji (LPG),” kata Drh Setyono Al Yoyok pemilik Pakarvet Citra Agrindo Malang perusahaan yang bergerak di bidang peternakan, obat-obatan dan bisnis alat-alat umum untuk peternakan.

Selain lebih praktis, papar Drh Yoyok (nama akrabnya), “Elpiji juga mempunyai keunggulan-keunggulan umum. Keunggulan itu antara lain dengan elpiji suhu lebih terkontrol, selain itu elpiji juga mudah diperoleh. Dibanding minyak tanah, elpiji lebih bagus, lantaran elpiji tidak banyak menyebabkan polusi udara dibanding minyak tanah.”

Saat ini, hampir semua breeding farm menggunakan bahan bakar gas sebagai pemanas untuk brooding. Paling mudah digunakan, sebagian besar peternak ayam petelur skala menengah dan besar meyakini bahwa gas paling aman digunakan sebagai pemanas brooding. Pemakaian gas untuk brooding memudahkan pengoperasian, pengaturan suhu, penyalaan dan pematiannya.

Itulah sumber bahan bakar untuk brooding. Sementara untuk alat pemanasnya sendiri, dari bermacam-macam brooder, yang paling disukai dan dianggap terbaik oleh peternak adalah Gasolec yang di antaranya dipasarkan oleh Medion, Agrinusa Jaya Sentosa, dan Mensana Aneka Satwa, selain dari yang terbanyak selama ini didatangkan secara impor.

Beredar secara umum di kalangan peternak, bahwa gasolec adalah alat penghangat DOC dengan bahan bakar gas elpiji. Ada yang bisa menghangatkan 800- 1000 ekor DOC.

Menurut banyak peternak, gasolec merupakan brooder yang paling mudah digunakan. Menjadi rahasia umum, hampir semua breeding farm menggunakan gasolec yang berbahan bakar gas sebagai pemanas untuk brooding. Adapun, gasolec juga diyakini oleh peternak skala menengah dan besar sebagai pemanas gas paling aman dibanding dengan pemanas dengan bahan bakar lainnya.

“Pemakaian gasolec memudahkan dalam pengoperasian, pengaturan suhu, penyalaan dan mematikannya,” kata peternak. Selain itu juga dikenal adanya kanopi yang terbuat dari seng dengan diameter 120 cm digunakan untuk lebih mengoptimalkan kerja dari gasolec.

Ada pula taktik peternak di lapangan peternakan untuk menghasilkan pemanasan yang terbaik dengan modifikasi. Yang ini, “Untuk efisiensi dan lebih irit,” kata Drh Setyono Al Yoyok. Modifikasi ini wujudnya adalah kombinasi menggunakan elpiji dan juga memakai kanopi sebagai alat pemanasnya. Bagusnya alat semacam ini, menurut Drh Yoyok adalah ada regulatornya.

Penghangat DOC berbahan bakar gas elpiji ini, di antaranya sudah dilengkapi kanopi berdiameter 100 cm, 2 meter slang, 1 buah regulator dan 2 buah klem slang yang bisa dipakai.

Selain itu ada pula penghangat DOC dengan bahan bakar batu bara, dilengkapi dengan kanopi salah satunya berberdiameter 100 cm. Penghangat DOC ini di antaranya bisa menghangatkan 500 ekor DOC.

Briket batubara sendiri merupakan bahan bakar padat berbentuk dan berukuran tertentu yang tersusun dari partikel batubara yang kokas maupun semikokas halus yang telah diproses dan diolah dengan daya tekan tertentu agar lebih mudah dimanfaatkan. Banyak pula peternak skala menengah dan besar menggunakan briket batubara sebagai pengganti minyak tanah dan gas.

Penghangat DOC dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah tak ketinggalan. Yang unik, penghangat ini di antaranya sudah dilengkapi dengan kanopi berdiameter 100 cm dan bisa dipakai untuk 500 DOC.

Diakui oleh alumnus FKH Unair ini, alat pemanas untuk brooder memang bervariasi. Begitulah variasinya, ada yang berupa kompor biasa, ada yang berbahan bakar gas elpiji, ada yang memakai bahan bakar arang, batubara, dan lain-lain. Semua ini lantaran, “Tingkatan peternak juga bermacam-macam,” kata Drh Yoyok.

Menurutnya, bagi peternak besar dan peternak sedang, brooding yang digunakan biasanya adalah gasolec. Adapun, peternak kecil yang kebanyakan merupakan peternak ayam pedaging, biasanya memanfaatkan sumber panas apapun yang ada termasuk kompor, arang, maupun kayu bakar.

Selain Alat Pemanas Juga
Harus Bagus

Selanjutnya dengan terpenuhinya sumber bahan bakar pemanas itu maka faktor-faktor yang lain di dalam masa brooding alias pemanasan pengindukan itu juga harus bagus. Faktor-faktor itu antara lain masalah layar, litter, dan air minum.

Adapun masalah-masalah dalam brooding menurut Setyono Al Yoyok juga dapat terjadi. Menurutnya, kegagalan brooding dapat menyebabkan timbulnya penyakit Kolibasilosis yang biasanya muncul pada, “Ayam usia mau panen,” katanya.

Kegagalan sistem pengindukan dan pemanasan ini jelas merugikan secara ekonomi. Bahkan akibat serangan kuman itu dapat pula memunculkan penyakit dengan gejala utama ayam ngorok. Penyakit itu, apalagi kalau bukan CRD (Chronic Respiratory Disease).

Dari banyak kasus penyakit yang muncul akibat kegagalan brooding itu, Drh Yoyok mengungkap bahwa yang paling dominan adalah Kolibasilosis. Secara berurut sebab akibatnya, ayam yang terserang penyakit ini dimulai dengan serangan-serangan fisik ayam kembung lantaran suhu dan tubuh terlalu dingin, temperatur brooding tidak sesuai dengan kebutuhan DOC.

Kondisi ayam yang demikian dapat berlanjut ayam mengalami asites. Kondisi buruk ini diperparah lagi dengan penyebaran kuman Koli di dalam air minum. Bilamana Escherechia coli ini masuk dan terus berkembang biak, sedangkan kondisi ayam buruk, tingginya kasus serangan Kolibasilosis pun tak terbendung.

Sebaliknya, kata Drh Setyono Al Yoyok, “Kalau brooding bagus, kasus Kolibasilosis minim.” Dan, lanjutnya, “Supaya pemanas pengindukan ini bagus, maka ada kondisi yang harus kita persiapkan.”

Dokter hewan yang berpengalaman di banyak tempat peternakan baik di sektor produksi maupun sarana produksi ini pun mengungkap persiapan yang diperlukan itu antara lain manajemen pemilihan waktu DOC. “Layar kandang harus diperhatikan,” ujarnya.

Ia mengungkapkan di daerah Malang, sistem brooding yang diterapkan ada yang memakai sistem brooding termos. Dengan sistem ini tempat brooding bisa di bawah juga bisa di atas. Kandang dengan sistem ini, layar tertutup atau terbuka bisa separuhnya. Sementara yang separuh lagi juga bisa dibuka atau ditutup. Jadi, “Ada dobel layar,” ucap Yoyok.

Setelah pengaturan layar itu, brooding bisa disekat sesuai dengan kebutuhan. Adapun jumlah tempat makan atau tempat minum pun mesti diatur, supaya, “Saat DOC makan dan minum, tidak berebut,” kata Drh Yoyok. Ia pun menambahkan untuk pakan pemberiannya sedikit demi sedikit, dengan tujuan pakan tidak tumpah.

Dengan tidak tumpahnya pakan, dan ayam memakan secara bertahap akan memberi rangsangan nafsu makan, sehingga konversi pakan (FCR) pun akan menjadi yang terbaik. Kondisi ayam pun selalu segar. Tentu saja mesti dilengkapi dengan semua kebutuhan yang lain tersebut, tak terkecuali dan teristimewa dalam konteks ini: pemanas yang meski berbeda-beda wujudnya tetap bertujuan sama dalam sistem brooding alias sistem pengindukan. (red)

Wabah Rabies Mengilhami Ogoh-Ogoh

Bali sebagai daerah tujuan wisata sangat sarat akan budayanya. Tiada hari tanpa upacara, bahkan Bali itu sendiri diakronimkan sebagai propinsi banyak libur. Ini tidak bisa dipungkiri lagi, karena di dalam penanggalan yang khusus diterbitkan di Bali banyak ditemukan hari libur yang dikaitkan dengan keagamaan dan budaya, misal Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Saraswati, Tumpek kandang, Tumpek landep, Tumpek uduh, Pagerwesi, Sugihan Jawa, Sugihan Bali, dan lain-lain. Walaupun banyak libur masyarakat Bali tidak pernah kekurangan materi dan rejeki senantiasa ada, disukai wisatawan asing dan domestik, hidup rukun dan guyub sesama umat beragama.

Salah satu hari penting di Bali dan tidak ada duanya di dunia adalah peringatan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Çaka 1932. Umat Hindu diharapkan tidak makan dan minum (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) dan tidak melakukan kegiatan bekerja (amati karya) selama 24 jam.

Pada saat Hari Raya Nyepi tersebut, Bali bagaikan kota mati, gelap-gulita tanpa penerangan, tidak boleh ada orang bepergian, tanpa listrik bahkan siaran TV dimatikan. Walaupun begitu, saat malam menjelang Nyepi, jalanan di Bali sangat ramai dipadati orang, karena ada pawai ogoh-ogoh atau sering disebut sebagai malam pengrupukan.

Makna ogoh-ogoh bagi masyarakat Hindu merupakan simbolis dari peperangan antara nafsu baik (dharma) melawan nafsu buruk (adharma) yang akhirnya dimenangkan oleh nafsu baik dengan diakhiri pembakaran ogoh-ogoh pasca diarak keliling kota atau kampung.

Pembuatan ogoh-ogoh butuh kocek cukup banyak bahkan sampai puluhan juta rupiah. Salah satu ogoh-ogoh yang disajikan masyarakat Hindu mengambil tema rabies yang penampilannya sangat menggelitik. Sungguh ironis Bali-ku, masuknya wabah rabies akibat ulah segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Belum ada kepastian dari mana sumber rabies tersebut, apakah dibawa dari anjing ras pengidap yang berasal dari daerah rabies (NTT dan Jawa Barat) atau anjing yang dibawa oleh para nelayan Sulawesi berfungsi sebagai alarm dog. (mas djoko)

Meeting Nasional 2010 PT Medion

Pada tanggal 25 – 27 Februari 2010, PT Medion mengadakan Meeting Nasional 2010 yang bertempat di Hotel Amalia dan Hotel Grande, Bandar Lampung.
Meeting Nasional rutin diadakan tiap tahun dan diikuti oleh seluruh team marketing dari seluruh cabang di Indonesia. Presiden Direktur PT Medion, Jonas Jahja beserta istri, Amalia Jonas, juga hadir dalam pelaksanaan Meeting Nasional.

Meeting yang bertemakan Perusahaan Indonesia yang Inovatif dan Berkualitas ini, memiliki tujuan utama yaitu evaluasi pencapaian target penjualan tahun 2009 dan penetapan target penjualan di tahun 2010.

Dalam acara meeting tersebut perusahaan juga meningkatkan kompetensi team marketing dengan berbagai pelatihan. Drh. I Wayan Teguh Wibawan – dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB menjadi salah satu pembicara dalam acara pelatihan tersebut. Beliau menyampaikan topik differential diagnosa ND, IB dan AI.

Dalam kelas yang berbeda Bpk. Tony Unandar – Konsultan Teknis Peternakan menyampaikan topik yang sama dilengkapi dengan training management farm layer. Pelatihan lainnya yang tak kalah menariknya adalah pelatihan uji serologis dan biosekuriti yang disampaikan oleh Ibu Melina Jonas dan Drh. Budi Purwanto, Team Management PT Medion.

Pada malam kedua, Acara Penghargaan Prestasi dan Anugerah Bakti turut mewarnai rangkaian acara Meeting Nasional ini. Dimeriahkan oleh penampilan para peserta meeting dengan berbagai kesenian membuat suasana malam itu bertambah meriah. Sebelum kembali ke wilayah kerja masing-masing, panitia mengajak peserta berwisata ke Pantai Mutun untuk relaksasi bersama.

Setelah mengikuti acara ini, diharapkan team marketing akan lebih kompeten dan bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Sukses Medion!. (Inf)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer