Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Produksi Telur Ayam Kampung di Sisi Ayam Ras

(( Jangan hanya ayam ras, ingatlah ayam kampung. Dengan kepedulian dan pengembangan teknologi seperti diungkap di awal tulisan ini maka niscaya semua bukan hanya sebatas mimpi. ))


Produktivitas ayam buras yang optimum dapat dicapai pada kondisi thermoneutral zone, yaitu suhu lingkungan yang nyaman. Suhu lingkungan yang nyaman bagi ayam buras belum diketahui, namun diperkirakan berada pada kisaran suhu 18 hingga 25 °C.

Ayam buras pada suhu lingkungan yang tinggi (25-31 °C) menunjukkan penurunan produktivitas, yaitu produksi dan berat telur yang rendah, serta pertumbuhan yang lambat
Demikian Gunalvan dan D.T.H. Sihombing dalam Wartazoa.

Penurunan produksi telur pada suhu lingkungan tinggi dapat mencapai 25% bila dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu nyaman . Berat badan ayam buras umur 8 minggu juga berbeda, yaitu 257 g/ekor pada suhu tinggi, sedangkan pada lingkungan nyaman dapat mencapai berat 427 g/ekor.

Penurunan produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh penurunan jumlah konsumsi pakan, maupun perubahan kondisi fisiologis ayam. Upaya meningkatkan produktivitas ayam buras di daerah suhu lingkungan tinggi antara lain melalui seleksi dan perkawinan silang, manipulasi lingkungan mikro, perbaikan tatalaksana pemeliharaan dan manipulasi pakan.

Manipulasi kualitas pakan adalah metode yang paling murah, mudah dilakukan dan umumnya bertujuan meningkatkan jumlah konsumsi zat gizi . Metode ini berupa penambahan vitamin C, mineral phosphor atau pemberian sodium bikarbonat dalam ransum.

“Disarankan jumlah penambahan vitamin C sebanyak 200-600 mg/kg ransum pada fase produksi telur dan sebanyak 100-200 mg/kg ransum pada fase pertumbuhan,” Gunalvan dan D.T.H. Sihombing menguatkan bahwa produksi telur ayam kampung pun sangat berpotensi memenuhi kebutuhan telur, apalagi dengan kelebihan telur ayam kampung dibanding telur ayam ras.

Narasumber Infovet yang lain menyatakan, telur ayam memang merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya.

Kata narasumber itu, telur menjadi jenis bahan makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Pada gilirannya kebutuhan telur juga akan terus meningkat. Telur dihasilkan oleh jenis hewan unggas antara lain ayam, bebek, angsa, dan jenis unggas lainnya.

Ayam merupakan jenis unggas yang paling populer dan paling banyak dikenal orang. Selain itu ayam juga termasuk hewan yang mudah diternakkan dengan modal yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan hewan besar lainnya seperti sapi, kerbau dan kambing.

Produk ayam (telur dan daging) dan limbahnya diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Telur dan daging ayam yang diperlukan oleh ratusan juta manusia di dunia ini mengakibatkan tumbuhnya peternakan ayam skala kecil, menengah dan industri ayam modern hampir diseluruh dunia berkembang pesat.

Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Di masa yang akan datang, pendapatan per kapita per tahun akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini negara yang berkembang dan sedang berkembang.

Dengan demikian konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Dengan memanfaatkan data proyeksi penduduk tiap tahun dan proyeksi konsumsi telur per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun tersebut mencapai harapan.

Sementara itu, bila dilihat kecenderungan produksi telur ayam ras yang meningkat sebesar per tahun maka peluang pasar telur ayam pada tahun berikutnya akan terus meningkat. Peluang pasar ini diisi oleh telur ayam buras dan telur itik yang pangsanya masing-masing 15% dan selebihnya merupakan peluang pasar telur ayam ras. Peluang pasar ini belum termasuk pasar ekspor, baik dalam bentuk telur segar maupun powder. Tentu saja jangan lupakan ayam kampung di sini.

Akhirnya narasumber Infovet menyatakan, secara ekonomi pengembangan pengusahaan ternak ayam ras petelur di Indonesia memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat berlangsung bila kondisi perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara makro terjadi perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar yang pada gilirannya akan mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil ternak.

Di sini sekali lagi, jangan hanya ayam ras, ingatlah ayam kampung. Dengan kepedulian dan pengembangan teknologi seperti diungkap di awal tulisan ini maka niscaya semua bukan hanya sebatas mimpi. (bbs/ YR)

Diagnosalah Penurunan Produksi Telur


Fokus Infovet Edisi 171 Oktober 2008

Diagnosalah Penurunan Produksi Telur


(( Untuk mendiagnosa kasus-kasus itu beberapa kasus infeksius, diagnosa menurut sumber Disnak Sumatera Barat Infovet urutkan berdasar peringkat berdasar hasil survei Infovet yaitu: ND, EDS, IB, disusul Lain-lain selain AI dan IBD. ))


Berdasar hasil jajak pendapat Infovet terhadap 29 responden tentang penyakit yang paling menyebabkan penurunan produksi telur adalah: ND (24%), EDS (20%), IB (20%), Lain-lain (20%), AI (6%) dan IBD (6%), Infovet menyusun tiap penyakit ini terkait kasus penurunan produksi menjadi trend saat ini.

Sumber peternakan di Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat faktor penting yang mempengaruhi penurunan produksi telur adalah strain ayam layer modern yang mengalami seleksi genetika untuk mencapai penampilan produksi yang maksimal.

Ayam layer dengan karakter dan genetik yang baru ini, kata Drh Asrul Anwar, “Sangat peka terhadap penurunan produksi telur baik akibat kegagalan manajemen, fluktuasi nutrisi pakan, maupun kasus penyakit. Pola penurunan produksi berbeda baik segi intensitas / keparahan kasus, kompleksitas, dan frekuensi kasus. Agar produksi dapat kembali mencapai standard, diperlukan diagnosa lebih teliti.”

Di lain pihak, Drh Asrul Anwar menyarankan para peternak harus memelihara lingkungan, menjalankan manajemen yang baik dan memberikan pakan yang berkualitas agar ayam mencapai potensi genetiknya.

Drh Asrul Anwar menyatakan di lapangan penyebab penurunan produksi bervariasi. Ada 2 kelompok besar, kasus infeksius dan non infeksius. Kasus Infeksius terdiri atas Virus: AI, ND, IB, ILT, EDS; lalu Bakteri: Coryza, E. Coli, Pasteurella, Pseudomonas, Clostridium, Mycoplasma; kemudian Parasit: Leucocytozoon sp, Helminthiasis.

Untuk mendiagnosa kasus-kasus itu beberapa kasus infeksius perlu diketahui manifestasi klinisnya. Diagnosa menurut Drh Asrul Anwar itu Infovet urutkan berdasar peringkat berdasar hasil survei Infovet yaitu: ND, EDS, IB, disusul Lain-lain selain AI dan IBD.


Kasus ND

Menurut Drh Asrul Anwar Kasus Newcastle Diseases atau ND dapat menyebabkan penurunan poduksi tergantung pada status kekebalan tubuh ayam. Penurunan produksi pada kasus ini cepat tetapi kenaikan kembali produksi lambat. Pada telur dari ayam penderita ND, variasi warna kerabangnya lebih kecil dari IB, yakni

Kasus EDS

Kasus Egg Drop Syndrome atau EDS menurut Drh Asrul Anwar umumnya menyerang ayam menjelang puncak produksi. Tidak tampak gejala klinis. Perubahan spesifik adalah pada telur dengan kulit yang sangat tipis, atau menyerupai telur penyu. Produksi dapat menurun sebanyak 30-50% hanya dalam jangka 2 minggu.

“Produksi telur akan berada pada titik terendah selama 1-2 minggu, baru kemudian berangsur-angsur naik kembali dan mencapai kurva normal dalam waktu 48 minggu kemudian. Pengujian patologi anatomis dapat dijumpai oedema pada uterus,” kata Drh Asrul Anwar pada sumber Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat itu.


Kasus IB

Terjadinya kasus Infectious Bronchitis atau IB, dituturkan Drh Asrul Anwar, “Umumnya pada 4-6 minggu sebelum puncak produksi atau 4-6 minggu setelah puncak produksi. Bobot rata-rata telur umumnya menurun sebanyak 5 - 15% pada 2-3 minggu sebelum jumlah telur mengalami penurunan dan prosentase penurunan sangat beragam.”

Kata Asrul Anwar, pada ayam yang tidak divaksin, produksi telur dapat turun sebanyak 50 – 70% dari awal hanya dalam waktu 1 minggu. Berada pada level terendah selama 1-2 minggu, kemudian kembali meningkat mendekati kurva standar dala waktu 6-8 minggu, tetapi tidak pernah mencapai puncak kurva normal. Kegagalan ini akibat adanya kerusakan permanen pada ovarium dan oviduct.

Selanjutnya Drh Asrul Anwar menuturkan, pada ayam yang telah divaksin tatapi tidak cukup terproteksi. Penurunan produksi dapat terjadi sebesar 30% dari awal kasus dalam waktu 1 minggu. Level terendah bertahan selama 1 minggu pula dan berangsur-angsur meningkat dalam 4-6 minggu, namun tidak dapat kembali ke kurva awal.

Sementara pada ayam dengan tantangan tertinggi, ungkapnya, terjadi penurunan produksi sebesar 10% dalam jangka 1 minggu dan berada di level terendah selama 1 minggu, selanjutnya akan meningkat dalam 1 minggu kemudian. Jika diamati telur dariayam yang terserang kasus ini akan berwarna pucat dengan variasi warna hingga 7 macam.

“Telur yang mengalami depigmentasi ini sebanyak 20% dan 10% diantaranya mempunyai bentuk kerabang yang tidak normal.salah satu perubahan spesifik adalah bentuk albumin yang cair pada 10% telur dengan kerabang yang tidak normal dan dijumpai gumpalan kecil darah yang dikenal dengan blood spot,” ujar dokter hewan ini.


Kasus Mg atau Ms

Menurut Drh Asrul Anwar, kasus Mycoplasma gallisepticum (Mg) mengganggu jumlah telur yang diproduksi serta dapat menyebabkan kurva produksi seperti mata gergaji atau jigsaw phenomenon, umumnya menyerang ayam pada tiga titik kritis yaitu pada saat produksi 5%, 75% atau satu bulan setelah puncak produksi.

“Kualitas kerabang menurun dengan warna yang lebih pucat. Di samping itu ditemukan adanya sandy egg yaitu bintik-bintikmaterial kerabang yang menyerupai pasir di ujung tumpul permukaan kulit telur sebanyak lebih 1%,” ujar Asrul.

Diungkap, gejala Klinis berupa gangguan pernafasan akibat Mycoplasma gallisepticum (Mg) pada ayam produksi seringkali tidak jelas. Pada pengujian patologi anatomis dapat ditemukan kabut atau perkejuan pada kantong hawa, pada Mycoplasma synoviae(Ms) diikuti oleh enteritis yang tidak spesifik, hepatomegali (perbesaran hati), splenomegali (pembengkakan limpa) dan sinovitis (peradangan pada persendian lebih dar 2 tulang) hingga kelumpuhan.

Akhirnya, uji laboratorium dapat dilakukan dengan Rapid Serum Test untuk mengetahui IgM yang menjadi petunjuk dari infeksi akut. IgM ini dapat terdeteksi pertama kali 5-7 hari setelah infeksi terjadi. (disnaksumbar/ Infovet/ YR)

Mempertimbangkan Vaksinasi Yang Banyak Sekali

Fokus Infovet Edisi 171 Oktober 2008

Mempertimbangkan Vaksinasi Yang Banyak Sekali

(( Terkait dengan topik penurunan produksi telur yang berdasar survei Infovet terutama disebabkan oleh penyakit ND, EDS dan IB, maka yang dipilih dari program itu hanya vaksinasi penyakit ND, EDS dan IB. ))

Sumber di Glory Farm menyampaikan bahwa vaksinasi menurut breeder secara keseluruhan, vaksinasi yang paling banyak dilakukan adalah vaksinasi ND/IB Live. Untuk kesehatan vaksinasi ini sangat menjamin

Berdasar tulisan dr. Sauvani J Vaksinasi Standard Breeder, Glory Farm menyampaikan bahwa jika dibedah satu persatu maka akan didapatkan Vaksin ND –IB Live dilakukan dengan tetes mata pada hari pertama diikuti dengan injeksi subcutan pada hari kelima. Pengulangan berikutnya sangat sering terutama setelah umur 20 minggu, vaksinasi ini dilakukan setiap 5 minggu melalui air minum.

Selanjutnya Vaksinasi Gumoro dilakukan 2 kali melalui air minum dengan selang 10 hari dan pada vaksinasi kedua dilakukan vaksinasi ND-IB Live melalui air minum pula.

Kemudian Vaksinasi Coryza secara injeksi intramuskuler dilakukan pada minggu ke 7 dan diulang pada minggu ke 12 dan 17.

Lantas Vaksinasi Pox dan ILT diberikan pada hari yang sama dan vaksin ILT diberikan melalui air minum.

Disusul Vaksinasi triple yaitu ND+IB+EDS dilakukan pada minggu ke 15 sebelum ayam masuk ke kandang baterai.

Berikutnya, Vaksinasi ND Kill yang dilakukan dengan injeksi intramuskuler dilakukan secara berulang dimulai pada umur 20 minggu diulang setiap 6,5 bulan (26 minggu) kemudian.

Bagaimana dengan pertanyaan segi finansial dari begitu banyaknya vaksinasi yang dilakukan dengan rentang waktu yang cukup pendek belum lagi pemberian obat-obatan lainnya? Sebuah pertanyaan yang pastut diajukan untuk kita bersama.

Ada narasumber yang berkata hal itu sangatlah memusingkan dan tidak memungkinkan untuk melakukan semuanya walaupun vaksin ND-IB tergolong vaksin yang tidak mahal. Ada lagi yang bilang Vaksinasi Cocci tidak dilakukan mungkin mengingat pakan yang diberikan sudah mengandung koksidiostat.

Bagaimana menurut Anda? Sumber Glory Farm sendiri menyampaikan mempunyai program vaksinasi itu. Terkait dengan topik penurunan produksi telur yang berdasar survei Infovet terutama disebabkan oleh penyakit ND, EDS dan IB, maka yang dipilih dari program itu hanya vaksinasi penyakit ND, EDS dan IB.

Vaksinasi ND + IB

Vaksinasi ND dan IB ini menurut sumber di Glory Farm adalah untuk menimbulkan kekebalan ayam terhadap infeksi ND dan IB. “Pada area peternakan kami saat ini bukan merupakan daerah yang endemis ND maupun IB, namun karena letak peternakan kami berdekatan dengan peternakan yang lain, maka sebagai antisipasinya mereka selalu melakukan vaksinasi ini. Kami melakukan vaksinasi ini dengan dua cara yaitu tetes mata dan injeksi intramuskular pada otot dada,” kata sumber tersebut.

Vaksinasi IB

Selain merupakan gabungan dengan ND, sumber di Glory Farm juga melakukan vaksinasi IB dengan memberikannya pada air minum. Vaksinasi ini mereka berikan pada ayam umur 35 hari dan 13 minggu.

Vaksinasi ND La Sota

Sumber di Glory Farm Vaksin menyatakan ND La Sota dilakukan pada anak ayam umur 4 hari, 28 & 29 hari, hari ke 56 & 57, minggu ke 12 dan minggu ke 16. Metode pemberian vaksinasi ND La Sota ini ada 2 macam yaitu melalui air minum dan injeksi intramuskuler pada otot dada.

Sumber itu sengaja memberikan kedua metode tersebut pada hari ke 28 & 29 serta hari ke 56 & 57 hanya untuk memastikan bahwa kekebalan yang terbentuk dapat sempurna. Namun tidak menutup kemungkinan jika anda yang ingin mengadopsi program vaksinasi ini tidak memberikan vaksinasi ND metode air minum namun cukup dengan melakukan injeksi intramuskuler otot dada saja.

Vaksinasi ND + IB + EDS (Vaksinasi Triple)

Sumber di Glorya Farm menyampaikan vaksinasi ini dilakukan tepat sebelum ayam layer masuk ke kandang baterai yaitu pada usia 16 minggu. Cara vaksinasi sama dengan injeksi intramuskuler pada dada ayam (vaksin ND + IB pada ayam usia 30 dan 50 minggu). (gloryfarm/ YR)

VAKSIN ANTHRAKS NASIONAL DAN DUNIA

VAKSIN ANTHRAKS NASIONAL DAN DUNIA


(( Vaksin Anthraks yang berkualitas memang pekerjaan penuh tantangan, sekaligus peluang bagi peneliti Tanah Air Indonesia untuk berbicara di tingkat nasional dan dunia untuk kemahslatan hajat hidup manusia dan kemanusiaan. ))


Belum lama ini seorang ilmuwan pemerintah Amerika Serikat bernama Bruce Ivins dari Lab Research for Biodefence di Ft. Detrick Md ditemukan bunuh diri, menghindar dari kejaran pemerintah. Pasalnya, ilmuwan ini telah berlaku ugal-ugalan (kriminal) dengan memperbanyak benih Anthraks di laboratoriumnya dan disebarkan ke mana mana melalui surat.

Demikian cerita Dr Drh Soeripto MSV dari Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) yang berkunjung ke Amerika Serikat belum lama berselang seraya bertutur, “Hal ini dilakukan Bruce Ivins semenjak 2001 di mana dia telah berhasil membunuh 5 orang dan sedikitnya 17 orang menderita akibat Anthraks, dan terakhir sebelum dia bunuh diri, diberitakan pada bulan yang lalu benih Anthraks tersebut telah disebarkan ke beberapa members of Congress.”

Dr Soeripto yang karyanya diakui dunia internasional bahkan dipatenkan dan diproduksi Negara produsen obat hewan di luar negeri dengan mendapat hak paten pun berkomentar,

“Siapa mau buat vaksin Anthraks? Jual ke Amerika, kalau berkualitas kemungkinan besar dibeli. Amerika sudah mencoba membuat dengan dana yang besar, tetapi belum berhasil.”

Sumber Infovet mengatakan, Anthraks atau Anthraks adalah penyakit menular akut yang disebabkan bakteria Bacillus anthracis dan sangat mematikan dalam bentuknya yang paling ganas. Anthraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan, namun juga dapat menjangkiti manusia karena terekspos hewan-hewan yang telah dijangkiti, jaringan hewan yang tertular, atau spora Anthraks dalam kadar tinggi.

Meskipun begitu, menurut sumber Infovet, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap Anthraks. Anthraks bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.

Infeksi Anthraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Anthraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan.

Beberapa daerah di dunia (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian Anthraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.

Sumber Infovet menuturkan ada 4 jenis Anthraks yaitu Anthraks kulit, Anthraks pada saluran pencernaan. Anthraks pada paru-paru, Anthraks meningitis. Penyakit zoonoziz yang menular dari hewan ke manusia ini biasa ditularkan kepada manusia karena disebabkan pengeksposan pekerjaan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular Anthraks.

Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana Anthraks biasa ditemukan dapat tertular B. anthracis, dan Anthraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat. Walaupun banyak pekerja sering tertular kepada jumlah spora Anthraks yang banyak, kebanyakan tidak menunjukkan simptom.

Karena bersifat zoonozis inilah maka Antharks di Indonesia bahkan di manapun sangat meresahkan. Tanah Air Indonesia beberapa kali heboh mengenai kasus Anthraks. Tentu kita masih ingat kasus kematian burung onta di Purwakarta pada akhir hampir sepuluh tahun lalu yang menghebohkan dan menjadi perhatian dunia internasional.

Lalu kasus daging kambing dari Bogor yang terkena bakteri Anthraks sehingga mengkhawatirkan para konsumen dan menjadi kepedulian pemerintah dan masyarakat luas. Betapa tidak, Bakterio Anthraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus kecil, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Anthraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.

Yang paling heboh di dunia ketika Amerika menuduh Irak menyimpan senjata biologis sebagai rentetan peristiwa yang terjadi pada 11 September 2001, saat teror menghancurkan World Trade Centre (WTC) di New York. Menyusul tragedi itu, muncul bentuk serangan teror baru berupa pengiriman surat-surat gelap dalam amplop berisi bakteri berbahaya ke sejumlah alamat di AS. Sejauh ini, di AS surat berbahaya ini sudah menewaskan satu jiwa dan puluhan korban lainnya yang tertular.

Senjata biologis yang paling banyak dikenal masyarakat adalah bakteri yang terdapat di dalam amplop surat-surat gelap itu, yakni bakteri anthraks yang berbahaya. Umumnya bakteri yang di Indonesia lebih sering dipicu oleh penularan secara alami itu berbentuk serbuk atau bubuk putih. Sejauh ini belum berhasil diketahui atau dilacak, siapa pelaku pengiriman surat anthraks itu.

Daging yang terkena Anthraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, berbau. Beberapa gejala-gejala Anthraks (tipe pencernaan) adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah bercampur darah, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit) atau (untuk tipe kulit) seperti borok setelah mengkonsumsi atau mengolah daging asal hewan sakit Anthraks.

Gejala yang terlihat pada penderita adalah adanya luka yang berwarna kehitaman di tengah karena terjadi kematian sel dan mengering, tidak ada rasa sakit, dan disertai cairan. Bentuk ini dapat mengakibatkan kematian sampai 20 persen bila terjadi sepsis yang ditandai adanya demam tinggi. Pengobatan dengan antibiotika akan mengurangi kasus kematian.

Bentuk gastrointestinal merupakan bentuk yang jarang terjadi. Biasanya bentuk gastrointestinal terjadi karena memakan daging yang terkontaminasi Anthraks dan tidak dimasak dengan baik.

Gejala yang timbul bervariasi: demam, tonsilitis, muntah, sakit perut, diare berdarah, dan ascites (penimbunan cairan di rongga perut). Sepsis dapat terjadi pada ketiga bentuk infeksi Anthraks pada manusia dan akan berakibat fatal yaitu kematian.

Terapi Penisilin merupakan obat pilihan yang dapat digunakan untuk menanggulangi Anthraks pada manusia. Adanya kemungkinan B anthracis tahan terhadap antibiotika membuat penggunaan antibiotika harus berhati-hati. Beberapa antibiotika yang bisa digunakan berdasarkan hasil riset pada hewan percobaan dan menunjukkan hasil yang baik adalah doxycycline dan ciprofloxacin.

Imunisasi pasif dengan antitoxin Anthraks juga dapat digunakan untuk menanggulangi Anthraks. Vaksin Anthraks di Amerika Serikat telah dikembangkan sejak tahun 1970, namun penggunaannya masih terbatas di kalangan militer yang masih aktif.

Artinya, keberhasilan vaksin Anthraks masih jauh dari harapan. Penanggulangan Anthraks secara besar besaran di berbagai negara di Eropa dengan vaksin spora strain Sterne dimulai pada tahun 1930 an dan berkat pemakaian vaksin tersebut banyak negara dapat mengendalikan penyakit anthraks.

Di Indonesia, pemberantasan anthraks pada hewan juga vaksin spora strain yang sama dan hasilnya juga sangat memuaskan. Akan tetapi, reaksi post vaksinal terutama pada ruminansia kecil sangat berat bahkan sering menimbulkan kematian. Reaksi yang parah tersebut membuat banyak peternak menolak ternaknya divaksin oleh petugas dinas peternakan. Hal ini tentunya sangat menghambat dalam usaha pemberantasan penyakit. Dalam banyak kesempatan, dinas peternakan sering meminta penyediaan vaksin yang lebih aman.

Vaksinasi terhadap ternak rakyat sudah dilakukan selama ini, namun tidak semua peternak bersedia memvaksin ternaknya karena pada kambing yang habis divaksin biasanya terjadi anavila shock(semacam kejang).

Sumber di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melakukan penelitian untuk mengurangi anavila shock terhadap kambing yang sudah divaksin. Penelitian ini akan menghasilkan vaksin yang bisa mengurangi anavila shock, sehingga ke depan masyarakat tak perlu takut lagi kalau ternaknya divaksin anthraks. Penelitian ini dilakukan Balai Besar Penelitian Veteriner, tempat di mana Dr Drh Soeripto MSV menjadi salah satu peneliti ahli.

Vaksin Anthraks yang berkualitas memang pekerjaan penuh tantangan, sekaligus peluang bagi peneliti Tanah Air Indonesia untuk berbicara di tingkat nasional dan dunia untuk kemahslatan hajat hidup manusia dan kemanusiaan. (YR)

FKH Se Indonesia Menjadi 8

Peristiwa Edisi 170 September 2008

Salah satu perkembangan yang sangat terasa bagi peserta KIVNAS X (Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional X PDHI 2008) dengan AZWMC 2008 dan Pertemuan Internasional Asia Zoo/Wildlife Medicine and Conservation (AZWMC) yang dilaksanakan di IPB International Convention Center (IICC) di Bogor pada 19 Agustus sampai dengan 22 Agustus 2008 adalah bertambahnya Fakultas Kedokteran Hewan se Indonesia yang semula 5 menjadi 8.

Tambahan 3 FKH itu adalah di Universitas Brawijaya Malang, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, dan Universitas Nusa Tenggara Barat.

5 FKH terbaru adalah di Universitas Syahkuala Banda Aceh, Institut Pertanian Bogor di Bogor, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Universitas Airlangga Surabaya, dan Universitas Udayana Denpasar.

Infovet menganggap alamat 8 FKH dari 8 universitas tersebut penting untuk diketahui pembaca sebagai berikut:

Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syahkuala
Banda Aceh- NAD 23111 Telp : 0651 - 51977 Fax:0651 - 54208

Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Telp : 0251 - 629469, 629470, 629471 Fax:0251 - 629459, 629460
Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Gajah Mada
Jl. Olah Raga, Karang Malang
Yogyakarta 55281
Telp :0274 - 7480307
Fax:0274 - 560861

Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga

Kampus C, Unair
Mulyorejo - Surabaya 60155
Telp : 031 - 5993016, 5992785
Fax:031 - 5993015

Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana
Jl. Kampus Bukit Jimbaran
Denpasar-Bali 80364
Telp : 0361 - 701808
Fax:0361 - 701808

Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
Jl. Veteran - Malang 65145 Jawa Timur

Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya

Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Nusa Tenggara Barat
Kampus FKH - Universitas Nusa Tenggara Barat Jl. Tawak-tawak - Karang Sukun Kota Mataram NTB

Kiranya dengan bertambahnya FKH se Indonesia tersebut, dunia kedokteran hewan di Indonesia semakin maju. (YR)

LANGKAH PUN SANGATLAH BERMANFAAT



Ruang Redaksi Edisi September 2008


Grup Infovet menghadirkan majalah dan buku-buku pada stan PDHI di KIVNAS X (Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional X PDHI 2008) dan AZWMC 2008 (Pertemuan Internasional Asia Zoo/Wildlife Medicine and Conservation) yang dilaksanakan di IPB International Convention Center (IICC) di Bogor pada 19-20 Agustus 2008.

Lihatlah betapa antusiasnya para dokter hewan pengunjung dari berbagai daerah di tanah air dan internasional yang membaca Majalah Infovet dan merasakan manfaatnya, berikut buku-buku terbitan GITA Pustaka sebagai divisi buku dari PT Gallus Indonesia Utama,penerbit Infovet, yang saham terbesarnya adalah Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI).

Grup Infovet pun bersama para pengusaha obat hewan yang tergabung dalam ASOHI mengunjungi pabrik PT Caprifarmindo – Grup Sanbe Farma di Bandung pada 27 Agustus 2008.

Lihatlah betapa bergairahnya para pengusaha obat hewan dan rombongan melihat-lihat segala sudut dan tempat-tempat penting untuk proses pembuatan vaksinasi oleh perusahaan nasional dengan area lahan sangat luas, menjadi kebanggaan Tanah Air untuk bersama perusahaan internasional memajukan dunia kesehatan hewan di seantero dunia.

Infovet bersama Menteri Pertanian dan rombongan pun mengunjungi peternakan ayam petelur besar di Jabotabek milik Ricky Bangsaratoe di Ciputat Banten, pabrik pemrosesan pangan PT Charoen Pokphand Indonesia di Serang Banten, pabrik pakan PT Cheil Jedang Indonesia juga di Serang Banten, dan Gudang Bulog di Taktakan Serang Banten pada 27 Agustus 2008.

Lihatlah betapa bersemangatnya rakyat Indonesia dalam lapisan ini untuk mengetahui perkembangan dunia peternakan di tanah air untuk meningkatkan terpenuhinya kebutuhan produk-produk peternakan yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan gizi dan kecerdasan bangsa.

Langkah-langkah Infovet adalah langkah anak manusia untuk peduli pada kehidupan dan kemajuan bangsa ini dalam menggapai cita-cita masyarakat adil dan makmur berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Langkah-langkah Infovet adalah langkah nyata dalam mengisi kemerdekaan yang sudah 63 tahun bangsa ini peroleh dengan tetesan darah dan air mata bukan mendapatkan belas kasihan dari penjajah.

Langkah-langkah Infovet adalah langkah semangat untuk tetap menuju pada panggilan Surgawi mengisi hidup dengan sebaik-baiknya secara bijak, adil dan terstruktur, tertata setahap demi setahap dalam kemajuan yang linear pasti terjadi; karena kita melakukan semua dengan arah pasti.

Langkah-langkah Infovet adalah langkah untuk kemajuan Anda yang kami layani dengan sepenuh hati untuk mendukung promosi karya-karya perusahaan Anda, institusi Anda, bisnis Anda, dan terutama semangat untuk berbagi dalam suatu kehidupan yang seimbang antara jasmani, rohani dan intelek.

Kita terus merasakan manfaatnya dengan semua langkah itu, meski kita bukan semata-mata mendasarkan semuanya pada asaz manfaat. Kita adalah suatu keseimbangan antara orientasi proses, orientasi hasil dan orientasi manfaat sebagai wujud betapa pentingnya dunia kesehatan hewan dan peternakan bagi kehidupan dan hajat hidup manusia Indonesia dan manusia dunia.

Ketika Thomas Alva Edison menciptakan lampu dengan susah payah melalui berbagi percobaan, ketika Albert Einstein menemukan berbagai rumus fisika mutkahir yang mengubah dunia, ketika Alfred Nobel menciptakan bom atom yang pada gilirannya dimanfaatkan oleh Amerika dalam menaklukkan Jepang dengan dijatuhkannya bom atom ukuran kecil dan bom atom ukuran besar di Hiroshima dan Nagasaki, kita melihat semua temuan dan upaya pastilah ada manfaatnya. Kita pun dapat memakainya untuk manfaat postif maupun manfaat negatif.

Kehadiran Infovet menjadi sahabat terdekat Anda sejak kelahirannya 1992 adalah jelas sejelas-jelasnya untuk manfaat postif bagi dunia peternakan dan kesehatan hewan kita. Maka kita pun akan terus waspada dalam segala situasi kita untuk meningkatkan manfaat kehadiran kita sebagai suatu langkah termulia, persis seperti langkah Bulan Suci Ramadhan bagi sebagian dari kita yang beragama Islam yang saat ini sewdang beribadah puasa untuk menuju tatatan kemuliaan yang lebih tinggi. Selamat Menjalankan Ibadah Suci Puasa ini sebagai sebaik-baiknya ibadah yang mendatang berkah dalam melangkah. (Yonathan Rahardjo)

FORMULIR BERLANGGANAN

Ya, saya mau berlangganan Langganan Infovet Edisi Cetak:

Nama: ............................................................


Alamat: ..........................................................


Nomor Telepon: ...........................................
Nomor Fax: ..................................................
Nomor HP: ...................................................

Berlanganan Majalah Infovet ........ Eksemplar per edisi selama ........ bulan dari bulan ........ s/d ......... tahun .........

sesuai dengan ketentuan:

Harga Baru majalah Infovet 1 Januari 2007 :

Harga Eceran:
P. Jawa Rp 15.000/eks,
Luar P. Jawa Rp 17.000/eks,

Untuk P. Jawa 6 bulan Rp. 90.000, 12 bulan Rp. 175.000,
Untuk Luar P. Jawa 6 bulan Rp. 100.000, 12 bulan Rp. 195.000


dengan Cara Pembayaran:

Cash atau wesel ke Infovet:
Gedung RSHJ lt.2 Jl. Harsono RM No 28 (Blk)
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550

atau Transfer ke rekening:
A/n. PT GALLUS INDONESIA UTAMA

Bank Mandiri Cab. Pasar Minggu Pejaten
No. Rek. 126.0002074119

atau
Bank BCA KCP Cilandak KKO I
No. Rek. 733-0301681

Pembayaran
(Bukti Transfer di Fax ke 021-7891092)

atau
Hubungi DEPARTEMEN DISTRIBUSI: Aliyus Maika Putra (HP o856 900052)

Tuliskan Nama dan Alamat, Nomor Telepon, Fax, Email, HP dan pesanan Anda dalam Kolom Komentar di bawah ini. Kami akan menindaklanjuti sebagai pelayanan terbaik untuk Anda.

MONITORING VARIAN VIRUS HPAI KITA

Fokus Infovet edisi 169 Agustus 2008

(( Dengan demikian kita dapat mengerti bagaimana proses monitoring varian virus AI di tanah air kita Indonesia. Berbagai kemungkinan dapat terjadi dalam monitoring itu. ))

Bagaimana monitoring varian-varian virus HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza) di Indonesia? Dr Ronald N Thornton seorang ahli epidemiologi FAO di Jakarta dalam pertemuan perkembangan dari Proyek OFFLU (OIE/FAO Animal Influenza Network) kerjasama Pemerintah Indonesia dengan FAO/OIE belum lama ini di Jakarta menyampaikan bahwa ada tujuan yang jelas dari pengumpulan sampel virus itu harus dilakukan secara intensif.

Menurut Ronald, identifikasi antigenik dan genetik dari varian-varian virus HPAI adalah untuk memutuskan jenis bibit vaksin yang digunakan pada area pengendalian penyakit yang diprioritaskan di Indonesia; secara historis sampel virusnya ada atau eksis; sampel-sampelnya representatif atau dapat dipertanggungjawabkan dengan koleksi yang dapat diperbarui; dilakukan pada seluruh sektor produksi unggas; dan terkait dengan kasus-kasus yang secara khusus sangat penting seperti kematian orang dan presentasi yang tidak diperlukan.

Ronald menyampaikan bahwa penentuan distribusi dari tipe-tipe virus adalah berdasar spesies. Lokasi dan sektor. Hal-hal penting yang khusus untuk hal ini harus diperhatikan. Adapun fokus koleksi isolat utama dari tujuan mengumpulkan sampel secara intensif adalah berdasar pada penyebaran penyakit yang signifikan untuk pengendalian penyakit berdasar penyebaran secara geografis, penyebaran sektoral dan hasil-hasil yang tampak termasuk kegagalan vaksinasi.

Dikatakan Ronald, berbagai lembaga dilibatkan dalam proses monitoring varian virus itu di antaranya unit pengendalian AI Dirjennak yang dikenal dengan nama CMU (Control Monitoring Unit) dengan berbagai instrumennya termasuk yang di lapangan dengan menggunakan investigasi wabah, Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet), industri unggas komersial dan universitas-universitas.

Tutur Ronald, perkembangan hasil koleksi itu tercatat sumber yang berasal dari Denpasar, Wates, peternakan sektor 1 dan 2, bukittinggi, Universitas Udayana dan diharapkan kerjasama daerah lain sebelum Agustus ini.

Lanjutnya, prosedur pembagian sampel meliputi prosedur yang difasilitasi oleh Direktur Kesehatan Hewan Dirjennak, CMU dan FAO; persetujuan transfer material disiapkan dengan daftar isolat dan ditandatangani oleh laboratorium penyedia dan penerima sampel isolat; permintaan untuk ijin ekspor harus minta ijin Direktur Kesehatan Hewan Dirjennak; sampel dikirim via IATA kurir yang disetujui dan diselenggarakan oleh FAO.

Masih menurut Ronald, permintaan sampel-sampel terkini yang sudah terlaksana adalah sampel dapat dipakai, cepat prosesnya, tidak mahal, kualitasnya bervariasi, mungkin tidak merefleksikan profil jenis virus yang terkini dan data pembantu yang mungkin bervariasi. Adapun permintaan sampel-sampel baru adalah yang secara logis sulit dipastikan, lambat, mahal, kualitas sampelnya bagus, representatif, dan informasi pembantu yang baik.

Dengan demikian kita dapat mengerti bagaimana proses monitoring varian virus AI di tanah air kita Indonesia. Berbagai kemungkinan yang positif dan negatif dapat terjadi dalam monitoring itu. Sebagai bangsa yang mencintai tanah air Indonesia, kita lakukan upaya yang terbaik dengan mendukung segala sesuatunya dijalankan secara baik, adil dan benar.


Pasar Unggas

Sementara itu Drh Indi Dharmayanti MS dari Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa ada keterkaitan erat antara pasar unggas, virus AI tipe H5N1 dan pengambilan contoh virus di lapangan. Pasar unggas merupakan suatu aspek penting dalam kehidupan di mana tempat ini merefleksikan budaya dan tradisi lokal. Pasar unggas ini di Indonesia merupakan pasar ayam yang penting.

90 persen persediaan dari ayam merupakan sistem pasar tradisional. Sayangnya, pasar unggas unggas tradisional ini berimplikasi pada penyebaran penyakit seperti SARS, Kolera dan infeksi streptokokus babi. Ada peningkatan kejadian bahwa pasar unggas tradisional adalah tempat berkembang, bercampur, dan berbiaknya virus avian influenza termasuk H5N1.

Penelitian menunjukkan adanya virus AI H5N1 di pasar unggas. Jajak data usaha di Indonesia dan negara-negara lain telah mengidentifikasi bahwa pasar merupakan tempat yang baik bagi virus AI. Data-data Bbalitvet yang menunjukkan bahwa ayam-ayam dari pasar unggas itu terbukti positif virus AI antara lain dari Bbalitvet, data lapangan Unit Pengendalian Penyakit AI Ditjennak, studi di Bali, rumah kolektor unggas sentinel, dan data di Guangzhou dari kandang hewan. Pengalaman di Hongkong, mereka menggunakan sebuah studi kontrol kasus untuk mengidentifikasi faktor resiko yang mungkin untuk menyebarkan virus AI tipe H5N1.

Selanjutnya peran pasar unggas ini akan dijelaskan lebih rinci dalam Artikel Peran Sentral Pasar Unggas dalam Penyebaran AI. (YR)

SULITNYA BETERNAK SAAT INI, APA SOLUSINYA?

Fokus edisi 169 Agustus 2008

SULITNYA BETERNAK SAAT INI, APA SOLUSINYA?

Situasi penyakit Avian Influenza (AI) saat ini telah jauh lebih kompleks. Dimana infeksi lebih didominasi oleh infeksi yang berbarengan dengan penyakit lainnya seperti misalnya IB, kholera, ND, dll.
Untuk itu Drh Hadi Wibowo, praktisi perunggasan di Jakarta mengatakan AI dan penyakit domplengannya merupakan penyakit viral yang intra seluler yang langusng merusak sel induk semangnya. Maka apabila antibodi sudah tidak bisa lagi menetralisir dan mengenali virus tersebut maka kematian sudah pasti menjemput ayamnya. Namun sebelum itu terjadi, didalam tubuh ayam masih ada sel T efektor dan sel T sitotoksik yang juga berfungsi menghancurkan sel terinfeksi AI yang menjadi media hidup dan bereplikasi virus sekaligus membunuh virus AI itu sendiri.
Lebih lanjut, kata Hadi, mengutip hasil temuan terbaru dari Prof Fedik A Rantam dari Universitas Airlangga bahwa saat ini AI sudah mulai menginfeksi saluran pencernaan pada broiler maupun layer. “Kalau dulu AI menginfeksi saluran reproduksi dan pernapasan, kini gejalanya makin meluas,” katanya.
Dari pemeriksaan patologi anatomi diketahui terdapat infeksi AI di daerah mesenterium yaitu penyangga usus yang terlihat berwarna merah. Hal ini dikuatkan dengan hasil uji RT-PCR dan imunohistokimia yang menunjukkan bahwa infeksi positif AI. Artinya telah terjadi pergeseran serangan dari semula yang hanya menyerang saluran reproduksi dan pernapasan kita juga menyerang salura pencernaan.
Selain itu, Hadi melanjutkan, hasil temuan Prof Fedik mengatakan bahwa penularan AI paling besar terjadi melalui jalur distribusi. Dalam hal ini terjadi di pasar unggas hidup tempat bertemunya berbagai jenis unggas dalam satu lokasi. Sementara temuan Drh Wayan T Wibawan dari FKH IPB mengatakan bahwa telah terjadi perubahan epitop dan cleavage site pada virus AI yang kini sudah hampir menyerupai virus influenza di manusia.
“Hal ini tentu semakin menambah kekhawatiran kita akan risiko pandemi influenza. Namun yang patut disayangkan adalah tidak samanya pengertian dan sikap dari para pelaku bisnis perunggasan mulai peternak hingga pedagang pasar terhadap penyakit Avian Influenza sebagai masalah nasional,” ujar Hadi prihatin.

Perunggasan Makin Sulit
Hadi menuturkan, kondisi sulit saat ini akibat penyakit masih ditambah dengan naiknya harga pakan ayam baik untuk broiler dan layer. Biasanya menghadapi kenaikan harga bahan baku ini oleh formulator pakan diutak-atik agar nilai nutrisinya tetap dengan mengganti bahan pakan jagung dengan bahan substitusi lain.
Alhasil kadar proteinnya memang tetap namun apakah protein tersebut bisa dicerna dan diserap dengan baik oleh ayam atau tidak. Bila ayam kekurangan protein berarti kekurangan asam amino. Sementara asam amino sangat dibutuhkan untuk membentuk antibodi tubuh. Inilah yang menyebabkan titer antibodi terus turun dan kekebalan tubuh lemah. Ditambah lagi dengan vaksin AI yang tidak up to date dengan perkembangan lapangan menyebabkan beban infeksi AI dari lapang yang telah jauh bermutasi kian rentan.
Dua hal inilah yang menyebabkan kondisi beternak saat ini makin sulit. Namun untuk mengatasi hal ini, Hadi mencoba memberikan solusi, peternak harus terbiasa berteman dengan yang namanya imunomodulator.
Secara singkat, Hadi menjelaskan proses pembentukan antibodi lewat vaksinasi harus ditunjang oleh sel-sel yang bertugas untuk merespon kekebalan. Vaksin ketika masuk ke dalam tubuh ditangkap oleh sel makrofag yang dibantu oleh sel T helper untuk kemudian disampaikan ke sel B. Di sel B inilah dibentuk sel memori antibodi dan sel antibodi itu sendiri. Nah sel-sel yang berperan dalam respon imun ini harus diperbanyak dan dimatangkan, disinilah peran imunomodulator.
“Dinamakan imunomodulator karena obat ini memiliki efek pada respon imun untuk melakukan immuno modulasi. Mekanisme kerja immunomodulator adalah dengan tiga cara, yaitu pertama, meningkatkan proses maturity (pematangan) sel-sel yang berperanan dalam imun respon. Kedua, meningkatkan proses proliferasi sel, terutama sel-sel makrofag (memfagosit antigen dan menghancurkan antigen dalam sel) dan limfosit (pembentukan antibodi dan membunuh antigen dalam sel), sehingga jumlahnya menjadi lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat. Dengan demikian jumlah antigen yang dapat diproses meningkat lebih banyak dan titer antibodi yang dihasilkan menjadi lebih tinggi. Ketiga, mengaktifkan complement, sehingga eliminasi antigen dalam sel menjadi lebih efektif,” jelas dokter hewan yang lahir sehari sebelum peringatan kemerdekaan RI, yaitu 16 Agustus.
Hadi juga menegaskan bahwa kebaikan menggunakan imunomodulator sudah seharusnya ditularkan antar peternak. Seperti yang telah dilakukan Koh Iping dari Patriot Grup yang telah mempercayakan persoalan AI ini dengan pemanfaatan imunomodulator. Hal ini semata dilakukan untuk mengantisipasi bila terjadi serangan AI meskipun sudah dilakukan vaksinasi. Karena terbukti penggunaan imunomodulator dapat menekan terjadinya kasus AI.
Diakhir diskusi dengan Infovet, Hadi menjelaskan bahwa untuk mengamankan usaha perunggasan tetap diperlukan 3 langkah wajib yaitu sanitasi, desinfeksi, dan vaksinasi. (wan)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer