Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Refleksi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Kisah Siput Tolol

Syahdan, di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya memanjat pohon ceri. Beberapa ekor burung di sekitar situ memandangnya dengan perasaan geli. ”Dasar siput bego!” kata seekor burung tertawa mengejek.

”Hai siput tolol! Mau ngapain kau memanjat pohon itu?” kata burung lain. Burung yang satu ini bermaksud baik, mengingatkan agar siput tidak usah menghabiskan energi memanjat pohon. ”Di atas sana tidak ada buah ceri!” teriaknya.

Siput tetap memanjat pohon dengan penuh semangat. ”Pada saat saya tiba di atas, pohon ceri ini telah berbuah,”

Cerita ini saya kutip dari buku Recharge Your Life karya Haryo Ardito yang dikenal dengan julukan Die Hard Motivator. Moral dari cerita ini, kata Haryo Ardito adalah bahwa orang yang berpandangan jauh ke depan dapat melihat harapan di balik kekosongan. Sedang mereka yang hanya berpikir ”hari ini” melihat kekosongan sebagai kesia-siaan.

Cerita ini mendapat beberapa tanggapan bagus ketika saya tulis di internet. Seorang pembaca berujar,” jangan sepelekan orang yang kelihatan seperti siput tolol, siapa tahu kelak kita melihat dia sebagai seorang bintang”.

Ya, membaca cerita siput tolol ini, pemahanan saya mengenai ”pandangan jauh ke depan” terasa menjadi lebih dalam. Pada awalnya saya berpendapat, melihat jauh ke depan adalah sekedar menetapkan target berdasarkan trend keadaan saat ini. Ternyata tidak. Pekerjaan membuat trend, ahli statistik pintar sekali, tapi bukan berarti semua ahli statistik memiliki jangkauan padangan jauh ke depan sebagaimana layaknya para pemimpin hebat.

Begitupun para eksekutif yang mendapatkan informasi dan data yang disajikan di media cetak maupun melalui seminar-seminar. Tidak berarti semua peserta seminar langsung mampu melakukan pandangan jauh ke depan dari sebuah seminar mengenai prospek bisnis masa depan. Kejelian menggabungkan beberapa informasi itulah yang membuat seseorang dapat berbeda menyikapi data. Kita boleh sama-sama mengikuti seminar prospek bisnis, tapi cara kita merespon data dan informasi itulah yang membedakan siapa diri kita.

Memandang jauh ke depan juga bukan sekedar mengira-ira. Bukan pula sekedar mengucapkan cita-cita. Anak kecil juga bisa berpikir masa depan ketika ditanya tentang cita-cita. Dengan lancar mereka berkata, “saya kelak mau jadi polisi, mau jadi dokter, mau jadi insinyur, mau jadi pilot dan sabagainya”. Pasti bukan itu yang dimaksud cerita si ”siput tolol” ini.

Pandangan jauh ke depan di sini adalah melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh logika umum dan mulai melakukan action untuk meraih masa depan tersebut meskipun banyak orang mengabaikannya atau bahkan mengejeknya. Dalam logika normal, orang yang memandang jauh ke depan bisa terlihat tolol, tapi kelak orang akan melihat dia adalah pemimpin yang cerdas.

Bagi seorang yang berkarir, berpikir jauh ke depan dapat diartikan sebagai orang yang mau bekerja di suatu tempat yang sangat tidak diminati orang lain, dan di kemudian hari orang lain mengakui, karyawan ini layak disebut hebat karena pilihan karirnya sangat tepat. Dr. Drh. Soehadji dapat dijadikan sebagai salah satu contoh. Pada saat baru menyandang gelar dokter hewan, ia mau ditempatkan di daerah terpencil yakni di Kecamatan Sendawar, nun jauh di pedalaman Kalimantan Timur. Di kemudian hari, dengan pengalamannya yang sangat kaya di daerah, ia sukses meniti karirnya hingga di puncak, sebagai Dirjen Peternakan.

Seorang pengusaha atau calon pengusaha yang memiliki pandangan jauh ke depan bukan tipe orang yang berpikir instan. Ia mau membangun pabrik yang hasilnya 5 atau 10 tahun lagi. Orang berpandangan jauh kedepan adalah orang yang tekun dan konsisten dengan tujuannya. Ibarat pelari, mereka adalah pelari maraton.

Tirto Utomo adalah pengusaha yang awalnya diejek banyak orang karena membuat pabrik air putih dalam kemasan botol. Logika yang ada waktu itu adalah, air putih harus gratis, yang pantas dibotolkan adalah air minum yang manis, rasa coklat atau aneka rasa lainnya. ”Mana mau orang Indonesia membeli air putih dalam botol yang harganya (waktu itu-red) lebih mahal dari bensin,” demikian logika yang umum saat itu.

Pastilah banyak orang yang menilai Tirto Utomo seperti si siput tolol.

Tapi Tirto punya pandangan yang berbeda. ”kelak dimanapun anda berada, semua orang akan mencari air minum yang sehat dan higienis,” ujar Tirto menanggapi ejekan para pengamat.

Keyakinan ini bermula pada saat Tirto Utomo yang pernah bekerja di Pertamina. Tugasnya sering mengantar tamu orang asing, dan para tamu sering sakit perut karena minum air yang kurang bersih di warung makan. Ia melihat hal tersebut sebagai sebuah peluang meskipun ia memendam gagasan itu sekian lama. Dan saat peluang itu datang ia segera mewujudkan gagasan terpendamnya.

Tirto Utomo melihat ke depan, bahwa bukan hanya orang asing yang membutuhkan air putih dalam kemasan, tapi juga orang kita yang ada di angkutan umum, mobil pribadi dan dimana saja yang sulit mendapatkan air minum yang higienis.

Kini usaha yang ia rintis yang bermerek Aqua telah menjadi sebuah industri AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) terbesar di tanah air.

Mungkin saja, di sekitar saya ada siput tolol. Saya tak boleh lagi mengejek tindakan atau keputusan orang yang kelihatan aneh.

Selamat Tahun Baru 2010.

Email: bambangsuharno@telkom.net


Kemasan Diri

Kemasan Diri

Bambang Suharno


Bagi anda yang bergerak di bidang pemasaran, kisah di bawah ini mungkin bukan hal baru. Saya ingin melihatnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda.

Alkisah, ada 3 karton yang berisi kaleng minuman ringan (softdrink) yang diproduksi di sebuah pabrik. Suatu hari, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng minuman tersebut dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Karton pertama di turunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng minuman lainnya dan diberi harga Rp. 4.000/kaleng.

Pemberhentian kedua adalah restoran. Di sana , karton diturunkan. Kaleng-kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng
minuman diturunkan di sana . Kaleng-kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas, melainkan di suatu tempat yang pelanggan tidak melihatnya. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki yang mewah. Pelayan hotel akan membuka kaleng itu, menuangkannya ke dalam gelas dengan sopan dan tersenyum manis untuk disajikan ke pelanggan. Di tempat ini harganya melambung menjadi Rp. 50.000.

Kaleng tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama. Anehnya, tidak ada konsumen yang protes terhadap perbedaan harga yang mencolok ini. Padahal jelas, kemasan kalengnya sama persis, pabriknya sama. Ada apa di balik semua ini?

Dalam marketing modern, kemasan sebenarnya sudah mampu melampaui fungsi basic-nya sebagai pembungkus dan pelindung. Ia sudah menjadi tools yang berfungsi sebagai “silent salesman” di rak-rak toko dan rumah konsumen, bahkan juga untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produk. Demikian pendapat Roslyn N Wiria, Design Director PT Synzygon Brand Komunikasi.

Packaging sebenarnya gabungan antara sains (dalam hal melindungi produk) dan seni (dalam hal merepresentasikan produk). Sains lebih mengarah kepada desain struktural yang ergonomis dan berfungsi untuk memudahkan pemakai dalam proses pengidentifikasian, penggunaan, penempatan, pengepakan, penyimpanan, dan distribusi sebuah produk. Jadi, bagaimana desainnya bisa stabil jika diletakkan; kalau dipegang tidak masalah; display, penggunaan, dan pengirimannya bagus. Sedangkan seni menyangkut bagaimana teks, warna
dan gambarnya bisa menarik perhatian dan mengikat emosi orang yang melihatnya.

Dalam marketing, packaging merupakan sarana komunikasi sebuah produk. Kemasan menjadi sarana terbaik untuk mendorong konsumen untuk membeli sebuah produk dan untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produk. Sebab, packaging bisa menjadi “personal statement” bagi konsumen untuk menunjukkan jati diri mereka.

Namun dalam perkembangan marketing yang modern, belakangan ini bukan hanya kemasan fisik yang membuat sebuah produk menjadi lebih berharga. Kemasan lingkungan akan menambah nilai dari sebuah kemasan fisik. Contohnya, kasus minuman ringan tadi.

Kemasan lingkungan, mulai dari lokasi usaha, kemewahan gedung dan kemasan pelayanan dapat merubah harga menjadi sedemikian fantastis. Sate ayam di warung tenda pinggir jalan dengan di hotel berbintang harganya jauh berbeda, dan masing-masing tetap ada pembelinya. Sayuran dari pucuk gunung yang ditanam tanpa pupuk kimia, dapat dikemas di restoran mewah dengan label sayuran organik, dengan harga jauh di atas harga sayuran pada umumnya.

Kini, kita bisa bercermin kepada kasus kaleng minuman ringan . Benarkah kemasan ”lingkungan” kita mencerminkan ”harga’” kita?

Para pakar genetika ternak mengatakan performa produksi ternak akan optimal apabila mutu genetik bagus didukung lingkungan yang sesuai. Ternak ayam ras yang potensi produksi telurnya 300 butir per tahun, membutuhkan perlakuan lingkungan yang berbeda dengan ayam kampung yang hanya 100 butir per tahun.

Lingkungan kita pun membentuk kita dengan cara yang unik. Ia mempengaruhi melalui televisi, radio, bacaan media cetak, media internet, obrolan di warung kopi, obrolan dengan teman sekantor atau seprofesi, obrolan teman sekolah, rapat RT, bahkan obrolan dengan seseorang yang baru kenal. Semuanya dapat mempengaruhi pola pikir anda dan selanjutnya membuat citra anda yang sekarang anda miliki.


Lingkungan kita telah mengemas kita menjadi sesuatu yang seperti sekarang ini. Kita tidak perlu heran, bila kita rela membayar seorang tokoh dalam suatu seminar dengan harga yang mahal meskipun kita sudah tahu apa yang akan dia bicarakan. Ya, karena tokoh itu pemimpin organisasi tertentu, menerima penghargaan dari lembaga internasional, dan segudang pengalaman lainnya.

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda karena Lingkungan berbicara tentang relationship. Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama akan bernilai berbeda jika ia berasal dari lingkungan
yang berbeda.***

Email bambangsuharno@telkom.net
Informasi training SDM perusahaan hubungi Gita Organizer 021.78841279 (Nur Aidah), 08129354768 (Fajar Adi Purnama)

Kekuatan Bersyukur

oleh Bambang Suharno

Jika kita bersyukur terhadap apa yang kita miliki, maka kita akan mendapatkan lebih banyak lagi yang layak kita syukuri. Demikian kalimat penutup dalam artikel saya di Infovet edisi Juli 2007. Saya dan juga anda, tentu begitu sering mendengar kalimat semacam ini sehingga tanpa sadar kadang merasakan bahwa kalimat ini hanya sekedar kalimat pelipur lara saja.

Lain halnya ketika saya membaca bahasan tentang syukur yang ditulis oleh Rhonda Byrne dalam buku berjudul The Secret (Rahasia). Buku ini menjadi perbincangan hangat di Amerika Serikat. Penulisnya tampil dalam dua acara televisi yang paling bergengsi yakni acara yang dipandu Larry King dan acara Oprah Winfrey. Di Indonesia Buku The Secret versi Bahasa Indonesia termasuk dalam kategori buku best seller nasional.

Menurut cerita, Rhonda Byrne semula mengalami masalah hidup yang sangat berat. Kemudian dia menemukan sebuah buku yang mengungkapkan rahasia terbesar sepanjang jaman, yang merupakan jawaban atas segala persoalan yang sedang dia alami. Karena penasaran, Rhonda Byrne kemudian melakukan pencarian tentang informasi yang lebih lengkap tentang The Secret itu sendiri, yang ternyata di masa lalu dikuasai oleh orang-orang yang telah memberikan sumbangan besar kepada dunia, seperti Newton, Emerson, Beethoven, Edison, Einstein dan sebagainya.

Hasil pencarian itu, Byrne menemukan beberapa Secret Teacher masa kini, diantaranya Bob Proctor (pembicara internasional), Jack Canfield (penulis buku Chicken Soup For The Soul yang telah dicetak 50 juta eksemplar), John Demartini dan lain-lain. Mereka membeberkan rahasia sukses dalam buku ini.

Byrne mengatakan, banyak orang sukses tidak mengetahui ada buku ini, namun jika diteliti cara-cara hidupnya, orang-orang hebat ini (tentunya hebat dalam jalur kebaikan) secara tidak sadar telah mempraktekkan apa yang ada di dalam buku ini.

Satu hal dalam buku The Secret yang paling menarik menurut saya adalah tentang bersyukur. Mengutip petuah Joe Vitale, Byrne mengatakan, bila anda ingin mengubah hidup, hal pertama yang dapat anda mulai adalah membuat daftar hal-hal yang anda syukuri. Jika sebelumnya anda berfokus pada apa yang tidak anda miliki, pada keluhan dan masalah anda, sekarang anda dapat menemukan perbaikan luar biasa bila mulai melakukan latihan bersyukur.

John Demartini menambahkan apapun yang kita pikirkan dan syukuri, kita akan mendapatkannya lagi. Silakan anda praktekkan!

”Syukur adalah bagian mendasar dari ajaran-ajaran guru besar sepanjang sejarah,” kata Bryne. Dalam buku The Science of Getting Rich karya Wallace Wattles di tahun 1910, syukur adalah bab yang terpanjang. Demikian pula dalam buku The Secret ini, setiap orang yang ditokohkan menggunakan rasa syukur sebagai bagian dari hari-hari sukses mereka. Mereka memulai aktivitas pagi hari dengan pikiran dan perasaan syukur.

Lantas, mengapa bersyukur bisa mendatangkan lebih banyak hal yang layak disyukuri lagi? Ini dapat dijelaskan dengan hukum tarik menarik (law of attraction) yang merupakan prinsip utama sukses.

Law of Attraction menyatakan bahwa pikiran akan membentuk realitas. Pikiran yang positif akan menarik hal-hal yang positif, pikiran yang negatif akan menarik hal-hal yang negatif. Dasar ilmiahnya adalah bahwa pikiran kita merupakan gelombang, sebagaimana setiap partikel yang menyusun semesta ini. Pikiran kita selalu membangkitkan getaran yang akan direspon oleh semesta. Dalam fisika kuantum dikemukakan bahwa kejadian di luar sana hanyalah samudera kemungkinan- kemungkinan, yang menjadi "realitas" setelah dibentuk oleh pikiran. Bila anda melihat batu, dia adalah samudera kemungkinan yang oleh pikiran dapat berubah menjadi perhiasan, bahan kimia, alat rumah tangga atau apapun, tergantung pikiran manusia. Jadi pikiranlah yang membentuk "dunia" kita.

Demikian halnya dengan kejadian yang kita alami saat ini, sesungguhnya adalah hasil pikiran kita jauh hari sebelumnya, sengaja ataupun tidak.

Ambil contoh, misalkan anda tersinggung dengan perkataan seseorang, lantas anda fokuskan pada perasaan tersinggung itu, maka rasa tersinggung akan menarik ketersinggungan yang lebih besar lagi. Anda tersinggung satu hal dari satu orang, bisa bertambah menjadi beberapa hal dari satu orang. Kemudian anda pikirkan dan rasakan ketersinggungan anda, maka berikutnya anda bisa tersinggung oleh orang lain. Demikian seterusnya, sehingga ketersinggungan akan menarik ketersinggungan berikutnya.

Sebaliknya bila anda sekuat tenaga memikirkan hal positif dari orang yang menyinggung anda, selanjutnya rasa tersinggung akan sirna. Pikiran positif akan menarik pikiran positif. Kejadian bahwa hati anda kemudian lebih tenang, tidak tersinggung dengan perkataan orang, dan kemudian mendapatkan orang lain yang ramah adalah hasil dari pikiran anda sebelumnya.

Jika anda mengeluh, law of attraction akan mendatangkan lebih banyak situasi yang anda keluhkan ke dalam hidup anda. Anda mengeluh bos anda berlaku tidak adil? Kemanapun anda pergi anda akan menemukan lebih banyak orang yang bertindak tidak adil kepada anda. Jika anda mendengar seseorang mengeluh dan anda berfokus pada hal itu, bersimpati kepadanya, saat itu juga anda menarik lebih banyak situasi kepada diri anda untuk mengeluh juga.

Kita tak perlu mengusir hal-hal buruk, cukuplah dengan menarik hal-hal baik, maka yang buruk akan pergi. Bersyukur adalah menarik hal yang baik, yang dengan sendirinya mengusir hal yang buruk. Dengan kata lain, menurut Law of attraction, bersyukur (hal positif) akan menarik ”hal positif” lain yang layak disyukuri.

Dengan penjelasan ini, ”petuah bersyukur” tidak lagi terasa seperti kalimat pelipur lara. Ini soal hukum alamiah yang sudah berlaku sejak dulu kala. Awalilah hari anda dengan rasa syukur yang sebenar-benarnya, kalau perlu sampai berlinang air mata, terhadap yang telah anda miliki. Salam sukses***


Konsultasi, training& saran, email ke: bambangsuharno@telkom.net

Kekuatan Kata-kata

Kekuatan Kata-kata
Bambang Suharno

Salah satu motivator yang menurut saya sangat pintar mengolah kata-kata adalah Mario Teguh. Saya mengamatinya sejak 5 tahun lalu ketika ia menjadi narasumber talkshow di Radio Bisnis PassFM, kemudian ke Radio Ramako Jakarta dan kemudian ke bebarapa radio lain, dan berikutnya tampil di acara business art di saluran televisi O-Channel. Kalimat di bawah ini saya kutip dari salah satu artikelnya mengenai anger management (pengelolaan amarah). Perhatian baik-baik olahan kata per kata. Kita akan menikmati indahnya Mario Teguh mengolah kata menjadi sebuah kesadaran dalam diri kita.

Seseorang yang tidak bisa merasa marah tidak bisa disebut penyabar; karena dia hanya tidak bisa marah. Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar.

Kata-kata yang sejatinya tak lebih dari rangkaian huruf, yang kemudian diolah menjadi kalimat, dapat merubah banyak hal dalam diri banyak orang. Kata-kata menjadi sedemikian tajam di tangan seorang yang pandai mengasahnya.

Orang-orang yang pandai berkomunikasi bukanlah orang yang pintar mengumbar kata-kata. Mereka adalah orang yang tekun menyimak, membaca dan mengolah menjadi kata-kata yang dapat diterima lawan bicara (istilah lawan bicara kelihatannya kurang pas, apakah lebih tepat istilah teman bicara?)

Makanya anggapan bahwa seorang penjual yang sukses harus pandai berbicara banyak, adalah sangat keliru.

Para negosiator hebat adalah mereka yang pintar memilih kata-kata yang baik. Begitupun dengan para pemimpin-pemimpin dunia. Untuk memilih kata-kata yang matang, diperlukan kepandaian mendengar dan merasakan apa yang ada di benak lawan bicara. Dr.Drh.Soehadji, mantan Dirjen Peternakan pernah memperkenalkan istilah ”ukuran keempat” untuk menggambarkan ukuran yang dimensinya berbeda dengan jenis ukuran lainnya. Ukuran pertama adalah panjang atau lebar (satu dimensi dengan ukuran meter), ukuran kedua adalah luas (dua dimensi, menggunakan meter persegi), ukuran ketiga adalah isi (3 dimensi, dengan meter kubik) dan ukuran keempat adalah perasaan (dimensi kompleks). Mereka yang hebat dalam penjualan, negosiasi ataupun dalam memimpin pandai menggunakan ukuran yang abstrak ini. Kita mengenal istilah empati, yakni bagaimana memposisikan perasaan kita pada posisi lawan bicara. Itulah ukuran keempat.

Dari sebuah artikel Erwin Arianto di sebuah mailing list, saya menemukan cerita yang menarik mengenai seorang petani terkemuka di Finlandia yang sangat pandai memilih kata-kata dalam berkomunikasi. Waktu itu garis batas antara Finlandia dan Rusia sedang ditentukan, dan petani itu harus memutuskan apakah dia ingin menjadi warga Finlandia atau Rusia. Setelah memikirkan cukup lama, dia memutuskan untuk berada di Finlandia, tetapi dia tidak ingin melukai perasaan pejabat Rusia. Pejabat Rusia itu datang kepadanya dan bertanya mengapa dia ingin berada di Finlandia.

Petani itu menjawab,"Sudah merupakan kerinduanku sejak dulu untuk tinggal ditanah tumpah darahku Rusia, tetapi pada usiaku yang sudah lanjut seperti ini, aku tidak dapat bertahan menghadapi musim dingin di Rusia."

Dengan kalimat seperti ini pejabat Rusia mendukung keinginan petani untuk bermukim di Finlandia dan tetap bersahabat dengan pejabat Rusia. Tidak terbayangkan jika petani itu mengatakan,” maaf Bapak pejabat, saya punya hak penuh untuk memilih tempat tinggal. Ini bukan urusan Anda”.

Kisah lain yang sejalan dengan topik ini adalah seorang guru yang berusaha untuk menjelaskan kepada sekelompok orang mengenai betapa besarnya reaksi orang terhadap kata-kata, menelan kata-kata, hidup dalam kata-kata.

Salah seorang dari kelompok itu berdiri dan mengajukan protes. Dia berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapat Anda bahwa kata-kata mempunyai efek yang begitu besar terhadap diri kita."

Guru itu berkata," Duduklah, anak haram!"

Muka orang itu menjadi pucat karena marah dan berkata,"Anda menyebut diri Anda sebagai orang yang sudah mengalami pencerahan, seorang guru, seorang yang bijaksana, tetapi kenyataannya Anda sangat tidak sopan. Seharusnya Anda malu dengan diri Anda sendiri."

Kemudian Guru itu berkata, "Maafkan saya, saya terbawa perasaan. Saya benar-benar mohon maaf, itu benar-benar di luar kesadaran saya, saya mohon maaf." Orang itu akhirnya menjadi tenang.

Kemudian Guru berkata lagi,"hanya diperlukan beberapa kata untuk membangkitkan kemarahan dalam diri anda; dan hanya diperlukan beberapa kata untuk menenangkan
diri anda, benar bukan?"***

Email: bambangsuharno@telkom.net
Informasi Training Pengembangan SDM hubungi Gita Organizer: 021.78841279

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer