Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Profil | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DELAPAN WINDU FKH UGM YOGYAKARTA

Peran Dokter Hewan saat ini diperlukan untuk mewujudkan kesejahteraan Masyarakat yang berwawasan lingkungan. Berikut paparan Prof Dr Drh Bambang Sumiarto SU MSc, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) dalam rangka memperingati 8 windu FKH UGM Yogyakarta.

Usia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada sudah menginjak delapan windu (64 tahun), yang berdiri berdasarkan SK Menteri Kemakmuran RI No. 1280/a/Per. tanggal 20 September 1946. Sedangkan Universitas Gadjah Mada sendiri diresmikan 19 Desember 1949 oleh Pemerintah RI yang kala itu bernama Universiteit Negeri Gadjah Mada. Dahulu, nama FKH disebut Pendidikan Kedokteran Hewan Tinggi (PKHT) berkedudukan di Klaten yang merupakan kelas paralel dengan PKHT di Bogor dan mahasiswanya masih tercatat 12 orang.

Dalam perjalanan waktu, kini orientasi FKH UGM menuju Fakultas berkelas internasional serta berperan serta dalam kegiatan riset dan pengabdian masyarakat menghadapi mewabahnya penyakit hewan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti AI. Kerjasama dengan luar negeri masih terkonsentrasi pada MoU yang telah terjalin dengan delapan Universitas di Queensland, Jepang, Australia, Malaysia, Korea, Jerman dan RRC.

Di tataran internasional disepakati bahwa hampir sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia, perlu memperbaiki sistem pendidikan Kedokteran Hewannya. Oleh karenanya, OIE menyarankan agar negara berkembang melakukan refokus kurikulum dan perbaikan standar kompetensi. Perguruan tinggi harus mengembangkan strategi reformasi untuk menyesuaikan dan mengemas kurikulumnya sedemikian rupa untuk mempertahankan kualitas pendidikan dan memperkuat praktek-praktek kesehatan hewan yang relevan dengan sistem budidaya ternak dan ekosistem hewan.

Dalam konteks tren baru dan masa depan industri peternakan, dibutuhkan kurikulum yang lebih terfokus pada kemampuan praktek dan mengembangkannya ke bidang-bidang surveilans, epidemiologi, kesehatan, produksi, manajemen ekonomi dan bisnis. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran SCL (Student Centered Learning) dengan PBL (Problem Based Learning) mulai dilaksanakan tahun 2007.

Saat ini, Tahun Akademik 2010/2011, FKH UGM mengelola 1085 mahasiswa, terbagi atas S-1 reguler 670 orang, PPDH 348 orang, S2 sebanyak 81 orang (2 orang dari Libya), S3 sebanyak 36 orang (1 orang dari Irak) dan S1 swadaya 43 orang. Tiap tahun peminat pendaftar mengalami peningkatan. Tahun ajaran 2010/2011, jumlah peminat 2031 orang dan diterima 214 orang, sedang yang mendaftar ulang 197 orang (92 %). Dari jumlah ini, sebanyak 172 orang memilih FKH UGM sebagai pilihan pertama. Yang sungguh membanggakan, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada wisuda terakhir (Agustus 2010) rata-rata mencapai 3,02 (tertinggi 3,90) dan lulusan tercepat 4 tahun 1 bulan.

Pendidikan tidak akan berhasil jika kualitas dosen tidak berkualitas. Sampai akhir Juli 2010, FKH UGM memiliki 43 dosen (52,4 %) bergelar Doktor yang 11 orang di antaranya Guru Besar atau Profesor (13,4 %), bergelar S2 sebanyak 36 orang (43,9 %) yang 15 orang di antaranya mengikuti pendidikan S3 (18,3 %), bergelar profesi 3 orang (3,7 %) dan harus sudah menyelesaikan S2 pada tahun 2012 sesuai tuntutan UU Guru dan Dosen.

Tenaga kependidikan sebagai salah satu pilar pendukung berlangsungnya proses pembelajaran dan pelayanan administrasi yang baik dan bermutu, terus ditingkatkan kualitasnya. Tahun 2010, FKH UGM tercatat memiliki tenaga kependidikan berstatus PNS sebanyak 92 orang dan 17 orang honorer SK Dekan. Tuntutan terhadap penyediaan tenaga pendidik dan kependidikan terutama untuk mendukung operasional laboratorium yang akan didirikan dan pengembangan pelayanan Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, yang disikapi dengan proses rekrutmen tenaga baru yang akan diselenggarakan bulan November 2010.

Mengenai pengembangan dan pemberdayaan Senat Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), sampai 31 Juli 2010 FKH UGM telah memfasilitasi terselenggaranya 97 program kerja yang mendapat dukungan dana dari fakultas dan iuran Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POTMA) serta pihak lain yang tidak mengikat (sponsor).

Beasiswa sebagai salah satu instrumen peningkatan kesejahteraan untuk mahasiswa berprestasi, mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu terus diupayakan ketersediaannya melalui pendanaan UGM, fakultas dan sumber lain yang sesuai dengan misi pendidikan. Data mahasiswa FKH UGM yang mendapatkan beasiswa 267 orang (SPP/BOP), 149 orang (PPA), 14 orang (pegawai FKH UGM), 76 orang (BBM), 41 orang (Supersemar), 3 orang (Tanoto Foundation), 1 orang (PT BTN), 19 orang (Yayasan Karya Salemba Empat), 1 orang (Bank Mandiri), 1 orang (Dinas Pendidikan DIY) dan lain-lain. Di samping itu juga ada beasiswa Bantuan Khusus Mahasiswa bagi mahasiswa Sumatera Barat yang terkena musibah gempa pada tahun 2010, diberikan berupa pembebasan SPP dan BOP selama satu tahun untuk mahasiswa S1 dan keringanan biaya SPP 50 % untuk satu semester atau 25 % untuk satu semester berikutnya bagi mahasiswa pascasarjana.

Kerjasama nasional dengan Radio Republik Indonesia dalam bincang-bincang sore mewujudkan 53 episode mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Begitu juga kerja bareng dengan koperasi, Pemda Kalimantan Selatan, Riau, dan perusahaan swasta dalam bentuk program penelitian, pendidikan dan pemagangan telah menghasilkan kinerja positip. Fasilitasi proses rekrutmen lulusan oleh pengguna lulusan merupakan komitmen FKH UGM untuk memberikan pelayanan kepada lulusan agar memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keinginannya. Sampai saat ini, FKH UGM telah memfasilitasi 106 penawaran lowongan pekerjaan bagi lulusannya baik dari perusahaan swasta nasional, internasional, dinas pemerintah dan TNI/POLRI.

Alumnus FKH UGM tersebar hampir di seluruh propinsi yang ada di Indonesia dan luar negeri. Data dokter hewan praktisi alumnus di luar negeri yang bekerja di Malaysia 7 orang, Brunei Darusalam 4 orang, Vietnam 6 orang, AS 1 orang dan Afrika 1 orang. Peran alumnus untuk memberikan kontribusi terhadap kualitas lulusan dan pengembangan institusi serta dalam meningkatkan minat masyarakat untuk melanjutkan studi di FKH UGM sangatlah penting. Untuk itu FKH berupaya terus memperbaiki kualitas hubungan dan komunikasi dengan alumnus secara terus menerus lewat GAMAVET (Gadjah Mada Veterinarian) yang berdiri sejak Kongres PDHI di Lombok beberapa tahun yang lalu.

Keberadaan Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi merupakan RSH Pendidikan, unit pelayanan masyarakat dan RSH rujukan, yang dibuka 5 Agustus 2009. Hingga Agustus 2010 telah melaksanakan pelayanan sebanyak 3976 pasien dan 450 pasien rawat inap. Pasien terdiri atas anjing 1645 ekor, kucing 1768 ekor, kelinci 279 ekor, burung 90 ekor, kambing 4 ekor, sapi 14 ekor dan hewan lain (hamster, kura-kura, ayam, musang, monyet, ular, tupai, tokek, iguana) sebanyak 176 ekor. Pemasukan keuangan sampai akhir Agustus 2010 mencapai 547, 460 juta rupiah. Untuk melengkapi bacaan mendapat sumbangan 45 judul buku serta membangun Theatre Elisa Nugroho mendapat suntikan dana 225 juta dari drh. Elisa Nugroho. Di samping itu drh Ali Usman dari PT Biotek Saranatama menyumbangkan 200 juta rupiah untuk membangun ruang periksa VIP.

Presiden RI pertama Ir. Sukarno pada saat meresmikan UGM, pernah berpesan: Kutitipkan Universitas ini sebagai pemersatu bangsa. Usia FKH UGM boleh saja tua, tetapi sikap dan watak para pendidik jangan terpecah-belah. Sangat disayangkan keberhasilan dan kebesaran FKH UGM tidak diikuti oleh kebesaran hati beberapa dosen. Terbukti dari pantauan Infovet pada acara Dies 64 tahun FKH UGM tidak diikuti oleh dosen senior termasuk beberapa Guru Besar yang menjadi kebanggaan bersama.

Kapan para pakar ini mau bersatu-padu. Apakah mereka tidak sadar, bisa menjadi Dokter Hewan hingga menjadi dosen karena jasa FKH UGM? Di samping itu informasi atau undangan yang disampaikan kepada para alumnus tidak dikirim via surat ke masing-masing instansi melainkan hanya lewat SMS sehingga pesta akbar temu kangen alumnus yang seharusnya dihadiri lebih banyak tamu undangan menjadi kurang semarak. Mungkinkah GAMAVET bisa menjembatani semua ini? Tugas mulia bagi para civitas akademika termasuk para alumninya yang tergabung dalam GAMAVET untuk mempersatukan penyimpangan sesuai keinginan Sukarno. (red)

SMK FARMING TLOGOWUNGU,PENYEDIA SDM PETERNAKAN DINI SELAIN SNAKMA

Dalam sebuah peristiwa acara dokter hewan perunggasan di Jakarta, Infovet bertemu dengan kepala sekolah peternakan yang merupakan sekolah alternatif pencetak dini tenaga peternakan selain Snakma. Ia adalah Drh SS Ngestiningsih yang menjabat sebagai Kepala SMK Farming Tlogowungu.

Kalau Snakma (Sekolah Peternakan Menengah Atas) merupakan sekolah menengah peternakan di bawah Departemen Pertanian, maka SMK Farming Tlogowungu Pati Jawa Tengah merupakan bukti nyata kepedulian pengembangan peternakan sejak dini di bawah Departemen Pendidikan Nasional (dulu Depdikbud). Sebagaimana Snakma, dengan SMK Farming dicetak tenaga teknis peternakan siap pakai.

SMK Farming Tlogowungu merupakan penerima Indolivestock Award 2006 untuk kategori Pengembangan SDM. Prestasi lain adalah sebagai sekolah unggulan 2006 Jawa Tengah, Juara II Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Jateng 2007 dan Juara III tahun 2008 serta 2009.
Drh SS Ngestiningsih mengatakan secara khusus kepada Infovet tentang adanya praktek kerja industri yang merupakan langkah pembiasaan siswa terhadap dunia kerja yang akan dihadapinya nanti. Umumnya praktek kerja industri dilakukan lebih cepat dan mudah dalam kerja di peternakan.

Sebagai contoh yang telah berlangsung pembiasaan kerja di industri peternakan itu telah dilakukan di beberapa peternakan seperti peternakan mitra PT PKP Unit Kudus, PT Sari Niaga Pasifik Subang Jawa Barat, Kelompok Ternak Sapi Perah Jagan Margorejo Pati, PT Cemerlang Unggas Lestari dan Jonggo Farm Wedar Jaksa Pati.

Drh Ngestiningsih yang alumnus FKH IPB tahun 1988 ini mengaku telah memelihara fasilitas yang dimiliki untuk dipakai belajar siswa di SMK ini sejak 1990. Dalam mengelola SMK yang berdiri sejak 1987 dibawah asuhan Yayasan Pendidikan Kekeluargaan Gotong Royong ini ia dibantu oleh suaminya. Fasilitas yang dimiliki kini pun berupa unit produksi dan pelatihan ayam pedaging berkapasitas 20 ribu ekor, unit produksi dan pelatihan sapi, kambing etawa, ruang multimedia dan asrama siswa.

Salah satu metode peningkatan kurikulum di SMK adalah ia dan suami rajin menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan peternakan dan kesehatan hewan yang dari situ dimasukkan kurikulum alternatif. Ngestiningsih mengaku kebutuhan tenaga peternakan lebih dari jumlah lulusan yang dihasilkan. Maka soal kualitas selalu diperhatikan sehingga untuk SMK ia selalu update informasi supaya para siswa dan lulusan SMK Farming bisa menjadi agen penyebar ilmu ke peternak.

Dalam rangka itulah praktek kerja industri seperti yang diselenggarakan di PKP Region Jawa Tengah dilakukan sebaik-baiknya. “Supaya sama-sama diuntungkan,” kata Drh Ngestingingsih. Makin nyata di sini, metode pendidikan yang diterapkan adalah “bersekolah sambil bekerja” atau “learning by doing”, ditunjang sarana belajar dan praktek yang memadai, “Sehingga lulusan SMK Farming siap memasuki dunia kerja,” akunya.

Alhasil, lulusan-lulusan SMK Farming ada yang diterima di PT Medion Bandung sebagai asisten teknisi peternakan, operator industri dan bidang kerja sejenisnya. Ada pula yang diterima di PKP Unit Kudus sebagai operator peternakan ayam pedaging, di PT Sierad Produce sebagai penyuluh dan berbagai operator peternakan ayam. Selain itu beberapa juga diterima diberbagai perusahaan peternakan lain baik sebagai operator penggemukan sapi potong, operator toko daging, operator peternakan maupun penanggungjawab logistik dan sejenisnya.
Drh Ngestiningsih pun menyampaikan setiap lulusan SLTP atau MTs dapat mendaftarkan di SMK Farming untuk mengikuti jalur keahlian dan ketrampilan bidang budidaya ternak di SMK Tlogo Wungu Pati Jawa Tengah yang punya kelas industri atau kelas wirausaha.

Masing-masing lulusan berkompetensi sebagai operator peternakan ayam pedaging dan ayam petelur dengan sertifikat PT PKP, vaksinator, pengelola toko daging, pemotong ayam pada rumah potong ayam (RPA) dengan sertifikat MUI, juru timbang panen ayam pedaging, penenggungjawab logistik peternakan, pembuat pupuk organik, operator pembibitan atau penggemukan sapi, kambing dan domba, mengolah hasil ternak, mengolah pakan hijauan, dll.
Kalangan peternakan dan kesehatan hewan pasti sadar betul tentang kebutuhan sangat penting terhadap tenaga teknis ini. (Red)

PARA PEMERAN BISNIS SUKSES

PARA PEMERAN BISNIS SUKSES

(( Profil-profil mereka adalah profil-profil para pemimpin, eksekutif perusahaan yang membawa perusahaan maju, berkembang, besar dan eksis dalam sektor kesehatan hewan atau tepatnya bisnis obat hewan. ))

Di ruang itu Infovet berhadapan dengan Drh Arief Hidayat dan mendialogkan nilai-nilai yang sedang berkembang. Lebih tepat disebut sebagai wawancara, di mana Technical Department PT Mensana Aneka Satwa ini menceritakan kisahnya hingga sampai pada posisi sekarang yang merupakan buah-buah dari kerja baiknya di perusahaan sebelumnya.
Mendengar uraian pengetahuan Drh Arief tentang bidang yang dikelolanya kini cukup untuk mengatakan bahwa ia sangat piawai untuk mengendalikan salah satu departemen di PT Mensana Aneka Satwa sebuah perusahaan yang dipercayakan Sang Pemilik Perusahaan kepadanya dan para ahli kepercayaan yang lain yaitu Ir Yuniansyah Triadi sebagai Maraketing Manager, dan Drh Wati serta Drh Etty.
Perusahaan yang kini mempunyai 25 cabang di seluruh Indonesia menjadikan PT Mensana Aneka Satwa merupakan salah satu pelaku bisnis obat hewan yang menonjol dan disegani pada saat ini. Dengan pendelegasian pada orang-orang yang tepat, masing-masing bidang menunjukkan kemajuan yang cukup pesat sesuai ahlinya.
Drh Arief Hidayat piwai di bidang teknis, sedang Ir Yuniansyah Triadi di bidang bisnisnya, Drh Etti Agustina Regent Sales Manager dan Drh Wati Register Officer bidang registrasi obat. Dalam kata lain, bilamana soal teknis kesehatan hewan dengan produk-produk yang dibutuhkan, Drh Arief Hidayatlah tempat peternak bertanya. Dalam hal populasi dan bisnis obat hewan dengan penyebaran produk-produk obat hewan yang dibutuhkan, Ir Yuniansyah yang akan memaparkan, demikian pula soal registrasi obat ada pada ahlinya sendiri yaitu Drh Etti dan Drh Wati.
Perbincangan Infovet yang lain adalah dengan Drh Lukas Agus Sudibyo Direktur Marketing PT Romindo Primavetcom. Perbincangan Infovet dengan Drh Lukas yang didampingi Drh Nurvidia Machdum selaku Technical Department Manager dimulai dengan bahasan tentang awal-awal Infovet dan PT Romindo bekerja sama dan berlanjut ke perbincangan tentang situasi terkini bisnis global dan bisnis sektor peternakan dan kesehatan hewan.
Drh Lukas mengutarakan berbagai hal terkait perkembangan bisnis obat hewan yang tentu saja integral dengan semua sektor bidang peternakan, yang kin sedang menghadapi krisis global namun bagaimanapun ternyata bisnis ini tetap kokoh berdiri yang berarti bisnis ini memang menguntungkan. Drh Lukas juga menceritakan bagaimana situasi krisis ekonomi moneter yang pernah menimpa Indonesia dan dunia pada 1998, di mana Infovet pun bertukar cerita bagiamana kondisi Majalah Infovet pada saat itu hingga tetap bertahan dan berdiri serta berkembang hingga saat ini.
Di kantor Ceva Animal Health, Infovet menemui Direktur Utama Drh Edy Purwoko. Dialog dilakukan dengan semangat, tampak bagaimana Drh Edy mengutarakan tentang produk-produk perusahaan yang dibutuhkan oleh masyarakat dilandasi kaidah akademik dan penelitian yang kuat. Dalam Ruang Redaksi Infovet edisi 172 November 2008, penuturan Drh Edy Purwoko telah disampaikan kepada sidang pembaca.
Di Bandung, Infovet bertemu dengan Direktur Utama PT Tekad Mandiri Citra Drh Gowinda Sibit yang sangat energi dan bersemangat dalam memimpin perusahaan yang secara operasional dipimpin para eksekutif, Drh Sugiyono sebagai Direktur Riset dan Pengembangan yang tergolong profesional muda dan Drh Julianto sebagai Direktur Produksi.
Drh Gowinda Sibit yang merupakan sobat kental Drh Julianto telah bersahabat sejak mereka berkulaih di FKH Unair Surabaya. Bekerja di sebuah perusahaan obat hewan yang sama, mereka menjadi tim yang kuat dan berpengalaman menjelajah wilayah peternakan di seluruh Indonesia dengan pengalaman-pengalaman yang mengesankan. Dengan sistem pemeliharaan kebugaran melalui olah raga, Drh Erwin (panggilan akrab Drh Gowinda Sibit) sanggup melakukan disiplin kerja secara prima sampai sekarang. Dengan etos kerja tinggi, ia pun menerapkan latihan kepercayaan diri bagi karyawan PT TMC dengan penampilan berdasi di dalam kantor, yang sangat baik untuk menunjang kinerja dan personalitas.
Di PT Sanbe Farma Animal Health Divison, juga di Bandung, Infovet ditemui Drh Sugeng Pujiono Marketing Manager dan Drh Suhardi Coordinator Produksi dan Technical Manager. Dengan ramah Drh Sugeng bercerita tentang perjalanan hidupnya sebagai dokter hewan alumnus FKH Unair dengan berbagai pengalaman yang menunjang kinerjanya sebagai peimpin PT Sanbe Farma Divisi Animal Health.
Drh Sugeng mengambil pengalaman sangat berarti ketika ia di Surabaya memimpin bimbingan test sejak masih kuliah dan bimbingan test itu sampai sekarang masih berdiri dan terkemuka di Surabaya.
Dengan program-program besarnya di PT Sanbe Farma, Drh Sugeng selalu menerapkan jiwa kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro, “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karya, Tut Wuri Handayani”, yang artinya sebagai pemimpin kita mesti di depan memberi teladan, di tengah mebangun kemauan, dan di belakang mendorong tim. Menurut Drh Sugeng, begitu banyak buku kepemimpinan dan kunci sukses dimilikinya sebagai koleksi, namun inti kepemimpinan tetap falsafah bernafas Jawa itu.
Di PT Medion, Infovet berdialog dengan jajaran promosi perusahaan obat hewan di Bandung ini dipimpin Henry Jahja, IT Senior Manager. Bersama tim yaitu Novi Kartasasmita Advertising & Publication Assistant Manager, Athine Advertising & Publication Assistant Staff, dan Candrawati Sales Promotion Assistant Manager PT Medion, Henry Jahja mengutarakan dengan simpatik bagaimana program-program promosi perusahaan yang mencerminkan betapa majunya perusahaan ini.
Profil-profil mereka adalah profil-profil para pemimpin, eksekutif perusahaan yang membawa perusahaan maju, berkembang, besar dan eksis dalam sektor kesehatan hewan atau tepatnya bisnis obat hewan. (yonathanrahardjo)

Ahli Susu Kuda Sumbawa

Profil Edisi 157 Agustus 2007
Dr Drh Diana Hermawati MSi, Giat Promosi Susu Kuda Sumbawa

Adalah Dr Drh Diana Hermawati, wanita kelahiran Jakarta 19 Februari 1955 yang tekun mempelajari seluk beluk susu kuda Sumbawa atau yang dulu di era tahun 1997 sering disebut susu kuda liar. Bahkan berkat susu ini pula ia mendapat gelar Doktor dari Fakultas Pascasarjana IPB tahun 2005 silam.

Menurut Diana yang ditemui Infovet di Pasar Tani Komplek Departemen Pertanian, Ragunan (8/6) siang, kini sudah saatnya kembali mempromosikan salah satu produk peternakan unggulan asal Pulau Sumbawa ini. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai keistimewaan yaitu tidak mengalami penggumpalan dan kerusakan meskipun tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi bahan pengawet apapun.

“Keunikan lainnya susu ini tahan disimpan pada suhu kamar sampai 5 bulan. Sifat ini memberi petunjuk bahwa dalam susu kuda Sumbawa terkandung zat yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang berupa senyawa antimikroba alami,” ujar PNS yang merintis pengembangan Lembaga Pengujian Mutu Produk Peternakan yang kini menjadi Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan.

Karena keunggulan tersebut ia bersama rekan gigih memasarkan produk susu ini dengan pemasaran yang dikirim langsung dari kelompok tani hasil binaannya di kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Walhasil, rutin produk susu yang baik untuk kesehatan ini terserap ke banyak pelanggan setianya.

Selain itu, untuk menjaring pemasaran, ia juga giat mengikuti berbagai promosi seperti dalam seminar, lokakarya dan pameran. Promosi dalam bentuk talkshow di radio pun mulai rutin dilakukan.

Untuk mendapatkan khasiat dari susu kuda Sumbawa, Diana menganjurkan untuk rutin meminum susu ini cukup 25-50 cc setiap hari pada pagi hari; atau kalau mau dua kali sehari pagi dan sore.

“Efeknya sangat baik untuk kesehatan saluran pencernaan karena susu ini mengandung prebiotik alami. Dan tak perlu melebih dosis yang dianjurkan karena hanya dengan 50 cc aktivitas biologiknya telah optimal menekan populasi bakteri jahat dalam saluran pencernaan. Selain itu susu ini juga berfungsi untuk menjaga kebugaran, stamina dan menyembuhkan penyakit pencernaan (tifus, kolera dan disentri), TBC, Leukimia dan Tumor,” kata Doktor yang menjabat sebagai Medik Veteriner Madya di Direktorat Kesehatan Hewan Deptan saat ini.

Produk susu yang ditawarkannya dijamin keasliannya karena berasal dari produksi kelompok tani yang telah dibinanya lebih dari 5 tahun. Mereka dibina mulai dari aspek sanitasi, hygiene, dan pengemasan, sehingga dijamin produknya berkualitas dan berkhasiat sesuai dengan keunggulan susu kuda Sumbawa yang terkenal itu.

Selain susu, dokter hewan alumni FKH UGM ini juga menawarkan madu khas Sumbawa yang diperoleh dari hutan sehingga kemurnian dan keasliannya juga tak perlu diragukan lagi. Lebih lanjut, dari kuda Sumbawa tak hanya susunya yang bermanfaat, dagingnya pun juga lezat dikonsumsi. Saat ini Diana tengah menyiapkan pasokan untuk sebuah restoran yang menyediakan menu daging kuda Sumbawa untuk barbekyu dan steak.

Dahulu sempat dilarang

Sebelumnya peredaran susu kuda liar asal Sumbawa sempat dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena dinilai promosi susu ini bersifat menyesatkan dan khasiatnya meragukan karena belum diuji coba secara klinis. Namun semua itu kini terbantahkan berkat penelitian Diana.

Dari tesisnya yang berjudul “Kajian Aktivitas dan Karakterisasi Senyawa Antimikroba dari Susu Kuda Sumbawa” disimpulkan bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai keistimewaan yaitu tidak mengalami penggumpalan dan kerusakan meskipun tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi bahan pengawet apapun, serta tahan disimpan pada suhu kamar sampai 5 bulan. Sifat ini memberi petunjuk bahwa dalam susu kuda Sumbawa terkandung zat yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diduga senyawa antimikroba alami.

Hal itu dibuktikan berdasarkan pengamatan Diana di lapangan ternyata susu kuda Sumbawa yang disimpan pada suhu kamar sampai beberapa bulan tidak rusak, melainkan hanya mengalami fermentasi. Padahal susu sapi yang disimpan pada suhu kamar dalam waktu 24 jam sudah rusak dan tidak dapat dikonsumsi lagi.

Sekitar tahun 1998 banyak beredar dan populer di masyarakat produk susu kuda dengan label "susu kuda liar" dan dipromosikan sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, seperti paru-paru basah, tuberkulosis, tifus, anemia, kanker dan sebagainya. Susu kuda Sumbawa yang dijual dengan label ‘susu kuda liar’ dinyatakan masa edarnya sampai beberapa bulan.

Susu ‘kuda liar’ tersebut ternyata berasal dari susu kuda yang dipelihara dengan cara ekstensif (liar) yaitu dilepas di hutan atau daerah bukit di pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kabupaten Sumbawa, Bima, Dompu yang akhirnya disebut sebagai susu kuda Sumbawa. Susu kuda Sumbawa merupakan hasil pemerahan kuda-kuda di ketiga kabupaten tersebut yang selanjutnya oleh para pengumpul susu langsung dikirim menggunakan jerigen atau botol tanpa pemanasan dan pengolahan terlebih dahulu ke perusahaan pengemas di Pulau Sumbawa, Lombok dan Pulau Jawa.

Baik untuk pengobatan

Di Rusia susu kuda diolah menjadi Koumiss yang dipakai untuk Koumiss Therapy di rumah-rumah sakit di Samara, Moskwa, Leningrad, Volinsk dan lain-lain. Menurut Dharmojono (1993) pada tahun 1962 sudah ada 23 rumah sakit di Rusia yang menggunakan Koumiss Therapy untuk menanggulangi penyakit-penyakit tuberculosis (TBC), saluran pencernaan, avitaminosis, anemia (lesu darah), penyakit kardiovaskuler, lever dan ginjal. Sedangkan, di Indonesia, penggunaan susu kuda liar untuk pengobatan berbagai macam penyakit baru dikenal setelah ada pengalaman beberapa pasien penderita leukemia yang disembuhkan.

Masyarakat meyakini bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai khasiat dapat mengobati bermacam-macam penyakit namun demikian khasiat tersebut belum berdasarkan pada hasil penelitian. Lebih lanjut, menurut Dharmojono, masyarakat yang mengkonsumsi susu kuda Sumbawa yakin khasiatnya dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kanker, tuberkulosis paru-paru, saluran kencing, anemia, saluran pencernaan dan jenis penyakit lainnya yang tidak dapat ditanggulangi oleh dokter, sehingga oleh masyarakat sering disebut sebagai ‘obat dewa’.

Di lain pihak ada sebagian masyarakat yang menyangsikan khasiat susu kuda Sumbawa sebagai obat, sebagaimana dikutip dari pemberitaan beberapa media masa. Sementara, hasil pengujian di Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di beberapa daerah menunjukkan bahwa susu kuda Sumbawa bersifat asam dengan, pH 3-4, tidak mengandung bakteri patogen, bahan pengawet maupun bahan yang membahayakan, serta nilai gizinya baik dan kadar lemaknya rendah, yaitu 0,97%.

Bagi anda yang berminat terhadap susu Kuda Sumbawa ini bisa menghubungi Dr Drh Diana Hermawati di nomor 08121108082. (wan)

Drh Sugeng Pujiono, Hidup Itu Harus Bekerja Keras, Cerdas dan Ikhlas

Drh Sugeng Pujiono, Hidup Itu Harus Bekerja Keras, Cerdas dan Ikhlas

Mengangkat profil seseorang selalu mengundang ketertarikan tersendiri bagi Infovet. Untuk itu pada kesempatan kali ini Infovet mengangkat profil seorang yang sukses di bisnis obat hewan. Ia mulai meniti karirnya dari bawah hingga kini menduduki posisi salah satu top manajemen di perusahaannya.
Adalah Drh Sugeng Pujiono pria kelahiran Gresik, 20 November 1963 yang kini menjabat sebagai Marketing Manager PT Sanbe Farma. Sugeng sendiri kaget kenapa harus profil dirinya yang diangkat. Namun kami (red. Infovet) berusaha memberikan penjelasan bahwa Sugeng dinilai sebagai salah satu tokoh bidang peternakan yang karirnya cukup sukses mulai dari bawah hingga posisinya saat ini.
Dibawah tangan dinginnnya, Sanbe Divisi Animal Health berhasil menjadi perusahaan nomor satu di bisnis obat hewan Indonesia dan bahkan berhasil menanamkan fondasi yang kuat di segmen pasar akuakultur.
Namun Sugeng malah menjawab, “Seharusnya yang diangkat adalah keberhasilan pimpinan saya, Drs. Jahja Santosa, Apt. yang telah berhasil membawa Sanbe hingga seperti sekarang ini. Atau juga seluruh anggota tim Sanbe yang menurut saya keberhasilan karir saya tak lepas dari kerja kolektif teman-teman di tim Sanbe,” ujar Sugeng dengan rendah hati.

Mulai Karir Dari Bawah
Dari awal karirnya Sugeng selalu menanamkan prinsip bahwa bekerja itu adalah ibadah. Jadi kalau dipercaya untuk memimpin itu sudah seperti menjalankan amanah. “Dalam hidup motto saya adalah Do the best what can we do, jadi prinsipnya ya melakukan yang terbaik apa bisa kita lakukan,” ujar pria dengan 7 putri dan 1 putra ini.
Dengan guyonannya yang santai Sugeng menuturkan bahwa dia adalah orang yang paling tidak laku di jual diperusahaan, oleh karena itu ia menjadi karyawan yang paling awet di Sanbe.
Semenjak lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga di tahun 1988 ia langsung menjejakkan kakinya di blantika bisnis obat hewan melalui PT Sanbe Farma. Dengan predikat Veterinary Representative ia “membuka hutan” (red. pasar obat hewan) di wilayah Medan mencari titik dimana lokasi peternakan berada yang kelak menjadi pelanggan setia Sanbe. Setelah dua tahun di Medan, tepatnya tahun 1990, Sugeng kembali diminta merambah hutan bisnis obat hewan oleh Sanbe, kali ini di Banjarmasin. Hingga petualangannya, sebagai Vet Rep Sanbe berlanjut ke Samarinda, Kalimantan Timur di tahun 1992.
Berikutnya di tahun 1993, baru ia dipindahtugaskan ke Jawa Timur. Disinilah karirnya mulai menanjak cepat mulai dari Vet Rep, Wakil Supervisor, Supervisor, Regional Manager, Sales Manager dan posisi terakhir sekarang Marketing Manager Sanbe (mulai tahun 2004) dan Marketing Manager PT Caprifarmindo Labs (mulai tahun 2007).
Keberhasilan karir Sugeng tak lepas dari filosofi hidupnya yang selalu dicamkannya yaitu dalam bekerja itu harus kerja keras, cerdas dan ikhlas. Selain belajar dari pengalaman, ia juga rajin mengikuti berbagai pelatihan teknik marketing dan kepemimpinan. Tak hanya menjadi peserta pelatihan ia pun juga kerap didaulat menjadi pengisi seminar dan instruktur pelatihan bidang peternakan dan kesehatan hewan. Salah satunya adalah menjadi instruktur Training “Menjadi Marketer Handal di Industri Kesehatan Hewan” yang diadakan ASOHI, April 2008 lalu di Jakarta.

Jiwa Marketing Ditempa Sejak Kuliah
Ia menyelesaikan pendidikan dokter hewannya selama 7 tahun, namun tak sekadar kuliah ia juga membangun bisnis sampingan yang kini juga telah berbuah sukses. Sembari kuliah ia membuka bimbingan belajar bagi siswa SMA. Sugeng bertugas sebagai koordinator dan pengajar, bersama teman-temannya ia mengajar lebih dari 400 murid setiap tahunnya. Berangkat dari situ ia mulai belajar ilmu marketing tentang bagaimana cara mendapatkan peserta bimbel yang banyak dan mempertahankan loyalitas mereka.
Pengalaman marketingnya juga ditempa sewaktu menjalankan ko-ass sebagai medical representative sebuah perusahaan farmasi selama satu tahun (1987-1988). Di perusahaan itu, Sanbe Farma justru menjadi pesaing utama bagi perusahaan yang Sugeng enggan menyebutkan namanya itu. Sebagai kompetitor, justru Sugeng mengagumi cara kerja Sanbe dan bagaimana citra perusahaan itu dibentuk dan dikenal baik oleh pelanggannya. Oleh karena itu, selepas keluar dari perusahaan lamanya, Sugeng langsung bergabung dengan Sanbe Farma sebagai Vet Rep.

Catatan Sugeng tentang Perunggasan
Dari pengalaman Sugeng diperunggasan selama lebih dari 20 tahun, ia mencatat yang hal yang fenomenal adalah perubahan kualitas genetik ayam ras. Selain itu wawasan peternak pun kini telah cukup baik dalam mengikuti perkembangan khususnya dari segi pemeliharaan kesehatan hewan dan manajemen pemeliharaan.
Untuk broiler kalau dulu diera tahun 80-an untuk mencapai berat badan 1 kilo selama 30 hari pemeliharaan itu sangat sulit sekali dicapai. Namun kini ayam broiler umur 30 hari dengan manajemen yang baik mampu mencapai bobot 1,6 kg.
Lebih lanjut, kalau dulu peternak agak ‘ndableg’ bila diberi masukan mengenai manajemen pemeliharaan atau pengetahuan terbaru. Mereka selalu bilang, “Ah, pakai cara yang lama saja Mas, wong gak pake begitu-begitu juga masih jalan kok.”
Sugeng melanjutkan, “Tapi kondisi itu sudah terbalik sekarang. Kini peternak lebih terbuka terhadap perkembangan iptek. Kalau saja masih ada peternak yang kolot seperti itu, saya jamin tidak lama pasti bakal tutup farmnya.”
Perubahan fenomenal lainnya adalah berubahnya skala kepemilikan peternak. Kalau dulu peternak yang memelihara 500-1000 ekor ayam itu sangat banyak sekali dan menyebar, contohnya dulu seperti peternakan di daerah Jatim, Jateng, Jabar, dan Kalimantan.
“Namun kini kondisinya telah berubah, banyak peternak memilih beternak ayam dengan skala menengah ke atas, mungkin melihat dari sisi ekonomis dan efisiensinya. Sehingga bisa dikatakan jumlah pemainnya tidak banyak,” kata Sugeng.
Hanya dari sisi volume total produksi DOC, Sugeng menilai dibandingkan 20 tahun yang lalu kenaikannya masih stagnan atau tidak mengalami kenaikan yang signifikan.

Peran Sanbe Memajukan Perunggasan
“Sanbe ada karena peternak ada, jadi kalau peternak itu tumbuh maka Sanbe juga akan tumbuh bersama peternak. Bagaimana caranya supaya sama-sama tumbuh, yaitu saling memberdayakan. Dalam hal ini peternak tidak dibiarkan jalan sendiri tapi juga dibimbing dengan bantuan dan konseling,” jelas Sugeng.
Selanjutnya, Sugeng menjelaskan, Sanbe membantu dengan dua aspek yaitu bantuan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan dana. Untuk meningkatkan kualitas SDM peternak, Sanbe biasanya melakukannya secara personal maupun massal. Secara personal dapat dilakukan dengan konsultasi teknis dengan tenaga lapangan Sanbe langsung di farm. Sementara secara massal dilakukan dengan rutin mengumpulkan peternak untuk dilakukan penyuluhan. Dan setiap tenaga lapangan Sanbe memang diwajibkan dan dituntut mampu melakukan hal ini.
Selain itu Sanbe juga rutin melakukan pelatihan yang bisa dilakukan di kantor pusat Sanbe di Bandung atau dilokasi tempat peternak berada. Pelatihan ditempat biasanya dilakukan bila lokasi farm di luar pulau jawa karena pertimbangan efisiensi waktu dan biaya.
Selanjutnya guna memberdayakan peternak Sanbe juga menyediakan fasilitas bantuan dana yang dikhususkan bagi pengembangan skala usaha peternakannya. Dengan begitu akan terjalin kerjasama yang saling sinergis dan menguntungkan. Bantuan dana ini dalam bentuk pinjaman tanpa bunga dan telah dimulai sejak era krisis moneter tahun 2007. Hal-hal tersebut itulah yang menjadi bagian pelayanan prima PT Sanbe Farma. Banyak peternak yang merasakan manfaat dari segala pelayanan prima Sanbe ini namun belum banyak terekspos.
Intinya Sanbe memberikan pencerahan dan pemberdayaan ke peternak, karena Sanbe ada karena peternak ada. Sesuai dengan visi Sanbe yaitu tumbuh dan berkembang bersama peternak. Sedangkan Sanbe mengemban misi untuk menyediakan sarana kesehatan hewan yang dibutuhkan peternak berupa obat-obatan dan vaksin yang bermutu.
“Untuk itu kini Sanbe telah memiliki pabrik vaksin termutakhir PT Caprifarmindo Labs. yang dilengkapi dengan laboratorium berstandar BSL3. PT Caprifarmindo memproduksi hampir seluruh vaksin untuk ternak mulai dari unggas, sapi, babi, kerbau, hewan kesayangan, hingga vaksin untuk udang dan ikan,” pungkas Sugeng.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer