Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini PEMILIHAN PAKAN YANG TEPAT UNTUK MENGOPTIMALKAN BUDIDAYA KELINCI | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PEMILIHAN PAKAN YANG TEPAT UNTUK MENGOPTIMALKAN BUDIDAYA KELINCI

Dari hasil penelitian para ahli, kemampuan kelinci untuk menghasilkan daging adalah 20 kali lipat dibanding ternak sapi dalam kurun waktu yang sama. (Sumber: Istimewa)

Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang sangat cocok untuk dikembangkan secara luas sebagai penganekaragaman konsumsi protein hewani. Daging kelinci kaya protein dan rendah kolesterol, sehingga cocok dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Dari hasil penelitian para ahli, ternyata kemampuan kelinci untuk menghasilkan daging adalah 20 kali lipat dibanding ternak sapi dalam kurun waktu yang sama.

Proses pengembangbiakan dan pertumbuhan kelinci sangatlah cepat sehingga seorang pebisnis kelinci bakal memperoleh hasil yang lebih cepat pula, asal dikelola dengan baik. Menurut analisis Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia (Himakindo), dalam setahun seekor induk kelinci mampu menghasilkan paling tidak 40 kg bobot hidup pada pola pemeliharaan tradisional (ekstensif) dan 120 kg pada pola pemeliharaan intensif.

Pada pemeliharaan pola intensif kelinci dapat dikawinkan hingga 7-8 kali/tahun untuk satu induk kelinci. Dengan jumlah anak-anak kelinci yang terseleksi sebanyak 8-10 ekor yang bisa dipanen, sehingga dapat dihasilkan 56 ekor/tahun.

Pada pemeliharaan intensif pula seekor kelinci bisa dipanen pada umur 80 hari dengan bobot 2,5 kg/ekor, sehingga dari satu induk anak kelinci saja bisa menghasilkan total daging sekitar 120 kg/tahun.

Melihat besarnya potensi beternak kelinci, maka kini budidaya kelinci telah berkembang di berbagai provinsi dengan teknik budidaya yang relatif sederhana. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, sentra produksi kelinci telah ada di Berastagi, Bogor, Lembang, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Magelang, Semarang, Temanggung, Batu, Malang, Magetan, Blitar, Kediri, Bedugul-Tabanan dan Wamena di Papua.

Untuk efisiensi usaha, maka sebaiknya para peternak kelinci bergabung dalam satu kelompok peternak. Badan Litbang Pertanian, Kementan, merekomendasikan kelompok peternak kelinci yang efektif dan efisien adalah kelompok peternak dengan keanggotaan minimal 100 peternak dengan rataan kepemilikan induk sebanyak 20 ekor/peternak.

Kelebihan kelinci dibanding jenis ternak lain adalah ukuran tubuhnya yang kecil hanya 2,5-3,5 kg/ekor, sehingga tidak memerlukan banyak tempat, biaya tidak besar dalam pengadaan induk dan kandang. Umur dewasa kelinci relatif singkat, yakni hanya 4-5 bulan sudah siap bunting, masa kebuntingan 29-25 hari, dengan kemampuan berkembang biak tinggi, mampu beranak 4-10 kali/tahun, masing-masing 4-10 anak/kelahiran. Masa penggemukan kelinci relatif singkat, kurang dari dua bulan sejak masa sapih. Secara rata-rata, umur hidup ternak herbifora ini berkisar 5-8 tahun.

Penyediaan Pakan dan Sifat Caprophagy
Dalam hal pakan, ternak ini memiliki kebiasaan yang disebut dengan caprophagy, yakni memakan sendiri feses atau tinjanya. Feses yang pertama keluar adalah yang berbentuk lunak atau lembek. Feses itulah yang dimakan kelinci karena kandungan nutrisinya masih tinggi guna memaksimalkan kebutuhan nutrisi kelinci (lihat Tabel). Itulah sebabnya kelinci termasuk dalam kategori ternak pseudo ruminansia.

Sistem pencernaan kelinci terbagi menjadi dua bagian, yaitu perut depan terdiri dari lambung, pankreas, duodenum, jejunum dan ileum, serta perut belakang yakni sekum, appendix dan kolon. Pada perut bagian belakang, berperan penting dalam sistem pencernaan, karena merupakan tempat terjadinya fermentasi pakan di dalam sekum, pemisahan dan pencernaan kembali isi sekum. Sekum merupakan tempat pertumbuhan bakteri yang memiliki fungsi mirip dengan rumen pada sapi, yaitu sebagai tempat terjadinya proses pencernaan pakan.

Kelinci merupakan ternak herbivora yang bukan ruminansia, kurang mampu untuk mencerna serat kasar, tetapi dapat mencerna protein dari tanaman berserat dan memanfaatkannya dengan efektif berkat adanya sekum tadi. Sifat tersebut menyebabkan kelinci dapat mengonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose atau serat menjadi energi.

Tabel Komposisi Kandungan Kimiawi Feses Keras dan Lunak pada Kelinci
Zat Nutrisi
Feses Keras
Feses Lunak
Abu (%)
34-52
63-82
Bahan kering (%)
48-66
18-37
Protein (% bahan kering)
9-25
21-37
Serat kasar (% bahan kering)
22-54
14-33
Lemak (% bahan kering)
1,3-5,3
1-4,6
Mineral (% bahan kering)
3,1-14,4
6-10,8
NFN (% bahan kering)
28-49
29-43

Sumber: Proto (1980) dalam Sjofjan, dkk (2019).

Pada kelinci yang baru lahir, makanan utama adalah air susu yang diberikan oleh induknya sekali dalam 24 jam, dengan lama waktu menyusui 2-3 menit saja. Setelah minggu ketiga, anak kelinci akan bergerak ke luar dari sarangnya, menyusu ke induknya dan sedikit air minum yang disediakan. Pada periode waktu tersebut terjadi perilaku makan yang nyata, dari hanya meminum air susu, menjadi mengonsumsi pakan yang disediakan.

Kelinci merupakan jenis ternak yang tenang, lembut, serta termasuk dalam jenis ternak yang suka mengunyah dan tak dapat bertahan lama tanpa makan. Oleh karenanya, pakan harus selalu tersedia dalam bentuk campuran rumput dan jerami. Untuk tempat minum, sebaiknya disediakan tempat minum dalam bentuk tube yang dapat dijilat. Tempat minum seperti ini cocok untuk kelinci, sehingga terjaga higienitasnya. Jika memungkinkan, kelinci dapat ditempatkan di area terbuka yang banyak terdapat rumput atau tanaman leguminosa yang merupakan pakan alami kelinci. Namun jika kelinci dikandangkan, sebaiknya tersedia selalu pakan hijuaun segar dalam kandang.

Untuk pakan yang diberikan, bahannya tidaklah terlalu rumit, mayoritas berupa hijauan sehingga mudah diperoleh, dengan demikian biaya produksinya relatif rendah. Untuk hidup dan berkembang normal sesuai dengan mutu genetikanya, kelinci membutuhkan zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta telah mengidentifikasi setidaknya terdapat tujuh bahan pakan yang sesuai untuk kelinci, diantaranya:

• Air susu induk. Ini merupakan pakan alami terbaik karena memiliki zat paling lengkap serta cocok dan tepat untuk anak kelinci yang masih menyusu. Air susu induk kelinci lebih baik daripada susu sapi, karena memiliki kandungan bahan kering lebih banyak dua kali lipat, lemak dan protein empat kali lebih besar, abu/mineral lebih banyak tiga kali lipat.

• Hijauan. Pakan hijauan yang sesuai untuk kelinci diantaranya rumput lapangan, daun kacang panjang, lamtoro, daun duri, daun kembang sepatu, daun ubi jalar, daun pepaya, daun jagung dan daun kacang tanah. Sisa-sisa atau limbah sayuran seperti wortel, selada, kangkung, kol, sawi, caisim, atau daun singkong juga merupakan sumber hijauan bagi kelinci. Cara pemberian pakan hijau segar diberikan secukupnya, namun sebaiknya dilayukan terlebih dahulu agar kadar air berkurang. Jika pakan hijauan dipaksakan diberikan dalam kondisi segar, maka urin kelinci dapat berbau menyengat, menyebabkan mencret, perut gembung, gatal-gatal dan scabies, serta dapat berakibat fatal.

• Biji-bijian. Bentuk pakan berupa biji-bijian bisa berupa biji jagung, padi, gandum, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Pakan berbentuk biji-bijian tersebut termasuk dalam salah satu bahan pakan yang baik untuk kelinci karena tinggi kandungan protein. Namun jika dirasa bahan pakan tersebut mahal, maka dapat diganti dengan pakan alternatif seperti bungkil kelapa, dedak, bekatul, bungkil tahu, atau bungkil kacang tanah, yang fungsi utamanya adalah sebagai sumber protein. Pemberian bahan pakan berupa biji-bijian sebaiknya ditumbuk dahulu, baru kemudian diberikan dengan takaran 150-250 gram/ekor dalam satu hari.

• Jerami kering. Bahan pakan ini adalah salah satu sumber serat kasar yang dapat mencegah gigi kelinci tumbuh lebih cepat. Dengan demikian, jerami kering dapat menjadi pilihan terbaik.

• Hay. Bahan pakan ini adalah rumput yang dipotong sebelum berbunga, yang kemudian diawetkan dengan cara dikeringkan secara bertahap, agar kandungan gizinya tidak rusak dan kadar serat kasarnya tinggi. Rumput yang cocok dijadikan hay untuk pakan kelinci diantaranya rumput gajah, daun turi, rumput lapangan, pucuk tebu, batang jagung dan daun kacang-kacangan. Hay yang dibuat secara benar akan berasa manis, cocok untuk kelinci yang memang menyukasi manis. Selain itu, ampas tebu yang direndam selama 24 jam dan telah difermentasikan dengan molase juga dapat menjadi alternatif bahan pakan kelinci. Jika kelinci mengalami gangguan seperti mencret, disarankan segara menghentikan pemberian hijauan dan menggantikannya dengan hay dalam jumlah banyak.

• Umbi-umbian. Bahan pakan ini merupakan salah satu alternatif pakan kelinci yang sesuai, diantaranya talas, ubi jalar, singkong rebus dan jenis umbi-umbian lainnya. Bahan pakan jenis ini sebagai bahan pakan tambahan.

• Konsentrat. Pakan konsentrat berfungsi meningkatkan nilai gizi dan penguat pakan pokok kelinci berupa hijauan. Keuntungan jenis pakan ini mudah didapat di pasaran, namun risikonya adalah harga relatif mahal. Pakan konsentrat biasanya terdiri dari pelet atau pakan pabrikan, bekatul, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tapioka, atau bungkil kacang tanah. Jika nutrisi dalam pelet sudah mencukupi kebutuhan kelinci, maka pakan hijauan tidak perlu diberikan. ***

Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer