Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini FAKTOR RISIKO KEMATIAN ANAK KAMBING DAN DOMBA | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

FAKTOR RISIKO KEMATIAN ANAK KAMBING DAN DOMBA

Banyak faktor yang menyebabkan angka kematian cempe tinggi. (Foto: Dok. pribadi)

Kuliner dengan bahan utama produk olahan kambing atau domba cukup digemari di Indonesia, seperti sate, gulai, tengkleng dan lain sebagainya. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, beberapa tahun terakhir, dikenal menu sate kambing muda berumur kurang dari lima bulan. Konsumsi produk asal kambing dan domba yang semakin digemari masyarakat memberi peluang masyarakat untuk beternak, budidaya dan mengembangkan breeding kambing dan domba, selain kebutuhan nasional yang bersifat rutin seperti Idul Adha. Informasi terkini bahwa terbuka peluang ekspor domba ke Arab Saudi untuk momen Idul Adha dalam jumlah besar.

Keberhasilan pengembangan breeding kambing dan domba dipengaruhi banyak hal, yaitu ketersediaan pakan, bakalan, lingkungan, penyakit, harga, manajemen dan lain sebagainya. Sementara perkembangan populasi sangat dipengaruhi faktor-faktor terkait perfoma reproduksi, yakni angka kebuntingan, jarak kelahiran, jumlah anak tiap kelahiran (litter size), rasio jenis kelamin anak (cempe) dan persentase cempe yang berhasil dilakukan penyapihan.

Banyaknya cempe yang berhasil disapih juga dipengaruhi beberapa faktor. Pada kesempatan ini penulis akan mengupas tentang faktor risiko yang berkaitan dengan kematian anak kambing dan domba. Ini menjadi penelitian menarik yang dilakukan oleh L. Sharif, J. Obeidat dan F. Al-Ani di peternakan kambing dan domba di Yordania pada 2005 silam.

Berdasarkan informasi dalam hasil karya tulisnya, kematian anak domba yang baru lahir (perinatal) di Afrika Selatan (1993) berkisar antara 10-12%, di Australia (1974) sebesar 5-23% yang terjadi pada 80% cempe umur beberapa hari pertama setelah lahir. Penyebab kematian diduga karena faktor iklim, pakan, manajemen, agen penyakit, genetik dan beberapa faktor lain.

Data pada 2001 dari 100 kandang kambing dan domba yang diteliti berjumlah 18.853 ekor dengan rata-rata populasi kandang 45-1.200 ekor, dengan populasi betina dewasa 14.427 ekor, kejadian kematian cempe terjadi pada 50 kandang dengan angka kematian sebesar 1%. Seluruh kandang dibagi menjadi dua kategori, yaitu kandang kasus dengan kepadatan rata-rata 235 ekor dan kandang non-kasus dengan kepadatan 142 ekor. Kejadian kematian umur kurang dari dua hari di kandang kasus mencapai 4% dan kematian hingga umur 28 hari (6%). Pada kandang non-kasus masing-masing angka kematian 0,03% dan 0,4%.

Ini menunjukan bahwa kepadatan kandang... (selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2019)

Drh Joko Susilo MSc APVet
Medik Veteriner, Balai Veteriner Lampung
Koresponden Infovet daerah Lampung

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer