Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Infovet 133, Agustus 2005 - TABIAT MULIA INI UNTUK ANDA

Foto-foto kegiatan Infovet yang terpacak di halaman sebelah kanan Ruang redaksi ini adalah foto-foto kegiatan yang secara beruntun terlaksana pada saat transisi penerbitan Majalah edisi Juli ke edisi Agustus 2005. Hingga tepat pada saat edisi Juli Majalah Kesayangan Anda ini dikemas dan dikirim ke alamat Anda masing-masing pada awal Juli 2005.

Itulah tradisi Infovet, bekerja cepat dan tepat, untuk suatu pelayanan yang memuaskan pelanggan, guna mendukung sinergi kekuatan kita semua di bidang kesehatan hewan dan peternakan. Hal ini secara konsisten kami lakukan menyadari arti penting suatu fokus pelayanan yang sudah menjadi citra Infovet di mata seluruh masyarakat peternakan dan kesehatan hewan. Sehingga, kepercayaan semua selalu terjaga di hati dan selalu merindu kedatangan kami menyapa. Dan, bersama kita maju di bidang kita yang sangat spesial di antara belantara media informasi di bidang yang lain guna perikehidupan kita yang lebih maju dan berkesinambungan.

Lihatlah foto-foto tersebut dari atas ke bawah, betapa eloknya suatu pengelolaan yang dilandasi suatu semangat tinggi, ketika para klien, mitra, pendukung, pembaca, pemasang iklan, narasumber kami berkunjung langsung ke Kantor Majalah Infovet di Ragunan Jakarta Selatan, cerah betul wajah-wajah Infovet dan para sahabat ini, merefleksikan suatu semangat dan kepedulian.

Nilai-nilai kemanusiaan senantiasa kami junjung tinggi, juga tanpa sekali-sekali meninggalkan sejarah dan menghormati jasa para pendahulu Infovet, saat mengenang satu tahun meninggalnya Pendiri Infovet Mantan Ketua Umum ASOHI yang pertama Dr HA Karim Mahanan (alm) di kantor PT Paeco Agung di Pasar Minggu Jakarta.

Nilai-nilai luhur itu pun senantiasa kami jaga dengan senantiasa menyiapkan arti penting suatu penyebaran ilmu bagi generasi-generasi kreatif yang akan menjadi tonggak penting dari suatu makna regenerasi. Kedatangan delapan orang Tim Imakahi (Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia) semakin memperkukuh peran Infovet dalam hal tersebut setelah mulai edisi Juli kami menyediakan kolom tetap untuk Imakahi guna suatu pendidikan yang berkelanjutan bagi insan-insan pilar dunia kesehatan hewan dan peternakan di tanah merdeka ini.

Pilar yang telah kukuh itu senantiasa perlu dijaga, seperti diteladankan para pengurus baru Asosisasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) orang tua langsung dari Majalah Infovet yang akan selalu bekerjasama dan selalu bergandeng tangan dengan segenap insan dan kelompok masyarakat peternakan dan kesehatan hewan, yang dalam foto tampak betapa erat dan saling kontribusi, bersama Direktur Kesehatan Hewan dan dalam beberapa hari kemudian disusul bersama Direktur Jenderal Peternakan kita yang baru.

Suatu sikap optimis, kreatif, positif selalu menjadi tradisi di Majalah Kesayangan Infovet yang kini pengelolaan operasionalnya di tangan para generasi kreatif yang rata-rata masih muda, penuh semangat dan selalu punya cita-cita yang hidup dan cerdas, untuk mengasah kepekaan dengan nilai-nilai mulia dalam berkesenian seperti yang ditunjukkan oleh grup pelawak Asbak yang terdiri dari M Ari Wirawan, Akbar Pakihudin, dan Koesharyanto yang kesemuanya merupakan awak PT Gallus Indonesia Utama yang dengan gairah ikut Audisi Pelawak Indonesia yang sangat bermanfaat guna melatih tabiat terbaik guna melayani pelanggan dan pembaca Majalah Infovet dan seluruh produk PT Gallus Indonesia Utama.

Suatu tabiat baik dan saleh yang pelu dijaga baik dalam kondisi pekerjaan yang padat sekalipun, tetap ada waktu dan niat seperti ditunjukkan oleh Indra Setiawan Bagian Desain Majalah ini dalam Memuja Sang Pencipta yang akan selalu mencurahkan Berkah, Karunia dan Penerangannya buat hati yang punya prinsip kuat untuk melayani kebutuhan pembaca

Lihatlah hasilnya! Seperti ditunjukkan oleh M Ari Wirawan Divisi Distribusi Majalah Infovet yang selalu siap melayani Anda untuk berlanggan dengan pelayanan penyebaran ke ribuan peternak pembaca dan segenap masyarakat peternakan lainnya di seluruh wilayah tanah air bahkan manca negara. Masih menyusul kegiatan-kegiatan lain yang begitu bervariasi yang kesemuanya dapat dinikmati pada lembar demi lembar yang disajikan Majalah Infovet, Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan kecintaan Anda. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 134, September 2005 - MAKNA BAHAGIA DALAM KARYA

Pembaca yang budiman, mencintai negeri pada masa-masa ini wujudnya bisa bermacam-macam. Kemerdekaan kita untuk berekspresi dengan menyumbangkan segala sesuau yang kita miliki untuk kemahslatan umat manusia, teristiwa dalam bingkai kehidupan bersama dalam negeri yang untuk berdirinya membutuhkan pengorbanan, darah, dan air mata para orang tua dan pendahulu kita adalah wujud dari kepedulian kita terhadap arti hidup yang cuma sebentar.

Maka kita kita bisa memahami, betapa gigihnya para insan perunggasan kita yang saat ini lagi didera habis-habisan oleh kasus-kasus kemanusiaan dan perekonomian akibat membabibutanya hantu flu burung bergentayangan di setiap nadi, nafas, dan denyut jantung perekonomian peternakan bukan hanya pada masa produksi tapi bahkan menembus pada pemasaran dan pengkonsumsian produk-produk asal unggas di meja-meja hidang.

Tak jauh beda kondisinya pada sektor lain perikehidupan masyarakat bernama Indonesia yang elemen-elemen masyarakat terkaitnya dengan serentak bergerak menghadapi upaya hidup yang dilalap api kenaikan BBM, penghematan listrik yang menggelapkan jalan-jalan dan rumah-rumah, merosotnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika yang menginternasional, makan kerugian denyut ekonomi yang mau tidak mau membuat semua unsur mesti menjalin jalan terbaik sesuai dengan situasi, tanpa berpaling dari fitrah utama di bidang masing-masing.

Apa yang dilakukan Infovet pun tidak bergeser setapakpun dari fitrah ini, sebagaimana pembaca dengan kegigihan, kesungguhan, dan keuletan tetap tegar berkarya di bidang-bidang yang yang pembaca cintai dan membuat hidup pembaca menjadi sangat berarti bagi keluarga, masyarakat, kemanusiaan, dan ibadah bagi Sang Pencipta.

Sorotan Infovet terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita kali ini, dalam edisi september ini, sudah barang tentu tak akan jauh dari fokus misi Infovet sebagai Kiblat bagi Dunia Kesehatan Hewan dan Peternakan kita. Bila upaya yang gigih dari para insan peternakan, Anda semua, yang begitu mulia memaknai karya cipta masing-masing ini bisa kami lakukan dengan sebaik-baiknya, makin terasa pula makna berkarya cipta oleh segenap pimpinan, staf dan karyawan Infovet yang telah menetapkan pilihan bergerak di bidang ini, berjajar sama tinggi dan duduk sama rendah dengan pembaca semua yang merupakan para pendekar di bidang masing-masing.

Dan upaya Infovet kali ini dalam menyorot kegigihan para sahabat kita yang tanpa mengenal kata mundur menyerah, terus maju untuk mengkampanyekan betapa sehat dan bergizinya ayam, bebas dari flu burung dan patut menjadi sumber kehidupan sehat dan cerdas di berbagai kesempatan pada cuaca terik maupun hujan, pada saat hari terang maupun gelap, adalah persembahan kami bagi pembaca semua, sabahat dan keluarga kami yang begitu kami cintai.

Foto-foto para ujung tombak di garis depan kampanye kehidupan peternakan secara serentak tampil di halaman sebelah, di berbagai kota dan daerah. Dan Anda pun bisa meresapi langkah-langkah mendalam, teknis dan taktis segenap elemen peternakan di klini-lini yang lain pada halaman-halaman berikut Majalah Kesayangan Kita Semua ini.

Jayalah Anda, Jayalah kita, Jayalah peternakan kita. Dan kita serukan pada alam maha membentang, bantulah kami menghadapi hidup yang begitu penuh arti ini! Selamat berkarya. Salam bahagia kita semua, dalam situasi dan kondisi apapun terjadi. Bukankah kebahagiaan ini tidak mengenal musim? Dan dengan memaknai ‘Sang Bahagia’ ini mari kita hadapi segala carut marut persoalan dengan bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang gilang gemilang dalam karya-karya kita. Ya, Selamat berkarya! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 135, Oktober 2005 - LANGKAH PERCAYA PADA WAKTU YANG SANGAT BERHARGA

Percaya kepada diri sendiri bisa ditumbuhkan dengan mempercayai orang lain. Dengan cara, percaya kepada informasi yang diberikan. Tentu berdasar kekuatan, kemampuan, keahlian dan keyakinan orang yang memberi informasi. Khasiatnya besar, percaya pada suatu nilai pada masa kekacauan yang sedang marak terjadi seperti sekarang, sehingga kita bisa menghadapinya dengan tabah dan tenang.

Flu Burung melambung, harga BBM naik, bom Bali terulang kembali. Perekonomian makro tidak kunjung membaik, kurs Rupiah terus goyang dan jatuh. Pemerintahan yang serba bimbang, orang-orang kunci yang diragukan kemampuan dan kegesitannya menjalankan pernyataan dan analisa yang sebetulnya sudah tepat namun solusi dan aksi nyatanya tak kunjung benar. Masyarakat tak kunjung reda ketidakpercayaannya untuk menjadi aman dari Flu Burung. Berbagai pendapat berseliweran, muncul dengan narasumber yang seolah-olah ahli (memang ahli di bidangnya, tapi belum tentu dalam masalah yang sebetulnya merupakan koalisi-koalisi masalah dan butuh koalisi keahlian).

Semuanya makin memerosotkan kepercayaan pada diri sendiri, disedot pusaran bimbang, dan ragu serta sangsi mengambil langkah. Yang patut dimiliki adalah satu kepercayaan kunci: percaya pada diri sendiri terhadap satu pembuktian setidaknya mendekati kebenaran absolut menurut ilmu pengetahuan terkini bahwa sebetulnya semua masalah akanlah selalu ada. Dengan menghadapi masalah maka keberadaan kita akan teruji. "Masalah ada, maka aku ada."

Namun bukan berarti kita lantas mencari-cari masalah. Tanpa dicaripun masalah akan selalu ada, dan kita ada sesungguhnya juga untuk mengatasinya. Maka dengan tetap hati kita tetap melangkah. Anda beternak, Anda berbisnis, anda seorang peneliti, Anda seorang birokrat, Anda seorang akademisi. Berbahagialah Anda dengan yang Anda miliki. Saling menerima, saling mengoreksi, saling mendukung, saling percaya! Untuk itulah Infovet hadir untuk Anda, setiap bulan. Menjadi majalah kepercayaan Anda yang akan selalu menjadi kompas dalam berkarya dan berkreasi, mencipta dan bekerja, bahwa ada suatu bidang yang sangat dekat dengan kita, bidang peternakan dan kesehatan hewan, dan kehadirannya akan sangat melengkapi, mewarnai. Seperti cermin, Anda bisa melihat wajah rupawan Anda dalam setiap lembar dan halaman Majalah kesayangan ini.

Lihatlah gambar-gambar penuh warna yang terjajar dari atas ke bawah di halaman sebelah, sebagai ciri khas desain baru majalah kita ini, itulah cermin problem-problem atau masalah-masalah yang kita hadapi yang muncul dalam rubrik-rubrik Infovet edisi ini, yang bila dipandang dari sisi positif justru merupakan tantangan, sekaligus menjadi cerminan, betapa Anda adalah khalifah, yang akan terus berjalan dan menuju tujuan, kesuksesan dan bahagia. Meski masalah bergentayangan di sekeliling, Anda tetap melaju dengan percaya diri, dan kami, Majalah infovet di genggaman Anda, menemani sebagai pengisi waktu Anda yang sangat berharga! Selamat membaca! Selamat menjalankan ibadah Puasa bagi Anda yang menjalankannya.ž(Yonathan Rahardjo)

Infovet 136, November 2005 - MATA BATIN BERNAMA INFOVET

Kita adalah orang-orang di sekitar kita Kita adalah para sahabat kita. Kita adalah kaum yang sama dengan kita, mengalami nasib yang sama, digembur habis-habisan oleh misteri penyakit Flu Burung yang tak ada habis-habisanya, namun selalu menyilih rupa menjadi pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada habisnya.

Apakah betul yang menewaskan Iwan dan anak-anaknya adalah virus Flu Burung bukan penyakit yang lain? Apakah yang membawa korban-korban di rumah sakit spesial perawatan flu burung adalah betul-betul Virus Flu Burung bukan penyakit yang lain? Benarkah Virus AI sudah mengalami mutasi sehingga bisa menular antar manusia bukan hanya sekedar rekaan pendapat ilmu yang mesti dibuktikan secara ilmiah? Mengapa perusahaan farmasi internasional tidak segera memberi perhatian yang besar kepada bisnisnya di Indonesia kalau hal ini merupakan pertanda Flu Burung sudah begitu menakutkan merambah dunia manusia?

Mengapa pemerintah selalu silang sengketa, silang pendapat tentang penyakit ini tanpa punya ketegasan yang pasti? Apa betul semua yang terjadi memang seperti yang digembar-gemborkan di media-media massa yang sepertinya menelan mentah-mentah semua pernyataan pemerintah sehingga menimbulkan tindakan-tindakan lucu dalam menghadapi gempuran Flu Burung dari waktu ke waktu?

Lihat, apa tidak lucu, belum-belum babi-babi dan bebek-bebek dimusnahkan hanya gara-gara ketakutan Avian Influenza sudah terdapat pada babi yang bisa menularkan ke manusia? Apa tidak lucu, bila kebun binatang Ragunan lantas ditutup hanya gara-gara pernyataan Indonesia Kejadian Luar Biasa Flu Burung oleh Departemen Kesehatan (yang lantas direaksi oleh Presiden dengan gegap gempita untuk Tumpas Flu Burung)? Padahal yang punya wewenang untuk tindakan ke binatang/hewan adalah Departemen Pertanian pada Direktorat Jenderal peternakan bukan Departemen Kesehatan?

Bukankah Kejadian Luar Biasa itu hanya berlaku untuk manusia? Bukankah untuk ternak/hewan yang telah dinyatakan oleh Departemen adalah sebagai wabah AI? Sedangkan pada kalangan masyarakat sendiri, bukankah korban-korban yang ada jarang bersentuhan dengan burung? Bukankah peternak-peternak dan anak-anak kandang yang selalu bersentuhan dengan ternak-ternak ini ternyata dalam kondisi sehat-sehat saja? Lihatlah Khairil Anwar anak kandang pertama yang dalam tubuhnya didapati terdapat virus AI positif di Makassar, sekarang ia dinyatakan bebas, negatif, AI dan bertemu dengan Dr Khairil Anwar Nidom MS, yang pertama mendeklarasikan AI pada ayam di Indonesia?

Kita adalah teman-teman kita, masyarakat kita, kaum kita, sesama kita yang sama-sama menderita karena ketidak jelasan semua yang terjadi, pada saat yang sama gempuran impor paha ayam dari Amerika pun muncul. Apa tidak boleh kita berpikir bahwa bisa jadi heboh Flu Burung adalah strategi besar untuk melapangkan jalan masuknya paha ayam impor itu? Apa tidak boleh kita berpikiran bahwa kita selama ini masih saja menjadi pecundang dari negara-negara besar yang dari masa ke masa selalu bermimpi tetap menegakkan superioritasnya atas negara berkembang macam Indonesia yang dulu juga merupakan negara jajahannya?

Apa tidak boleh kita berpikir bahwa semua yang terjadi sekarang merupakan suatu teka-teki besar dari suatu strategi besar yang berlaku dalam kesatuan integral persoalan, permasalahan, yang sepertinya membabi buta, beruntun, sangat ruwet yang dalam prakteknya juga melibatkan peran-peran, ambisi-ambisi dan kebingungan dalam menegakkan jati dirinya sebagai manusia yang merdeka bukan semata-mata merdeka yang semu? Politik dan dagang, ada di sekeliling kita. Kekuasaan dan uang, saling berebut pengaruh, dan kita tidak ingin disilau matakan menghadapi semua tanda-tanda yang belum tentu makna dan jati dirinya.

Peternak besarta seluruh karyawan dan anak kandang, pengusaha sarana produksi peternakan beserta semua karyawan dan petugas lapangan, para peneliti, para insan akademik, birokrat, dan melebar ke seluruh masyarakat, semua, sama-ama merasakan kegundahan dengan pukulan telak Flu Burung yang di balik semua itu masih menyisakan teka-teki. Tapi akankah hidup tidak jalan hanya karena masalah yang tetap misteri? Tidak.

Kita punya mata batin, punya kehidupan yang lain, punya kegiatan dan kekayaan-kekayaan lain seperti halnya ternak ayam yang masih bisa diselamatkan dan ternak non unggas, punya suatu hidup cerah, punya harapan dan keyakinan untuk melangkah dengan optimis, yang sudah terbukti bahwa sebetulnya kehidupan kita secara umum masih mempunyai nafas segar, meski BBM naik, flu burung misterius, dan berbagai problem yang silih berganti terus bermunculan. Dan untuk itulah mata batin kita diasah dengan kehadiran Infovet.

Selamat Idul Fitri bagi yang merayakan. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 137, Desember 2005 - PIJAKAN KITA SUNGGUHLAH KUAT

Apa yang terjadi bila kita membiarkan segala masalah menerpa kita tanpa tindakan penolakan? Apa jadinya bila kasus-demi kasus penyakit ternak tidak ada upaya melawannya? Pastilah bisa diperkirakan akan menjadi apa dunia peternakan dan kesehatan hewan kita.

Bahkan kalaupun ada tindakan menghadapinya, kalau itu tidak tepat tidaklah akan memberikan hasil memuaskan, seperti kasus flu burung yang sudah salah tindak sejak awal merebak dua tahun lebih, dan kini kita menuai hasilnya, tarik ulur bahkan saling tuduh mewarnai, politik ikut campur tangan melingkar-lingkar pada pergantian pejabat yang dianggap melakukan penggelapan dana penanggulangan Flu Burung pada ternak. Padahal, siapapun tahu untuk pembuktian hal ini membutuhkan banyak waktu untuk menegakkan hukum sesuai azas-azasnya.

Menegakkan diagnosa penyakit ternak untuk penanggulangannya pun, dokter hewan dan petugas teknis kesehatan hewan perlu waktu yang cukup dengan pemeriksaan serta keahlian pasti, sehingga apa yang dikatakannya tidak bakal meleset dan tindakan pun tepat.

Pada saat itu pun upaya menyehatkan ternak tidak terpisah dan berdiri sendiri dari segala problem yang mengelilinginya, faktor teknis akan selalu diikuti faktor non teknis. Kondisi keuangan mikro, keuangan makro, seperti jelas saat upaya periode demi periode pelaku penumpasan Flu Burung, akhir-akhir ini diikuti gejolak harga BBM yang menyengat jauh lebih tajam dan mematikan dibanding penyakitnya sendiri, sampai-sampai banyak peternak mengalami kerugian demi kerugian dalam jumlah yang tidak kecil. Lalu serbuan berbau politik dagang internasional untuk melegalkan masuknya daging-daging ternak bermasalah.

Pada saat yang sama instrumen perundangan dan birokrasi dibelit peraturan-peraturan yang cenderung menghambat dan tidak mengakomodasi jalannya pengelolaan peternakan dan kesehatan di tanah air. Pada saat bersamaan pula terjadi sikap-sikap yang berbeda di antara para pelaku bisnis, usaha, dan organisasi peternakan. Perbedaan yang mestinya menimbulkan rahmah, namun di manapun juga ternyata kesiapan para pelaku menghadapi perbedaan ini belum tentu menjamin mulusnya rancangan dan program sesuai dengan idealnya sebuah kemajuan.

Sementara masalah kesehatan hewan dan peternakan pun selalu muncul apalagi industri kehewanan, bisnis peternakan, adalah suatu lahan hidup dari makhluk-makhluk hidup yang sudah barang tentu akan selalu hidup dan berkembang untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan lingkungan, genetik dan manajemen.

Bukan cuma Flu Burung di perunggasan, selain yang zoonosis juga yang tidak zoonosis, penyakit-penyakit klasik pada ayam selalu menggeliat dan kesiapan para insan peternakan di segala lini, pakan, bibit, peralatan, peternak di sektor produksi sendiri. Tapi juga penyakit ternak ruminansia, ambillah contoh Antraks yang mewarnai pengelolaan peternakan di beberapa wilayah tanah air, juga Rabies pada anjing-anjing liar pada beberapa daerah yang berpotensi menyerang peternak ruminansia.

Dan biasanya di akhir tahun selalu terjadi suatu garis kritis perubahan antara waktu di tahun lama dengan waktu baru di tahun berikutnya, menyangkut anggaran, tata organisasi, taktik, strategi. Hanya pelaku berjiwa pemenang yang akan dengan lihai menghadapi perubahan ini dengan cekatan. Dan rata-rata pelaku bisnis peternakan dan kesehatan hewan, di segala lini, baik pakan ternak, bibit, obat hewan, peralatan, produksi peternakan, dan pemasaran, semua punya kegigihan dan keunggulan dalam mengantisipasi dan dengan lihai menghadapi setiap perubahan dengan jurus-jurus baru, meski kepungan masalah teknis dan non teknis tak pernah henti.

Jurus baru yang mempercayai bahwa dunia usaha di bidang peternakan dan kesehatan hewan adalah lahan yang tak pernah kering, sebab sampai sejauh ini, masyarakat manusia masihlah fanatik untuk mengkonsumsi produk-produk asal peternakan dan orang-orang sukses di dunia peternakan dan kesehatan hewan adalah contoh yang tak lekang masa, tepat seperti yang selalu digaungkan Majalah Kesayangan Anda, Infovet, bahwa komitmen di bidang peternakan dan kesehatan hewan adalah komitmen yang punya dasar pijakan yang kuat dan tembus waktu.

Selamat Natal 2005 bagi yang merayakan dan Selamat Tahun Baru 2006, sehat, sukses, dan bahagia untuk Anda, dan kita semua. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 138, Januari 2006 - PEMBAHARUAN KITA

Tahun Baru, yang lama berlalu. Hukum alam pun berlaku. Semua yang ada selalu berputar mengikuti arah jarum jam. Bila mengikuti dengan indera tajam, tampak setiap kegiatan yang kita alami dan lalui, mempunyai arti sangat dalam bahwa tidak pada tempatnya bila kita sia-siakan segenap karunia Penguasa Alam itu. Kita diberi alam dan kita dipercaya untuk mengelola, bukan menguasai yang sering disalah artikan oleh kaum eksploitir yang mengeksploitasi jauh lebih dari cukup mengeksplorasi.

Kerusakan alam pun terjadi dengan eksploitasi itu, berakibat fatal bagi sarana pendukung kehidupan, tak terkecuali ternak dan hewan yang menjadi ranah pengelolaan kita. Pasti Anda pun berpikir dan menduga-duga, adanya virus Flu Burung, adanya penyakit-penyakit genetik baru yang sebelumnya tidak kita kenal, ayam kerdil misalnya, pastilah tidak lepas dari ekspolitasi kita sebelumnya, yang memaksa alam digunakan dan menguras daya sanggup peternakan, hewan, baik dari segi faali hewan, pakan, dan genetik, sehingga terjadi ketidak seimbangan sistem pertumbuhan ternak itu.

Virus Flu Burung yang masih mewarnai kejadian-kejadian penting tahun ini bahkan menewaskan manusia-manusia yang kita kaum peternakan sangat yakin, yang diberitakan kematian orang-orang yang jauh dari singgungan dengan hewan di rumah sakit khusus perawatan pasien flu burung bukanlah semata-mata akibat penyakit flu burung pada manusia yang pada hewan kita kenal dengan sebutan Avian Influenza. Pastilah ada komplikasi dengan penyakit lain pada individu-individu yang meninggal. Dugaan makin kuat terbukti para anak kandang, ahli peneliti yang langsung berkutat dan bersinggungan dengan ayam yang begitu besar jumlahnya yang terserang Flu Burung pada hewan, kaum peternakan itu masih sehat dan kondisinya bugar.
Peran manusia pada munculnya berbagai penyakit itu pun kita rasakan langsung pada ‘penyakit-penyakit’ yang lebih berskala masyarakat dan sistem kehidupan bersama.

Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan di Tanah Papua Irian, mengguncangkan di mana peran kita yang menyebabkan ketimpangan ini. Sementara di wilayah-wilayah pengelolaan pakan yang lain kita disibukkan dengan ancaman-ancaman perdagangan bebas yang melenggangkan produk-produk impor melenggang masuk hanay untuk menguatkan basis bisnis pada penguasa kapitalis peternakan negeri maju. Bahwa sebetulnya begitu banyak kekayaan alam kita yang sepertinya mubazir kita punyai, plasma nutfah yang tidak terkelola, begitu beragam kekayaan alam ternak asli kita tidak tercatat bahkan ternyata dalam suatu seminar disebutkan kerbau asli Indonesia belum tercatat di Badan Pangan Dunia FAO.

Keterpaduan kita mengelola kekayaan alam tanah air dalam bidang kehewanan ini pun patut kita evaluasi, begitu sudah banyak institusi di berbagai departemen yang mengelola masalah kehewana, di Departemen Pertanian dengan masalah ternak bahkan ada Kasubdit yang memfokuskan diri di bidang Satwa Kesayangan, di Departemen Kehutanan dengan fokus satwa liar, di Departemen Perikanan dan Kelautan mempedulikan pengelolaan ikan, pada Badan Karantina tentang arus keluar masuk ternak kita, di Badan Pengawas Obat dan Makanan juga soal produk-produk asal hewan dan peternakan. Kita tidak kekurangan lembaga yang mempedulikan kepentingan pengelolaan alam berbasis kehewanan, namun mengapa masalah-masalah di bidang kehewanan tidak pernah habis dan selalu muncul yang baru. Seyakinnya kita sadar, di mana-mana masalah itu tetap ada tak Cuma monopoli kaum kehewanan dan peternakan.

Dengan instrumen yang sudah kita miliki di berbagai tempat itu hanya satu kata kunci yang patut kita benahi: Peduli. Peduli bukan hanya pada diri sendiri, tapi juga kepentingan orang lain, kaum lain, masyarakat lain, masyarakat semua, semua alam raya. Alam yang kita punyai bersama, bukan hanya milik pribadi atau golongan, sehingga kesejahteraan yang kita pedulikan adalah kesejahteraan bersama. Dan inilah saatnya kita kembali lahir baru tentang hal ini. Sebab setiap pergantian waktu akan selalu diikuti dengan pembaharuan. Selamat Tahun Baru!

Infovet 139, Februari 2006 - KETERGANTUNGAN KITA

Kasus formalin begitu menghentak dan nyaris merontokkan usaha rakyat kecil dengan dijauhinya produk-produk tahu, bakso, mi, bahkan merembet pada konsumsi daging ayam akibat kecurigaan diawetkan dengan formalin. Begitu Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) mengumumkan hasil temuannya, dan media massa menggeber besar-besaran seperti kasus Flu Burung tahun 2004, Departemen Kesehatan lantas seperti kebakaran jengggot dan menyalahkan betapa lamban dan makan waktunya Badan POM mengumumkan hasil temuannya itu. Padahal keberadaan formalin pada makanan rakyat itu sudah bertahun-tahun, belasan tahun, bahkan lebih, diketahui dari hasil pantauan. Depkes seperti kata MenKes lantas menginginkan Badan pemerintah yang mandiri itu untuk lebih baik kembali di bawah naungan Depkes, seperti keberadaannya sebelum di’sapih’ pada tahun 1999.

Sementara sebelumnya saat Depkes mengetahui ada formalin di lapangan, merasa tak punya otoritas untuk mengumumkan dan bertindak pencegahan berdasar hasil pantauannya. Alasannya yang punya otoritas soal pengawasan obat dan makanan itu adalah Badan POM, bukan Depkes; sehingga aparat Depkes hanya melakukan penyadaran saja. Dalam hal ini pengamat mengatakan, sebetulnya tak perlu saling menunggu antara keduanya. Yang lebih penting adalah keduanya (Depkes dan Badan POM) saling bekerja sama dan ujung-ujungnya saling menyalahkan antara keduanya. Apalagi mengingat motivasi utama di’pisah’nya Badan POM adalah justru supaya pengawasan tersebut berjalan lebih efektif dan tajam.

Saling bekerjasama adalah salah satu mata rantai perwujudan dari kesadaran bahwa antar pihak-pihak yang saling membutuhkan, terjadi suatu kondisi saling bergantung atau dalam satu kata adalah ketergantungan. Ketergantungan bukanlah satu pihak bergantung pada pihak yang lain tanpa sebaliknya. Setiap pihak yang ada saling bergantung, saling menghargai, saling menolong, saling mengulurkan tangan dan saling bergayutan. Ketergantungan adalah suatu kondisi yang menggambarkan tidak ada pihak yang lebih utama dari pihak yang lain. Semua pihak sama-sama utama, perlu diutamakan, saling bersikap mengutamakan satu sama lain, sehingga muncullah sikap “Tanpa engkau aku tak bisa sukses,” sedang pihak yang lain juga mengatakan hal sama kepada pihak pertama.

Antara POM dan Depkes, mestinya terjadi kondisi ketergantungan. Antara Ditjen Peternakan dengan Badan Karantina Pertanian, Perusahaan Obat Pewan, Perusahaan Pakan Ternak, Perusahaan Sarana Produksi Peternakan lainnya, dan semua pihak. Dan semua piha. Mestinya terjadi sikap ketergantungan. Bukan sekedar bergantung pada pihak lain tanpa mau menjadi tempat bergantung. Termasuk media-media peternakan dengan segenap stake holders-nya. Mengapa demikian, karena pada dasarnya setiap pihak menjalankan perannya masing-masing. Dan dengan peran-peran itu maka terjadilah sikap saling membantu, saling bekerjasama, saling tolong-menolong, dan saling mendukung untuk suatu kebaikan bersama.

Dengan menyadari hal itu, sebenarnya setiap permasalahan yang muncul bisa diatasi dan dicari jalan keluarnya. Masalah ketahanan pangan yang dikoyak-koyak dengan menipisnya persediaan beras hingga memojokkan pemerintah untuk mengambil resiko menelantarkan budidaya pertanian lokal dengan impor beras, menyudutkan pemerintah untuk melirik daging impor ilegal; masalah kesehatan hewan yang masih dikepung dengan siluman flu burung yang sudah menjadi perhatian utama dunia untuk memberantasnya dengan kesepakatan-kesepakatan internasional; belum lagi masalah-masalah di luar sektor peternakan namun berpengaruh secara langsung atau tidak langsung, BBM (Bahan Bakar Minyak) yang menyodok produksi peternakan karena sangat dibutuhkannya energi minyak, Tarif Dasar Listrik yang ikut melambung, Formalin yang ditiupkan pada masa yang begitu sulit.

Sekali lagi kita dituntut untuk memperhatikan kepentingan orang lain, manakala kondisi diri sendiri mungkin lebih baik dari orang lain dan bahkan mungkin tak terpengaruh sama sekali lantaran pondasi bisnis sudah begitu kokoh sehingga malah mampu meningkatkan kinerja berbiaya tinggi. Rasa syukur berhasil mempedulikan kepentingan orang lain ini merupakan salah satu hadiah pula, di mana keberadaan kita ternyata bisa bermanfaat untuk orang lain. Dengan semangat ketergantungan itu, manakala melihat pihak lain sukses, bersyukur pula kita punya rasa ketergantungan untuk belajar dan menjadi sukses. Dampaknya pasti luar biasa, terjadi evaluasi pada diri sendiri, dilanjutkan dengan refleksi dan berujung pada aksi yang lebih baik. Roda perputaran evaluasi, refleksi dan aksi pun terus bergulir, dalam suatu ketergantungan kita. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 140, Maret 2006 - DARI SOLUSI KE SOLUSI

Jalan keluar dari setiap permasalahan akan membedakan satu masalah dengan problem yang menyilih rupa menjadi labirin tanpa jalan keluar. Solusi akan muncul untuk membantu menyelesaikan kemelut yang dibombardir dengan hambatan dan tantangan yang seolah-olah menutup arus penyelesaian problematika.

Namun semua sadar, masalah akan selalu muncul. Maka tepat dikata dari suatu solusi akan selalu diikuti solusi berikutnya.
Solusi untuk peternakan sehat? Kita papar dulu masalah-masalahnya. Kita cari akarnya. Kita buat percabangan problem untuk dibuat percabangan solusi.

Solusi gangguan, hambatan pertumbuhan ayam yang kerap muncul pada musim penghujan? Kita bedah masalahnya, pada musim penghujan banyak muncul jamur pada pakan, penyebab mikotoksikosis, salah satu faktor penting untuk memunculkan Sindrom Kekerdilan. Faktor yang lain, genetik (termasuk rekayasa genetika), manajemen, obat-obatan, sanitasi perkandangan dan faktor-faktor lain? Jelas, pasti ada solusinya, solusi sementara maupun solusi pamungkas!

Solusi gangguan produksi ayam petelur? Jangan khawatir, kalau masalahnya sudah terdeteksi dan ternilai, dipetakan secara jelas dan gamblang, ditambah keberanian bertindak, pasti masalah terpecahkan, solusi didapatkan!

Demikian pula dengan kasus Avian Influenza, formalin, paha ayam impor, impor daging ilegal, ayam tiren, naik turunnya nilai perdagangan ayam dan penyakit hewan yang terdeteksi maupun tak terdeteksi, dan juga budidaya ternak besar, kambing, sapi perah, sapi potong yang menyumbang secara langsung pada pemenuhan kebutuhan daging merah dan susu segar berprotein tinggi, pencipta generasi sehat dan cerdas yang mampu mengatasi permasalahan termasuk membebaskan bangsa ini dari ketergantungan beras impor, produk luar negeri yang mematikan perekonomian bangsa; bangsa cerdas dan berakhlak tinggi yang mampu meyakinkan diri untuk tegar menahan dan membentengi diri dari korupsi yang meruntuhkan sendi-sendi ekonomi. Bangsa macam apalagi?

Ya, bangsa manusia yang mampu membuat solusi terhadap setiap permasalahannya, dari yang paling kecil, sederhana, sampai masalah paling berat. Masalah kesehatan pun, masalah keuangan, masalah sosial, politik, budaya, bahkan hankam. Ya, masalah sesuai bidang dan kapasitas masing-masing. Tak luput, solusi bagi perusahaan media yang dengan setia memberikan yang terbaik buat pembacanya. Di antaranya terdengar sederhana, namun penting untuk kenyamanan pembaca dalam menikmati setiap sajian Informasi dalam lembar-lembar kertas, berpuluh-puluh halaman yang menyatu dalam susunan disebut Majalah.

Nyamannya pembaca membaca huruf-huruf dalam kertas yang tidak menyilaukan mata, terasa sejuk dan tidak membuat mata cepat lelah melahap informasi penting, adalah suatu solusi yang akan sangat membantu dan bermanfaat dan menyehatkan. Solusi sehat untuk mata dan kenyamanan adalah salah satu yang kita pelajari tentang cahaya dan mata. Seperti yang ditunjukkan oleh ayam yang butuh cahaya yang tepat dan secukupnya untuk menggertak hormon Melatonin dalam tubuhnya guna menghasilkan produksi telur yang optimal dan maksimal.

Cahaya mata adalah suatu solusi untuk produksi ayam, sedang kertas menyejukkan mata adalah solusi untuk kenyamanan dalam membaca. Terasa benar, suatu solusi senantiasa disusul dengan solusi. Suatu saat pun akan muncul solusi untuk solusi. Solusi demi solusi bermekaran. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 141, April 2006 - KEBERHASILAN KITA BERSAMA

Semangat dan dorongan dalam bekerja, datangnya selalu mengiringi usaha itu sendiri. Melalui proses selalu berupaya memperbaiki diri, tidaklah alam akan membiarkan pelaku pemeduli dan pengelola alam menjadi merana. Alam akan memberi yang terbaik kepada setiap orang yang mengolahnya, dan begitu imbalan alam itu diberikan maka terjadilah dorongan dan semangat itu dengan sendirinya.

Kesetiaan peternak membangun, mengelola dan memelihara peternakan bermuara pada kesuksesannya! Memberi rejeki kepadanya dengan berlimpah. , tidak bakal membuatnya melirik kepmbali kepada bidang-bidang lain yang ditinggalkannya untuk menekuni bidang peternakan. Keputusannya menekuni bidang peternakan di awal usahanya, bukankah kini sudah berbuah?

Memang tidak instant per’buah’an itu. Peternak mengalami pasang surut, berbagai penyakit, gejolak bisnis, harga dan biaya yang naik turun, kebutuhan pakan, bibit, obat-obatan dan peralatan yang mengikuti secara signifikan terhadap gejolak ekonomi makro maupun kondisi politik, dan alam. Dengan kepedulian terhadap bidang ini, peternak pun mencari upaya, lebih intensif memperhatikan bidang ini, sangat mengenali, dan menjadikannya makin jatuh cinta pada bidang peternakan!

Lihatlah hasilnya, meski flu burung membabi buta, formalin membekukan, paha impor meneror, mempengaruhi jual beli daging, telur dan susu, memaksa peternak mengencangkan ikat pinggang, toh tetap membuatnya tegar melanjutkan usaha dan kerja di bidang ini. Rejeki yang dimilikinya selalu berbagi dengan usaha-usaha obat hewan, pakan, bibit, peralatan, pasar daging, telur dan susu, restoran dan warung makan, pabrik roti, bahkan bidang lain, petugas pajak, bahkan petugas keamanan. Dan buktinya, sejauh ini bidang peternakan tetap pada tempat edarnya, setia pada orbitnya.

Bahkan keberhasilan-keberhasilan besar berhasil diababadikan dalam monumen-monumen gedung-gedung megah, sarana dan prasarana kerja yang lebih moderen dan mutakhir, dan tentu saja taraf hidup para pelaku bisnis bidang ini pada kehidupan sehari-hari, kesejahteraan yang ikut dirasakan oleh anak-anak generasi penerusnya.

Perhelatan demi perhelatan diselenggarakan untuk merayakan keberhasilan-keberhasilan kerja di bidang peternakan. Meski, keberhasilan ini belum tentu mencapai keuntungan yang jauh lebih besar dari pada masa sebelumnya. Keberhasilan ini sangat luas maknanya, bahkan berhasil mengatasi kemelut apapun di bidang peternakan juga merupakan keberhasilan!

Bila seseorang berhasil mengatasi permasalahan di area kerja itu, alam pun punya sifat yang sama terhadap bidang-bidang dan orang-orang yang lain. Semua berbanding lurus sesuai dengan kepedulian dan dedikasi kepada bidang yang ditekuni. Apapun bidang. Ya, bidang apapun. Tak terkecuali, bidang informasi peternakan dan kesehatan hewan, yang sangat lengket dengan kehadiran majalah peternakan dan kesehatan hewan yang melayani dan menjadi teman berjuang bagi seluruh pejuang peternakan dan kesehatan hewan. Anda. Dan kami. Kami dan Anda. Kita. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 142, Mei 2006 - SELAMAT DATANG PERUBAHAN

Di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, dua tahun yang lalu, kaum peternakan Indonesia mengangkat poster-poster, spanduk-spanduk, membagikan bunga dan ayam groreng plus nasi kotak. Mereka kampanye produk ayam daging dan telur, adalah produk sehat, sangat dibutuhkan masyarakat dan bebas flu burung!

Bundaran HI, menajdi pusat dari banyak demontrasi, unjuk rasa, pawai, apapun, untuk menjadi media penyuaraan pendapat rakyat, kala wahana resmi di gedung DPR-MPR seolah jalan di tempat atau lambat dan butuh penyeimbangan!

Kampanye Flu Burung dan Ayam Sehat, menjadi event yang serupa dengan berbagai kampanye lain, termasuk yang paling akhir saat tulisan ini dibuat: Pawai Bhinneka Tunggal Ika menolak Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi yang begitu kontroversial!

Pendeknya, boleh dikata Bundaran HI menjadi saksi sejarah banyak perubahan. Setidaknya berbagai kampanye dan demo di pusat Indonesia itu menjadi solar dan bensin untuk menjadi melajunya kendaraan perubahan-perubahan di berbagai bidang. Kampanye partai politik juga di situ.

Kampanye buruh juga berpusat di Bundaran HI. Kampanye Hari Bumi yang bersamaan dengan pawai Anti RUU APP juga berlangsung di situ. Dan spesial bagi kalangan peternakan, kampanye menyuarakan karya anak bangsa juga di bawah Tugu Selamat Datang di pusat kolam Bundaran Hotel Indonesia!
Di terik matahari siang, Tugu Selamat Datang dengan perkasa seolah berteriak dengan lantang membelah langit, “Selamat Datang Perubahan!”

Perubahan memang merupakan peristiwa yang selalu terjadi tak pandang di bidang apapun. Perubahan bisa terjadi sewaktu-waktu. Perubahan selalu mengikuti perkembangan umur alam dan manusia. Perubahan dapat dihitung berdasar periodik-periodik tertentu. Apalagi umumnya manusia telah punya suatu penanggalan. Di samping perubahan pada kasus insidental, dengan kalender, perubahan pun dapat diprediksi dan diatur.

Perubahan lazimnya dimulai dengan tanggal-tanggal, waktu-waktu tertentu. Dan, dimulai pada saat tanggal awal kalender yang bersangkutan. Di sinilah dimulai dengan suatu komitmen baru, sikap baru, cita-cita yang memperbarui. Ada perbaikan untuk menjadi lebih baik. Ada peningkatan untuk menjadi lebih sempurna. Ada visi yang semakin dipertegas. Ada misi yang semakin disempurnakan. Ada resolusi baru!

Semua menjadi kata dan kuasa untuk menjadi semakin bagus! Agar kehidupan semakin sesuai dengan futrahnya. Adar kekurangan dikoreksi. Agar kelemahan diobati. Agar tubuh, jiwa dan roh makin sesuai dengan harkatnya.

Memasuki tahun ke 14 (empat belas) keberadaan Majalah Infovet Anda ini, sudah selayaknya perubahan itu pun dirayakan disertai niat-niat mulia sebagaimana banyak aktivitas bangsa ini yang selalu mengalami perubahan untuk pembaharuan. Di segala bidang. Ya, teristimewa di bidang peternakan dan kesehatan hewan, perubahan dan pembaharuan selalu dimonitor Majalah kita sebagai saksi sejarah laksana Bundaran Hotel Indonesia dengan Tugu Selamat Datang sebagai pintu gerbang masuk ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam menyaksikan perbagai perubahan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ya, sudah 14 tahun kami mengiringi perjalanan Anda untuk menjadi insan-insan mulia berkarunia bidang peternakan dan kesehatan hewan. Perubahan demi perubahan terjadi di sektor ini, dari kepemimpinan Dirjen Peternakan ke Dirjen penggantinya sampai. Dari munculnya penyakit baru ke penyakit yang lebih baru. Lahirnya Gumboro di Indonesia, lahirnya penyakit ayam kerdil, lahirnya penyakit flu burung! Lahirnya temuan teknologi demi temuan teknologi dengan berbagai khasiat dan manfaat untuk mensejahterakan peteni, peternak, pengusaha, akademisi, peneliti, dan semua yang membutuhkan.

Lahirnya kebijakan demi kebijakan. Ya, Infovet selalu menjadi saksi sejarah itu.
Perubahan demi perubahan. Dan tentu saja perubahan dan pembaharuan pun senantiasa terjadi pada Majalah Infovet dari berbagai sisi, pengelola, tampilan, isi, organisasi, sejak dikelola oleh ASOHI hingga kini dikelola perusahaan dengan saham terbesar ASOHI.

Resolusi demi resolusi selalu terjadi. Semua akan selalu datang, untuk kepentingan bersama.

Ya, Selamat Datang perubahan! Terimakasih kepada semua pembaca yang selalu bergandeng tangan bersama dalam langkah perubahan dan penguatan kita. Semua. Ya! Termakasih. Mari kita bina terus untuk kebaikan bersama! Sukses selalu! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 143, Juni 2006 - PRIORITAS DALAM KESEIMBANGAN

KITA BERDUKA CITA. Saat akhir proses pracetak, Yogyakarta dan sekitarnya terkena gempa bumi Lautan Selatan memakan korban ratusan orang meninggal dunia. Menyusul Gunung Merapi menunjukkan murka alam. Sekali lagi kita berduka atas bencana di wilayah kerja Perwakilan Infovet Drh Untung Satriyo. Menyusul banyak ranah kehidupan yang penuh bencana satu demi satu.

Kita mesti dapat memilah mana yang sifat alam, mana akibat kesalahan manusia. Gempa bumi adalah kemarahan alam yang mestinya manusia membaca tanda-tanda sebelumnya sehingga ada tindakan penyelamatan pra gempa. Sedangkan tanah longsor dan banjir di mana-mana bukti masyarakat teledor menjaga wilayah peresap air hujan yang makin sempit.

Kita mesti bijak menyikapi suara alam atau suara manusia. Saat muncul gerakan anti peternakan ayam di Depok Jawa Barat akibat flu burung, dalam waktu sama masyarakat tanpa suara terhadap menjamurnya gedung beton memakan berhektar lahan penahan air hujan namun lebih bersifat bisnis merebut konsumerisme masyarakat berdaya beli susah.

Masyarakat diam saja, malah mempersoalkan moral urusan pribadi, mau diatur dalam perangkat hukum, menghabiskan energi untuk gerakan pro-kontra Pornografi-Pornoaksi. Meluputkan perhatian pada hal lebih mendasar. Tak ada gerakan antikorupsi berarti dibanding gerakan APP, bahkan protes dihentikannya penyidikan mantan Presiden Soeharto yang makan mayoritas harta masyarakat tertutupi masalah sepele.

Masyarakat mudah terombang-ambing permainan elit politik yang meniupkan isu tanpa kejernihan berpikir mengambil skala prioritas yang sesungguhnya terkait langsung dengan kehidupan. Penguasa politik punya skala prioritas menghembuskan isu sehingga sederet tragedi kemanusiaan pelanggaran HAM didiamkan. Pada wilayah peternakan dan kesehatan hewan, masyarakat begitu mudah dibelokkan oleh isu tidak jelas. Januari oleh isu formalin, sekarang isu Flu Burung yang konon sudah makan manusia dengan penularan lebih berbahaya.

Pemeriksaan Flu Burung pada manusia penuh tanda tanya. Institusi yang tidak punya otoritas berbicara leluasa. Penularan AI pada sektor 1 dan 2 pada peternakan besar dan biosekuriti terkendali tidak ada korban padahal wilayah ini merupakan mayoritas lahan hidup ternak unggas. Pernyataan membahayakan tentang kematian manusia karena Flu Burung hingga kejadian di Karo menunjukkan pada sektor 3 dan 4 yang bersinggungan dengan masyarakat awam sangat rawan karena penularan makin kompleks.

Tetap tidak bijaksana menyalahkan unggas dan memusnahkan tanpa tebang pilih. Sama halnya tidak bijaksana menyalahkan Sultan Yogya dan Mbah Marijan, atau Gubernur DIY dalam kasus Gunung Merapi. Meski di mana pun pasti ada penyebab utama, yang lebih pasti satu sebab akan terkait dengan sebab lain. Kasus banjir rutin membanjiri Jakarta tak lepas dari menjamurnya pusat perbelanjaan di Depok dan Bogor. Kasus daging dan paha ayam impor tidak lepas dari kasus Flu Burung yang disinyalir merupakan politik internasional untuk menjajah ekonomi negara macam Indonesia.

Masyarakat seolah masih berada di jaman Ramayana, antara kubu berbeda masih saja berperspektif hitam putih. Padahal kita sudah berada pada jaman Mahabarata yang penuh wilayah abu-abu semua saling terkait, untuk membedakan musuh dan kawan sungguhlah sulit. Tidak pada tempatnya saling menyalahkan seperti FBR mengusir Inul dari tanah Betawi karena Inul memperjuangkan hal azasi kebebasan berekspresi. Bukan salah pers jika memberitakan kematian manusia karena Flu Burung secara bebas seperti yang dipersoalkan mahasiswa Fapet IPB dalam seminar Flu Burung di mana Infovet menjadi salah satu pembicara. Memberitakan secara bebas adalah tugas pers yang dilindungi hukum.

Lalu di mana sikap kita pada segala silang sengkarut kehidupan macam ini? Belajar dari sejarah, sejak kejadian dunia sampai sekarang begitu banyak tragedi namun kehidupan tetap berlanjut, tugas kita secara sadar tahu prioritas untuk bersikap bijak. Antar sesama manusia, antar makhluk hidup, antar makhluk dengan alam dan buatan manusia. Itu prioritas kita. Mari kita atasi semua. Bersama menolong yang menderita dan terus membangun yang kita punya. ž (Yonathan Rahardjo)

Infovet 144, Juli 2006 - FREE DAN FAIR BISNIS-BISNIS KITA

Bukan berarti ketika perhatian sebagian besar masyarakat dunia dan Indonesia tersedot helat akbar Piala Dunia sepakbola, perhatian terhadap peristiwa-peristiwa lain terabaikan. Malah masing-masing bisa saling belajar. Dunia kesehatan hewan dan peternakan hewan pun dapat belajar dari peristiwa-peristiwa itu.

Bagi profesional sepak bola apalagi tingkat dunia, bola sudah merupakan bisnis dan lahannya sangat menggiurkan. Jalan tol untuk menyedot perhatian salah satunya rupanya itu: bisnis. Di bidang peternakan, lihat saja kasus AI atau Flu Burung, mengapa menyedot perhatian? Bukan sekedar nyawa manusia taruhannya, tapi juga nilai bisnis di balik semua kasus tewasnya berjuta-juta ekor ayam sebelum akhirnya merayap membetot nyawa orang. Bisnis bibit, obat hewan peternakan, dan kini bisnis obat manusia!

Apa istimewanya kalau semua dikaitkan dengan bisnis? Setelah nilai-nilai kebebasan diterapkan dalam bisnis, kini perlu bisnis yang "fair", bisnis yang adil, bisnis yang beradab.

Terkait dengan kesepakatan dengan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), Indonesia tak bisa lepas dari bisnis yang bebas (free trade, perdagangan bebas). Namun terlebih dari itu dibutuhkan fair trade (perdagangan yang adil).
Itulah masalahnya, tarik ulur yang akan selalu menyeimbangkan dunia bisnis yang senantiasa menarik (bagi pebisnis tentunya). Sepak bola yang menawan butuh keadilan, sehingga berbagai disiplin diterapkan dalam permainan sampai laga pertandingan berakhir. Bisnis peternakan dan kesehatan hewan pun demikian!

Masalah flu burung dikaitkan dengan isu paha ayam impor, menjadi penyeimbang antara bisnis dan keadilan itu. Kaum peternakan pun diketuk hatinya oleh gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang secara menyedihkan memangsa nyawa penduduk tak berdosa, juga menyumbat rejeki termasuk di bidang peternakan dan kesehatan hewan ketika masalah AI masih menyisakan pekerjaan rumah berbagai taktik dan strategi dalam upaya membereskannya.

Apapun tarik ulur antara bisnis yang bebas, bisnis yang adil, dan nilai-nilai kemanusiaan, toh bisnis tetaplah jalan. Dalam konotasi negatif sering disorot upaya-upaya pengerukan kekayaan secara "free" dengan minimal "fair"nya. Namun secara positif, bagaimana pun terbukti bisnis adalah penggerak utama kehidupan masyarakat (setidaknya pada sistem yang sudah terlanjur terbentuk demikian).

Menyikapi secara arif akan memantapkan semangat para pelaku bisnis sendiri. Kita perlu saling belajar tentang kiat dan seluk beluk bisnis yang sehat ini dari sesama pelaku, baik di bidang obat hewan, bibit, pakan, sarana prasarana peternakan, maupun tetek bengek di sekitarnya. Teristimewa belajar dari berbagai bidang kehidupan lain.

Selanjutnya, tetap pada prinsip-prinsip dasar, kita lakukan segala sesuatu yang menjadi komitmen, tugas, kewajiban dan tanggung jawab kita dengan penuh kesetiaan, kesabaran, ketenangan, sampai pertandingan bisnis dan pertandingan kehidupan berakhir. Serta sekali-sekali melakukan perubahan, penyesuaian, pengembangan, setelah dalam menjalani perkembangan membutuhkan tindakan-tindakan taktis diterapkan.

Sebutlah pekerjaan rumah yang sampai kini butuh sentuhan strategis dan taktis "free" dan "fair" itu satu demi satu. Yakinkan diri pada prinsip dasar dan cabang-cabang serta ranting-rantingnya. Niscaya kaum peternakan dan kesehatan hewan akan senantiasa dapat menyikapi perkembangan dan perubahan yang berlaku.ž (Yonathan Rahardjo)

Infovet 145, Agustus 2006 - CARA SAKTI UNTUK SUKSES

Suatu kegiatan yang terarah, terfokus dan terukur, menjadi satu modal kuat untuk mencapai kecuksesan. Keberhasilan usahawan mencapai puncak-puncak prestasi sehingga menjadi penggerak-penggerak utama perekonomian pasti melalui tahap yang begitu. Tidak dalam sehari usahawan berhasil membangun bangunan usaha yang dapat disimbolkan dengan menjulang tinggi mencakar langitnya gedung yang banyak menjadi lambang dan citra kesuksesan serta gengsi. Usaha keras, pikiran cerdas, disiplin ketat laksana peribahasa sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, adalah cermin kuat perlunya komitmen dan konsistensi dalam melangkah.

Bahkan, perhitungan antara usaha dan dana yang dikeluarkan untuk mencapai hasil tertentu bagi usahawan, perlu dan harus dapat diperkirakan. Keberhasilan dalam mencapai target adalah kepuasan dan tolok ukur dari kecermatan dalam memprediksikan perolehan, capaian, dan hasil dari usaha yang dikeluarkan. Sehingga, setiap tenaga, dana, uang, cucuran keringat, air mata, waktu yang dikeluarkan tidak menguap secara percuma dan sia-sia.

Target yang ditetapkan bagi usahawan adalah target yang realistis, rasional dan dapat dijangkau. Meskipun ada target tertinggi, terbaik atau target optimis, tetaplah usahawan biasanya memberikan target minimal, pesimis, sehingga pada dasarnya ada yang paling mungkin dapat dijangkau dengan penuh keberhasilan. Sebab, keberhasilan mencapai target mempunyai makna dan memberi kepuasan tersendiri untuk berprestasi dan makin berprestasi.

Keberhasilan-keberhasilan perusahaan di bidang peternakan dengan citra cemerlang itu dapat terasakan ketika masyarakat peternakan dan masyarakat umum masuk arena Indolivestock Expo 2006 di pusat pameran di Ibukota Negara, Jakarta, awal Juli. Energi kesuksesan sungguh terasa. Terjadilah komunikasi antar para pengunjung dan peserta pameran. Terjadilah pertukaran energi antar mereka. Khususnya yang berani dan suka berkomunikasi.

Memang untuk meraih kesuksesan, salah satu langkah penting adalah menciptakan energi positif di antaranya dengan menanamkan nilai-nilai positif baik dengan bacaan, maupun komunikasi dengan mereka yang sukses. Transfer nilai positif inilah yang dilakukan Infovet dengan setia mengunjungi pembaca. Dengan materi dari berbagai pelaku kesuksesan bidang peternakan dan kesehatan hewan, selanjutnya tinggal cara kita merefleksikan dan mengolah hal positif untuk kehidupan sesuai dengan usaha dan kegiatan masing-masing.

Kalau usahawan sukses mempunyai cara meraih kesuksesan dengan standar ketat keseimbangan antara usaha yang dikeluarkan dan hasil yang terestimasi, siapapun baik untuk mempertimbangkan hal ini. Boleh sesama pengusaha, akademisi, pejabat, bahkan aktivis.

Walau, untuk aktivis, terdapat perbedaan paradigma antara usaha dan hasil, karena bagi aktivis sudut pandangnya bukanlah keuntungan, melainkan perubahan nilai dari sasaran yang diperjuangkan, seperti bebasnya Indonesia dari flu burung bagi aktivis pembebasan flu burung, atau nilai-nilai penyadaran bagi masyarakat terhadap pentingnya konsumsi protein hewani bagi aktivis peternakan. Memang nilai-nilai dalam aktivisme lebih bersifat kualitatif dibanding nilai kuantitatif yang secara dominan dimiliki oleh para usahawan alias pebisnis.

Namun upaya menghitung secara kuantitatif seperti yang dilakukan oleh pebisnis merupakan suatu upaya yang penting untuk mencoba memberi ukuran bagi setiap kualitas, dan rupanya membuat bidang bisnis menjadi begitu mudah membedakan antara usaha dan hasil dibanding kaum pergerakan yang lebih kompleks memperhitungkan usaha, nilai, uang, tenaga yang dikeluarkan untuk suatu hasil perubahan tertentu. Setidaknya merupakan pemikiran, saatnya mengoreksi diri apakah pelaku kegiatan di berbagai bidang sudah melakukan yang terbaik di bidangnya dengan cara-cara yang tepat dan manjur bin sakti.

Di era moderen ini, kesaktian sendiri ternyata dapat didefinisikan dan dimaknakan dalam banyak arti, terutama dalam kaitannya dengan kesuksesan. Sekedar contoh di awal tulisan ini pun boleh dikata sebagai cara sakti untuk sukses. Jaman dulu pun, para pendekar sakti mempunyai dan atau memperoleh kesaktiannya melalui cara berliku dan maha sulit. Persis yang dilakukan usahawan dengan berbagai variasi kesulitan.

Tentu Anda setuju. Maka, ayo terus maju! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 146, September 2006 - LABIRIN KEBIJAKSANAAN

Kepercayaan diri bangsa ini sungguhlah, ternyata, lemah. Begitu melimpah ruah kekayaan alam yang dimiliki, tidak juga membuat yakin diri bahwa sesungguhnya segala kebutuhan hidup berbangsa dan bernegara dapat dicukupi dengan mengelola dan memanfaatkan semua anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa pada bumi tanah air yang kaya.


Modal plasma nutfah hewan asli di tanah air Indonesia sungguhlah masuk jajaran terbanyak di dunia. Namun manusia-manusianya kedodoran mansyukuri dan menjaga serta memanfaatkan. Ketika di dunia internasional terjadi pertarungan harga diri dalam wujud imperialisme baru di bidang ekonomi, bangsa ini secara tidak sadar sudah menggadaikan berbagai anugerah itu dengan tidak mengindahkan kepemilikannya. Hak kekayaan alam dan intelektual diabaikan, dibiarkannya bangsa maju mencuri berbagai hak paten yang sebetulnya milik asli Indonesia. Berbagai plasma nutfah asli Indonesia sudah dipatenkan negara lain. Pengembangan satwa asli Indonesia (contoh Jalak Bali di Jepang) sudah jauh melebihi pengembangannya di habitat aslinya sendiri.


Siapakah yang terlibat untuk semua ‘kemiringan’ itu? Sangat mirip perlakuannya dengan di bidang peternakan. Sejak era orde pembangunan tak terhitung lagi biaya dikucurkan untuk pembangunan peternakan. Proyek demi proyek dibangun untuk mempertahankan ternak Indonesia bahkan dengan balai-balai inseminasi buatan, balai embrio ternak, balai-balai pengembangan peternakan. Acara demi acara diselenggarakan untuk mendukung proyek-proyek itu. Tak terhitung lagi seminar, pelatihan, kunjungan ke dalam dan luar negeri, pembentukan lembaga-lembaga pendukung, pengalokasian dana-dana untuk menyediakan ternak yang dikembangkan, dan lain sebagainya. Dan lain sebagainya.


Harapannya sungguhlah bisa diterima, negeri ini serba berkecukupan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani, dengan tersedianya ternak penghasil daging, susu dan telur yang cukup. Suatu saat dibanggakanlah keberhasilan temporer. Namun apa yang terjadi sesungguhnya setelah sekian lama waktu bergulir hingga kabar terakhir? Sungguh mengenaskan. Birokrat peternakan mengaku masih saja kekurangan ternak Indonesia, dianggap tidak dapat mencukupi kebutuhan daging dan hasil-hasil produksi peternakan.


Wajar bila kita bertanya kemana semua dana yang makan pajak rakyat dalam anggaran pendapatan belanja negara? Pemerintah pun masih tak bergeming berpendapat tidak ada jalan lain untuk mencukupi kebutuhan protein hewani ini dari negeri asing.


Kran impor yang terjaga begitu ketat untuk tetap menjaga bebasnya negeri ini dari penyakit ternak menular mulai sedikit demi sedikit digoyang. Resiko penyakit menular dari negara asal ternak itu, resiko berbagai pembebasan impor dari zona-zona bebas yang diperdebatkan, seolah bukan lagi momok hanya untuk memenuhi anggapan kebutuhan produk asal ternak yang konon tidak bisa dipenuhi di dalam negeri.


Untuk membebaskan diri pada penghakiman terhadap pemerintah, kita bertanya ketidakberhasilan program pencukupan ternak selama puluhan tahun pembangunan ini, apakah semata-mata kesalahan pemerintah? Sorotan terhadap kinerja dan ketekunan, kedisiplinan peternak dilakukan. Sorotan terhadap komitmen dan dedikasi para ilmuwan untuk meneliti dan menyuarakan kebenaran pemikiran yang berpihak pada keunggulan dalam negeri dipertanyakan. Kesetiaan para pemikir untuk mempertahankan kekuatan dan kepercayaan diri pada kekayaan alam yang tidak terlalu moderat terhadap hasrat ekonomi segelintir golongan dipertanyakan. Keteguhan para pelaku ekonomi untuk tidak mengumbar hasrat penguasaan ekonomi sendiri dipertanyakan.


Betul kita telah terjerumus dalam era global di mana gurita penguasaan yang kuat terhadap yang lemah begitu kuat. Betul kita sudah terikat oleh berbagai konvensi, traktat, pakta, kesepakatan ekonomi dengan negara-negara internasional. Sungguh kita telah begitu menghamba pada keinginan ekonomi yang seolah-olah sudah menjadi kebutuhan. Sungguh kita sudah masuk labirin kebijaksanaan. Antara yang praktis dan yang hakiki sungguh kita perlu memperpendek jarak yang memisahkan keduanya. Dengan rendah hati, majalah ini hadir untuk setidaknya kita bersama-sama membangun jembatan kebijaksanaan ini. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 147, Oktober 2006 - SELAMAT! AGAR KITA BAIK-BAIK SAJA

Pengharapan terhadap perbaikan masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat dalam pemenuhan kebutuhan produk asal ternak selalu ada, meski berbagai kendala membelit laksana gurita yang bilamana satu kaki gurita dilepas, kaki yang lain akan membelit.

Sikap yang sempurna untuk segala kebaikan dalam mengambil dan menjalankan kebijaksanaan diminta oleh alam kepada seluruh keluarga besar masyarakat Indonesia dan masyarakat peternakan dan kesehatan hewan untuk diwujudkan dalam konsep strategi serta aplikasi praktisnya.

Pemimpin pemerintahan yang mengurusi sektor peternakan dan kesehatan hewan, mau tak mau harus berperan sebagai kepala rumah tangga, suami dan ayah yang baik dalam bekerjasama dengan semua unsur masyarakat peternakan dan kesehatan hewan.

Sikap bijaksana ini mutlak dimiliki seiring dengan hak-hak dan kewenangan serta ‘berkat-berkat’ yang ternyata dengan mudah dilihat dalam kehidupan pembesar pemerintahan dengan berbagai kekayaan pribadi yang jauh kontras dibanding saat sebelum menjadi pejabat.

Lebih dari berkat ‘sampingan’ itu, yang luhur adalah bagaimana berbagai upaya dan usaha untuk perbaikan perikehidupan masyarakat dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan tidak terhambat. Laksana doa-doa untuk perbaikan taraf hidup dan perekonomian, jangan sampai terhalang oleh perbuatan melenceng dan tidak bijak dari para pemimpin dalam mengambil keputusan dan mengimplementasikannya pada seluruh lapisan bawahan dan seluruh rekanan kerja pendukung.

Dibutuhkan kebenaran, keadilan, kepatutan dan kebijaksanaan setiap pengambilan kebijakan penggede itu, yang hanya bisa didapatkan dengan keheningan dan pimpinan Tuhan Yang Maha Bijaksana. Para pemimpin mesti menaklukkan kepentingan pribadi. Tanpa semua itu setiap jalan yang ditempuh untuk meningkatkan perikehidupan dunia peternakan dan kesehatan hewan kita akan selalu berputar-putar dan berkutat pada lorong-lorong labirin yang tak jelas jalan keluarnya.

Jalan keluar adalah lolosnya seluruh elemen masyarakat peternakan dan kesehatan hewan mengatasi semua permasalahan tanpa tendensi untuk membela satu golongan yang menguntungkan pribadi, tapi membela seluruh keluarga besar masyarakat peternakan dan kesehatan hewan dengan menempatkan permasalahan secara obyektif untuk kepentingan nasional yang terbangun positif dan berkelanjutan, bukan pembangunan kepentingan jangka pendek semata.

Semua tindakan mesti dilandasi dengan niat luhur tersebut. Tanpa nilai luhur, semua perbuatan dibumbui pernyataan resmi pemerintah dan slogan-slogan penyadaran masyarakat untuk mendukung dan ‘mendoktrin’ masyarakat tak akan ada gunanya. Malah bisa seperti gong yang nyaring bunyinya, tapi tanpa isi dan esensi.

Pernyataan pemerintah juga para pengambil dan pelaku kebijakan di bidang masing-masing hanya bisa sejalan dengan kebijakan yang baik bilamana terjadi hubungan, komunikasi dan silaturahmi antar segenap elemen itu. Bagaimana semua memikirkan dan melakukan hal yang baik-baik dalam tujuan besar menjadi keluarga besar masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, tanpa ada dominasi pihak tertentu, di mana ada suatu dominasi menjadi sinyal ada suatu hal yang dipertanyakan.

Sekarang adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk menjadi orang yang tepat dalam berpikir dan bertindak. Dengan memperhatikan kepentingan orang lain, sekaligus memelihara pertumbuhan internal dalam kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang justru merupakan esensi dalam kehidupan apapun termasuk bidang perekonomian, di mana perekonomian yang melepaskan diri dari nilai-nilai sosial akan menjerumuskan kita dalam masalah ketidakadilan seperti yang dialami bangsa Indonesia dalam krisis yang belum lagi usai.

Bila nilai-nilai esensi itu melekat dalam diri seluruh unsur dari pemimpin pembangunan sebagai kepala rumah tangga hingga unsur di pelosok pedesaan, hal itu akan menjadi suatu tabiat dan karakter seluruh bangsa yang kuat sebagai perwujudan pembangunan karakter bangsa yang bermartabat dan berbudaya yang diperjuangkan sejak kemerdekaan setelah melalui masa-masa panjang penjajahan.

Bila kita buat suatu garis lurus untuk mewujudkan cita agar kita baik-baik saja itu, setelah punya keyakinan yang melekat untuk semua hal yang baik, kita pun menambahkan dengan kebajikan. Kebajikan kita tambah dengan pengetahuan. Pengetahuan kita tambahkan dengan pengharapan. Pengharapan kita tambah dengan pengendalian diri. Pengendalian diri kita tambah dengan ketekunan. Ketekunan kita tambah dengan kesalehan. Kesalehan kita tambahkan dengan kasih, kepada kalangan terdekat yang sama-sama menggeluti dan menikmati rejeki di bidang peternakan dan kesehatan hewan, lalu kepada seluruh masyarakat bangsa dan negara Indonesia, dan, seluruh umat!

Garis lurus itu tentu tepat dengan suasana saat ini: Selamat Lebaran bagi yang merayakan!! (Yonathan Rahardjo)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer