Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Infovet 148, November 2006 - PENENTU PERADABAN BISNIS

SEMUA organisasi membutuhkan pengelolaan organisasi yang benar, baik itu organisasi profesional maupun vokasional. Tak peduli itu Lembaga Bisnis atau LSM, Profit Oriented atau Non Profit, yang paling dipentingkan di sini adalah spirit lembaga yang benar. Kalau spiritnya profit, jadilah profit yang beradab, bukan biadab.

Demikian juga kalau non profit, jadilah non profit yang beradab, bukan non profit kurang adab. Sekaligus perenungan terhadap kondisi dunia dan Indonesia secara keseluruhan. Mengapa lingkungan kita rusak begitu hebat padahal selama puluhan tahun kita menerapkan Ekonomi Pancasila yang dikeramatkan dan dijunjung setinggi langit kesaktian, humanisme, dan keberadabannya? Malahan kita kalah sama negara-negara barat, yang secara terang-terangan mengklaim sebagai negara kapitalis murni?

Jawabnya, ternyata dengan ekonomi Pancasila bangsa Indonesia dalam prakteknya justru menjadi KAPITALIS PRIMITIF. Kapitalisme biadab, yang semua nilai-nilai luhur hanya lewat sebatas slogan-slogan normatif yang kosong melompong bak tong kosong berbunyi berglontang. Prakteknya terlalu berat untuk menyangga predikat bangsa luhur, akibatnya terjadi hukum rimba, yang berkuasa membiadabi yang diperintah.

Jangan-jangan, hal ini juga terjadi pada sektor peternakan dan kesehatan hewan yang jadi bidang kerja kita. Kata Government yang semantiknya dari Governness, INANG PENGASUH sudah dikebiri menjadi kata PEMERINTAH yang mengekspoitasi yang diperintah. Manivestasinya merasuk dalam segala sendi kehidupan, rakyat yang seharusnya dilayani (diasuh) justru menjadi diperintah, dikuasai, dikangkangi, dijahati, yang dengan sendirinya berakibat pada lingkungan yang ikut diperkosa keberadaannya.

Boleh dipertimbangkan (benar atau tidak tergantung kacamata sudut pandang tertentu) pada negara-negara maju, sekalipun mereka kapitalis tetap dalam frame Kapitalis Beradab, yang lebih mengedepankan nilai-nilai etika, kemanusiaan, persamaan hak, demokrasi dan hak azasi.

Karena memposisikan rakyat sebagai yang dilayani, dan pemerintah adalah pelayan, maka
suara rakyat adalah SUARA TUHAN, SUARA TUAN. Apapun yang menjadi kebutuhan rakyat, permintaan rakyat, government harus mengakomodir. Efeknya cukup positif bagi lingkungan, karena lingkungan yang baik muncul dari suara-suara rakyat terhadap kebutuhan lingkungan nyaman dan itu didengarkan.

Dalam konsep yang demikian, tidak salah kita tetap berorientasi pada Bisnis, tapi tetaplah Bisnis yang beradab, sekali lagi bukan Biadab. Artinya di mana pun kita berada, sekalipun orientasi utamanya pada bisnis, asal dipagari dengan etika, norma, humanisme, dan susila yang baik, itu tetap PUTIH. Itu lebih baik daripada lembaga yang mengaku sebagi penyelamat lingkungan tapi ternyata cuma berbisnis tak kentara. Juga dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan.

Pertanyaan ini harus terus-menerus didengungkan dalam mata batin kita: apakah kita merasa cukup melakukan terbaik bagi Tuhan kita, Alam kita, Lingkungan kita, dan Sesama kita dalam posisi kita di dunia bisnis, atau dunia yang bukan bisnis? Di manakah kita merasa dapat memberikan yang terbaik untuk pilihan dalam hidup?

Semua ada konsekuensinya. Kalau memilih bisnis, tentu semakin banyak keuangan bisa dipenuhi untuk bisa melakukan banyak hal minimal lewat orang lain. Sang bisnisman cukup menyalurkan perhatiannya. Konsekuensinya, rasa untuk langsung mengabdi pada IDEALISME, berbuat baik kepada sesama dan lingkungan menjadi berkurang. Karena memang tidak tergarap langsung. Walau tentu kebenaran hal ini bisa diperdebatkan. Di sini Kita bisa merasa nyaman jika dalam mencari duit dalam bisnis Kita pun berkata, “Mencari duit itu Ibadah, saya cukup puas bila dapat menyalurkan hasil kerja keras ini pada teman-teman dan sesama yang membutuhkan.”

Maka Kita akan menggenjot diri dan waktukita untuk mencari Al Rupiah atau El Dollar. Sementara untuk mengisi kekosongan jiwa dalam berkemanusiaan, kita akan menyisihkan sebagian waktu kita dalam kegiatan-kegiatan berorganisasi dan berkemanusiaan, termasuk peduli lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Contohnya, seperti yang dilakukan banyak perusahaan obat hewan dan peternakan yang ikut memperhatikan dan membantu korban bencana alam Tsunami di Aceh, Gempa Bumi di Yogyakarta dan Tsunami di Pangandaran.

Sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) alias tanggungjawab Sosial Perusahaan, pihak perusahaan tentu sadar sesadar-sadarnya wujud dari kepedulian perusahaan itu tak cukup cuma saat ada bencana semata. Namun dalam keseharian bisnis mesti ada alokasi dana dan program penyeimbang eksplorasi dan pemeliharaan lingkungan dan kepedulian sosial!

Dengan ketrampilan dalam Memanaje, Mengelola, Memanfaatkan sekitar sumber daya yang ada, bentuk bisnis maupun tanggungjawab sosial itu dapat dijalankan secara lateral dan terintegral. Tinggal mengatur komponen-komponen yang diperlukan! Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Pendukung! Dengan memegang dan menjalankan kata-kata kunci: TERPANGGIL, MAU, BATIN NYAMAN, DAN MAMPU, niscaya antara bisnis dan tanggungjawab sosial dan berlingkungan dapat berjalan secara harmonis dan beradab.ž (Yonathan Rahardjo)

Infovet 149, Desember 2006 - PINTU DUA MASA

Tiba-tiba pintu yang menjadi pemisah sekaligus penghubung antara dua tahun yang berbeda: terbuka. Bukan suatu kebetulan, namun mesti dan pasti terjadi. Sedangkan waktu telah bergulir, yang menjadikannya terasa tiba-tiba adalah kekurangsadaran bahwa masa itu akan datang. Apakah terlalu asyik bekerja, ataukah asyik menikmati hidup dan membiarkannya mengalir begitu saja.

Asyikkah kita mengejar terbang dan melayang membumbung tingginya harga jagung jauh meninggalkan ternak-ternak yang tetap tenang tinggal di kandang? Asyikkah kita mengejar meliuk-liuk naik turunnya harga-harga semua barang dagangan termasuk sarana produksi peternakan dan kebutuhan hidup yang membuat otak mesti diperas berpikir untuk menentukan prioritas utama yang mesti dibeli dan dimiliki?

Asyikkah kita terus berkutat pada perilaku teknis yang mesti terus diasah agar tak ketinggalan perpacuan bisnis, perpacuan ilmu dan teknologi bahkan parpacuan nyawa ternak sekaligus kita sebagai manusia pemelihara yang telah diberi kuasa untuk menguasai, menjaga dan mengawasi tumbuhkembangnya segala yang bernafas di bumi baik tumbuhan, maupun hewan yang telah menjadi sahabat sekaligus pemasok pangan untuk hidup?

Asyik yang mana pula? Asyik mengejar puncak-puncak peradaban, membangun, dan menata setiap batu di atas pondasi yang telah digelar dan menancap kuat pada bumi yang diciptakan Ilahi? Ataukah asyik menggali lobang demi lobang dalam segala bentuknya yang memperosokkan kita pada lembah dan jurang kebodohan yang tak terperi?

Ataukah kita merasa telah membangun peradaban namun pada kenyataannya justru menggali kubur untuk kematian diri sendiri? Seperti yang sudah nyata di mata: kekayaan minyak kita, dengan bangga dan pongah (sekaligus bodoh) kita percayakan pada investor asing dengan penguasaan mayoritas bahkan ada yang sampai 100 persen. Pun, sudahkah kita juga menyadari, aset bangsa dan negara Indonesia Raya (yang didirikan dengan tumpahan darah para syuhada yang orang tua kita sendiri) di bidang peternakan ini, siapa yang punya?

Berapa besar kontribusi penguasaan aset itu yang diberikan untuk negara dan kesejahteraan dan hajat hidup manusia-manusia keturunan para pejuang dan siapapun yang telah berdarah-darah mempertahankan setiap jengkal tanah yang menghidupi dengan air minum dan pakan yang tumbuh di atasnya?

Pun, berapa besar penguasaan negara (yang sekian persen dari yang dikuasai negara asing) yang benar-benar jatuh sampai ke tangan peternak, orang kecil, masyarakat banyak, sebagai pemilik sah negeri zamrut khatulistiwa ini? Bukan yang masuk pada penguasaan para pemilik kantong besar yang menduduki kantung-kantung strategis yang mengendalikan setiap pengambilan kebijakan dan pendistribusian aplikasinya?

Agaknya, dalam hal ini kita mesti terus diingatkan supaya tidak silau pada gemerlap-gemerlap kesuksesan materi dari bisnis-bisnis semata. Meski itu sah dan wajib hukumnya pada suatu perpacuan bisnis dan pembangunan. Kita yakin itu memang tugas untuk mengeksplorasi dan mensejahterakan hidup, namun setiap keyakinan kita mesti selalu dilandasi oleh kebijaksanaan dan hikmat menilai dan menimbang semua hal yang terjadi, telah terjadi, sedang terjadi dan bakal terjadi.

Sudahkan kita meletakkan dasar dari bisnis kita itu pada suatu karang yang kokoh yang tak bakal tersapukan oleh banjir yang bakal melanda? Banjir itu bisa berupa apa saja. Banjir bandang pertarungan bisnis, menggempur dan sanggup merobohkan pilar-pilar usaha. Banjir kritik dari dalam dan luar, akan selalu mempertanyakan posisi bisnis kita dari segi hukum, etika dan moralitas. Banjir hati nurani tak bosan-bosan berteriak atau berbisik mengingatkan apa tujuan hidup.

Mempersiapkan semua pada posisi aman, itu untuk keamanan. Menempatkan semua faktor pada ruangnya, itu suatu kebijakan. Namun kita tahu, setiap ruang dari setiap faktor, bukanlah ruang tak berpintu penghubung. Meski pintu-pintu itu kadang tertutup karena kita yang menutup dan tak mau membuka, suatu saat pintu itu pasti akan terbuka, secara alami ataupun paksa dengan berbagai cara. Sehingga, menghubungkan elemen-elemen dan faktor-faktor hidup kita.

Karena pada dasarnya semua problem, semua faktor, semua kebijakan, semua elemen dalam bisnis dan hidup, semua saling terhubung satu sama lain. Seperti juga ruang dan waktu antara tahun 2006 dan 2007, kini masuk pada pintu penghubungnya. Sehingga kita sanggup berkata: Selamat Tinggal Tahun 2006, Selamat Datang Tahun Baru 2007! Mari kita bulatkan tekad untuk membentuk, memperbaiki, memperbaharui semua elemen hidup dan bisnis kita secara lebih bertanggungjawab dan tetap sukses! Dan selalu sukses dalam setiap dan semua yang baik dan benar. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 150, Januari 2007 - KERJA KERAS. DOA KERAS

Terpilihnya calon independen sebagai Gubernur Nangroe Aceh Darusallam Drh Irwandi Yusuf MSc, bagi kalangan kesehatan hewan dan peternakan adalah suatu sinar terang yang berbeda dengan dunia politik. Karena, yang bersangkutan adalah dokter hewan alumnus FKH Universitas Negeri Syah Kuala. Bahkan MSc nya pun di bidang penyakit dalam hewan besar, klinik dan bedah.

Sebelumnya di Propinsi Papua, Drh Konstan Karma Alumnus FKH UGM, sudah menjadi Wakil Gubernur. Menambah deret nama-nama dokter hewan yang bercokol di pemerintahan (baca: politik, kekuasaan) dengan seribu malam harapan agar yang bersangkutan turut memperjuangkan kepentingan kedokteran hewan (dan peternakan).

Maklum, kalangan kedokteran hewan merasa tersisihkan kiprahnya spanjang 32 tahun pemerintahan orde baru dengan dibonsainya dunia kehewanan menjadi bagian kecil dari dunia peternakan.

Lebih-lebih pada masa otonomi daerah yang memberi kebebasan tiap propinsi dan kabupaten/kota untuk memodeli kepengurusan bidang kehewanan dan peternakan dalam bentuk apapun. Bahkan, afiliasi dengan bidang lain, dengan penempatan kepala bidang ini bahkan oleh orang yang tak punya ‘bau’ pendidikan kesehatan hewan sama sekali!

Semangat berlomba agaknya dihembuskan dengan terpilihnya Irwandi yang tidak mewakili partai politik apapun yang diharap juga lebih perhatian pada bidang kesehatan hewan di Serambi Mekah ini. Semoga daerah lain juga akan menyusul, begitu kata dokter hewan dari berbagai tempat.

Hembusan segar pun ditemui di pusat pemerintahan Departemen Pertanian di mana Menteri Ir Anton Apriyantono MS memberi lampu hijau untuk munculnya Direktorat Jenderal Kesehatan hewan (atau Veteriner) sejajar dengan Direktorat Jenderal Peternakan, meski hari cerah bagi insan veteriner hal ini belum pasti tanggalnya, namun konon di tahun ini, 2007, juga.

Sebagian insan veteriner, mulai merasakan hasil dari jerih lelah memperjuangkan otoritas veteriner yang mulai bangkit menyusul bertubi-tubinya kasus demi kasus penyakit zoonosis Flu Burung dan lain-lain mendera dan menampar harkat profesi veteriner.

Pada dasarnya, segala sesuatu pastilah ada pemegang otoritasnya. Bahkan bumi dan langit seisinya ini hanya punya satu pemegang otoritas: Penciptanya. Dan, kita umatNya sungguh beruntung diberi kepercayaan untuk mengelola planet yang konon terindah di jagad raya.

Belajar dari kesalahan nenek moyang kita yang membuat planet ini menjadi compang-camping, kita pun punya harapan kuat pada semua orang yang punya otoritas di bidangnya untuk mengemban amanat dalam mengendalikan bidang garap untuk kemahslatan umat.

Kebanggaan terhadap kesuksesan dokter hewan menjadi pemimpin pemerintahan, kebanggaan terhadap kesuksesan para eksekutif memimpin perusahaan, kebanggaan para aktivis memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, kebanggaan keberhasilan para pemimpin spiritual mendampingi dan memimpin umat: semua adalah satu berkat yang tak akan pernah berhenti di satu titik puncak.

Berkat-berkat itu akan selalu bergulir sebagaimana bola salju yang akan menggelinding. Puncaknya kadang di bawah, kadang di atas. Dan sayangnya gaya tarik bumi membuat bola selalu menggelinding ke bawah, bahkan mencari tempat yang paling rendah, lalu berhenti bahkan pecah dan mencair.

Namun kita tak ingin perputaran kehidupan kita laksana bola salju. Kita lebih suka punya sayap yang akan terbang naik-naik-naik-dan naik, semakin tinggi dan lebih tinggi, tak pernah turun, selalu menjadi kepala, selalu berhasil dan tidak pernah menjadi ekor.

Hanya orang yang punya iman demikian yang akan membawa masyarakat, bangsa dan umat menuju mentari cerah, sorga di bumi seperti di sorga sesungguhnya. Membawa kita ke kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kita butuh pemimpin yang mampu membawa kita lebih sempurna, seperti fitrah manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dan sesungguhnya di depan kesempurnaan itu ada suatu tabir yang mesti kita buka dengan: kerja keras.

Oleh karena itu, mari kita bekerja keras. Juga: berdoa dengan keras. Agar sukses dan bahagia tak berhenti sebagai sekedar harapan. Meski, pengharapan itu juga senjata utama walau bukan yang terutama. Karena yang terutama adalah: Kasih. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 151, Februari 2007 - UNTUK PARA PEMENANG

Adam Air (sampai tulisan ini dibuat) black box-nya masih terus dicari. Juga sampai tulisan ini dibuat, Senopati separuh penumpangnya masih belum ditemui. Kereta Api Bengawan bangkainya masih berserak di jurang makan hati. Pada kerusuhan Poso, penerjunan tentara dan polisi masih diharap membuat kasus teratasi. Pada kerusuhan Banyuwangi, bupati dan kyai masih dicoba dimoderasi.

Langsung atau tidak hal itu berpengaruh pada kerja kaum peternakan dan kesehatan hewan. Dalam kerja. Dalam karya. Mungkin di antara korban raibnya Adam Air adalah keluarga kaum ini. Mungkin di antara korban Senopati adalah sanak kaum ini. Mungkin di antara korban Bengawan adalah famili kaum ini. Mungkin di antara semua musibah, kaum peternakan dan kesehatan hewan punya derita langsung tubuh, jiwa dan hati.

Kita pun berduka. Kita pun tunduk kepala. Kita pun bela sungkawa. Dan Kita pun makin berduka. Kala Flu Burung yang (sampai tulisan ini dibuat) karena dianggap mematikan orang penumpasan unggas masih terus mendera. Mengikuti kasus demi kasus yang telah membuat luka nganga.

Semua telah terjadi. Semua telah makan hati. Semua telah membuat luka makin nganga. Apa boleh buat. Semua telah terjadi. Dan dalam hidup kita mesti bangkit.Dan selalu bangkit lagi. Bukankah masih ada harap dalam pekat. Bukankah masih ada asa dalam derita. Bukankah masih ada iman dalam ketakutan.

Bukan saatnya saling salahkan. Bukan saatnya saling banggakan. Ini adalah saatnya saling bergandeng tangan. Ayo kita tegakkan kepala. Ayo kita bangkitkan jiwa. Segala penyakit pasti ada obatnya. Segala derita pasti ada maknanya. Segala lara pasti ada pelipurnya.

Bukankah pengalaman serupa pada masa silam kita sudah punya. Bukankah penyakit-penyakit yang dulu tak dikenal, kini kita telah punya penangkalnya. Bukankah suka duka masa lampau kita telah atasi bersama.

Pasti sekarang juga, kita tak akan terus kecewa. Pandang ke depan. Maju dengan gagah. Gunakan segenap perlengkapan senjata. Yakin dan Imani. Kitalah pemenang masalah ini.

(Yonathan Rahardjo)

Infovet 152, Maret 2007 - JALAN TERANG YANG KITA PILIH

Adam Air (sampai tulisan ini dibuat) black box-nya masih terus dicari. Juga sampai tulisan ini dibuat, Senopati separuh penumpangnya masih belum ditemui. Kereta Api Bengawan bangkainya masih berserak di jurang makan hati. Pada kerusuhan Poso, penerjunan tentara dan polisi masih diharap membuat kasus teratasi. Pada kerusuhan Banyuwangi, bupati dan kyai masih dicoba dimoderasi.

Langsung atau tidak hal itu berpengaruh pada kerja kaum peternakan dan kesehatan hewan. Dalam kerja. Dalam karya. Mungkin di antara korban raibnya Adam Air adalah keluarga kaum ini. Mungkin di antara korban Senopati adalah sanak kaum ini. Mungkin di antara korban Bengawan adalah famili kaum ini. Mungkin di antara semua musibah, kaum peternakan dan kesehatan hewan punya derita langsung tubuh, jiwa dan hati.

Kita pun berduka. Kita pun tunduk kepala. Kita pun bela sungkawa. Dan Kita pun makin berduka. Kala Flu Burung yang (sampai tulisan ini dibuat) karena dianggap mematikan orang penumpasan unggas masih terus mendera. Mengikuti kasus demi kasus yang telah membuat luka nganga.

Semua telah terjadi. Semua telah makan hati. Semua telah membuat luka makin nganga. Apa boleh buat. Semua telah terjadi. Dan dalam hidup kita mesti bangkit.Dan selalu bangkit lagi. Bukankah masih ada harap dalam pekat. Bukankah masih ada asa dalam derita. Bukankah masih ada iman dalam ketakutan.

Bukan saatnya saling salahkan. Bukan saatnya saling banggakan. Ini adalah saatnya saling bergandeng tangan. Ayo kita tegakkan kepala. Ayo kita bangkitkan jiwa. Segala penyakit pasti ada obatnya. Segala derita pasti ada maknanya. Segala lara pasti ada pelipurnya.

Bukankah pengalaman serupa pada masa silam kita sudah punya. Bukankah penyakit-penyakit yang dulu tak dikenal, kini kita telah punya penangkalnya. Bukankah suka duka masa lampau kita telah atasi bersama.

Pasti sekarang juga, kita tak akan terus kecewa. Pandang ke depan. Maju dengan gagah. Gunakan segenap perlengkapan senjata. Yakin dan Imani. Kitalah pemenang masalah ini.

(Yonathan Rahardjo)

Infovet 153, April 2007 - INDAH PENUH BUNGA WARNA-WARNI

Presiden SBY mengajak bangsa Indonesia bermimpi yang halal, bahwa tahun 2030 Indonesia menjadi negara terbesar di dunia di bidang ekonomi setelah Cina, India, Amerika dan Uni Eropa. Pendapatan per kepala Rp 164 juta per tahun. Lalu sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk 500 perusahaan dunia. Dan, pengelolaan kekayaan berkelanjutan serta kualitas hidup masyarakat moderen yang merata.

Mimpi adalah bunga tidur, maka kalau ingin bermimpi demikian, lebih baik tidur saja? Tanpa bekerja keras? Tanpa dipenuhi kebutuhan pangan untuk meningkatkan pertumbuhan sel-sel otak yang baik untuk produksi mimpi yang berkualitas? Dan membiarkan korupsi merajalela? Bahkan diberi contoh oleh pimpinan negara yang memberi sinyal adanya kemudahan-kemudahan pejabat menjalankan bisnis meski harus melangkahi peraturan yang berlaku?

Ya, saat tulisan ini dibuat, Wakil Presiden RI sedang ketahuan boroknya mendapat kemudahan untuk perusahaan Bukaka-nya dalam memasukkan helikopter bekas dari Jerman untuk proyek mengatasi bencana alam tanpa membayar bea cukai dengan mendapat memorandum dari Presiden RI. Suatu sinyal kebodohan dalam memberantas Korupsi.

Saat kita diajak bermimpi, bahkan pemenuhan kebutuhan gizi protein hewani kita masih terseok-seok bahkan lebih rendah dari negara Vietnam di Asia Tenggara dengan konsumsi daging dan telur kita yang belum beranjak naik dari 4,03 kg per kapita pertahun, dengan urutan 117 dari dari 118 negara di dunia.

Memang dunia mimpi bukanlah dunia nyata, bahkan orang paling melarat pun dapat bermimpi untuk menghuni istana kaya raya dan menjadi raja penguasa dunia. Bahkan orang paling berdosa pun bisa bermimpi untuk menjadi orang paling suci.

Semua membuat kita menyadari mimpi adalah sebuah pelarian yang paling mujarab menjadi obat bagi kita untuk membebaskan diri dari penderitaan, sehingga orang suka untuk tidur agar dapat didatangi mimpi seribu malam!

Namun ternyata sering kita jumpai pula mimpi ternyata sangat terkait dengan dunia nyata, bahkan merefleksikan apa yang sesungguhnya terjadi pada kehidupan kita. Bahkan mimpi-mimpi pun ditengarai sebagai isyarat dari alam supranatural tentang apa yang mesti kita kerjakan dan apa yang akan terjadi pada nasib hidup kita. Itu mimpi yang paling tinggi derajatnya, bukan mimpi-mimpi sekedar mimpi pada jam-jam yang tidak tepat dan datang sewaktu-waktu asal kita tidur tanpa suatu doa dan pujian serta pengharapan buat Sang Maha Suci.

Sekarang kita mau pilih mana, mimpi suci atau mimpi buruk, mimpi ngawur atau mimpi dengan penuh perhitungan. Kalau kita mampu mimpi-mimpi kita berhasil, tidak berhenti hanya sekedar mimpi waktu tidur, tapi lebih berupa suatu harapan dan visi yang jelas terhadap masa depan kita yang lebih baik: tentu kita punya langkah dan strategi jitu untuk mewujudkan mimpi itu.

Dari segi sumber pangan kita, kita tak akan lagi menelantarkan kebutuhan pangan untuk sel-sel otak, sel-sel organ, sel-sel jaringan, sel-sel sistem organ, sel-sel tubuh kita untuk menjadi menderita, digerogoti penyakit, memunculkan berbagai penderitaan, kemiskinan, kemelaratan bahkan kematian.

Dari sumber energi yang diolah, kita tak lagi membiarkan tubuh dengan segala perlengkapannya tidak pernah berolah raga, berlatih, terus menerus meningkatkan ketrampilan, keahlian bahkan tingkah laku, yang merupakan perwujudan kesatuan tubuh, jiwa dan roh yang notabene adalah energi-energi dahsyat yang selalu bersinergi dalam mewujudkan hal-hal positif yang kita miliki.

Kesadaran bahwa mimpi tak lepas dari apa yang kita miliki saat ini dan kita lakukan sehari-hari adalah suatu kebutuhan mutlak. Ada yang bilang lebih baik bermimpi meski tidak tercapai asal kita kerja keras untuk mewujudkan mimpi. Ada yang bilang lebih baik tidak bermimpi, yang penting kita kerja keras untuk kehidupan lebih baik. Ada yang bilang tak usah bermimpi namun kita jalani saja.

Silakan pilih, ya pasti kita harus bekerja keras untuk meningkatkan semua yang kita miliki, termasuk pemenuhan kebutuhan pangan termasuk dari protein hewani. Karena kita tahu, ternyata mimpi lebih tepat di pandang dari sisi kejiwaan, bahkan rohani, penyemangat hidup agar terasa indah penuh bunga warna-warni! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 154, Mei 2007 - KETIKA KITA MEMILIH

Ketika kita memilih bidang peternakan dan kesehatan hewan sebagai penopang utama hidup kita, sadar atau tidak kita mestinya sudah tahu konsekuensi-konsekuensinya. Dan, seiring berjalannya waktu, konsekuensi-konsekuensi itu pun kita jalani dengan penuh konsekuen dan konsisten.Yakinlah, hanya orang-orang yang punya sikap hidup begini yang akhirnya cukses dan mencapai puncak-puncak kerajaan peternakan dan kesehatan hewan.

Kerajaan? Ya, di tengah hiruk-pikuk berbagai bidang kehidupan dengan beragam profesi, pekerjaan dan kepentingan yang dengan mudah bersliwera setiap hari bahkan masuk dalam ruiang-ruang pribadi dalam jaman informasi tak kenal dinding pembatas ini, bidang peternakan dan kesehatan hewan jelas merupakan kerjaan, sistem sendiri!

Ketika Anda masuk ke gerai dan restoran makanan cepat saji yang menghidangkan ayam goreng hanya dengan nasi hangat dengan sistem dagang franchise dari luar negeri yang bahkan menghuasai restoran jenis ini, coba perhatikan: di manakah letak kekuasaan terhadap ayam-ayam yang paha, sayap dan dadanya digoreng itu?

Tepat, ada rantai yang membawa ayam itu terhidang di meja saji. Restoran membeli dari pedagang ayam, pedagang ayam mendapat ayam dari peternak. Jelas, konsumen yang melahap daging ayam itu tak tahu menahu soal betapa peliknya perdagangan ayam, peternakan ayam, permintaan dan penawaran, manajamen kesehatan hewan dan peternakan. Yang mereka tahu adalah ayam yang mereka santap lezat, gorengannya renyah, hangat, dagingnya empuk, nasinya pun empuk!

Namun jangan salah sikap. Meski mereka tidak tahu menahu soal produksi di peternakan dan rantai bisnisnya, justru merekalah penentu dari kembang kempisnya bisnis peternakan dan kesehatan hewan. Konsumen sangat rentan dengan berbagai isu. Flu Burung misalnya, sudah menjadi bukti.

Artinya, Anda dan kita yang bergelut di bidang peternakan dan kesehatan hewan memang raja, penguasa dan empunya otoritas bidang ini, namun otoritas Anda tak bakalan langgeng bilamana kepentingan masayarakat bidang lain dan secara umum masyarakat luas tidak diperhatikan.

Ingatlah bahwa dalam pembuatan peternakan pun kita butuh tukang, pedagang dan perusahaan kayu. Juga butuh tukang bangunan. Juga butuh tukang sapu, Juga butuh PLN yang memonopoli perlistrikan. Kaum peterbnakan dan kesehatan hewan juga butuh tenaga administrasi, praktisi dan ahli keuangan. Bahkan untuk hal yang sama sekali tidak pernah kita bicarakan, kaum peternakan dan kesehatan hewan butuh baju, kain, pedagang kain, pabrik kain, bahkan petani kapas bahan kain!

Anda, pelaku bisnis kesehatan hewan dan peternakan memang raja di wilayah ini. Anda sudah memilih bidang ini melalui berbagai cara. Entah Anda masuk kuliah fakultas peternakan atau kedokteran sebagai pilihan pertama dalam ujian masuk, atau pilihan kedua. Atau Anda menekuni bidang ini setelah lulus, sementara Anda berlatar belakang fakultas lain. Mungkin Anda anak peternak dan melanjutkan bisnis orang tua. Atau Anda justru konglomerat bidang yang tak ada hubungannya sama sekali dengan bidang peternakan dan kesehatan hewan, lalu Anda punya naluri bisnis kuat yang membawa Anda menanamkan modal di bisang ini dan Anda menjadi Raksasa bidang ini,dengan memperkerjakan sarjana dan ahli peternakan maupun ahli kesehatan hewan.

Jelas, Anda sudah memilih. Kita sudah memilih. Sadar sesadar-sadarnya bahwa bangsa ini masih membutuhkan protein hewani, dan selamanya masih butuh selama hidup. Masa angka konsumsinya cuma 4,03 kilogram per kapita per tahun. Perbanyaklah, bagikan berkat makananm enak ini bagi bangsamu yang lebih suka merokok daripada makan telur dan daging.Tentu Anda, kaum peternakan dan kesehatan hewan punya iman semacam ini.

Bahkan di bisnis obat hewan, punya keyakinan, pemenuhan obat hewan tak akan pernah turun, meski faktor lain di peternakan naik turun. Namun tetap juga bisnis obat hewan butuh bidang-bidang pakan ternak, dan lain-lainnya untuk terus maju dan berkembang.

Kepercayaan diri ini sangat sesuai realita, di mana ada suatu bidang kehidupan tumbuh, pastilah akan tumbuh bidang-bidang lainnya, di sekitarnya, saling membutuhkan, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bahkan tentang informasi terkait bidang kesehatan hewan dan peternakan pun kita tahu pasti, sangat penting kehadirannya.Maka untuk itulah Infovet hadir mengawal informasi bidang peternakan dan kesehatan hewan dan telah setia, konsisten dan konsekusen dengan panggilan dan profesinya selama 15 tahun. Berkat kita saling kerjasama dan membutuhkan dan berbagai peran, maka semua itu makin membuat kita sadar, bidang yang merupakan kerajaan kita ini adalah pilihan yang serius, dan kita akan terus setia untuk memajukannya.

Terimakasih atas kerjasama kita yang akan terus berkembang di masa selanjutnya! Sukses untuk kita semua! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 155, Juni 2007 - BERBAHAGIALAH KARENA TERNAK

Pergantian Menteri secara terbatas oleh Presiden RI tidak menyentuh Kementerian Pertanian, apakah itu pertanda kinerja departemen ini sudah seperti yang diharapkan? Di sini, kita tidak sedang membicarakan masalah politik. Namun kita membicarakan soal kinerja. Kita persempit ke bidang yang kita geluti: peternakan dan kesehatan hewan. Sudahkah kinerja kita optimal dan maksimal?

Kita pun tidak perlu menjawab ya atau tidak.Cukup untuk menjadi perenungan, dan ujungnya kita akan lakukan perubahan, pembaharuan dan perbaikan! Kita tahu, dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan, yang kita harapkan pun: peningkatan kesejahteraan lahir dan batin, sebuah nilai yang acap didengungkan dalam Pembangunan lima tahunan yang kini kita jarang dengar lagi gaungnya.

Melacak kesejahteraan lahir kalangan peternakan dan kesehatan hewan, dapat diindikasikan dengan perubahan-perubahan fisik, sarana dan prasarana,harta dan bena karyawan dan perusahaan (dalam bahasa lain: buruh dan pengusaha). Sedangkan melacak kesejahteraan batin dapat diindikasikan dengan sikap loyal, penuh dedikasi, nyaman bekerja di perusahaan,.dan berbagai sikap positif.

Sekarang marilah kita amati perubahan-perubahan fisik dari perusahaan kita masing-masing. Mulai dari berdirinya perusahaan, mungkin mulai dari ruang kecil di garasi, berkembang menjadi rumah, semakin luas, kontrak gedung, hingga akhirnya punya gedung sendiri,melebar ke berbagai kota sebagai cabang, dan masing-masing cabang juga mengalami perkembangan serupa.

Juga evaluasi perkembangan kendaraan, mungkin dari beberapa vespa dan speda motor untuk mengantarkan obat hewan dan sarana produksi peternakan lainnya, menjadi kendaraan roda empat bak terbuka, tiapTS dikasih pegangan mobil kotak,hingga sekarang kelas mobilnya naik tingkat dengan mobil bisnis yang ekslusif. Jumlahnya yang semakinbanyak, berderet-deret di halaman kantor gedung baru yang membanggakan.

Demikian juga hitung berapa karyawan yang terlibat di perusahaan Anda, mungkinmulai dari dua (2) orang karyawan saja, bertambah, dan bertambah, tidak hanya bagian teknis, tapi juga bertambah dengan tenaga administrasi, keuangan, kemanan, pesuruh/ anak kantor, kurir, penagih hutang, dan lain-lain.

Lalu perhatikan kenyamanan kerja para karyawan, eksekutif dan bahkan para pemimpin dan pemilik perusahaan. Mungkin Anda sudah ikut perusahaan sejak berdiri, atau bahkan Anda-lah pendiri perusahaan, lalu ada rekruitmen karyawan baru, karyawan ada setia bertahun-tahun meniti jenjang karir di perusahaan, dan ada pula karyawan yang pindah atau dibajak perusahaan lain, atau keluar secara terhormat dan mendapat atau mencipta penghidupan lebih baik di perusahaan lain baik sebagai karyawan atau mungkin mendirikan perusahaan baru.

Sepanjang evaluasi lahir dan batin itu, pernahkah terpikir bahwa sesungguhnya apakah yang menghidupi kita, sebagai insan peternakan dan kesehatan hewan, sehingga kita dari yang semula kos atau kontrak menjadi punya rumah atau bahkan gedung sendiri?

Apakah sesungguhnya membuat perusahaan Anda menjadi tumbuh, berkembang dan melebarkan sayap ke seantero penjuru tanah air bahkan manca negara?

Apakah yang sesungguhnya membuat kita dapat memakaipakaian bagus dan berdiri serta berjalan dengan penuh keyakinan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan orang sukses lainnya?

Apakah sesungguhnya yang membuat Anda yang dulunya bujang hingga kini punya putra, menyekolahkannya, bahkan sampai universitas, menjadi sarjana, bahkan menjadi orang sukses sesuai bidang masing-masing?

Kita tidak melebih-lebihkan satu hal yang membuat kita mengalami kesejahteraan lahir dan batin ini. Sebab semua bidang kehidupan, tidak hanya peternakan dan kesehatan hewan, juga akan memberi dan bahkan memberi lebih kesejahteraan kepada kita.

Namun, kita sungguh-sungguh menyadari, yang membuat kita sejahtera dan nyaman bagi kita di bidang yang kita pilih, adalah: ternak. Mungkin Anda peternak ayam pedaging, peternak ayam petelur, peternak sapi, peternak kambing, dan lain-lain.Mungkin Anda pengusaha obat hewan, pakan ternak, bibit, peralatan peternakan, dan lain-lain.

Mungkin Anda adalah karyawan biasa. Mungkin Anda pedagang telur, pedagang ayam, pengepul, pengecer, atau bahkan pemilik restoran ayam goreng. Mungkin Anda peneliti, birokrat, bahkan penulis masalah peternakan dan kesehatan hewan.

Satu kesadaran pasti, semua karena ternak: unggas maupun ruminansia. Baik secara langsung maupun tidak langsung, uang, harta, kekayaan, kedudukan, kesejahteraan dan semua yang membuat kita bersyukur karena anugerah Tuhan, adalah anugerahNya juga yang bernama: Ternak, hewan yang kita pelihara, perdagangkan, kita teliti, maupun kita konsumsi.

Karena itu: Berbahagialah karena ternak. Bahagia untuk Anda, kita semua. Berbahagialah! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 157, Agustus 2007 - MERDEKA DENGAN KOMUNIKASI


Kisah-kisah ini adalah kisah nyata dialami pada dua perusahaan obat hewan. Kisah pertama seorang pemimpin perusahaan sanggup menurunkan diri, bergaul dengan para karyawannya.
Para karyawan pun mesti sanggup mengerti dan menyesuaikan diri. Jangan sampai bersikap “dikasih hati merogoh ampela”.
Bagaimana pun direktur utama perusahaan adalah direktur utama. Sedangkan sopir adalah sopir. Meski sang direktur utama mengajak semua karyawan termasuk si sopir makan bersama pada satu meja makan, hal itu tidak menurunkan derajat sang direktur utama sebagai direktur utama.
Jangan sampai si sopir lupa diri. Meski dengan alasan masih sibuk bekerja maka ia ikut bergabung dalam jamuan makan bersama semua karyawan lain bersama Sang Direktur Utama, dengan hanya menggunakan kaos singlet.
“Nah ini tidak benar, kalau makan bersama begini, kamu harus berpakaian sopan!!” hardik sang direktur utama. Si sopir terdiam. Tak dapat menelan makanan di mulutnya. Ia beringsut mundur dari jamuan makan dan tak pernah kembali bergabung dalam jamuan makan bersama para karyawan bersama Sang Direktur Utama.
Kisah kedua adalah perusahaan obat hewan yang memulai dengan melayani secara eceran (freelance) seraya menjadi koresponden (wartawan daerah) sebuah Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sebagai wartawan, ia menjalankan tugas peliputan dengan penuh dedikasi dan menjalin hubungan dan komunikasi sebaik-baiknya dengan para narasumber.
Pengenalan para narasumber terhadapnya menjadi begitu baik mengingat ia juga dokter hewan dan para narasumber itu adalah kalangan yang dekat dengan dunia kesehatan hewan. Bahkan banyak di antara mereka adalah para peternak dan dokter hewan yang membutuhkan obat hewan, dan secara tidak langsung atau langsung dilayani kebutuhannya, bilamana mereka membutuhkan obat hewan. Di sini sekaligus ia berperan sebagai penjual obat hewan.
Mulai merintis sejak tahun 1995, semula dia lah yang datang pada para narasumber sekaligus pembeli obat hewannya. Segala kebutuhan mereka ia penuhi, dengan kompensasi yang ringan, tidak terlalu menekan pembayaran obat hewan yang diambil, namun justru ia yang menanggung pembayaran ke perusahaan induk.
Para pembeli obat hewan itu selanjutnya pun merasa butuh pelayanan berikutnya, sementara mereka mempunyai tanggungan pembayaran yang belum dilunasi. Merekalah yang selanjutnya datang ke toko sekaligus kantor penjual freelance yang wartawan majalah kesehatan hewan dan peternakan itu, untuk membayar tanggungan sekaligus untuk mendapatkan pelayanan berikutnya.
Alhasil, kini perusahaan obat hewan yang semula freelance itu kini berkembang menjadi cabang perusahaan obat hewan yang lebih besar. Melayani daerah yang begitu luas, semula tenaga pemasarannya adalah ia sendiri, sekarang sudah mempunyai lima orang tenaga pemasaran yang beberapa orang di antaranya adalah dokter hewan, dengan penghasilan yang boleh dikata lumayan.
Kemakmuran wartawan sekaligus distributor obat hewan itu pun meningkat dengan pesat dan sejajar dengan para temannya yang terlebih dulu menjalankan bisnis obat hewan, yang rata-rata mereka dulunya (bahkan sampai kini) adalah narasumbernya sebagai wartawan.
Tahu menempatkan diri, adalah kunci komunikasi. Dengan komunikasi yang baik segala kemungkinan sukses bakal teraih. Pun, dengan komunikasi, masalah kelangkaan susu, penanganan Avian Influenza, meroketnya harga bahan baku pakan, dan semua yang sangat erat dengan penghidupan dan kehidupan dunia peternakan dan kesehatan hewan pastilah: dapat teratasi dengan baik.
Apalagi bangsa Indonesia sudah merdeka selama 62 tahun, usia yang tidak sedikit untuk menjadikan insan bangsa ini matang berkomunikasi, memperbaiki semua kekeliruan pengelolaan kekayaan alam yang masih saja dikuasai asing sampai kini, membuat kesejahteraan bangsa masih saja tertinggal dan belum terpenuhi sesuai cita-cita Proklamasi.
Dengan komunikasi yang baik kita rebut kemerdekaan dalam arti sesungguhnya di era penjajahan moderen (baca: ekonomi) saat ini. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 129, April 2005 - KASIH INFOVET CINTA KITA

Infovet 128, Maret 2005 - DOKTOR-DOKTOR PUN BERMUNCULAN

Infovet 127, Februari 2005 - MAHADUKA ACEH MAHADUKA KITA SEMUA

RUANG REDAKSI

2005

[Edisi 127 Februari] MAHADUKA ACEH MAHADUKA KITA SEMUA
[Edisi 128 Maret] DOKTOR-DOKTOR PUN BERMUNCULAN
[Edisi 129 April] KASIH INFOVET CINTA KITA
[Edisi 130 Mei] 13 TAHUN BERSAMA KITA MELANGKAH SEMAKIN MAJU
[Edisi 131 Juni] BETAPA KAMI BERSAMA ANDA
[Edisi 132 Juli] Infovet Hidangan Lezat Penawar Rindu
[Edisi 133 Agustus] TABIAT MULIA INI UNTUK ANDA
[Edisi 134 September] MAKNA BAHAGIA DALAM KARYA
[Edisi 135 Oktober] LANGKAH PERCAYA PADA WAKTU YANG SANGAT BERHARGA
[Edisi 136 November] MATA BATIN BERNAMA INFOVET

2006

[Edisi 138 Januari] PEMBAHARUAN KITA
[Edisi 139 Februari] KETERGANTUNGAN KITA
[Edisi 140 Maret] DARI SOLUSI KE SOLUSI
[Edisi 141 April] KEBERHASILAN KITA BERSAMA
[Edisi 142 Mei] SELAMAT DATANG PERUBAHAN
[Edisi 143 Juni] PRIORITAS DALAM KESEIMBANGAN
[Edisi 144 Juli] FREE DAN FAIR BISNIS-BISNIS KITA
[Edisi 145 Agustus] CARA SAKTI UNTUK SUKSES
[Edisi 146 September]LABIRIN KEBIJAKSANAAN
[Edisi 147 Oktober] SELAMAT! AGAR KITA BAIK-BAIK SAJA
[Edisi 148 November] PENENTU PERADABAN BISNIS
[Edisi 149 Desember] PINTU DUA MASA

2007

[Edisi 150 Januari] KERJA KERAS. DOA KERAS
[Edisi 151 Februari] UNTUK PARA PEMENANG
[Edisi 152 Maret] JALAN TERANG YANG KITA PILIH
[Edisi 153 April] INDAH PENUH BUNGA WARNA-WARNI
[Edisi 154 Mei]KETIKA KITA MEMILIH
[Edisi 155 Juni] BERBAHAGIALAH KARENA TERNAK
[Edisi 156 Juli] BERBAGI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH
[Edisi 157 Agustus] MERDEKA DENGAN KOMUNIKASI
[Edisi 158 September] HARI KEBANGKITAN KITA
[Edisi 159 Oktober] Giliran Pencerahan Bidang Kita?
[Edisi 160 Nopember] BUKAN SEMATA UNTUK KEPENTINGAN MANUSIA
[Edisi 161 Desember] HOMO ECONOMICUS

2008

[Edisi 162 Januari] PROFESIONAL DAN MORAL PETERNAKAN/KESWAN
[Edisi 163 Februari] TEMU TAHUNAN KARYAWAN LIBATKAN KELUARGA
[Edisi 164 Maret] Kunjungan Bersama
[Edisi 165 April] OBYEK YANG BERCERITA
[Edisi 166 Mei] PONDASI 16 TAHUN INFOVET
[Edisi 167 Juni] SUATU BUKTI KEUNGGULAN
[Edisi 168 Juli] KETIKA KITA MENGGUNTING PITA
[Edisi 169 Agustus] Merdeka Vs Lupa
[Edisi 170 September] LANGKAH PUN SANGATLAH BERMANFAAT
[Edisi 171 Oktober] TERKAIT MISI DAN VISI KITA
[Edisi 172 Nopember] PINTU MASUK YANG SANGAT KUAT
[Edisi 173 Desember] ESENSI KUADRAT

2009

[Edisi 174 Januari] MENERUSKAN CITA-CITA

MATERI EDISI CETAK

MATERI EDISI AKTUAL

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer