![]() |
Biosekuriti kandang harus ditingkatkan guna mencegah babi terserang penyakit (Foto: Pinterest) |
Pernyataan
resmi dicetuskan FAO selaku Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), 28 Agustus 2018. Dalam pernyataan tersebut, FAO menanggapi
situasi darurat wabah African Swine Fever
(ASF) di China berpotensi menjadi ancaman dan menyebar ke negara-negara Asia
lainnya
FAO
mendesak kolaborasi regional termasuk pemantauan dan langkah-langkah kesiapan
yang lebih kuat. Lebih lanjut FAO menjelaskan bahwa wabah ASF di China serta deteksi
kasus baru di daerah-daerah yang berjarak lebih dari seribu kilometer di
wilayah dalam negeri China, dapat berarti virus babi yang mematikan ini dapat
dan berpotensi menyebar ke negara-negara Asia lainnya kapan saja.
Mengutip
dari halaman resmi Facebook Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH, Jumat (7/9/2018), ASF
pertama kali dideskripsikan tahun 1921. Sebaran penyakit ada di 28 negara-negara
Afrika Sub-Sahara. Selain itu, pernah menjadi masalah besar yang menimpa di
Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Tahun
2018, ASF diketahui merebak di China dan menimbulkan kecemasan. ASF merupakan
penyakit yang disebabkan virus dan dapat menulari babi baik yang liar maupun domestik.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk menanggulangi ASF.
Ketua
Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), Sauland Sinaga, dihubungi Infovet kemarin
(6/9/2018) menanggapi. “Indonesia harus mewaspadai ASF ini. Kebijakan impor
perlu dicermati untuk produk hewan atau olahan,” ungkapnya.
Imbuh
dia, AMI telah melakukan sosialisasi di kalangan peternak untuk lebih
meningkatkan biosekuriti di kandang babi. “Biosekuriti atau manajemen kebersihan
kandang babi harus diperhatikan. Sanitasi kandang dilakukan secara
berkala menggunakan desinfektan,” tegasnya. (NDV)
0 Comments:
Posting Komentar