Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Audit GPS | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AUDIT ULANG JUMLAH AYAM NASIONAL

Foto: irishnews

Upaya Kementerian Pertanian melakukan audit ulang jumlah ayam nasional dinilai tepat. Hal ini dikemukakan Sigit Prabowo selaku Ketua Umum Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN).

Sigit menambahkan, jatuhnya harga ayam merupakan dampak dari kebijakan masa lalu yang memperbolehkan impor grand parent stock (GPS) dalam bentuk telur.

"Penyakit di luar negeri yang mengharuskan impor telur mengakibatkan perilaku industri hari ini terdampak dari kebijakan masa lalu. Penghitungan ulang sudah benar," katanya.

Importasi dalam bentuk telur, menurut Sigit mengakibatkan hasil tetasan tidak bisa diprediksi jumlah betina atau jantan. Alhasil, GPS yang dihasilkan hari ini pun bisa berlebihan.

Dia berharap hasil penghitungan ulang bisa memberikan kebijakan produksi yang lebih sesuai ke depannya.

Kementerian Pertanian memberikan mandat kepada seluruh perusahaan pembibitan broiler untuk mengurangi produksi 10% mulai 21 Maret - 8 April.

Berdasarkan surat edaran bernomor 03124SE/PK.010/F/03/2109, Kementerian Pertanian menerbitkan surat edaran per tanggal 19 Maret perihal pengurangan day old chicken (DOC) final stock (FS) broiler.

Surat tersebut ditujukan kepada perusahaan pembibitan ayam ras. Terdapat 41 perusahaan yang diminta untuk melakukan pengurangan produksi.

Mengacu pada Permentan no.32/2017 tentang penyediaan, peredaran, dan pengawasan ayam ras dan telur konsumsi.

Pemerintah dapat mengimbau hal itu sebab pada pasal 7 disebutkan bila terjadi ketidakseimbangan suplai dan demand yang disebabkan wabah penyakit hewan dan/atau keadaan kahar (force majeur), penetapan rencana produksi nasional dapat dilakukan penambahan atau pengurangan produksi ayam. (bisnis.com/Inf)

Hasil Audit GPS, Produksi Karkas Broiler 2018 Surplus

(Dari kiri): Ketua Tim Audit Trioso, Dirkeswan Fadjar Sumping, Dirjen PKH Ketut Diarmita dan Dirbit Sugiono, saat menyampaikan hasil audit GPS broiler di kantor Kementan,
Kamis (30/8). (Foto: Infovet/Ridwan)

Jakarta (30/08), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, menyampaikan kondisi produksi daging (karkas) ayam ras broiler tahun 2018 aman bahkan surplus.

Ia menjelaskan, berdasarkan realisasi produksi DOC FS broiler Januari-Juni 2018 dan potensi produksi Juli-Desember 2018 (dari impor GPS broiler tahun 2016, 2017 dan 2018) adalah sebanyak 3.156.732.462 ekor dengan rataan perbulan sebanyak 263.061.042 ekor (62.633.581 ekor/minggu). Potensi produksi karkas tahun 2018 berdasarkan realisasi produksi DOC (Januari-Juni 2018) dan potensi (Juli-Desember 2018) sebanyak 3.382.311 ton dengan rataan perbulan sebanyak 27.586 ton.

Lebih lanjut, proyeksi kebutuhan karkas tahun 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton. Sehingga berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan tersebut, Ketut menyebut, kondisi daging ayam nasional masih mengalami surplus pada 2018, dengan potensi kelebihan produksi sebanyak 331.035 ton (rataan per bulan sebanyak 27.586 ton).

Menurutnya, data produksi tersebut diperkuat dengan hasil audit GPS broiler yang dilakukan oleh Tim Audit Populasi Ayam Ras yang telah dilaksanakan pada 18 Mei-20 Juli 2018. Dari hasil verifikasi terhadap SAR (Self Assesment Report) telah diperoleh data populasi GPS D-line (799.158 ekor) dari 14 perusahaan pembibitan. Sedangkan jumlah total C-line ayam ras GPS (111.984 ekor), D-line umur 1-24 minggu (316.217 ekor),  D-line umur 25 minggu-afkir (482.941 ekor), C-line umur 1-24 minggu (55.792 ekor) dan C-line umur 25 minggu-afkir (56.192 ekor).

Berdasarkan validasi akhir pada 7 Agustus 2018 (setelah mengeluarkan ayam GPS afkir, memasukkan realisasi impor DOC GPS dan deplesi ayam GPS berkisar antara 0,01-0,03% per minggu berdasarkan strain), maka total populasi GPS ayam ras broiler sebagai berikut, jumlah total D-line ayam ras GPS (763.075 ekor), C-line ayam ras GPS (123.180 ekor), D-line umur 1-24 minggu (214.335 ekor), D-line umur 25 minggu-afkir (548.740 ekor), C-line umur 1-24 minggu (54.438 ekor) dan C-line umur 25 minggu-afkir (68.742 ekor).
“Hasil audit dilaksanakan oleh tim independen yang beranggotakan akademisi dan praktisi,” kata Ketut.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Audit Populasi GPS Broiler, Dr Drh Trioso Purnawarman, memaparkan, audit dilaksanakan pada seluruh perusahaan pembibitan GPS broiler sebanyak 14 perusahaan, diantaranya PT Charoen Pokphand Jaya Farm, PT Japfa Comfeed Indonesia, PT Bibit Indonesia, Cheil Jedang-Patriot Intan Abadi (CJ-PIA), PT Wonokoyo Jaya Corporindo, PT Taat Indah Bersinar, PT Hybro Indonesia, PT Expravet Nasuba, PT Cibadak Indah Sari Farm, CV Missouri, PT Reza Perkasa, PT Karya Indah Pertiwi, PT Satwa Borneo Jaya dan PT Berdikari (Persero), dengan jumlah farm GPS sebanyak 37 unit dengan kandang yang terisi sebanyak 237 unit dari total kandang sebanyak 289 unit (82%).

Sebaran farm GPS broiler berada di tujuh provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat, dengan strain GPS broiler yang terdiri dari Cobb, Ross, Indian River dan Hubbard.

Trioso menyebutkan, mekanisme pelaksanaan audit dibagi atas dua tahap, yakni pertama Desk Review dengan mengisi form/borang SAR dan kedua Outside Review dengan melakukan verifikasi dan observasi di lapangan terhadap populasi GPS broiler, manajemen pemeliharaan, penetasan, kesehatan dan biosekuriti. Kemudian Tim melakukan evaluasi, valuasi dan rekomendasi hasil audit secara kompehensif.

“Verifikasi dan observasi jumlah populasi GPS broiler berdasarkan laporan harian kandang (LHK) dan laporan mingguan (weekly report), kemudian jumlah peralatan feeder dan drinker space, nest box dan lampu, serta jumlah GPS broiler pada saat vaksinasi terakhir (dihitung satu per satu sesuai dengan dosis vaksin),” ujar Trioso.

Selain itu, tim juga melakukan verifikasi dan observasi manajemen pemeliharaan, penetasan dan kesehatan meliputi ventilasi udara, kualitas air minum dan pakan, deplesi (kematian dan afkir) jantan dan betina, program vaksinasi dan titer antibodi, bobot badan dan keseragaman jantan dan betina, kepadatan per meter persegi, manajemen litter, rasio jantan dengan betina, lighting program, produksi (egg mass) dan hatching egg, fertility, hatchebility (setting dan hatching report), DOC per hen house (HH) dan serta distribusi DOC PS.

“Juga dilakukan verifikasi dan observasi biosekuriti program berupa penerapan higiene karyawan dan tamu, sanitasi dan desinfeksi, isolasi dan karantina, serta lalu lintas (orang, pakan, ayam dan peralatan),” tukasnya. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer