Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini WEBINAR PENGELOLAAN BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI PAKAN | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

WEBINAR PENGELOLAAN BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI PAKAN

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar webinar bertema “Pengelolaan Bungkil Inti Sawit sebagai Pakan”, Rabu (12/1/2022).

Rektor IPB, Prof Dr Arif Satria SP MSi dalam sambutannya menuturkan saat ini dihadapkan pada situasi di mana perguruan tinggi dituntut untuk memberikan solusi kreatif maupun inovasi ke depan dijadikan trensetter atau perubahan.

“Penemuan sekaligus penelitian yang dilakukan Prof Nahrowi membanggakan dan memberi harapan baru bahwa bungkil inti sawit dapat menjadi bahan baku untuk pakan ternak. Selain itu, hal ini menunjukkan peran perguruan tinggi untuk berkreasi meningkatkan kreatifitas untuk mengembangkan inovasi yang berorientasi future practice,” jelas Arif.

Industri pakan pada Indonesia masih dihadapkan pada dinamika ketersediaan bahan standar pakan yang musiman, serta tidak berkelanjutan.

Pakan ternak merupakan hal yang krusial karena memegang kontribusi terhadap biaya pakan sebesar 80-85%, maka dari itu perlu adanya substitusi bahan pakan yang terjangkau dan berkualitas. Salah satu bahan pakan yang sedang dikembangkan yakni bungkil inti sawit.

Dalam webinar ini hadir Agus Sunanto MP, Direktur Pakan dan Plt Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak yang menyampaikan beberapa kebijakan dan pemanfaatan bungkil inti sawit sebagai pakan.

Agus mengatakan kebijakan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan ada dua hal, pertama adalah feed security untuk terkait menjamin ketersediaan pakan unggas dan ruminansia. Kedua adalah feed safety sebagai langkah meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pakan yang diproduksi dan diedarkan.

Pengembangan hijauan pakan ternak, menurut Agus sebaiknya memanfaatkan varietas hijauan pakan baru dan pemanfaatan lahan dengan sistem integrasi. Selanjutnya adalah pengembangan pakan olahan seperti bank pakan dari hijauan dan limbah pertanian.

Bahan pakan impor sudah sangat langka sehingga diperlukan pemanfaatan bahan pakan lokal. “Selain bungkil inti sawit sebagai bahan protein, maggot juga perlu dipertimbangkan untuk mengganti bahan pakan yang diimpor,” tambah Agus.

Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Drh Desianto Budi Utomo PhD menjelaskan, pemanfaatan bahan pakan lokal di Indonesia mencapai 65%. Bungkil inti sawit belum diprioritaskan, dikarenakan tingkat kecernaan yang rendah dan masih sering ditemukannya sisa batok atau cangkang.

Lebih lanjut dijelaskan teknologi pengelolaan bungkil inti sawit dapat dilakukan dengan teknologi pemisahan cangkang, extruder (pemanasan dengan uap air dan tekanan tinggi), dan fermentasi dengan bakteri, kapang serta formulasi ransum dengan enzim. “Perlunya kerjasama antara peneliti, pemerintah, dan industri pakan serta perlu edukasi dalam peningkatan pemanfaatan sumber bahan pakan lokal,” kata Desianto.

Narasumber berikutnya dalam webinar yaitu Ir Didiek Purwanto IPU selaku Ketua ISPI membahas “Kontribusi Bungkil Inti Sawit dalam mendukung Industri Feedlot dan Dairy”. Perkebunan kelapa sawit nasional tahun 2019 di Indonesia memiliki luas lebih dari 16 juta hektar, sehingga sangat berpotensi untuk menggunakan bungkil inti sawit.

“Perlunya mengoptimalkan penggunaan bungkil sawit dengan terobosan strategis dengan tata niaga yang efisien, peningkatan kualitas, prioritas untuk kebutuhan dalam negeri dengan regulasi yang mendukung” tuturnya.

Dalam acara yang sama, Prof Dr Ir Nahrowi MSc selaku peneliti dari IPB sebagai menuturkan bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari sawit dan sangat berpotensi karena harga yang murah dan ketersediaan yang terjamin, namun perlu ditingkatkan kualitasnya. Teknologi pangan yang sedang digunakan saat ini adalah dengan fraksinasi dan hidrolisa sehingga menghasilkan palmofeed dan mannan.

“Teknologi fraksinasi yang diikuti dengan proses hidrolisis tidak hanya dapat meningkatkan kualitas fisik, tetapi kualitas kimianya. Bungkil inti sawit terhidrolisis (palmofeed) dapat dipakai dalam campuran ransum unggas sebesar 12,5% yang masih dapat ditingkatkan lagi penggunaannya diikuti dengan penambahan enzim penghidrolisis serat,” terang Nahrowi. (NDV)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer