Menyambut era revolusi industri 4.0, sektor
peternakan dituntut untuk mampu berinovasi dalam memanfaatkan perkembangan
teknologi. Tema hangat ini mengemuka dalam Simposium Nasional Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Tropik (Simnaster) 2018, Senin (5/11/2018) di
Auditorium Drh R Soepardjo Fakultas Peternakan (Fapet) UGM.
Simposium ini menggunakan metode teleconference, serta turut mempelopori
program #IndonesiaEfisien 4.0. Maksud dari penggunaan teknologi dan program
efisiensi ini adalah untuk turut mempelopori penyelenggaraan simposium yang
mengutamakan efisiensi dalam penggunaan peralatan dan perlengkapan seminar.
Kebaruan dari metode Simnaster 2018
adalah pendaftaran dapat menggunaan gadget, karena menggunakan aplikasi khusus
Simnaster 2018.
Perkembangan industri peternakan saat
ini meliputi inovasi pakan, manajemen
feedlot, komputasi data, ekonomi digital, big data dan sebagainya. Perkembangan ini selanjutnya mengarah pada
sistem automatisasi yang dibutuhkan untuk memudahkan peternak dan industri
dalam mengelola usahanya. Automatisasi
memungkinkan industri menghemat sumber daya dan mengoptimalkan efektivitas hasil
produksi dalam waktu cepat.
“Acara ini bertujuan memperkenalkan Internet, Communication, and Technology
(ICT) dalam bidang peternakan sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan
peternak dan memenuhi kebutuhan industri. Selain juga menyediakan wadah bagi
stakeholder, industri, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan peternak rakyat
untuk menjalin networking,” terang
Ketua Panitia Seminar, Dr Ir Endy Triyannato SPt dalam keterangan resminya.
Simposium ini
diikuti kurang lebih 150 peserta dengan 46 pemakalah oral dan 26 pemakalah
poster dengan berbagai macam tema terkait industri peternakan 4.0. Antara lain tema
nutrisi
unggas, nutrisi ruminansia, produksi ternak unggas, produksi ternak perah, produksi ternak potong, sosial ekonomi peternakan, inovasi teknologi dalam bidang
peternakan, dan lainnya.
Tantangan Bagi Fapet UGM
Jumlah publikasi
riset internasional yang dihasilkan oleh peneliti Indonesia semakin meningkat
dalam lima tahun terakhir bahkan berada di atas negara Singapura dan Thailand.
Kendati demikian, kenaikan tersebut belum diikuti oleh kualitas produk hasil
riset karena masih kuatnya ego sektoral masing-masing lembaga.
Oleh karena itu,
antarperguruan tinggi dan lembaga riset saling bersinergi untuk menghasilkan
hasil riset yang bisa dibanggakan oleh Indonesia di mata internasional.
“Tantangan kita,
belum memiliki ikon nasional yang bisa dibanggakan karena antarlembaga tidak
sinergi,” kata Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimyati, saat menjadi
pembicara kunci pada Simnaster 2018 ini.
Melansir dari
laman fapet.ugm.ac.id, Dimyati
memberi tantangan bagi peneliti di Fakultas Peternakan UGM untuk menghasilkan
salah satu produk riset yang bisa dibanggakan bangsa Indonesia.
“Pesan Pak
Menteri, tahun depan Fakultas Peternakan bisa hasilkan produk riset sapi
Indonesia,” ujarnya. (NDV)
0 Comments:
Posting Komentar