Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini PAKAN LAGI, JAGUNG LAGI | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PAKAN LAGI, JAGUNG LAGI

Edisi 168 Juli

(( Beberapa berita dan ertikel tentang bahan baku pakan dari jagung masih mewarnai kesulitan pemenuhannya, bahkan ketika impor masih dilakukan, sedangkan perusahaan lokal terus mencari poemenuhan bukan hanya dari daerahnya saja. Namun, kita tidak akan menyerah bukan? ))

Sebagai kelanjutan dari masalah “Industri Unggas Bakal Terpukul, Harga Jagung di Pasar Dunia Terus Naik” yang diangkat Infovet pada triwulan pertama tahun ini, melalui website Infovet http://www.infovet.co.cc/, para pembaca setia Majalah Infovet memberikan pendapatnya.

Pembaca Infovet Perdana Agusta mengatakan, selama ini belum ada positif respon dari pemerintah untuk mencermati masalah langkanya pemenuhan kebutuhan bahan baku pakan.

Menurut Perdana Agusta, pemerintah sebaiknya mengintensifkan pengembangan di sektor pertanian dan perkebunan melalui pembangunan infrastruktur yang menunjang pertanian dalam skala besar, pemberian bantuan modal bagi petani dan memberikan trainning dalam melakukan transformasi tradisional teknologi peternakan ke peternakan modern.

Menurutnya, harga pakan ternak terutama pada pakan Layer saat ini mengalami kenaikan yang cukup significant sementara bahan baku pencampur jagung khususnya di beberapa tempat mengalami “shortage”.

Selanjutnya, pakan kosentrat akan terus mengalami gejolak kenaikan harga sebaliknya akankah harga telur dan daging ayam akan meningkat berbanding lurus dengan kenaikan ini? Harga telur dan daging ayam belum menemukan keseimbangan karena sangat ditentukan oleh hukum pasar.

“Apa yang akan terjadi pada dunia industri unggas pada tahun 2008?” tanya Perdana Agusta, seraya menyayangkan bilamana yang dapat kita lakukan ternyata hanya menunggu dan melihat untuk menjumpai hal yang tidak dapat diperkirakankah.

Adapun menurut pemabaca Infovet Iman Susanto, pihak yang akan sangat terpukul dengan kondisi kenaikan harga jagung adalah para peternak ayam. Kenaikan harga jagung akan bedampak langsung terhadap kenaikan harga pakan unggas, sampai saat ini jagung masih merupakan sumber energi dominan dalam pakan yang belum tergantikan oleh bakan pakan lain.

Menurut Iman Susanto, naiknya harga pakan akan mempercepat proses gulung tikar para peternak mandiri yang pada urutannya akan berdampak menurunnya ketersediaan produk unggas. Hukum permintaan dan penawaran akan berlaku, pada saat penawaran rendah sementara permintaan tetap maka harga produk akan tinggi.

“Mari kita bergerak bersama melihat kondisi seperti ini, para stake holder terkait harus segera mengambil tindakan nyata, tidak hanya sekedar wacana dan rencana. Bukan tidak mungkin kita bisa menambah lahan untuk ditanami jagung, perlu diingat bahwa negara yang kita cintai ini masih sangat subur dan masih sangat luas,” tegas Iman Susanto.

Pendapat Iman Susanto disetujui oleh pembaca Infovet Wahyu Sulistyo. “Menurut saya pengembangan pertanian jagung atau tanaman lainnya yang mendukung industri peternakan perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah,” katanya.

Wahyu Sulistyo melanjutkan, “Selama saya tinggal di Pulau Sulawesi khususnya Gorontalo saya melihat potensi SDA yang ada bisa digunakan untuk meningkaykan industri agribisnis negara kita cuma kondisi sekarang perhatian dari pemerintah belum ada.”

Adapun pembaca Infovet Albert Jemmy Nathan berkata, “Menurut saya mengenai jagung ini sebenarnya merupakan potensi yang sangat besar bagi daerah-daerah di seluruh Indonesia untuk lebih bisa dikembangkan. Hanya saja peluang ini belum dilihat sebagai lahan investasi yang besar. Padahal sebenarnya bila Jagung ini bisa dimanfaatkan secara maksimal bisa membantu masyarakat-masyarakat yang pedalaman seperti para transmigran selain keuntungan yang bisa di dapat.”

“Di sini yang bisa saya lihat permasalahannya dari para petani adalah kurangnya para penampung atau pembeli yang mau atau ada untuk membeli. Sehingga para petani hanya menanam dalam kapasitas yang kecil. Saya berharap agar bermunculan orang-orang yang mau melirik bisnis ini,” lanjut Albert Jimmy Nathan.

Dan bila ada yang berminat, anjurnya, “Salah satu daerah yang bisa saya sarankan salah satunya adalah Nusa Tenggara Barat di mana tempat saya berada. Bila berminat saya siap membantu.”

Dan ternyata, beberapa berita dan artikel tentang bahan baku pakan dari jagung masih mewarnai kesulitan pemenuhannya, bahkan ketika impor masih dilakukan, sedangkan perusahaan lokal terus mencari poemenuhan bukan hanya dari daerahnya saja.

Namun, kita tidak akan menyerah bukan? Akhirnya pembaca Infovet Welfrin Panggabean mengatakan, “Pemerintah berperan penting dalam memanfaatkan kondisi ini. Budidaya jagung harus digalakkan lagi. Sejak tahun 70-an Ibu Sud sudah mensosialisasikan penanaman jagung ini melalui lagunya yang berjudul MENANAM JAGUNG DI KEBUN KITA. Banyak hal yang harus dibenahi bukan hanya infrastruktur, melaikan sistem agribisnis jagung secara keseluruhan mulai dari subsistem input, onfarm dan outputnya.”

“Saran saya,” kata Elfrin, “Impor jagung harus dikurangi, dampaknya harga jagung dalam negeri akan meningkat, sehingga para petani mulai tertarik lagi untuk mengusahakan komoditas ini. BANGKIT INDONESIA! (infovet.co.cc)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer