Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Sumber Multivita Gandeng FKH IPB Update Info AI Terkini

Sumber Multivita Gandeng FKH IPB Update Info AI Terkini

Pagi itu, Jumat 17 Oktober 2008, Infovet telah bergabung bersama Tim Sumber Multivita dari Jakarta untuk bertolak ke Sukabumi mengikuti seminar teknis yang digelar Sumber Multivita. Pada kesempatan itu, Sumber Multivita sengaja menghadirkan pembicara Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan, Dekan FKH IPB, ahli imunologi dan peneliti Avian Influenza (AI) sesuai dengan tema seminar yang diangkat yaitu Update Info Flu Burung Terkini. Sementara Drh Hadi Wibowo dari Litbang PT Sumber Multivita memberikan paparan tentang Imunomodulator. Seminar ini dihadiri oleh sekitar 40 peternak yang tergabung dalam Grup Intan Jaya Abadi.
Drh Hadi Wibowo mengawali seminar tentang mengapa flu burung sangat menjadi perhatian utama pemerintah dan lembaga dunia. Tak lain karena bahaya flu burung jauh lebih besar daripada akibat Perang Dunia II. Dahulu di era tahun 1917-1918 dunia pernah dilanda Flu Spanyol dari subtipe H1N1. Flu jenis ini telah menyebabkan kematian 50 juta orang selama 18 bulan. Sementara PD II 1945-1948 yang berlangsung selama lebih kurang 3 tahun hanya menyebabkan kematian 8 juta orang, itu pun sudah termasuk akibat bom atom, dll. Inilah teror utama dunia yang paling ditakutkan bahwa wabah flu yang sama bahkan lebih ganas akan kembali terjadi.

Bebek Sebagai Sumber Penularan AI
“Bila diibaratkan virus AI itu adalah uang maka bebek itu adalah Bank Indonesia nya. Bisa dikatakan hampir semua jenis virus AI yang ada dilapangan bisa lestari dalam tubuh bebek atau itik,” demikian diungkapkan Drh Wayan T Wibawan mengawali paparannya yang berjudul Manifestasi subklinis virus AI pada ayam dan itik dan peluangnya sebagai sumber infeksi. Paparannya ini sekaligus sosialisasi temuan terbaru Wayan terhadap perkembangan virus AI di Indonesia.
Wayan melanjutkan, bebek memang dikenal sebagai hewan reservoir virus AI. Bebek bisa tahan terhadap virus AI tanpa menyebabkan sakit tetapi ia malah membawa dan menyebarkan virus itu kemana-mana.
“Sehingga jika kita ingin melihat cemaran virus AI di suatu daerah tidak hanya dilihat dari virus pada ternak ayamnya saja tetapi juga pada ternak bebeknya. Karena virus yang ada di bebek sama dengan virus yang ada di ayam,” ujar pria kelahiran Bali ini.
Lebh jauh, yang perlu diketahui dari struktur sebuah virus AI adalah komponen Haemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N) nya. Namun yang terpenting adalah H-nya yang berfungsi sebagai alat menempel pada sel tubuh ayam, bebek atau manusia. Infeksi terjadi hanya bila virus bisa menempel pada sel.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua virus AI berbahaya? Jawabannya bisa sangat bervariasi, Wayan menjelaskan keganasan virus AI ditentukan oleh apa bahan penyusun H-nya. “Kalau H-nya mampu dipecah oleh enzim yang ada dalam tubuh ayam, kucing, manusia atau anjing barulah virus AI itu berbahaya bagi inangnya. Namun jika tubuh tidak memiliki enzim untuk memecah H virus AI ini maka virus AI tersebut tidaklah berbahaya dan tidak mampu menempel pada sel,” jelas Wayan.
Inilah yang menjelaskan mengapa pada manusia ada yang bisa terkena virus AI namun ada juga yang tidak. Bisa jadi orang yang terinfeksi AI H5N1 kebetulan memiliki enzim yang mampu memecah Haemaglutinin virus H5N1. Namun kita sebagai peternak tak perlu khawatir karena hingga saat ini belum pernah ditemukan kasus penularan atau kematian pada anak kandang yang notabene paling dekat bersentuhan dengan ayam. Dan lagi dari data hingga saat ini penularan virus AI dari unggas ke manusia belum terjadi secara intensif dan penularan flu burung antar manusia belum terjadi.
Kondisi di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari kita sangat dekat dengan unggas. Masih banyak orang yang memelihara ayam dengan diumbar, dan interaksi antar spesies seperti ayam dengan bebek, kucing, anjing dan manusia sangat dekat terjadi yang semakin memperburuk kualitas lingkungan.

Perlu Update Vaksin AI
Dari penelitiannya, Wayan memaparkan mudah sekali mengisolasi virus AI dari unggas yang secara klinis terlihat sehat. Yang kemudian ini disebut manifestasi subklinis virus AI. Pertanyaannya berbahayakah bagi manusia?
Penelitian Wayan dilakukan di wilayah Jawa Barat dan Banten karena akitivitas perunggasan paling besar terjadi di wilayah ini. Sampel diambil dari seputaran Kabupaten Tangerang, Serang, Lebak, Pandeglang, Cilegon, Bogor, dan Sukabumi. Temuan ini menunjukkan derajat kontaminasi virus AI di Jawa Barat yang cukup tinggi. Dan semua virus AI yang ditemukan pada unggas yang sehat termasuk dalam patotipe HPAI (highly pathogenic avian Influenza). Namun Wayan menegaskan bahwa temuan ini tidak berlaku umum untuk seluruh wilayah Indonesia. Mungkin untuk daerah luar Jawa tingkat kontaminasi virus AI jauh lebih rendah.
Lebih lanjut, Wayan juga menekankan bahwa material dari sawah tempat dimana bebek mengeluarkan shedding virusn AI kerap kali terbawa kedalam kandang melalui sekam. Sehingga Wayan menyarankan sebelum digunakan sekam dikeringkan dengan cara dijemur dan bila perlu disemprot desinfektan karena virus AI juga diketahui mampu bertahan lama kondisi basah.
Untuk memperkuat risetnya Wayan melakukan uji coba terhadap virus dari bebek untuk menginfeksi ayam dan bebek sentinel dalam lingkungan laboratorium BSL 3. Hasilnya virus dari bebek ini mampu menginfeksi ayam dan bebek dalam satu flok yang sama (cross infection). Dan dari hasil immunohistochemistry, virus AI dalam jumlah banyak bisa ditemukan ditrakea, ginjal, limpa, pankreas, usus halus, ovarium, dan isthmus.
Selanjutnya Wayan melakukan uji tantang virus yang diisolasi tahun 2006/2007 dari bebek, entog dan angsa di Sukabumi ditantang dengan vaksin dari isolat Legok tahun 2003. Hasilnya sungguh mengejutkan, ternyata titer antibodi yang dihasilkan yang seharusnya 26, hanya didapat 23 bahkan kadang-kadang 20. Kita ketahui titer antibodi yang tinggi saja belum tentu menjamin tingkat kekebalan, apalagi jika titer yang dihasilkannya rendah.
“Tentu yang salah disini bukan jenis vaksinnya, tetapi harus di update mengikuti perubahan virus di lapangan. Jika tidak di update, vaksinasi bisa jadi malah mubazir, karena antibodi dari vaksin sudah tidak bisa mengenali lagi virus lapang yang masuk,” ujar Wayan.
Namun Wayan kembali menegaskan bahwa temuan ini tidak berlaku umum bagi seluruh wilayah Indonesia. Ia hanya meyakinkan bahwa di Sukabumi ada virus AI lain yang tidak dikenal olah vaksin AI yang ada saat ini. Sehingga Wayan menekankan bahwa vaksinasi tidak dapat diletakkan sebagai satu-satunya pertahanan terdepan terhadap infeksi AI. Namun vaksinasi harus diletakkan dalam satu sistem bersama dengan tata laksana pertahanan penyakit yang lain seperti biosekuriti, perbaikan kualitas pakan, dan lain-lain.
Lebih lanjut Wayan juga menjelaskan tentang mekanisme turunnya produksi telur, dimana setelah virus AI masuk ke sel ovarium maka tubuh ayam akan mematikan sel ovarium tersebut bersama dengan virusnya agar tidak terjadi replikasi. Sel-sel mati tersebut akan dimakan oleh makrofag. Efeknya ke ayam sel-sel telur yang rusak akan menyebabkan turunnya produksi telur tanpa menyebabkan ayam tersebut sakit atau mati. Untuk lebih meningkatkan agresivitas sel-sel makrofag dalam memakan virus AI diperlukan bantuan dari luar contohnya imunomodulasi.
Diakhir presentasinya Wayan menyimpulkan bahwa infeksi subklinis pada unggas berperan sangat penting dalam penyebaran penyakit dan menjadi sumber infeksi bagi spesies lain.

Bantuan dari Imunomodulator
Menyambung uraian Wayan, Drh Hadi Wibowo mengungkapkan berbagai problem kesehatan unggas semakin kompleks dan ayam susah mencapai puncak produksi yang semuanya itu disebabkan masalah imunosupresi. Selain itu juga keharusan pemakaian vaksin AI inaktif semakin menambah problem kesehatan, olah karenanya diperlukan pendekatan baru, antara lain adalah Imunomodulasi.
Imunomodulasi adalah pengaturan (penyesuaian) respon imun sehingga mencapai tingkat yang dikehendaki. Sementara pengertian imunomodulator adalah obat atau bahan yang memiliki efek pada respon imun untuk melakukan imunomodulasi. Imunomodulator berfungsi meningkatkan kekebalan spesifik dan non-spesifik.
Lebih lanjut, kata Hadi, mekanisme kerja imunomodulator adalah dengan meningkatkan proses maturity (pematangan) sel-sel yang berperanan dalam imun respon. Selain itu imunomodulator juga meningkatkan proses proliferasi sel, terutama sel-sel macrophages dan lymphocyte, sehingga jumlahnya menjadi lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat. Dengan demikian jumlah antigen yang dapat diproses meningkat lebih banyak dan titer antibodi yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.
“Imunomodulator juga mengaktifkan Secretory Macrophage untuk sekresi Complement Components, sehingga sistem Complement menjadi aktif dan melakukan eliminasi antigen dalam sel melalui pelisisan sel,” tambah Hadi Wibowo.
Aplikasi imunomodulasi umumnya digunakan untuk meningkatkan efektivitas vaksinasi dengan vaksin inaktif seperti AI, FMD, dll penyakit unggas. Juga untuk penyembuhan penyakit seperti HIV/AIDS dan kanker sekaligus meningkatkan resistensi tubuh terhadap serangan penyakit.
Lebih lanjut, papar Hadi, pemanfaatan imunomodulator pada peternakan unggas khususnya yang dipasarkan oleh PT Sumber Multivita dengan merek dagang FOLGEN akan meng-coating Antigen (Virus, Bakteri, Vaksin) agar mudah ditangkap/dihancurkan dengan sempurna oleh makrofag, untuk selanjutnya menstimulasi sel B untuk membentuk antibodi.
FOLGEN juga membantu meningkatkan pembentukan antibodi akibat vaksin atau tantangan lingkungan, meningkatkan kondisi umum unggas, membantu meningkatkan produktivitas unggas, dan menekan kematian unggas.
Seminar teknis ini juga dihadiri oleh pimpinan PT Sumber Multivita Drh Herlambang. “Saat ini lebih penting melakukan pencegahan penyakit daripada mengobati, manakala vaksin tak lagi bisa diandalkan maka memaksimalkan pemanfaatan organ-organ yang berfungsi bagi pertahanan tubuh adalah lebih baik. Diantaranya dengan pemanfaatan imunomodulator. Untuk itu sudah saatnya semua peternak untuk mencoba dan membuktikan hasilnya sendiri,” ujar Herlambang memberi motivasi kepada peserta yang hadir dan antusias mengikuti acara hingga akhir. (wan/adv)

ND, EDS, IB, Pakan, Kandang dan Penurunan Produksi Telur

ND, EDS, IB, Pakan, Kandang dan Penurunan Produksi Telur

(( Ada keterkaitan erat antara hasil jajak pendapat ini dengan jajak pendapat Infovet pada 29 responden tentang penyakit apa yang paling menyebabkan penurunan produksi telur dengan jajak pendapat pada 26 responden tentang faktor apa yang paling banyak menyebabkan gangguan penyakit non infeksius pada peternakan. ))

Hasil jajak pendapat 29 orang di website infovet.co.cc tentang penyakit apa yang paling menyebabkan penurunan produksi telur ND (24%), EDS (20%), IB (20%), Lain-lain (20%), AI (6%) dan IBD (6%)

Ada keterkaitan erat antara hasil jajak pendapat ini dengan jajak pendapat 26 orang di website infovet.co.cc tentang faktor apa yang paling banyak menyebabkan gangguan penyakit non infeksius pada peternakan adalah Pakan (46%), Bangunan Kandang (42%), Air (30%), Pencahayaan (23%), Pemanasan (23%), Peralatan (19%), Bibit (19%) dan Tempat Pakan (15%).

Keterkaitan itu adalah hasil jajak pendapat yang sesuai dengan topik yang dirancang Infovet untuk edisi ini tentang penyakit ND, EDS dan IB sebagai penyebab penurunan produksi telur kejadiannya tidak bisa dilepaskan dengan faktor-faktor non infeksius pakan, perkandangan dan air, disusul faktor-faktor lain.


ND

ND merupakan infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan disebabkan disebabkan virus Paramyxo dan dikualifikasikan menjadi beberapa strain. Strain yang sangat berbahaya (Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease/VVND) atau tipe Velogenik menyebabkan kematian bahkan hingga 100%.

Disusul tipe yang lebih ringan (Mesogenic) dengan kematian pada anak ayam mencapai 10% tapi ayam dewasa jarang mengalami kematian namun bergejala gangguan pernapasan dan saraf.

Tipe lemah (lentogenik) tidak menyebabkan kematian, namun produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek dengan gejala sedikit gangguan pernapasan.

Dengan demikian kita melihat penurunan produksi telur karena ND adalah disebabkan oleh tipe Mesogenik dan Lentogenik.

Kaitan antara terjangkitnya ND dengan faktor non infeksius tadi merupakan pengalaman peternak dan praktisi lapangan yang mendapati dan akhirnya punya tips pencegahan.

Drh Riga Guntara dari PT Lito Bina Medikantara menyatakan yang harus dilakukan untuk mencegah sangat infeksius ini dengan memelihara kebersihan kandang dan sekitarnya termasuk memperhatikan kebersihan para tamu yang suka berkunjung ke kandang harus harus mendapat perhatian sebagai sumber penyebaran, sinar matahari yang cukup dan ventilasi yang baik, memisahkan ayam lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini dan memberikan ransum jamu yang baik, bahkan tamu .

Soal pakan yang paling banyak menjadi penyebab penyakit non infeksius, dalam suatu kesempatan Riga pun menyatakan kepada Infovet pakan sangat perlu diperhatikan. "Meskipun tidak secara sekaligus dapat langsung membunuh ayam, manajemen pakan harus dikontrol," katanya.

EDS

Kasus Egg Drop Syndrome atau EDS disebabkan oleh virus EDS'76 dan umumnya menyerang ayam menjelang puncak produksi. Tidak tampak gejala klinis. Perubahan spesifik adalah pada telur dengan kulit yang sangat tipis, atau menyerupai telur penyu.

Akibat Akibat serangan virus EDS’76 produksi telur akan berada pada titik terendah selama 1-2 minggu, baru kemudian berangsur-angsur naik kembali dan mencapai kurva normal dalam waktu 48 minggu kemudian. Produksi dapat menurun sebanyak 30-50% hanya dalam jangka 2 minggu. Dengan sanitasi, biosecurity, desinfeksi, dan vaksinasi, kasus ini dapat diatasi.

IB

Infectious Bronchitis disebabkan oleh Corona virus yang menyerang system pernapasan. Pada ayam dewasa penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi pada ayam berumur kurang dari 6 minggu dapat menyebabkan kematian.

Informasi yang lain menyebutkan bahwa ayam yang terserang penyakit ini dan berumur di bawah 3 minggu, kematian dapat mencapai 30-40%. Penularan dapat terjadi melalui udara, peralatan, pakaian. Virus akan hidup selama kurang 1 minggu jika tidak terdapat ternak pada area tersebut. Virus ini mudah mati karena panas atau desinfektan.

Menurut sumber Infovet, gejala penyakit IB ini sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit respiratory lainnya. Pada periode layer akan didapatkan produksi telur yang sangat turun hingga mendekati nol dalam beberapa hari.

Untuk mengatasi masalah ini sanitasi merupakan faktor pemutus rantai penularan penyakit karena virus tersebut sangat rentan terhadap desinfektan dan panas. Pencegahan lain yang sangat umum dilakukan adalah dengan memberikan vaksinasi secara teratur.

Hal ini penting karena butuh waktu sekitar 4 minggu agar ayam kembali berproduksi, bahkan beberapa diantaranya tidak akan kembali ke normal akan tetapi berukuran kecil, cangkang telur lunak, bentuk telur menjadi tidak beraturan. (bbs/ YR)

Produksi Telur Ayam Kampung di Sisi Ayam Ras

Produksi Telur Ayam Kampung di Sisi Ayam Ras

(( Jangan hanya ayam ras, ingatlah ayam kampung. Dengan kepedulian dan pengembangan teknologi seperti diungkap di awal tulisan ini maka niscaya semua bukan hanya sebatas mimpi. ))


Produktivitas ayam buras yang optimum dapat dicapai pada kondisi thermoneutral zone, yaitu suhu lingkungan yang nyaman. Suhu lingkungan yang nyaman bagi ayam buras belum diketahui, namun diperkirakan berada pada kisaran suhu 18 hingga 25 °C.

Ayam buras pada suhu lingkungan yang tinggi (25-31 °C) menunjukkan penurunan produktivitas, yaitu produksi dan berat telur yang rendah, serta pertumbuhan yang lambat
Demikian Gunalvan dan D.T.H. Sihombing dalam Wartazoa.

Penurunan produksi telur pada suhu lingkungan tinggi dapat mencapai 25% bila dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu nyaman . Berat badan ayam buras umur 8 minggu juga berbeda, yaitu 257 g/ekor pada suhu tinggi, sedangkan pada lingkungan nyaman dapat mencapai berat 427 g/ekor.

Penurunan produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh penurunan jumlah konsumsi pakan, maupun perubahan kondisi fisiologis ayam. Upaya meningkatkan produktivitas ayam buras di daerah suhu lingkungan tinggi antara lain melalui seleksi dan perkawinan silang, manipulasi lingkungan mikro, perbaikan tatalaksana pemeliharaan dan manipulasi pakan.

Manipulasi kualitas pakan adalah metode yang paling murah, mudah dilakukan dan umumnya bertujuan meningkatkan jumlah konsumsi zat gizi . Metode ini berupa penambahan vitamin C, mineral phosphor atau pemberian sodium bikarbonat dalam ransum.

“Disarankan jumlah penambahan vitamin C sebanyak 200-600 mg/kg ransum pada fase produksi telur dan sebanyak 100-200 mg/kg ransum pada fase pertumbuhan,” Gunalvan dan D.T.H. Sihombing menguatkan bahwa produksi telur ayam kampung pun sangat berpotensi memenuhi kebutuhan telur, apalagi dengan kelebihan telur ayam kampung dibanding telur ayam ras.

Narasumber Infovet yang lain menyatakan, telur ayam memang merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya.

Kata narasumber itu, telur menjadi jenis bahan makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Pada gilirannya kebutuhan telur juga akan terus meningkat. Telur dihasilkan oleh jenis hewan unggas antara lain ayam, bebek, angsa, dan jenis unggas lainnya.

Ayam merupakan jenis unggas yang paling populer dan paling banyak dikenal orang. Selain itu ayam juga termasuk hewan yang mudah diternakkan dengan modal yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan hewan besar lainnya seperti sapi, kerbau dan kambing.

Produk ayam (telur dan daging) dan limbahnya diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Telur dan daging ayam yang diperlukan oleh ratusan juta manusia di dunia ini mengakibatkan tumbuhnya peternakan ayam skala kecil, menengah dan industri ayam modern hampir diseluruh dunia berkembang pesat.

Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Di masa yang akan datang, pendapatan per kapita per tahun akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini negara yang berkembang dan sedang berkembang.

Dengan demikian konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Dengan memanfaatkan data proyeksi penduduk tiap tahun dan proyeksi konsumsi telur per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun tersebut mencapai harapan.

Sementara itu, bila dilihat kecenderungan produksi telur ayam ras yang meningkat sebesar per tahun maka peluang pasar telur ayam pada tahun berikutnya akan terus meningkat. Peluang pasar ini diisi oleh telur ayam buras dan telur itik yang pangsanya masing-masing 15% dan selebihnya merupakan peluang pasar telur ayam ras. Peluang pasar ini belum termasuk pasar ekspor, baik dalam bentuk telur segar maupun powder. Tentu saja jangan lupakan ayam kampung di sini.

Akhirnya narasumber Infovet menyatakan, secara ekonomi pengembangan pengusahaan ternak ayam ras petelur di Indonesia memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat berlangsung bila kondisi perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara makro terjadi perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar yang pada gilirannya akan mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil ternak.

Di sini sekali lagi, jangan hanya ayam ras, ingatlah ayam kampung. Dengan kepedulian dan pengembangan teknologi seperti diungkap di awal tulisan ini maka niscaya semua bukan hanya sebatas mimpi. (bbs/ YR)

Mempertimbangkan Vaksinasi Yang Banyak Sekali

Mempertimbangkan Vaksinasi Yang Banyak Sekali


(( Terkait dengan topik penurunan produksi telur yang berdasar survei Infovet terutama disebabkan oleh penyakit ND, EDS dan IB, maka yang dipilih dari program itu hanya vaksinasi penyakit ND, EDS dan IB. ))

Sumber di Glory Farm menyampaikan bahwa vaksinasi menurut breeder secara keseluruhan, vaksinasi yang paling banyak dilakukan adalah vaksinasi ND/IB Live. Untuk kesehatan vaksinasi ini sangat menjamin

Berdasar tulisan dr. Sauvani J Vaksinasi Standard Breeder, Glory Farm menyampaikan bahwa jika dibedah satu persatu maka akan didapatkan Vaksin ND –IB Live dilakukan dengan tetes mata pada hari pertama diikuti dengan injeksi subcutan pada hari kelima. Pengulangan berikutnya sangat sering terutama setelah umur 20 minggu, vaksinasi ini dilakukan setiap 5 minggu melalui air minum.

Selanjutnya Vaksinasi Gumoro dilakukan 2 kali melalui air minum dengan selang 10 hari dan pada vaksinasi kedua dilakukan vaksinasi ND-IB Live melalui air minum pula.

Kemudian Vaksinasi Coryza secara injeksi intramuskuler dilakukan pada minggu ke 7 dan diulang pada minggu ke 12 dan 17.

Lantas Vaksinasi Pox dan ILT diberikan pada hari yang sama dan vaksin ILT diberikan melalui air minum.

Disusul Vaksinasi triple yaitu ND+IB+EDS dilakukan pada minggu ke 15 sebelum ayam masuk ke kandang baterai.

Berikutnya, Vaksinasi ND Kill yang dilakukan dengan injeksi intramuskuler dilakukan secara berulang dimulai pada umur 20 minggu diulang setiap 6,5 bulan (26 minggu) kemudian.

Bagaimana dengan pertanyaan segi finansial dari begitu banyaknya vaksinasi yang dilakukan dengan rentang waktu yang cukup pendek belum lagi pemberian obat-obatan lainnya? Sebuah pertanyaan yang pastut diajukan untuk kita bersama.

Ada narasumber yang berkata hal itu sangatlah memusingkan dan tidak memungkinkan untuk melakukan semuanya walaupun vaksin ND-IB tergolong vaksin yang tidak mahal. Ada lagi yang bilang Vaksinasi Cocci tidak dilakukan mungkin mengingat pakan yang diberikan sudah mengandung koksidiostat.

Bagaimana menurut Anda? Sumber Glory Farm sendiri menyampaikan mempunyai program vaksinasi itu. Terkait dengan topik penurunan produksi telur yang berdasar survei Infovet terutama disebabkan oleh penyakit ND, EDS dan IB, maka yang dipilih dari program itu hanya vaksinasi penyakit ND, EDS dan IB.

Vaksinasi ND + IB

Vaksinasi ND dan IB ini menurut sumber di Glory Farm adalah untuk menimbulkan kekebalan ayam terhadap infeksi ND dan IB. “Pada area peternakan kami saat ini bukan merupakan daerah yang endemis ND maupun IB, namun karena letak peternakan kami berdekatan dengan peternakan yang lain, maka sebagai antisipasinya mereka selalu melakukan vaksinasi ini. Kami melakukan vaksinasi ini dengan dua cara yaitu tetes mata dan injeksi intramuskular pada otot dada,” kata sumber tersebut.

Vaksinasi IB

Selain merupakan gabungan dengan ND, sumber di Glory Farm juga melakukan vaksinasi IB dengan memberikannya pada air minum. Vaksinasi ini mereka berikan pada ayam umur 35 hari dan 13 minggu.

Vaksinasi ND La Sota

Sumber di Glory Farm Vaksin menyatakan ND La Sota dilakukan pada anak ayam umur 4 hari, 28 & 29 hari, hari ke 56 & 57, minggu ke 12 dan minggu ke 16. Metode pemberian vaksinasi ND La Sota ini ada 2 macam yaitu melalui air minum dan injeksi intramuskuler pada otot dada.

Sumber itu sengaja memberikan kedua metode tersebut pada hari ke 28 & 29 serta hari ke 56 & 57 hanya untuk memastikan bahwa kekebalan yang terbentuk dapat sempurna. Namun tidak menutup kemungkinan jika anda yang ingin mengadopsi program vaksinasi ini tidak memberikan vaksinasi ND metode air minum namun cukup dengan melakukan injeksi intramuskuler otot dada saja.

Vaksinasi ND + IB + EDS (Vaksinasi Triple)

Sumber di Glorya Farm menyampaikan vaksinasi ini dilakukan tepat sebelum ayam layer masuk ke kandang baterai yaitu pada usia 16 minggu. Cara vaksinasi sama dengan injeksi intramuskuler pada dada ayam (vaksin ND + IB pada ayam usia 30 dan 50 minggu).
(gloryfarm/ YR)

Ketika Virus ND dan EDS Diteliti Untuk Cari Virus AI

Ketika Virus ND dan EDS Diteliti Untuk Cari Virus AI


(( Penelitian para ahli tidak semata-mata tertuju pada virus AI saja, namun juga pada virus EDS dan ND, setidaknya untuk pembanding. ))


Penelitian mengenai isolasi dan karakterisasi virus Highly Pathogenic Avian Influenza dari ayam asal wabah di Indonesia telah dilaksanakan di Balai Penelitian Veteriner. Wabah penyakit unggas sangat patogenik telah terjadi di Indonesia sejak bulan Agustus 2003 menyerang ayam petelur komersial, pedaging, burung puyuh, dan burung unta serta ayam buras dengan gejala klinis antara lain kebiruan pada jengger dan pial, leleran hidung dan hipersalivasi, ptechiae subkutan pada kaki dan paha, diarre dan kematian tinggi yang mendadak.

Sumber di Balai Penelitian Pengembangan Peternakan menyebutkan penelitian oleh para peneliti Balitvet Agus Wiyono, R. Indriani, N.L.P.I. Dharmayanti, R. Damayanti, L Parede, T. Syafriati Dan Darminto ini adalah untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi agen penyebab wabah penyakit unggas. Untuk itu, dari ayam yang sedang terkena wabah penyakit unggas dikoleksi sampel berupa serum, folikel bulu, swab trakhea, dan organ berupa proventrikulus, usus, caecal tonsil, trakhea dan paru-paru.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa agen penyebab wabah penyakit pada unggas di Indonesia adalah virus avian influenza subtipe H5. Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi pelaksanaan penelitian lainnya seperti penelitian pengembangan uji serologi dan pengembangan vaksin.

Penelitian para ahli tidak semata-mata tertuju pada virus AI saja, namun juga pada virus EDS dan ND, setidaknya untuk pembanding. Sampel serum diuji haemaglutination/haemaglutination inhibition (HA/HI) terhadap virus Newcastle Disease (ND) dan Egg Drop Syndrome (EDS) untuk mengetahui status kesehatan pada flok tertular. Isolasi virus penyebab wabah penyakit dilaksanakan terhadap sampel folikel bulu, swab trakhea dan organ menggunakan telur specific pathogen free (SPF) tertunas berumur 11 hari.

Oleh para ahli itu, virus selanjutnya dikarakterisasi dengan agar gel precipitation test menggunakan antisera referens swine influenza dan dengan uji HI menggunakan referens antisera H1 hingga H15, dan dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron. Patogenitas isolat virus diuji dengan intravenous pathogenicity index (IVPI) test dan dengan diinfeksikan pada biakan sel primer Chicken Embryo Fibroblast tanpa penambahan tripsin.

Hasil penelitian Balitvet ini menunjukkan bahwa agen penyebab wabah penyakit unggas di Indonesia adalah virus avian influenza subtipe H5 berdasarkan uji serologi, isolasi dan karakterisasi virus menggunakan antisera referen swine influenza dan dengan pemeriksaan mikroskop elektron.

Sedangkan berdasarkan hasil karakterisasi.para peneliti Balitvet itu: Isolasi dan karakterisasi virus highly pathogenic avian influenza subtipe H5 dari ayam asal wabah di Indonesia menggunakan antisera referen H1 hingga H15 menunjukkan bahwa kemunginan besar subtipe virus avian influenza tersebut adalah H5N1. Uji patogenitas terhadap isolat virus menunjukkan bahwa virus tersebut sangat patogen pada hewan percobaan.

Alhasil dengan penelitian AI yang dalam mencari sifat virusnya juga menggunakan virus EDS dan ND para ahli itu berpendapat langkah Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan program vaksinasi dengan menggunakan biang virus yang homolog untuk penanggulangan wabah merupakan keputusan yang tepat namun langkah tersebut harus diikuti dengan surveilen dan monitoring dinamika virus yang terprogram dan terkoordinir secara nasional. (litbangnak/ YR)

KENALI PENYEBAB TURUNNYA PRODUKSI TELUR

Kenali Penyebab Turunnya Produksi Telur


(( Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab turunnya produksi telur, diharapkan peternak dapat mengambil tindakan antisipasi agar ayam telur yang dipeliharanya menghasilkan telur sesuai kurva produksi standar.))

Naiknya harga berbagai input produksi ayam petelur seperti misalnya pakan, bibit DOC, listrik, transport dan sebagainya telah mendorong usaha peternakan untuk berproduksi lebih efisien guna mendapatkan hasil yang optimal. Guna mencegah kerugian dan mengoptimalkan ongkos produksi tak lain produktivitas ternak harus ditingkatkan atau paling tidak dijaga jangan sampai turun produksinya.
Pertanyaan yang sering diajukan oleh peternak adalah “Mengapa produksi telur ayam saya menurun?” Jawaban pertanyaan ini ternyata tidak semudah yang diduga. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan produksi telur yang turun, yaitu: kualitas telur itu sendiri, mutu bibit, kecukupan nutrisi, kesehatan ayam, kondisi lingkungan, dan tatalaksana pemeliharaan.
Agar produksi telur mencapai optimal maka harus disertai dengan konsumsi ransum yang cukup. Nafsu makan yang turun dapat menghasilkan berat telur yang rendah. Produksi telur tidak hanya bergantung pada berat badan yang tercapai saat memulai produksi telur, tetapi juga pada perkembangan saluran pencernaan dan reproduksi.

Lebih Akrab dengan Penyebabnya
Permasalahan yang sering dialami peternak adalah produksi telur rendah atau penurunan produksi telur secara tiba-tiba. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, banyak faktor yang dapat menyebabkan produksi telur turun dan seringkali faktor-faktor tersebut terkait satu sama lain. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap ukuran dan kualitas telur.
Penyebab umum menurunnya produksi telur meliputi: kurangnya lama penyinaran, nutrisi tidak cukup, penyakit, dan umur yang semakin tua dan stres.
Kualitas ransum yang jelek, nutrisinya kurang atau tidak seimbang dengan ransum, mengandung zat racun dapat menyebabkan penurunan produksi telur. Kadar protein, energi, dan kalsium sangat perlu diperhatikan. Selain itu, jika ayam tidak cukup memperoleh air minum, penurunan produksi juga terjadi.
Kurangnya lama penyinaran tidak akan merangsang hormon reproduksi agar ayam mulai bertelur. Suhu terlalu panas akan mengurangi konsumsi nutrisi dari ransum yang diperlukan untuk pembentukan telur.
Ventilasi yang jelek akan meningkatkan kadar amonia. Kandang terlalu padat serta umur ayam semakin tua juga mempengaruhi produksi telur. Penyakit seperti EDS, ND, IB, dll juga dapat menurunkan produksi telur.

Lama Pencahayaan
Ayam petelur membutuhkan lama pencahayaan selama 16 jam untuk mempertahankan produksi telur, sedangkan lama pencahayaan alami dari sinar matahari biasanya berlangsung hanya selama 12 jam Jika lama pencahayaan kurang, maka produksi telur akan turun dan bahkan bisa sampai berhenti. Kekurangan lama pencahayaan seringkali menyebabkan rontok bulu dan ayam berhenti bertelur selama sekitar dua bulan. Untuk mengatasi hal ini, berikan cahaya tambahan untuk meningkatkan lama pencahayaan tetap konstan 16 jam per hari. Penambahan cahaya cukup 3 watt tiap m2 luas kandang. Penambahan cahaya dilakukan secara bertahap. Salah satu program pencahayaan adalah dengan menaikkan lama pencahayaan 1 jam tiap 2 minggu sehingga pada umur 28 minggu ayam sudah mendapat cahaya tambahan selama 4 jam semalam.

Nutrisi yang Seimbang
Ayam telur membutuhkan ransum dengan nutnsi seimbang untuk mempertahankan produksi telur selama masa produksi. Nutrisi yang tidak tepat dapat menyebabkan ayam berhenti bertelur.
Masalah yang sering terjadi adalah tidak tersedianya air minum yang bersih dan segar. Ayam tanpa air minum hanya selama beberapa jam dapat berhenti bertelur sampai berminggu-minggu. Oleh karena itu, sediakan tempat minum dalam jumlah cukup sehingga ayam selalu memperoleh air minum yang segar.
Kadar energi, protein, atau kalsium yang tidak cukup juga dapat menurunkan produksi telur. Sangat penting menyediakan ransum mengandung nutrisi seimbang pada masa produksi dengan kadar protein 16-18%. Namun nutrisi dalam ransum seringkali rusak akibat penanganan dan penyimpanan yang kurang tepat. Dua jenis asam arnino penting yaitu methionine dan lysine perlu ditambahkan dalam ransum karena ransum seringkali kekurangan asam amino tersebut. Bila mutu ransum kurang baik, tambahkan premiks untuk rneningkatkan mutu ransum.
Ayam telur dapat menghasilkan sekitar 300-325 butir telur tiap tahun sehingga membutuhkan kalsium sebanyak 20 kali jumlah kalsiurn yang ada di dalam tulangnya. Dibutuhkan 25 mg kalsium tiap menit untuk membentuk kerabang telur. Kebutuhan vitamin D perlu tercukupi agar penyerapan kalsium dan fosfor berlangsung baik. Pemberian mineral feed supplement dapat membantu memperkuat kerabang telur.
Selain penyinaran tambahan, nutrisi dan ransum ayam masa produksi juga memerlukan vitamin tambahan. Vitamin tambahan diperlukan karena vitamin juga terbawa bersama dengan keluarnya telur dari tubuh ayam. Selain itu. akibat perubahan cuaca atau susunan ransum, ayam memerlukan vitamin tambahan untuk mencegah stres. Agar dapat mencapai tingkat produksi telur yang maksimal. Diperlukan Egg Stimulant. Egg Stimulant berguna untuk mempercepat tercapainya produksi telur yang maksimal sekaligus mempertahankan produksi telur tetap tinggi.

Lelah Kandang
Lelah kandang (disebut juga cage layer fatigue atau osteoporosis) sering terjadi pada ayam telur yang dipelihara dalam kandang baterai. Namun lelah kandang juga dapat terjadi pada ayam yang dipelihara dengan lantai litter akibat ketidakcukupan kalsium, fosfor dan atau vitamin D.
Pembentukan kerabang telur membutuhkan kalsium dalam jumlah banyak, dan dipenuhi melalui penyerapan kalsium dari tulang. Normalnya, kalsium tersebut akan diganti dari kalsium dalam ransum. Namun pada saat terjadi kekurangan kalsium, fosfor, dan atau vitamin.D, penggantian kalsium ini, tidak berlangsung dengan baik. Akibatnya tulang menjadi keropos. Kondisi ini diperparah dengan perkembangan kerangka kurang optimal pada ayam telur yang dipelihara dalam kandang baterai karena kurangnya pergerakan.
Ayam yang mengalami lelah kandang berarti kekurangan kalsium dalam tulang dan akan segera menghentikan produksinya. Gejala-gejaia lelah kandang meliputi kelumpuhan, patah tulang, bentuk tulang berubah. dan kerabang telur retak. Untuk mencegah lelah kandang, berikan vitamin dan mineral feed suplement.

Penyakit
Serangan penyakit masih dapat terjadi meskipun ayam dalam kondisi terbaik. Penurunan produksi telur seringkali merupakan salah satu gejala awal adanya serangan penyakit. Gejala lainnya dapat berupa lesu dan bulu kusam, mata berair, keluar ingus dari hidung, batuk, rontok bulu, pincang, sampai kematian. Jika peternak rnelihat seekor ayam sakit, lakukan isolasi atau pengafkiran dan amati keseluruhan populasi secara teliti. Jika curiga ada serangan penyakit, segera hubungi dokter hewan setempat agar dapat membantu memeriksa sehingga diperoleh diagnosa dan pengobatan yang akurat.
Pada umumnya, saat ayam terkena penyakit apapun, maka produksi telur akan terganggu. Penyakit yang secara langsung dapat menyebabkan penurunan produksi telur. di antaranya adalah: EDS, ND, IB, CRD dan colibacillosis. Penyakit ND dan IB menurunkan kualitas kerabang dan bagian dalam telur. EDS menyebabkan kerabang telur sangat tipis sehingga telur mudah pecah, sedangkan ND dan IB dapat merusak saluran produksi.
Ayam yang terserang EDS tetap tampak sehat, tidak memperlihatkan gejala sakit tetapi terdapat penurunan produksi secara drastis disertai penurunan kualitas telur. Produksi telur turun sebesar 20-40% selama 10 minggu. Untuk mencegah EDS, lakukan vaksinasi pada umur 16-18 minggu bisa dengan vaksin kombinasi.
Penyakit ND dapat menyebabkan produksi telur turun diikuti penurunan kualitas telur, yaitu kerabang telur menjadi tipis dan kadang-kadang ditemukan telur tanpa kerabang. Produksi telur dapat mendekati produksi normal setelah 3-4 minggu, tetapi kebanyakan tidak pernah kembali normal.
Untuk mencegah ND, lakukan vaksinasi ND secara teratur. Selama program vaksinasi, berikan vitamin selama 2 hari sebelum dan sesudah vaksinasi untuk mencegah stres.
Penyakit utama yang menyebabkan produksi telur turun secara drastis adalah IB. Virus IB (corona virus) menyerang membran mukosa saluran pernapasan dan reproduksi. Jika menyerang ayam muda maka kerusakan saluran reproduksi akan bersifat permanen.
Sejumlah strain virus IB juga menyebabkan gangguan pada ginjal. Akibatnya tidak hanya kualitas kerabang telur terganggu namun juga bagian dalam telur. Putih telur (albumin) menjadi seperti cairan bening (transparan). Bentuk kerabang telur menjadi tidak normal. Selain itu, warna coklat pada kerabang telur coklat akan memudar. Pada telur dapat pula ditemukan gumpalan kecil darah yang disebut blood spot. Untuk mencegahnya, lakukan vaksinasi IB pada umur 4 hari dan diulangi pada umur 19-21 hari dengan vaksin tunggal atau kombinasi. Vaksinasi selanjutnya dilakukan pada umur 8 minggu kemudian diulang tiap 3 bulan.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit EDS, ND, dan IB. Hanya dengan strategi vaksinasi yang tepat dan diimbangi dengan pelaksanaan tatalaksana pemeliharaan yang benar, niscaya ketiga penyakit tersebut dapat dihindari.
CRD dan colibacillosis merupakan penyakit yang hampir selalu ada di peternakan, Baik CRD maupun colibacillosis juga dapat mengganggu produksi telur. CRD dapat mengganggu proses pernapasan ayam sehingga suplai oksigen ke dalam tubuh ayam akan berkurang. Hal tersebut akan berpengaruh pada kesehatan dan metabolisme dan berakibat pada penurunan produksi telur. Colibacillosis dapat menginfeksi saluran telur maupun calon telur.

Umur Ayam
Umur yang semakin tua dapat berpengaruh pada produksi telur. Pengaruh ini sangat bervariasi di antara individu ayam. Ayam dapat berproduksi secara efisien selama dua siklus masa bertelur. Setelah dua atau tiga tahun, produktivitas akan menurun. Secara umum, produksi telur paling baik selama tahun pertama, namun ayam telur yang berproduksi tinggi dapat berproduksi cukup baik selama 2-3 tahun. Kondisi ini berbeda pada setiap strain ayam. Ayam telur yang berproduksi tinggi akan bertelur selama sekitar 50-60 minggu tiap siklus masa bertelur. Di antara siklus produksi telur akan disela dengan masa istirahat yaitu rontok bulu (molting). Afkir ayam telur yang produksi telurnya sudah tidak ekonomis lagi.
Rontok bulu adalah proses alami sebagai cara unggas memperbaharui bulunya. Selain sebagai tanda berhentinya produksi telur, rontok bulu juga dapat terjadi kapan pun terutama saat ayam mengalami stres berat. Kasus rontok bulu yang cepat pada seluruh populasi biasanya merupakan gejala bahwa telah terjadi sesuatu yang serius (misalnya: kekurangan air minum atau sangat kedinginan).

Stres
Stres dapat menyebabkan turunnya produksi telur. Agar produksi telur tidak turun, berikan multivitamin selama 5 hari berturut-turut.
Stres yang biasa terjadi meliputi:
1. Kedinginan
Stres yang paling sering selama musim hujan adalah kedinginan. Pastikan ayam mendapat perlindungan dari angin dan hujan selama musim hujan namun jangan sampai menutup terlalu rapat sehingga menyebabkan tingginya kadar amonia. Jika tercium bau amonia, inilah saatnya meningkatkan lubang udara di dalam kandang. Ayam tidak dapat bertahan dalam kondisi lembab dan terlalu banyak angin.
2. Kepanasan
Dalam cuaca panas, ayam akan lebih banyak minum dan mengurangi konsumsi ransum sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Kondisi ini dapat menyebabkan produksi telur turun karena kebutuhan energi dan protein harian tidak tercukupi. Dalam kondisi lingkungan panas, fisiologi tubuh ayam akan mengubah prioritasnya dari semula untuk produksi telur menjadi untuk bertahan hidup. Oleh sebab itu, saat cuaca panas perlu tambahan vitamin supaya produksi telur tidak terganggu.
3. Penangkapan dan pemindahan
Batasi pemindahan atau penangkapan yang tidak perlu. Populasi yang terlalu padat dapat meningkatkan kanibalisme dan akhirnya stres pada ayam.
4. Parasit
Jika ada parasit eksternal dan internal, berikan pengobatan yang sesuai.
5. Ketakutan
Batasi suara ribut orang-orang dan suara kendaraan di sekitar kandang untuk mencegah ayam ketakutan.

Sebagai kesimpulan, produksi telur yang turun dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari mutu ransum, tatalaksana pemeliharaan, sampai adanya serangan penyakit dapat menurunkan produksi telur.
Perlindungan terbaik terhadap penyakit diawali dengan membeli DOC atau pullet yang sehat. Hindari pelihara ayam dengan umur yang tidak seragam. Kontrol terhadap lama penyinaran dan berat badan pada ayam pullet sangat menentukan permulaan produksi telur. (inf/bbs)


MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB
Produksi telur tiba-tiba turun. Stres karena bermacam-macam sebab seperti potong paruh, setelah pemberian obat cacing, penggantian ransum, setelah vaksinasi.
Ransum bermutu jelek.
Ayam terserang penyakit.
Produksi dan mutu telur turun. Ayam terserang penyakit seperti EDS ‘76, IB, pullorum atau ND.
Produksi telur turun tetapi mutu telur tidak turun. Ayam terserang penyakit AE.
Ayam sedang dalam pergantian bulu (rontok bulu).
Ayam stres karena berbagai hal.
Ayam kekurangan air minum, tempat minum banyak yang kosong.
Tempat air minum letaknya terlalu rendah atau tinggi.
Pencahayaan tidak tepat.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer