Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Infovet 138, Januari 2006 - PEMBAHARUAN KITA

Tahun Baru, yang lama berlalu. Hukum alam pun berlaku. Semua yang ada selalu berputar mengikuti arah jarum jam. Bila mengikuti dengan indera tajam, tampak setiap kegiatan yang kita alami dan lalui, mempunyai arti sangat dalam bahwa tidak pada tempatnya bila kita sia-siakan segenap karunia Penguasa Alam itu. Kita diberi alam dan kita dipercaya untuk mengelola, bukan menguasai yang sering disalah artikan oleh kaum eksploitir yang mengeksploitasi jauh lebih dari cukup mengeksplorasi.

Kerusakan alam pun terjadi dengan eksploitasi itu, berakibat fatal bagi sarana pendukung kehidupan, tak terkecuali ternak dan hewan yang menjadi ranah pengelolaan kita. Pasti Anda pun berpikir dan menduga-duga, adanya virus Flu Burung, adanya penyakit-penyakit genetik baru yang sebelumnya tidak kita kenal, ayam kerdil misalnya, pastilah tidak lepas dari ekspolitasi kita sebelumnya, yang memaksa alam digunakan dan menguras daya sanggup peternakan, hewan, baik dari segi faali hewan, pakan, dan genetik, sehingga terjadi ketidak seimbangan sistem pertumbuhan ternak itu.

Virus Flu Burung yang masih mewarnai kejadian-kejadian penting tahun ini bahkan menewaskan manusia-manusia yang kita kaum peternakan sangat yakin, yang diberitakan kematian orang-orang yang jauh dari singgungan dengan hewan di rumah sakit khusus perawatan pasien flu burung bukanlah semata-mata akibat penyakit flu burung pada manusia yang pada hewan kita kenal dengan sebutan Avian Influenza. Pastilah ada komplikasi dengan penyakit lain pada individu-individu yang meninggal. Dugaan makin kuat terbukti para anak kandang, ahli peneliti yang langsung berkutat dan bersinggungan dengan ayam yang begitu besar jumlahnya yang terserang Flu Burung pada hewan, kaum peternakan itu masih sehat dan kondisinya bugar.
Peran manusia pada munculnya berbagai penyakit itu pun kita rasakan langsung pada ‘penyakit-penyakit’ yang lebih berskala masyarakat dan sistem kehidupan bersama.

Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan di Tanah Papua Irian, mengguncangkan di mana peran kita yang menyebabkan ketimpangan ini. Sementara di wilayah-wilayah pengelolaan pakan yang lain kita disibukkan dengan ancaman-ancaman perdagangan bebas yang melenggangkan produk-produk impor melenggang masuk hanay untuk menguatkan basis bisnis pada penguasa kapitalis peternakan negeri maju. Bahwa sebetulnya begitu banyak kekayaan alam kita yang sepertinya mubazir kita punyai, plasma nutfah yang tidak terkelola, begitu beragam kekayaan alam ternak asli kita tidak tercatat bahkan ternyata dalam suatu seminar disebutkan kerbau asli Indonesia belum tercatat di Badan Pangan Dunia FAO.

Keterpaduan kita mengelola kekayaan alam tanah air dalam bidang kehewanan ini pun patut kita evaluasi, begitu sudah banyak institusi di berbagai departemen yang mengelola masalah kehewana, di Departemen Pertanian dengan masalah ternak bahkan ada Kasubdit yang memfokuskan diri di bidang Satwa Kesayangan, di Departemen Kehutanan dengan fokus satwa liar, di Departemen Perikanan dan Kelautan mempedulikan pengelolaan ikan, pada Badan Karantina tentang arus keluar masuk ternak kita, di Badan Pengawas Obat dan Makanan juga soal produk-produk asal hewan dan peternakan. Kita tidak kekurangan lembaga yang mempedulikan kepentingan pengelolaan alam berbasis kehewanan, namun mengapa masalah-masalah di bidang kehewanan tidak pernah habis dan selalu muncul yang baru. Seyakinnya kita sadar, di mana-mana masalah itu tetap ada tak Cuma monopoli kaum kehewanan dan peternakan.

Dengan instrumen yang sudah kita miliki di berbagai tempat itu hanya satu kata kunci yang patut kita benahi: Peduli. Peduli bukan hanya pada diri sendiri, tapi juga kepentingan orang lain, kaum lain, masyarakat lain, masyarakat semua, semua alam raya. Alam yang kita punyai bersama, bukan hanya milik pribadi atau golongan, sehingga kesejahteraan yang kita pedulikan adalah kesejahteraan bersama. Dan inilah saatnya kita kembali lahir baru tentang hal ini. Sebab setiap pergantian waktu akan selalu diikuti dengan pembaharuan. Selamat Tahun Baru!

Infovet 139, Februari 2006 - KETERGANTUNGAN KITA

Kasus formalin begitu menghentak dan nyaris merontokkan usaha rakyat kecil dengan dijauhinya produk-produk tahu, bakso, mi, bahkan merembet pada konsumsi daging ayam akibat kecurigaan diawetkan dengan formalin. Begitu Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) mengumumkan hasil temuannya, dan media massa menggeber besar-besaran seperti kasus Flu Burung tahun 2004, Departemen Kesehatan lantas seperti kebakaran jengggot dan menyalahkan betapa lamban dan makan waktunya Badan POM mengumumkan hasil temuannya itu. Padahal keberadaan formalin pada makanan rakyat itu sudah bertahun-tahun, belasan tahun, bahkan lebih, diketahui dari hasil pantauan. Depkes seperti kata MenKes lantas menginginkan Badan pemerintah yang mandiri itu untuk lebih baik kembali di bawah naungan Depkes, seperti keberadaannya sebelum di’sapih’ pada tahun 1999.

Sementara sebelumnya saat Depkes mengetahui ada formalin di lapangan, merasa tak punya otoritas untuk mengumumkan dan bertindak pencegahan berdasar hasil pantauannya. Alasannya yang punya otoritas soal pengawasan obat dan makanan itu adalah Badan POM, bukan Depkes; sehingga aparat Depkes hanya melakukan penyadaran saja. Dalam hal ini pengamat mengatakan, sebetulnya tak perlu saling menunggu antara keduanya. Yang lebih penting adalah keduanya (Depkes dan Badan POM) saling bekerja sama dan ujung-ujungnya saling menyalahkan antara keduanya. Apalagi mengingat motivasi utama di’pisah’nya Badan POM adalah justru supaya pengawasan tersebut berjalan lebih efektif dan tajam.

Saling bekerjasama adalah salah satu mata rantai perwujudan dari kesadaran bahwa antar pihak-pihak yang saling membutuhkan, terjadi suatu kondisi saling bergantung atau dalam satu kata adalah ketergantungan. Ketergantungan bukanlah satu pihak bergantung pada pihak yang lain tanpa sebaliknya. Setiap pihak yang ada saling bergantung, saling menghargai, saling menolong, saling mengulurkan tangan dan saling bergayutan. Ketergantungan adalah suatu kondisi yang menggambarkan tidak ada pihak yang lebih utama dari pihak yang lain. Semua pihak sama-sama utama, perlu diutamakan, saling bersikap mengutamakan satu sama lain, sehingga muncullah sikap “Tanpa engkau aku tak bisa sukses,” sedang pihak yang lain juga mengatakan hal sama kepada pihak pertama.

Antara POM dan Depkes, mestinya terjadi kondisi ketergantungan. Antara Ditjen Peternakan dengan Badan Karantina Pertanian, Perusahaan Obat Pewan, Perusahaan Pakan Ternak, Perusahaan Sarana Produksi Peternakan lainnya, dan semua pihak. Dan semua piha. Mestinya terjadi sikap ketergantungan. Bukan sekedar bergantung pada pihak lain tanpa mau menjadi tempat bergantung. Termasuk media-media peternakan dengan segenap stake holders-nya. Mengapa demikian, karena pada dasarnya setiap pihak menjalankan perannya masing-masing. Dan dengan peran-peran itu maka terjadilah sikap saling membantu, saling bekerjasama, saling tolong-menolong, dan saling mendukung untuk suatu kebaikan bersama.

Dengan menyadari hal itu, sebenarnya setiap permasalahan yang muncul bisa diatasi dan dicari jalan keluarnya. Masalah ketahanan pangan yang dikoyak-koyak dengan menipisnya persediaan beras hingga memojokkan pemerintah untuk mengambil resiko menelantarkan budidaya pertanian lokal dengan impor beras, menyudutkan pemerintah untuk melirik daging impor ilegal; masalah kesehatan hewan yang masih dikepung dengan siluman flu burung yang sudah menjadi perhatian utama dunia untuk memberantasnya dengan kesepakatan-kesepakatan internasional; belum lagi masalah-masalah di luar sektor peternakan namun berpengaruh secara langsung atau tidak langsung, BBM (Bahan Bakar Minyak) yang menyodok produksi peternakan karena sangat dibutuhkannya energi minyak, Tarif Dasar Listrik yang ikut melambung, Formalin yang ditiupkan pada masa yang begitu sulit.

Sekali lagi kita dituntut untuk memperhatikan kepentingan orang lain, manakala kondisi diri sendiri mungkin lebih baik dari orang lain dan bahkan mungkin tak terpengaruh sama sekali lantaran pondasi bisnis sudah begitu kokoh sehingga malah mampu meningkatkan kinerja berbiaya tinggi. Rasa syukur berhasil mempedulikan kepentingan orang lain ini merupakan salah satu hadiah pula, di mana keberadaan kita ternyata bisa bermanfaat untuk orang lain. Dengan semangat ketergantungan itu, manakala melihat pihak lain sukses, bersyukur pula kita punya rasa ketergantungan untuk belajar dan menjadi sukses. Dampaknya pasti luar biasa, terjadi evaluasi pada diri sendiri, dilanjutkan dengan refleksi dan berujung pada aksi yang lebih baik. Roda perputaran evaluasi, refleksi dan aksi pun terus bergulir, dalam suatu ketergantungan kita. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 140, Maret 2006 - DARI SOLUSI KE SOLUSI

Jalan keluar dari setiap permasalahan akan membedakan satu masalah dengan problem yang menyilih rupa menjadi labirin tanpa jalan keluar. Solusi akan muncul untuk membantu menyelesaikan kemelut yang dibombardir dengan hambatan dan tantangan yang seolah-olah menutup arus penyelesaian problematika.

Namun semua sadar, masalah akan selalu muncul. Maka tepat dikata dari suatu solusi akan selalu diikuti solusi berikutnya.
Solusi untuk peternakan sehat? Kita papar dulu masalah-masalahnya. Kita cari akarnya. Kita buat percabangan problem untuk dibuat percabangan solusi.

Solusi gangguan, hambatan pertumbuhan ayam yang kerap muncul pada musim penghujan? Kita bedah masalahnya, pada musim penghujan banyak muncul jamur pada pakan, penyebab mikotoksikosis, salah satu faktor penting untuk memunculkan Sindrom Kekerdilan. Faktor yang lain, genetik (termasuk rekayasa genetika), manajemen, obat-obatan, sanitasi perkandangan dan faktor-faktor lain? Jelas, pasti ada solusinya, solusi sementara maupun solusi pamungkas!

Solusi gangguan produksi ayam petelur? Jangan khawatir, kalau masalahnya sudah terdeteksi dan ternilai, dipetakan secara jelas dan gamblang, ditambah keberanian bertindak, pasti masalah terpecahkan, solusi didapatkan!

Demikian pula dengan kasus Avian Influenza, formalin, paha ayam impor, impor daging ilegal, ayam tiren, naik turunnya nilai perdagangan ayam dan penyakit hewan yang terdeteksi maupun tak terdeteksi, dan juga budidaya ternak besar, kambing, sapi perah, sapi potong yang menyumbang secara langsung pada pemenuhan kebutuhan daging merah dan susu segar berprotein tinggi, pencipta generasi sehat dan cerdas yang mampu mengatasi permasalahan termasuk membebaskan bangsa ini dari ketergantungan beras impor, produk luar negeri yang mematikan perekonomian bangsa; bangsa cerdas dan berakhlak tinggi yang mampu meyakinkan diri untuk tegar menahan dan membentengi diri dari korupsi yang meruntuhkan sendi-sendi ekonomi. Bangsa macam apalagi?

Ya, bangsa manusia yang mampu membuat solusi terhadap setiap permasalahannya, dari yang paling kecil, sederhana, sampai masalah paling berat. Masalah kesehatan pun, masalah keuangan, masalah sosial, politik, budaya, bahkan hankam. Ya, masalah sesuai bidang dan kapasitas masing-masing. Tak luput, solusi bagi perusahaan media yang dengan setia memberikan yang terbaik buat pembacanya. Di antaranya terdengar sederhana, namun penting untuk kenyamanan pembaca dalam menikmati setiap sajian Informasi dalam lembar-lembar kertas, berpuluh-puluh halaman yang menyatu dalam susunan disebut Majalah.

Nyamannya pembaca membaca huruf-huruf dalam kertas yang tidak menyilaukan mata, terasa sejuk dan tidak membuat mata cepat lelah melahap informasi penting, adalah suatu solusi yang akan sangat membantu dan bermanfaat dan menyehatkan. Solusi sehat untuk mata dan kenyamanan adalah salah satu yang kita pelajari tentang cahaya dan mata. Seperti yang ditunjukkan oleh ayam yang butuh cahaya yang tepat dan secukupnya untuk menggertak hormon Melatonin dalam tubuhnya guna menghasilkan produksi telur yang optimal dan maksimal.

Cahaya mata adalah suatu solusi untuk produksi ayam, sedang kertas menyejukkan mata adalah solusi untuk kenyamanan dalam membaca. Terasa benar, suatu solusi senantiasa disusul dengan solusi. Suatu saat pun akan muncul solusi untuk solusi. Solusi demi solusi bermekaran. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 141, April 2006 - KEBERHASILAN KITA BERSAMA

Semangat dan dorongan dalam bekerja, datangnya selalu mengiringi usaha itu sendiri. Melalui proses selalu berupaya memperbaiki diri, tidaklah alam akan membiarkan pelaku pemeduli dan pengelola alam menjadi merana. Alam akan memberi yang terbaik kepada setiap orang yang mengolahnya, dan begitu imbalan alam itu diberikan maka terjadilah dorongan dan semangat itu dengan sendirinya.

Kesetiaan peternak membangun, mengelola dan memelihara peternakan bermuara pada kesuksesannya! Memberi rejeki kepadanya dengan berlimpah. , tidak bakal membuatnya melirik kepmbali kepada bidang-bidang lain yang ditinggalkannya untuk menekuni bidang peternakan. Keputusannya menekuni bidang peternakan di awal usahanya, bukankah kini sudah berbuah?

Memang tidak instant per’buah’an itu. Peternak mengalami pasang surut, berbagai penyakit, gejolak bisnis, harga dan biaya yang naik turun, kebutuhan pakan, bibit, obat-obatan dan peralatan yang mengikuti secara signifikan terhadap gejolak ekonomi makro maupun kondisi politik, dan alam. Dengan kepedulian terhadap bidang ini, peternak pun mencari upaya, lebih intensif memperhatikan bidang ini, sangat mengenali, dan menjadikannya makin jatuh cinta pada bidang peternakan!

Lihatlah hasilnya, meski flu burung membabi buta, formalin membekukan, paha impor meneror, mempengaruhi jual beli daging, telur dan susu, memaksa peternak mengencangkan ikat pinggang, toh tetap membuatnya tegar melanjutkan usaha dan kerja di bidang ini. Rejeki yang dimilikinya selalu berbagi dengan usaha-usaha obat hewan, pakan, bibit, peralatan, pasar daging, telur dan susu, restoran dan warung makan, pabrik roti, bahkan bidang lain, petugas pajak, bahkan petugas keamanan. Dan buktinya, sejauh ini bidang peternakan tetap pada tempat edarnya, setia pada orbitnya.

Bahkan keberhasilan-keberhasilan besar berhasil diababadikan dalam monumen-monumen gedung-gedung megah, sarana dan prasarana kerja yang lebih moderen dan mutakhir, dan tentu saja taraf hidup para pelaku bisnis bidang ini pada kehidupan sehari-hari, kesejahteraan yang ikut dirasakan oleh anak-anak generasi penerusnya.

Perhelatan demi perhelatan diselenggarakan untuk merayakan keberhasilan-keberhasilan kerja di bidang peternakan. Meski, keberhasilan ini belum tentu mencapai keuntungan yang jauh lebih besar dari pada masa sebelumnya. Keberhasilan ini sangat luas maknanya, bahkan berhasil mengatasi kemelut apapun di bidang peternakan juga merupakan keberhasilan!

Bila seseorang berhasil mengatasi permasalahan di area kerja itu, alam pun punya sifat yang sama terhadap bidang-bidang dan orang-orang yang lain. Semua berbanding lurus sesuai dengan kepedulian dan dedikasi kepada bidang yang ditekuni. Apapun bidang. Ya, bidang apapun. Tak terkecuali, bidang informasi peternakan dan kesehatan hewan, yang sangat lengket dengan kehadiran majalah peternakan dan kesehatan hewan yang melayani dan menjadi teman berjuang bagi seluruh pejuang peternakan dan kesehatan hewan. Anda. Dan kami. Kami dan Anda. Kita. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 142, Mei 2006 - SELAMAT DATANG PERUBAHAN

Di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, dua tahun yang lalu, kaum peternakan Indonesia mengangkat poster-poster, spanduk-spanduk, membagikan bunga dan ayam groreng plus nasi kotak. Mereka kampanye produk ayam daging dan telur, adalah produk sehat, sangat dibutuhkan masyarakat dan bebas flu burung!

Bundaran HI, menajdi pusat dari banyak demontrasi, unjuk rasa, pawai, apapun, untuk menjadi media penyuaraan pendapat rakyat, kala wahana resmi di gedung DPR-MPR seolah jalan di tempat atau lambat dan butuh penyeimbangan!

Kampanye Flu Burung dan Ayam Sehat, menjadi event yang serupa dengan berbagai kampanye lain, termasuk yang paling akhir saat tulisan ini dibuat: Pawai Bhinneka Tunggal Ika menolak Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi yang begitu kontroversial!

Pendeknya, boleh dikata Bundaran HI menjadi saksi sejarah banyak perubahan. Setidaknya berbagai kampanye dan demo di pusat Indonesia itu menjadi solar dan bensin untuk menjadi melajunya kendaraan perubahan-perubahan di berbagai bidang. Kampanye partai politik juga di situ.

Kampanye buruh juga berpusat di Bundaran HI. Kampanye Hari Bumi yang bersamaan dengan pawai Anti RUU APP juga berlangsung di situ. Dan spesial bagi kalangan peternakan, kampanye menyuarakan karya anak bangsa juga di bawah Tugu Selamat Datang di pusat kolam Bundaran Hotel Indonesia!
Di terik matahari siang, Tugu Selamat Datang dengan perkasa seolah berteriak dengan lantang membelah langit, “Selamat Datang Perubahan!”

Perubahan memang merupakan peristiwa yang selalu terjadi tak pandang di bidang apapun. Perubahan bisa terjadi sewaktu-waktu. Perubahan selalu mengikuti perkembangan umur alam dan manusia. Perubahan dapat dihitung berdasar periodik-periodik tertentu. Apalagi umumnya manusia telah punya suatu penanggalan. Di samping perubahan pada kasus insidental, dengan kalender, perubahan pun dapat diprediksi dan diatur.

Perubahan lazimnya dimulai dengan tanggal-tanggal, waktu-waktu tertentu. Dan, dimulai pada saat tanggal awal kalender yang bersangkutan. Di sinilah dimulai dengan suatu komitmen baru, sikap baru, cita-cita yang memperbarui. Ada perbaikan untuk menjadi lebih baik. Ada peningkatan untuk menjadi lebih sempurna. Ada visi yang semakin dipertegas. Ada misi yang semakin disempurnakan. Ada resolusi baru!

Semua menjadi kata dan kuasa untuk menjadi semakin bagus! Agar kehidupan semakin sesuai dengan futrahnya. Adar kekurangan dikoreksi. Agar kelemahan diobati. Agar tubuh, jiwa dan roh makin sesuai dengan harkatnya.

Memasuki tahun ke 14 (empat belas) keberadaan Majalah Infovet Anda ini, sudah selayaknya perubahan itu pun dirayakan disertai niat-niat mulia sebagaimana banyak aktivitas bangsa ini yang selalu mengalami perubahan untuk pembaharuan. Di segala bidang. Ya, teristimewa di bidang peternakan dan kesehatan hewan, perubahan dan pembaharuan selalu dimonitor Majalah kita sebagai saksi sejarah laksana Bundaran Hotel Indonesia dengan Tugu Selamat Datang sebagai pintu gerbang masuk ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam menyaksikan perbagai perubahan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ya, sudah 14 tahun kami mengiringi perjalanan Anda untuk menjadi insan-insan mulia berkarunia bidang peternakan dan kesehatan hewan. Perubahan demi perubahan terjadi di sektor ini, dari kepemimpinan Dirjen Peternakan ke Dirjen penggantinya sampai. Dari munculnya penyakit baru ke penyakit yang lebih baru. Lahirnya Gumboro di Indonesia, lahirnya penyakit ayam kerdil, lahirnya penyakit flu burung! Lahirnya temuan teknologi demi temuan teknologi dengan berbagai khasiat dan manfaat untuk mensejahterakan peteni, peternak, pengusaha, akademisi, peneliti, dan semua yang membutuhkan.

Lahirnya kebijakan demi kebijakan. Ya, Infovet selalu menjadi saksi sejarah itu.
Perubahan demi perubahan. Dan tentu saja perubahan dan pembaharuan pun senantiasa terjadi pada Majalah Infovet dari berbagai sisi, pengelola, tampilan, isi, organisasi, sejak dikelola oleh ASOHI hingga kini dikelola perusahaan dengan saham terbesar ASOHI.

Resolusi demi resolusi selalu terjadi. Semua akan selalu datang, untuk kepentingan bersama.

Ya, Selamat Datang perubahan! Terimakasih kepada semua pembaca yang selalu bergandeng tangan bersama dalam langkah perubahan dan penguatan kita. Semua. Ya! Termakasih. Mari kita bina terus untuk kebaikan bersama! Sukses selalu! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 143, Juni 2006 - PRIORITAS DALAM KESEIMBANGAN

KITA BERDUKA CITA. Saat akhir proses pracetak, Yogyakarta dan sekitarnya terkena gempa bumi Lautan Selatan memakan korban ratusan orang meninggal dunia. Menyusul Gunung Merapi menunjukkan murka alam. Sekali lagi kita berduka atas bencana di wilayah kerja Perwakilan Infovet Drh Untung Satriyo. Menyusul banyak ranah kehidupan yang penuh bencana satu demi satu.

Kita mesti dapat memilah mana yang sifat alam, mana akibat kesalahan manusia. Gempa bumi adalah kemarahan alam yang mestinya manusia membaca tanda-tanda sebelumnya sehingga ada tindakan penyelamatan pra gempa. Sedangkan tanah longsor dan banjir di mana-mana bukti masyarakat teledor menjaga wilayah peresap air hujan yang makin sempit.

Kita mesti bijak menyikapi suara alam atau suara manusia. Saat muncul gerakan anti peternakan ayam di Depok Jawa Barat akibat flu burung, dalam waktu sama masyarakat tanpa suara terhadap menjamurnya gedung beton memakan berhektar lahan penahan air hujan namun lebih bersifat bisnis merebut konsumerisme masyarakat berdaya beli susah.

Masyarakat diam saja, malah mempersoalkan moral urusan pribadi, mau diatur dalam perangkat hukum, menghabiskan energi untuk gerakan pro-kontra Pornografi-Pornoaksi. Meluputkan perhatian pada hal lebih mendasar. Tak ada gerakan antikorupsi berarti dibanding gerakan APP, bahkan protes dihentikannya penyidikan mantan Presiden Soeharto yang makan mayoritas harta masyarakat tertutupi masalah sepele.

Masyarakat mudah terombang-ambing permainan elit politik yang meniupkan isu tanpa kejernihan berpikir mengambil skala prioritas yang sesungguhnya terkait langsung dengan kehidupan. Penguasa politik punya skala prioritas menghembuskan isu sehingga sederet tragedi kemanusiaan pelanggaran HAM didiamkan. Pada wilayah peternakan dan kesehatan hewan, masyarakat begitu mudah dibelokkan oleh isu tidak jelas. Januari oleh isu formalin, sekarang isu Flu Burung yang konon sudah makan manusia dengan penularan lebih berbahaya.

Pemeriksaan Flu Burung pada manusia penuh tanda tanya. Institusi yang tidak punya otoritas berbicara leluasa. Penularan AI pada sektor 1 dan 2 pada peternakan besar dan biosekuriti terkendali tidak ada korban padahal wilayah ini merupakan mayoritas lahan hidup ternak unggas. Pernyataan membahayakan tentang kematian manusia karena Flu Burung hingga kejadian di Karo menunjukkan pada sektor 3 dan 4 yang bersinggungan dengan masyarakat awam sangat rawan karena penularan makin kompleks.

Tetap tidak bijaksana menyalahkan unggas dan memusnahkan tanpa tebang pilih. Sama halnya tidak bijaksana menyalahkan Sultan Yogya dan Mbah Marijan, atau Gubernur DIY dalam kasus Gunung Merapi. Meski di mana pun pasti ada penyebab utama, yang lebih pasti satu sebab akan terkait dengan sebab lain. Kasus banjir rutin membanjiri Jakarta tak lepas dari menjamurnya pusat perbelanjaan di Depok dan Bogor. Kasus daging dan paha ayam impor tidak lepas dari kasus Flu Burung yang disinyalir merupakan politik internasional untuk menjajah ekonomi negara macam Indonesia.

Masyarakat seolah masih berada di jaman Ramayana, antara kubu berbeda masih saja berperspektif hitam putih. Padahal kita sudah berada pada jaman Mahabarata yang penuh wilayah abu-abu semua saling terkait, untuk membedakan musuh dan kawan sungguhlah sulit. Tidak pada tempatnya saling menyalahkan seperti FBR mengusir Inul dari tanah Betawi karena Inul memperjuangkan hal azasi kebebasan berekspresi. Bukan salah pers jika memberitakan kematian manusia karena Flu Burung secara bebas seperti yang dipersoalkan mahasiswa Fapet IPB dalam seminar Flu Burung di mana Infovet menjadi salah satu pembicara. Memberitakan secara bebas adalah tugas pers yang dilindungi hukum.

Lalu di mana sikap kita pada segala silang sengkarut kehidupan macam ini? Belajar dari sejarah, sejak kejadian dunia sampai sekarang begitu banyak tragedi namun kehidupan tetap berlanjut, tugas kita secara sadar tahu prioritas untuk bersikap bijak. Antar sesama manusia, antar makhluk hidup, antar makhluk dengan alam dan buatan manusia. Itu prioritas kita. Mari kita atasi semua. Bersama menolong yang menderita dan terus membangun yang kita punya. ž (Yonathan Rahardjo)

Infovet 144, Juli 2006 - FREE DAN FAIR BISNIS-BISNIS KITA

Bukan berarti ketika perhatian sebagian besar masyarakat dunia dan Indonesia tersedot helat akbar Piala Dunia sepakbola, perhatian terhadap peristiwa-peristiwa lain terabaikan. Malah masing-masing bisa saling belajar. Dunia kesehatan hewan dan peternakan hewan pun dapat belajar dari peristiwa-peristiwa itu.

Bagi profesional sepak bola apalagi tingkat dunia, bola sudah merupakan bisnis dan lahannya sangat menggiurkan. Jalan tol untuk menyedot perhatian salah satunya rupanya itu: bisnis. Di bidang peternakan, lihat saja kasus AI atau Flu Burung, mengapa menyedot perhatian? Bukan sekedar nyawa manusia taruhannya, tapi juga nilai bisnis di balik semua kasus tewasnya berjuta-juta ekor ayam sebelum akhirnya merayap membetot nyawa orang. Bisnis bibit, obat hewan peternakan, dan kini bisnis obat manusia!

Apa istimewanya kalau semua dikaitkan dengan bisnis? Setelah nilai-nilai kebebasan diterapkan dalam bisnis, kini perlu bisnis yang "fair", bisnis yang adil, bisnis yang beradab.

Terkait dengan kesepakatan dengan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), Indonesia tak bisa lepas dari bisnis yang bebas (free trade, perdagangan bebas). Namun terlebih dari itu dibutuhkan fair trade (perdagangan yang adil).
Itulah masalahnya, tarik ulur yang akan selalu menyeimbangkan dunia bisnis yang senantiasa menarik (bagi pebisnis tentunya). Sepak bola yang menawan butuh keadilan, sehingga berbagai disiplin diterapkan dalam permainan sampai laga pertandingan berakhir. Bisnis peternakan dan kesehatan hewan pun demikian!

Masalah flu burung dikaitkan dengan isu paha ayam impor, menjadi penyeimbang antara bisnis dan keadilan itu. Kaum peternakan pun diketuk hatinya oleh gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang secara menyedihkan memangsa nyawa penduduk tak berdosa, juga menyumbat rejeki termasuk di bidang peternakan dan kesehatan hewan ketika masalah AI masih menyisakan pekerjaan rumah berbagai taktik dan strategi dalam upaya membereskannya.

Apapun tarik ulur antara bisnis yang bebas, bisnis yang adil, dan nilai-nilai kemanusiaan, toh bisnis tetaplah jalan. Dalam konotasi negatif sering disorot upaya-upaya pengerukan kekayaan secara "free" dengan minimal "fair"nya. Namun secara positif, bagaimana pun terbukti bisnis adalah penggerak utama kehidupan masyarakat (setidaknya pada sistem yang sudah terlanjur terbentuk demikian).

Menyikapi secara arif akan memantapkan semangat para pelaku bisnis sendiri. Kita perlu saling belajar tentang kiat dan seluk beluk bisnis yang sehat ini dari sesama pelaku, baik di bidang obat hewan, bibit, pakan, sarana prasarana peternakan, maupun tetek bengek di sekitarnya. Teristimewa belajar dari berbagai bidang kehidupan lain.

Selanjutnya, tetap pada prinsip-prinsip dasar, kita lakukan segala sesuatu yang menjadi komitmen, tugas, kewajiban dan tanggung jawab kita dengan penuh kesetiaan, kesabaran, ketenangan, sampai pertandingan bisnis dan pertandingan kehidupan berakhir. Serta sekali-sekali melakukan perubahan, penyesuaian, pengembangan, setelah dalam menjalani perkembangan membutuhkan tindakan-tindakan taktis diterapkan.

Sebutlah pekerjaan rumah yang sampai kini butuh sentuhan strategis dan taktis "free" dan "fair" itu satu demi satu. Yakinkan diri pada prinsip dasar dan cabang-cabang serta ranting-rantingnya. Niscaya kaum peternakan dan kesehatan hewan akan senantiasa dapat menyikapi perkembangan dan perubahan yang berlaku.ž (Yonathan Rahardjo)

Infovet 145, Agustus 2006 - CARA SAKTI UNTUK SUKSES

Suatu kegiatan yang terarah, terfokus dan terukur, menjadi satu modal kuat untuk mencapai kecuksesan. Keberhasilan usahawan mencapai puncak-puncak prestasi sehingga menjadi penggerak-penggerak utama perekonomian pasti melalui tahap yang begitu. Tidak dalam sehari usahawan berhasil membangun bangunan usaha yang dapat disimbolkan dengan menjulang tinggi mencakar langitnya gedung yang banyak menjadi lambang dan citra kesuksesan serta gengsi. Usaha keras, pikiran cerdas, disiplin ketat laksana peribahasa sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, adalah cermin kuat perlunya komitmen dan konsistensi dalam melangkah.

Bahkan, perhitungan antara usaha dan dana yang dikeluarkan untuk mencapai hasil tertentu bagi usahawan, perlu dan harus dapat diperkirakan. Keberhasilan dalam mencapai target adalah kepuasan dan tolok ukur dari kecermatan dalam memprediksikan perolehan, capaian, dan hasil dari usaha yang dikeluarkan. Sehingga, setiap tenaga, dana, uang, cucuran keringat, air mata, waktu yang dikeluarkan tidak menguap secara percuma dan sia-sia.

Target yang ditetapkan bagi usahawan adalah target yang realistis, rasional dan dapat dijangkau. Meskipun ada target tertinggi, terbaik atau target optimis, tetaplah usahawan biasanya memberikan target minimal, pesimis, sehingga pada dasarnya ada yang paling mungkin dapat dijangkau dengan penuh keberhasilan. Sebab, keberhasilan mencapai target mempunyai makna dan memberi kepuasan tersendiri untuk berprestasi dan makin berprestasi.

Keberhasilan-keberhasilan perusahaan di bidang peternakan dengan citra cemerlang itu dapat terasakan ketika masyarakat peternakan dan masyarakat umum masuk arena Indolivestock Expo 2006 di pusat pameran di Ibukota Negara, Jakarta, awal Juli. Energi kesuksesan sungguh terasa. Terjadilah komunikasi antar para pengunjung dan peserta pameran. Terjadilah pertukaran energi antar mereka. Khususnya yang berani dan suka berkomunikasi.

Memang untuk meraih kesuksesan, salah satu langkah penting adalah menciptakan energi positif di antaranya dengan menanamkan nilai-nilai positif baik dengan bacaan, maupun komunikasi dengan mereka yang sukses. Transfer nilai positif inilah yang dilakukan Infovet dengan setia mengunjungi pembaca. Dengan materi dari berbagai pelaku kesuksesan bidang peternakan dan kesehatan hewan, selanjutnya tinggal cara kita merefleksikan dan mengolah hal positif untuk kehidupan sesuai dengan usaha dan kegiatan masing-masing.

Kalau usahawan sukses mempunyai cara meraih kesuksesan dengan standar ketat keseimbangan antara usaha yang dikeluarkan dan hasil yang terestimasi, siapapun baik untuk mempertimbangkan hal ini. Boleh sesama pengusaha, akademisi, pejabat, bahkan aktivis.

Walau, untuk aktivis, terdapat perbedaan paradigma antara usaha dan hasil, karena bagi aktivis sudut pandangnya bukanlah keuntungan, melainkan perubahan nilai dari sasaran yang diperjuangkan, seperti bebasnya Indonesia dari flu burung bagi aktivis pembebasan flu burung, atau nilai-nilai penyadaran bagi masyarakat terhadap pentingnya konsumsi protein hewani bagi aktivis peternakan. Memang nilai-nilai dalam aktivisme lebih bersifat kualitatif dibanding nilai kuantitatif yang secara dominan dimiliki oleh para usahawan alias pebisnis.

Namun upaya menghitung secara kuantitatif seperti yang dilakukan oleh pebisnis merupakan suatu upaya yang penting untuk mencoba memberi ukuran bagi setiap kualitas, dan rupanya membuat bidang bisnis menjadi begitu mudah membedakan antara usaha dan hasil dibanding kaum pergerakan yang lebih kompleks memperhitungkan usaha, nilai, uang, tenaga yang dikeluarkan untuk suatu hasil perubahan tertentu. Setidaknya merupakan pemikiran, saatnya mengoreksi diri apakah pelaku kegiatan di berbagai bidang sudah melakukan yang terbaik di bidangnya dengan cara-cara yang tepat dan manjur bin sakti.

Di era moderen ini, kesaktian sendiri ternyata dapat didefinisikan dan dimaknakan dalam banyak arti, terutama dalam kaitannya dengan kesuksesan. Sekedar contoh di awal tulisan ini pun boleh dikata sebagai cara sakti untuk sukses. Jaman dulu pun, para pendekar sakti mempunyai dan atau memperoleh kesaktiannya melalui cara berliku dan maha sulit. Persis yang dilakukan usahawan dengan berbagai variasi kesulitan.

Tentu Anda setuju. Maka, ayo terus maju! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 146, September 2006 - LABIRIN KEBIJAKSANAAN

Kepercayaan diri bangsa ini sungguhlah, ternyata, lemah. Begitu melimpah ruah kekayaan alam yang dimiliki, tidak juga membuat yakin diri bahwa sesungguhnya segala kebutuhan hidup berbangsa dan bernegara dapat dicukupi dengan mengelola dan memanfaatkan semua anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa pada bumi tanah air yang kaya.


Modal plasma nutfah hewan asli di tanah air Indonesia sungguhlah masuk jajaran terbanyak di dunia. Namun manusia-manusianya kedodoran mansyukuri dan menjaga serta memanfaatkan. Ketika di dunia internasional terjadi pertarungan harga diri dalam wujud imperialisme baru di bidang ekonomi, bangsa ini secara tidak sadar sudah menggadaikan berbagai anugerah itu dengan tidak mengindahkan kepemilikannya. Hak kekayaan alam dan intelektual diabaikan, dibiarkannya bangsa maju mencuri berbagai hak paten yang sebetulnya milik asli Indonesia. Berbagai plasma nutfah asli Indonesia sudah dipatenkan negara lain. Pengembangan satwa asli Indonesia (contoh Jalak Bali di Jepang) sudah jauh melebihi pengembangannya di habitat aslinya sendiri.


Siapakah yang terlibat untuk semua ‘kemiringan’ itu? Sangat mirip perlakuannya dengan di bidang peternakan. Sejak era orde pembangunan tak terhitung lagi biaya dikucurkan untuk pembangunan peternakan. Proyek demi proyek dibangun untuk mempertahankan ternak Indonesia bahkan dengan balai-balai inseminasi buatan, balai embrio ternak, balai-balai pengembangan peternakan. Acara demi acara diselenggarakan untuk mendukung proyek-proyek itu. Tak terhitung lagi seminar, pelatihan, kunjungan ke dalam dan luar negeri, pembentukan lembaga-lembaga pendukung, pengalokasian dana-dana untuk menyediakan ternak yang dikembangkan, dan lain sebagainya. Dan lain sebagainya.


Harapannya sungguhlah bisa diterima, negeri ini serba berkecukupan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani, dengan tersedianya ternak penghasil daging, susu dan telur yang cukup. Suatu saat dibanggakanlah keberhasilan temporer. Namun apa yang terjadi sesungguhnya setelah sekian lama waktu bergulir hingga kabar terakhir? Sungguh mengenaskan. Birokrat peternakan mengaku masih saja kekurangan ternak Indonesia, dianggap tidak dapat mencukupi kebutuhan daging dan hasil-hasil produksi peternakan.


Wajar bila kita bertanya kemana semua dana yang makan pajak rakyat dalam anggaran pendapatan belanja negara? Pemerintah pun masih tak bergeming berpendapat tidak ada jalan lain untuk mencukupi kebutuhan protein hewani ini dari negeri asing.


Kran impor yang terjaga begitu ketat untuk tetap menjaga bebasnya negeri ini dari penyakit ternak menular mulai sedikit demi sedikit digoyang. Resiko penyakit menular dari negara asal ternak itu, resiko berbagai pembebasan impor dari zona-zona bebas yang diperdebatkan, seolah bukan lagi momok hanya untuk memenuhi anggapan kebutuhan produk asal ternak yang konon tidak bisa dipenuhi di dalam negeri.


Untuk membebaskan diri pada penghakiman terhadap pemerintah, kita bertanya ketidakberhasilan program pencukupan ternak selama puluhan tahun pembangunan ini, apakah semata-mata kesalahan pemerintah? Sorotan terhadap kinerja dan ketekunan, kedisiplinan peternak dilakukan. Sorotan terhadap komitmen dan dedikasi para ilmuwan untuk meneliti dan menyuarakan kebenaran pemikiran yang berpihak pada keunggulan dalam negeri dipertanyakan. Kesetiaan para pemikir untuk mempertahankan kekuatan dan kepercayaan diri pada kekayaan alam yang tidak terlalu moderat terhadap hasrat ekonomi segelintir golongan dipertanyakan. Keteguhan para pelaku ekonomi untuk tidak mengumbar hasrat penguasaan ekonomi sendiri dipertanyakan.


Betul kita telah terjerumus dalam era global di mana gurita penguasaan yang kuat terhadap yang lemah begitu kuat. Betul kita sudah terikat oleh berbagai konvensi, traktat, pakta, kesepakatan ekonomi dengan negara-negara internasional. Sungguh kita telah begitu menghamba pada keinginan ekonomi yang seolah-olah sudah menjadi kebutuhan. Sungguh kita sudah masuk labirin kebijaksanaan. Antara yang praktis dan yang hakiki sungguh kita perlu memperpendek jarak yang memisahkan keduanya. Dengan rendah hati, majalah ini hadir untuk setidaknya kita bersama-sama membangun jembatan kebijaksanaan ini. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 147, Oktober 2006 - SELAMAT! AGAR KITA BAIK-BAIK SAJA

Pengharapan terhadap perbaikan masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat dalam pemenuhan kebutuhan produk asal ternak selalu ada, meski berbagai kendala membelit laksana gurita yang bilamana satu kaki gurita dilepas, kaki yang lain akan membelit.

Sikap yang sempurna untuk segala kebaikan dalam mengambil dan menjalankan kebijaksanaan diminta oleh alam kepada seluruh keluarga besar masyarakat Indonesia dan masyarakat peternakan dan kesehatan hewan untuk diwujudkan dalam konsep strategi serta aplikasi praktisnya.

Pemimpin pemerintahan yang mengurusi sektor peternakan dan kesehatan hewan, mau tak mau harus berperan sebagai kepala rumah tangga, suami dan ayah yang baik dalam bekerjasama dengan semua unsur masyarakat peternakan dan kesehatan hewan.

Sikap bijaksana ini mutlak dimiliki seiring dengan hak-hak dan kewenangan serta ‘berkat-berkat’ yang ternyata dengan mudah dilihat dalam kehidupan pembesar pemerintahan dengan berbagai kekayaan pribadi yang jauh kontras dibanding saat sebelum menjadi pejabat.

Lebih dari berkat ‘sampingan’ itu, yang luhur adalah bagaimana berbagai upaya dan usaha untuk perbaikan perikehidupan masyarakat dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan tidak terhambat. Laksana doa-doa untuk perbaikan taraf hidup dan perekonomian, jangan sampai terhalang oleh perbuatan melenceng dan tidak bijak dari para pemimpin dalam mengambil keputusan dan mengimplementasikannya pada seluruh lapisan bawahan dan seluruh rekanan kerja pendukung.

Dibutuhkan kebenaran, keadilan, kepatutan dan kebijaksanaan setiap pengambilan kebijakan penggede itu, yang hanya bisa didapatkan dengan keheningan dan pimpinan Tuhan Yang Maha Bijaksana. Para pemimpin mesti menaklukkan kepentingan pribadi. Tanpa semua itu setiap jalan yang ditempuh untuk meningkatkan perikehidupan dunia peternakan dan kesehatan hewan kita akan selalu berputar-putar dan berkutat pada lorong-lorong labirin yang tak jelas jalan keluarnya.

Jalan keluar adalah lolosnya seluruh elemen masyarakat peternakan dan kesehatan hewan mengatasi semua permasalahan tanpa tendensi untuk membela satu golongan yang menguntungkan pribadi, tapi membela seluruh keluarga besar masyarakat peternakan dan kesehatan hewan dengan menempatkan permasalahan secara obyektif untuk kepentingan nasional yang terbangun positif dan berkelanjutan, bukan pembangunan kepentingan jangka pendek semata.

Semua tindakan mesti dilandasi dengan niat luhur tersebut. Tanpa nilai luhur, semua perbuatan dibumbui pernyataan resmi pemerintah dan slogan-slogan penyadaran masyarakat untuk mendukung dan ‘mendoktrin’ masyarakat tak akan ada gunanya. Malah bisa seperti gong yang nyaring bunyinya, tapi tanpa isi dan esensi.

Pernyataan pemerintah juga para pengambil dan pelaku kebijakan di bidang masing-masing hanya bisa sejalan dengan kebijakan yang baik bilamana terjadi hubungan, komunikasi dan silaturahmi antar segenap elemen itu. Bagaimana semua memikirkan dan melakukan hal yang baik-baik dalam tujuan besar menjadi keluarga besar masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, tanpa ada dominasi pihak tertentu, di mana ada suatu dominasi menjadi sinyal ada suatu hal yang dipertanyakan.

Sekarang adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk menjadi orang yang tepat dalam berpikir dan bertindak. Dengan memperhatikan kepentingan orang lain, sekaligus memelihara pertumbuhan internal dalam kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang justru merupakan esensi dalam kehidupan apapun termasuk bidang perekonomian, di mana perekonomian yang melepaskan diri dari nilai-nilai sosial akan menjerumuskan kita dalam masalah ketidakadilan seperti yang dialami bangsa Indonesia dalam krisis yang belum lagi usai.

Bila nilai-nilai esensi itu melekat dalam diri seluruh unsur dari pemimpin pembangunan sebagai kepala rumah tangga hingga unsur di pelosok pedesaan, hal itu akan menjadi suatu tabiat dan karakter seluruh bangsa yang kuat sebagai perwujudan pembangunan karakter bangsa yang bermartabat dan berbudaya yang diperjuangkan sejak kemerdekaan setelah melalui masa-masa panjang penjajahan.

Bila kita buat suatu garis lurus untuk mewujudkan cita agar kita baik-baik saja itu, setelah punya keyakinan yang melekat untuk semua hal yang baik, kita pun menambahkan dengan kebajikan. Kebajikan kita tambah dengan pengetahuan. Pengetahuan kita tambahkan dengan pengharapan. Pengharapan kita tambah dengan pengendalian diri. Pengendalian diri kita tambah dengan ketekunan. Ketekunan kita tambah dengan kesalehan. Kesalehan kita tambahkan dengan kasih, kepada kalangan terdekat yang sama-sama menggeluti dan menikmati rejeki di bidang peternakan dan kesehatan hewan, lalu kepada seluruh masyarakat bangsa dan negara Indonesia, dan, seluruh umat!

Garis lurus itu tentu tepat dengan suasana saat ini: Selamat Lebaran bagi yang merayakan!! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 148, November 2006 - PENENTU PERADABAN BISNIS

SEMUA organisasi membutuhkan pengelolaan organisasi yang benar, baik itu organisasi profesional maupun vokasional. Tak peduli itu Lembaga Bisnis atau LSM, Profit Oriented atau Non Profit, yang paling dipentingkan di sini adalah spirit lembaga yang benar. Kalau spiritnya profit, jadilah profit yang beradab, bukan biadab.

Demikian juga kalau non profit, jadilah non profit yang beradab, bukan non profit kurang adab. Sekaligus perenungan terhadap kondisi dunia dan Indonesia secara keseluruhan. Mengapa lingkungan kita rusak begitu hebat padahal selama puluhan tahun kita menerapkan Ekonomi Pancasila yang dikeramatkan dan dijunjung setinggi langit kesaktian, humanisme, dan keberadabannya? Malahan kita kalah sama negara-negara barat, yang secara terang-terangan mengklaim sebagai negara kapitalis murni?

Jawabnya, ternyata dengan ekonomi Pancasila bangsa Indonesia dalam prakteknya justru menjadi KAPITALIS PRIMITIF. Kapitalisme biadab, yang semua nilai-nilai luhur hanya lewat sebatas slogan-slogan normatif yang kosong melompong bak tong kosong berbunyi berglontang. Prakteknya terlalu berat untuk menyangga predikat bangsa luhur, akibatnya terjadi hukum rimba, yang berkuasa membiadabi yang diperintah.

Jangan-jangan, hal ini juga terjadi pada sektor peternakan dan kesehatan hewan yang jadi bidang kerja kita. Kata Government yang semantiknya dari Governness, INANG PENGASUH sudah dikebiri menjadi kata PEMERINTAH yang mengekspoitasi yang diperintah. Manivestasinya merasuk dalam segala sendi kehidupan, rakyat yang seharusnya dilayani (diasuh) justru menjadi diperintah, dikuasai, dikangkangi, dijahati, yang dengan sendirinya berakibat pada lingkungan yang ikut diperkosa keberadaannya.

Boleh dipertimbangkan (benar atau tidak tergantung kacamata sudut pandang tertentu) pada negara-negara maju, sekalipun mereka kapitalis tetap dalam frame Kapitalis Beradab, yang lebih mengedepankan nilai-nilai etika, kemanusiaan, persamaan hak, demokrasi dan hak azasi.

Karena memposisikan rakyat sebagai yang dilayani, dan pemerintah adalah pelayan, maka
suara rakyat adalah SUARA TUHAN, SUARA TUAN. Apapun yang menjadi kebutuhan rakyat, permintaan rakyat, government harus mengakomodir. Efeknya cukup positif bagi lingkungan, karena lingkungan yang baik muncul dari suara-suara rakyat terhadap kebutuhan lingkungan nyaman dan itu didengarkan.

Dalam konsep yang demikian, tidak salah kita tetap berorientasi pada Bisnis, tapi tetaplah Bisnis yang beradab, sekali lagi bukan Biadab. Artinya di mana pun kita berada, sekalipun orientasi utamanya pada bisnis, asal dipagari dengan etika, norma, humanisme, dan susila yang baik, itu tetap PUTIH. Itu lebih baik daripada lembaga yang mengaku sebagi penyelamat lingkungan tapi ternyata cuma berbisnis tak kentara. Juga dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan.

Pertanyaan ini harus terus-menerus didengungkan dalam mata batin kita: apakah kita merasa cukup melakukan terbaik bagi Tuhan kita, Alam kita, Lingkungan kita, dan Sesama kita dalam posisi kita di dunia bisnis, atau dunia yang bukan bisnis? Di manakah kita merasa dapat memberikan yang terbaik untuk pilihan dalam hidup?

Semua ada konsekuensinya. Kalau memilih bisnis, tentu semakin banyak keuangan bisa dipenuhi untuk bisa melakukan banyak hal minimal lewat orang lain. Sang bisnisman cukup menyalurkan perhatiannya. Konsekuensinya, rasa untuk langsung mengabdi pada IDEALISME, berbuat baik kepada sesama dan lingkungan menjadi berkurang. Karena memang tidak tergarap langsung. Walau tentu kebenaran hal ini bisa diperdebatkan. Di sini Kita bisa merasa nyaman jika dalam mencari duit dalam bisnis Kita pun berkata, “Mencari duit itu Ibadah, saya cukup puas bila dapat menyalurkan hasil kerja keras ini pada teman-teman dan sesama yang membutuhkan.”

Maka Kita akan menggenjot diri dan waktukita untuk mencari Al Rupiah atau El Dollar. Sementara untuk mengisi kekosongan jiwa dalam berkemanusiaan, kita akan menyisihkan sebagian waktu kita dalam kegiatan-kegiatan berorganisasi dan berkemanusiaan, termasuk peduli lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Contohnya, seperti yang dilakukan banyak perusahaan obat hewan dan peternakan yang ikut memperhatikan dan membantu korban bencana alam Tsunami di Aceh, Gempa Bumi di Yogyakarta dan Tsunami di Pangandaran.

Sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) alias tanggungjawab Sosial Perusahaan, pihak perusahaan tentu sadar sesadar-sadarnya wujud dari kepedulian perusahaan itu tak cukup cuma saat ada bencana semata. Namun dalam keseharian bisnis mesti ada alokasi dana dan program penyeimbang eksplorasi dan pemeliharaan lingkungan dan kepedulian sosial!

Dengan ketrampilan dalam Memanaje, Mengelola, Memanfaatkan sekitar sumber daya yang ada, bentuk bisnis maupun tanggungjawab sosial itu dapat dijalankan secara lateral dan terintegral. Tinggal mengatur komponen-komponen yang diperlukan! Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Pendukung! Dengan memegang dan menjalankan kata-kata kunci: TERPANGGIL, MAU, BATIN NYAMAN, DAN MAMPU, niscaya antara bisnis dan tanggungjawab sosial dan berlingkungan dapat berjalan secara harmonis dan beradab.ž (Yonathan Rahardjo)

Infovet 149, Desember 2006 - PINTU DUA MASA

Tiba-tiba pintu yang menjadi pemisah sekaligus penghubung antara dua tahun yang berbeda: terbuka. Bukan suatu kebetulan, namun mesti dan pasti terjadi. Sedangkan waktu telah bergulir, yang menjadikannya terasa tiba-tiba adalah kekurangsadaran bahwa masa itu akan datang. Apakah terlalu asyik bekerja, ataukah asyik menikmati hidup dan membiarkannya mengalir begitu saja.

Asyikkah kita mengejar terbang dan melayang membumbung tingginya harga jagung jauh meninggalkan ternak-ternak yang tetap tenang tinggal di kandang? Asyikkah kita mengejar meliuk-liuk naik turunnya harga-harga semua barang dagangan termasuk sarana produksi peternakan dan kebutuhan hidup yang membuat otak mesti diperas berpikir untuk menentukan prioritas utama yang mesti dibeli dan dimiliki?

Asyikkah kita terus berkutat pada perilaku teknis yang mesti terus diasah agar tak ketinggalan perpacuan bisnis, perpacuan ilmu dan teknologi bahkan parpacuan nyawa ternak sekaligus kita sebagai manusia pemelihara yang telah diberi kuasa untuk menguasai, menjaga dan mengawasi tumbuhkembangnya segala yang bernafas di bumi baik tumbuhan, maupun hewan yang telah menjadi sahabat sekaligus pemasok pangan untuk hidup?

Asyik yang mana pula? Asyik mengejar puncak-puncak peradaban, membangun, dan menata setiap batu di atas pondasi yang telah digelar dan menancap kuat pada bumi yang diciptakan Ilahi? Ataukah asyik menggali lobang demi lobang dalam segala bentuknya yang memperosokkan kita pada lembah dan jurang kebodohan yang tak terperi?

Ataukah kita merasa telah membangun peradaban namun pada kenyataannya justru menggali kubur untuk kematian diri sendiri? Seperti yang sudah nyata di mata: kekayaan minyak kita, dengan bangga dan pongah (sekaligus bodoh) kita percayakan pada investor asing dengan penguasaan mayoritas bahkan ada yang sampai 100 persen. Pun, sudahkah kita juga menyadari, aset bangsa dan negara Indonesia Raya (yang didirikan dengan tumpahan darah para syuhada yang orang tua kita sendiri) di bidang peternakan ini, siapa yang punya?

Berapa besar kontribusi penguasaan aset itu yang diberikan untuk negara dan kesejahteraan dan hajat hidup manusia-manusia keturunan para pejuang dan siapapun yang telah berdarah-darah mempertahankan setiap jengkal tanah yang menghidupi dengan air minum dan pakan yang tumbuh di atasnya?

Pun, berapa besar penguasaan negara (yang sekian persen dari yang dikuasai negara asing) yang benar-benar jatuh sampai ke tangan peternak, orang kecil, masyarakat banyak, sebagai pemilik sah negeri zamrut khatulistiwa ini? Bukan yang masuk pada penguasaan para pemilik kantong besar yang menduduki kantung-kantung strategis yang mengendalikan setiap pengambilan kebijakan dan pendistribusian aplikasinya?

Agaknya, dalam hal ini kita mesti terus diingatkan supaya tidak silau pada gemerlap-gemerlap kesuksesan materi dari bisnis-bisnis semata. Meski itu sah dan wajib hukumnya pada suatu perpacuan bisnis dan pembangunan. Kita yakin itu memang tugas untuk mengeksplorasi dan mensejahterakan hidup, namun setiap keyakinan kita mesti selalu dilandasi oleh kebijaksanaan dan hikmat menilai dan menimbang semua hal yang terjadi, telah terjadi, sedang terjadi dan bakal terjadi.

Sudahkan kita meletakkan dasar dari bisnis kita itu pada suatu karang yang kokoh yang tak bakal tersapukan oleh banjir yang bakal melanda? Banjir itu bisa berupa apa saja. Banjir bandang pertarungan bisnis, menggempur dan sanggup merobohkan pilar-pilar usaha. Banjir kritik dari dalam dan luar, akan selalu mempertanyakan posisi bisnis kita dari segi hukum, etika dan moralitas. Banjir hati nurani tak bosan-bosan berteriak atau berbisik mengingatkan apa tujuan hidup.

Mempersiapkan semua pada posisi aman, itu untuk keamanan. Menempatkan semua faktor pada ruangnya, itu suatu kebijakan. Namun kita tahu, setiap ruang dari setiap faktor, bukanlah ruang tak berpintu penghubung. Meski pintu-pintu itu kadang tertutup karena kita yang menutup dan tak mau membuka, suatu saat pintu itu pasti akan terbuka, secara alami ataupun paksa dengan berbagai cara. Sehingga, menghubungkan elemen-elemen dan faktor-faktor hidup kita.

Karena pada dasarnya semua problem, semua faktor, semua kebijakan, semua elemen dalam bisnis dan hidup, semua saling terhubung satu sama lain. Seperti juga ruang dan waktu antara tahun 2006 dan 2007, kini masuk pada pintu penghubungnya. Sehingga kita sanggup berkata: Selamat Tinggal Tahun 2006, Selamat Datang Tahun Baru 2007! Mari kita bulatkan tekad untuk membentuk, memperbaiki, memperbaharui semua elemen hidup dan bisnis kita secara lebih bertanggungjawab dan tetap sukses! Dan selalu sukses dalam setiap dan semua yang baik dan benar. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 150, Januari 2007 - KERJA KERAS. DOA KERAS

Terpilihnya calon independen sebagai Gubernur Nangroe Aceh Darusallam Drh Irwandi Yusuf MSc, bagi kalangan kesehatan hewan dan peternakan adalah suatu sinar terang yang berbeda dengan dunia politik. Karena, yang bersangkutan adalah dokter hewan alumnus FKH Universitas Negeri Syah Kuala. Bahkan MSc nya pun di bidang penyakit dalam hewan besar, klinik dan bedah.

Sebelumnya di Propinsi Papua, Drh Konstan Karma Alumnus FKH UGM, sudah menjadi Wakil Gubernur. Menambah deret nama-nama dokter hewan yang bercokol di pemerintahan (baca: politik, kekuasaan) dengan seribu malam harapan agar yang bersangkutan turut memperjuangkan kepentingan kedokteran hewan (dan peternakan).

Maklum, kalangan kedokteran hewan merasa tersisihkan kiprahnya spanjang 32 tahun pemerintahan orde baru dengan dibonsainya dunia kehewanan menjadi bagian kecil dari dunia peternakan.

Lebih-lebih pada masa otonomi daerah yang memberi kebebasan tiap propinsi dan kabupaten/kota untuk memodeli kepengurusan bidang kehewanan dan peternakan dalam bentuk apapun. Bahkan, afiliasi dengan bidang lain, dengan penempatan kepala bidang ini bahkan oleh orang yang tak punya ‘bau’ pendidikan kesehatan hewan sama sekali!

Semangat berlomba agaknya dihembuskan dengan terpilihnya Irwandi yang tidak mewakili partai politik apapun yang diharap juga lebih perhatian pada bidang kesehatan hewan di Serambi Mekah ini. Semoga daerah lain juga akan menyusul, begitu kata dokter hewan dari berbagai tempat.

Hembusan segar pun ditemui di pusat pemerintahan Departemen Pertanian di mana Menteri Ir Anton Apriyantono MS memberi lampu hijau untuk munculnya Direktorat Jenderal Kesehatan hewan (atau Veteriner) sejajar dengan Direktorat Jenderal Peternakan, meski hari cerah bagi insan veteriner hal ini belum pasti tanggalnya, namun konon di tahun ini, 2007, juga.

Sebagian insan veteriner, mulai merasakan hasil dari jerih lelah memperjuangkan otoritas veteriner yang mulai bangkit menyusul bertubi-tubinya kasus demi kasus penyakit zoonosis Flu Burung dan lain-lain mendera dan menampar harkat profesi veteriner.

Pada dasarnya, segala sesuatu pastilah ada pemegang otoritasnya. Bahkan bumi dan langit seisinya ini hanya punya satu pemegang otoritas: Penciptanya. Dan, kita umatNya sungguh beruntung diberi kepercayaan untuk mengelola planet yang konon terindah di jagad raya.

Belajar dari kesalahan nenek moyang kita yang membuat planet ini menjadi compang-camping, kita pun punya harapan kuat pada semua orang yang punya otoritas di bidangnya untuk mengemban amanat dalam mengendalikan bidang garap untuk kemahslatan umat.

Kebanggaan terhadap kesuksesan dokter hewan menjadi pemimpin pemerintahan, kebanggaan terhadap kesuksesan para eksekutif memimpin perusahaan, kebanggaan para aktivis memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, kebanggaan keberhasilan para pemimpin spiritual mendampingi dan memimpin umat: semua adalah satu berkat yang tak akan pernah berhenti di satu titik puncak.

Berkat-berkat itu akan selalu bergulir sebagaimana bola salju yang akan menggelinding. Puncaknya kadang di bawah, kadang di atas. Dan sayangnya gaya tarik bumi membuat bola selalu menggelinding ke bawah, bahkan mencari tempat yang paling rendah, lalu berhenti bahkan pecah dan mencair.

Namun kita tak ingin perputaran kehidupan kita laksana bola salju. Kita lebih suka punya sayap yang akan terbang naik-naik-naik-dan naik, semakin tinggi dan lebih tinggi, tak pernah turun, selalu menjadi kepala, selalu berhasil dan tidak pernah menjadi ekor.

Hanya orang yang punya iman demikian yang akan membawa masyarakat, bangsa dan umat menuju mentari cerah, sorga di bumi seperti di sorga sesungguhnya. Membawa kita ke kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kita butuh pemimpin yang mampu membawa kita lebih sempurna, seperti fitrah manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dan sesungguhnya di depan kesempurnaan itu ada suatu tabir yang mesti kita buka dengan: kerja keras.

Oleh karena itu, mari kita bekerja keras. Juga: berdoa dengan keras. Agar sukses dan bahagia tak berhenti sebagai sekedar harapan. Meski, pengharapan itu juga senjata utama walau bukan yang terutama. Karena yang terutama adalah: Kasih. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 151, Februari 2007 - UNTUK PARA PEMENANG

Adam Air (sampai tulisan ini dibuat) black box-nya masih terus dicari. Juga sampai tulisan ini dibuat, Senopati separuh penumpangnya masih belum ditemui. Kereta Api Bengawan bangkainya masih berserak di jurang makan hati. Pada kerusuhan Poso, penerjunan tentara dan polisi masih diharap membuat kasus teratasi. Pada kerusuhan Banyuwangi, bupati dan kyai masih dicoba dimoderasi.

Langsung atau tidak hal itu berpengaruh pada kerja kaum peternakan dan kesehatan hewan. Dalam kerja. Dalam karya. Mungkin di antara korban raibnya Adam Air adalah keluarga kaum ini. Mungkin di antara korban Senopati adalah sanak kaum ini. Mungkin di antara korban Bengawan adalah famili kaum ini. Mungkin di antara semua musibah, kaum peternakan dan kesehatan hewan punya derita langsung tubuh, jiwa dan hati.

Kita pun berduka. Kita pun tunduk kepala. Kita pun bela sungkawa. Dan Kita pun makin berduka. Kala Flu Burung yang (sampai tulisan ini dibuat) karena dianggap mematikan orang penumpasan unggas masih terus mendera. Mengikuti kasus demi kasus yang telah membuat luka nganga.

Semua telah terjadi. Semua telah makan hati. Semua telah membuat luka makin nganga. Apa boleh buat. Semua telah terjadi. Dan dalam hidup kita mesti bangkit.Dan selalu bangkit lagi. Bukankah masih ada harap dalam pekat. Bukankah masih ada asa dalam derita. Bukankah masih ada iman dalam ketakutan.

Bukan saatnya saling salahkan. Bukan saatnya saling banggakan. Ini adalah saatnya saling bergandeng tangan. Ayo kita tegakkan kepala. Ayo kita bangkitkan jiwa. Segala penyakit pasti ada obatnya. Segala derita pasti ada maknanya. Segala lara pasti ada pelipurnya.

Bukankah pengalaman serupa pada masa silam kita sudah punya. Bukankah penyakit-penyakit yang dulu tak dikenal, kini kita telah punya penangkalnya. Bukankah suka duka masa lampau kita telah atasi bersama.

Pasti sekarang juga, kita tak akan terus kecewa. Pandang ke depan. Maju dengan gagah. Gunakan segenap perlengkapan senjata. Yakin dan Imani. Kitalah pemenang masalah ini.

(Yonathan Rahardjo)

Infovet 152, Maret 2007 - JALAN TERANG YANG KITA PILIH

Adam Air (sampai tulisan ini dibuat) black box-nya masih terus dicari. Juga sampai tulisan ini dibuat, Senopati separuh penumpangnya masih belum ditemui. Kereta Api Bengawan bangkainya masih berserak di jurang makan hati. Pada kerusuhan Poso, penerjunan tentara dan polisi masih diharap membuat kasus teratasi. Pada kerusuhan Banyuwangi, bupati dan kyai masih dicoba dimoderasi.

Langsung atau tidak hal itu berpengaruh pada kerja kaum peternakan dan kesehatan hewan. Dalam kerja. Dalam karya. Mungkin di antara korban raibnya Adam Air adalah keluarga kaum ini. Mungkin di antara korban Senopati adalah sanak kaum ini. Mungkin di antara korban Bengawan adalah famili kaum ini. Mungkin di antara semua musibah, kaum peternakan dan kesehatan hewan punya derita langsung tubuh, jiwa dan hati.

Kita pun berduka. Kita pun tunduk kepala. Kita pun bela sungkawa. Dan Kita pun makin berduka. Kala Flu Burung yang (sampai tulisan ini dibuat) karena dianggap mematikan orang penumpasan unggas masih terus mendera. Mengikuti kasus demi kasus yang telah membuat luka nganga.

Semua telah terjadi. Semua telah makan hati. Semua telah membuat luka makin nganga. Apa boleh buat. Semua telah terjadi. Dan dalam hidup kita mesti bangkit.Dan selalu bangkit lagi. Bukankah masih ada harap dalam pekat. Bukankah masih ada asa dalam derita. Bukankah masih ada iman dalam ketakutan.

Bukan saatnya saling salahkan. Bukan saatnya saling banggakan. Ini adalah saatnya saling bergandeng tangan. Ayo kita tegakkan kepala. Ayo kita bangkitkan jiwa. Segala penyakit pasti ada obatnya. Segala derita pasti ada maknanya. Segala lara pasti ada pelipurnya.

Bukankah pengalaman serupa pada masa silam kita sudah punya. Bukankah penyakit-penyakit yang dulu tak dikenal, kini kita telah punya penangkalnya. Bukankah suka duka masa lampau kita telah atasi bersama.

Pasti sekarang juga, kita tak akan terus kecewa. Pandang ke depan. Maju dengan gagah. Gunakan segenap perlengkapan senjata. Yakin dan Imani. Kitalah pemenang masalah ini.

(Yonathan Rahardjo)

Infovet 153, April 2007 - INDAH PENUH BUNGA WARNA-WARNI

Presiden SBY mengajak bangsa Indonesia bermimpi yang halal, bahwa tahun 2030 Indonesia menjadi negara terbesar di dunia di bidang ekonomi setelah Cina, India, Amerika dan Uni Eropa. Pendapatan per kepala Rp 164 juta per tahun. Lalu sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk 500 perusahaan dunia. Dan, pengelolaan kekayaan berkelanjutan serta kualitas hidup masyarakat moderen yang merata.

Mimpi adalah bunga tidur, maka kalau ingin bermimpi demikian, lebih baik tidur saja? Tanpa bekerja keras? Tanpa dipenuhi kebutuhan pangan untuk meningkatkan pertumbuhan sel-sel otak yang baik untuk produksi mimpi yang berkualitas? Dan membiarkan korupsi merajalela? Bahkan diberi contoh oleh pimpinan negara yang memberi sinyal adanya kemudahan-kemudahan pejabat menjalankan bisnis meski harus melangkahi peraturan yang berlaku?

Ya, saat tulisan ini dibuat, Wakil Presiden RI sedang ketahuan boroknya mendapat kemudahan untuk perusahaan Bukaka-nya dalam memasukkan helikopter bekas dari Jerman untuk proyek mengatasi bencana alam tanpa membayar bea cukai dengan mendapat memorandum dari Presiden RI. Suatu sinyal kebodohan dalam memberantas Korupsi.

Saat kita diajak bermimpi, bahkan pemenuhan kebutuhan gizi protein hewani kita masih terseok-seok bahkan lebih rendah dari negara Vietnam di Asia Tenggara dengan konsumsi daging dan telur kita yang belum beranjak naik dari 4,03 kg per kapita pertahun, dengan urutan 117 dari dari 118 negara di dunia.

Memang dunia mimpi bukanlah dunia nyata, bahkan orang paling melarat pun dapat bermimpi untuk menghuni istana kaya raya dan menjadi raja penguasa dunia. Bahkan orang paling berdosa pun bisa bermimpi untuk menjadi orang paling suci.

Semua membuat kita menyadari mimpi adalah sebuah pelarian yang paling mujarab menjadi obat bagi kita untuk membebaskan diri dari penderitaan, sehingga orang suka untuk tidur agar dapat didatangi mimpi seribu malam!

Namun ternyata sering kita jumpai pula mimpi ternyata sangat terkait dengan dunia nyata, bahkan merefleksikan apa yang sesungguhnya terjadi pada kehidupan kita. Bahkan mimpi-mimpi pun ditengarai sebagai isyarat dari alam supranatural tentang apa yang mesti kita kerjakan dan apa yang akan terjadi pada nasib hidup kita. Itu mimpi yang paling tinggi derajatnya, bukan mimpi-mimpi sekedar mimpi pada jam-jam yang tidak tepat dan datang sewaktu-waktu asal kita tidur tanpa suatu doa dan pujian serta pengharapan buat Sang Maha Suci.

Sekarang kita mau pilih mana, mimpi suci atau mimpi buruk, mimpi ngawur atau mimpi dengan penuh perhitungan. Kalau kita mampu mimpi-mimpi kita berhasil, tidak berhenti hanya sekedar mimpi waktu tidur, tapi lebih berupa suatu harapan dan visi yang jelas terhadap masa depan kita yang lebih baik: tentu kita punya langkah dan strategi jitu untuk mewujudkan mimpi itu.

Dari segi sumber pangan kita, kita tak akan lagi menelantarkan kebutuhan pangan untuk sel-sel otak, sel-sel organ, sel-sel jaringan, sel-sel sistem organ, sel-sel tubuh kita untuk menjadi menderita, digerogoti penyakit, memunculkan berbagai penderitaan, kemiskinan, kemelaratan bahkan kematian.

Dari sumber energi yang diolah, kita tak lagi membiarkan tubuh dengan segala perlengkapannya tidak pernah berolah raga, berlatih, terus menerus meningkatkan ketrampilan, keahlian bahkan tingkah laku, yang merupakan perwujudan kesatuan tubuh, jiwa dan roh yang notabene adalah energi-energi dahsyat yang selalu bersinergi dalam mewujudkan hal-hal positif yang kita miliki.

Kesadaran bahwa mimpi tak lepas dari apa yang kita miliki saat ini dan kita lakukan sehari-hari adalah suatu kebutuhan mutlak. Ada yang bilang lebih baik bermimpi meski tidak tercapai asal kita kerja keras untuk mewujudkan mimpi. Ada yang bilang lebih baik tidak bermimpi, yang penting kita kerja keras untuk kehidupan lebih baik. Ada yang bilang tak usah bermimpi namun kita jalani saja.

Silakan pilih, ya pasti kita harus bekerja keras untuk meningkatkan semua yang kita miliki, termasuk pemenuhan kebutuhan pangan termasuk dari protein hewani. Karena kita tahu, ternyata mimpi lebih tepat di pandang dari sisi kejiwaan, bahkan rohani, penyemangat hidup agar terasa indah penuh bunga warna-warni! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 154, Mei 2007 - KETIKA KITA MEMILIH

Ketika kita memilih bidang peternakan dan kesehatan hewan sebagai penopang utama hidup kita, sadar atau tidak kita mestinya sudah tahu konsekuensi-konsekuensinya. Dan, seiring berjalannya waktu, konsekuensi-konsekuensi itu pun kita jalani dengan penuh konsekuen dan konsisten.Yakinlah, hanya orang-orang yang punya sikap hidup begini yang akhirnya cukses dan mencapai puncak-puncak kerajaan peternakan dan kesehatan hewan.

Kerajaan? Ya, di tengah hiruk-pikuk berbagai bidang kehidupan dengan beragam profesi, pekerjaan dan kepentingan yang dengan mudah bersliwera setiap hari bahkan masuk dalam ruiang-ruang pribadi dalam jaman informasi tak kenal dinding pembatas ini, bidang peternakan dan kesehatan hewan jelas merupakan kerjaan, sistem sendiri!

Ketika Anda masuk ke gerai dan restoran makanan cepat saji yang menghidangkan ayam goreng hanya dengan nasi hangat dengan sistem dagang franchise dari luar negeri yang bahkan menghuasai restoran jenis ini, coba perhatikan: di manakah letak kekuasaan terhadap ayam-ayam yang paha, sayap dan dadanya digoreng itu?

Tepat, ada rantai yang membawa ayam itu terhidang di meja saji. Restoran membeli dari pedagang ayam, pedagang ayam mendapat ayam dari peternak. Jelas, konsumen yang melahap daging ayam itu tak tahu menahu soal betapa peliknya perdagangan ayam, peternakan ayam, permintaan dan penawaran, manajamen kesehatan hewan dan peternakan. Yang mereka tahu adalah ayam yang mereka santap lezat, gorengannya renyah, hangat, dagingnya empuk, nasinya pun empuk!

Namun jangan salah sikap. Meski mereka tidak tahu menahu soal produksi di peternakan dan rantai bisnisnya, justru merekalah penentu dari kembang kempisnya bisnis peternakan dan kesehatan hewan. Konsumen sangat rentan dengan berbagai isu. Flu Burung misalnya, sudah menjadi bukti.

Artinya, Anda dan kita yang bergelut di bidang peternakan dan kesehatan hewan memang raja, penguasa dan empunya otoritas bidang ini, namun otoritas Anda tak bakalan langgeng bilamana kepentingan masayarakat bidang lain dan secara umum masyarakat luas tidak diperhatikan.

Ingatlah bahwa dalam pembuatan peternakan pun kita butuh tukang, pedagang dan perusahaan kayu. Juga butuh tukang bangunan. Juga butuh tukang sapu, Juga butuh PLN yang memonopoli perlistrikan. Kaum peterbnakan dan kesehatan hewan juga butuh tenaga administrasi, praktisi dan ahli keuangan. Bahkan untuk hal yang sama sekali tidak pernah kita bicarakan, kaum peternakan dan kesehatan hewan butuh baju, kain, pedagang kain, pabrik kain, bahkan petani kapas bahan kain!

Anda, pelaku bisnis kesehatan hewan dan peternakan memang raja di wilayah ini. Anda sudah memilih bidang ini melalui berbagai cara. Entah Anda masuk kuliah fakultas peternakan atau kedokteran sebagai pilihan pertama dalam ujian masuk, atau pilihan kedua. Atau Anda menekuni bidang ini setelah lulus, sementara Anda berlatar belakang fakultas lain. Mungkin Anda anak peternak dan melanjutkan bisnis orang tua. Atau Anda justru konglomerat bidang yang tak ada hubungannya sama sekali dengan bidang peternakan dan kesehatan hewan, lalu Anda punya naluri bisnis kuat yang membawa Anda menanamkan modal di bisang ini dan Anda menjadi Raksasa bidang ini,dengan memperkerjakan sarjana dan ahli peternakan maupun ahli kesehatan hewan.

Jelas, Anda sudah memilih. Kita sudah memilih. Sadar sesadar-sadarnya bahwa bangsa ini masih membutuhkan protein hewani, dan selamanya masih butuh selama hidup. Masa angka konsumsinya cuma 4,03 kilogram per kapita per tahun. Perbanyaklah, bagikan berkat makananm enak ini bagi bangsamu yang lebih suka merokok daripada makan telur dan daging.Tentu Anda, kaum peternakan dan kesehatan hewan punya iman semacam ini.

Bahkan di bisnis obat hewan, punya keyakinan, pemenuhan obat hewan tak akan pernah turun, meski faktor lain di peternakan naik turun. Namun tetap juga bisnis obat hewan butuh bidang-bidang pakan ternak, dan lain-lainnya untuk terus maju dan berkembang.

Kepercayaan diri ini sangat sesuai realita, di mana ada suatu bidang kehidupan tumbuh, pastilah akan tumbuh bidang-bidang lainnya, di sekitarnya, saling membutuhkan, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bahkan tentang informasi terkait bidang kesehatan hewan dan peternakan pun kita tahu pasti, sangat penting kehadirannya.Maka untuk itulah Infovet hadir mengawal informasi bidang peternakan dan kesehatan hewan dan telah setia, konsisten dan konsekusen dengan panggilan dan profesinya selama 15 tahun. Berkat kita saling kerjasama dan membutuhkan dan berbagai peran, maka semua itu makin membuat kita sadar, bidang yang merupakan kerajaan kita ini adalah pilihan yang serius, dan kita akan terus setia untuk memajukannya.

Terimakasih atas kerjasama kita yang akan terus berkembang di masa selanjutnya! Sukses untuk kita semua! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 155, Juni 2007 - BERBAHAGIALAH KARENA TERNAK

Pergantian Menteri secara terbatas oleh Presiden RI tidak menyentuh Kementerian Pertanian, apakah itu pertanda kinerja departemen ini sudah seperti yang diharapkan? Di sini, kita tidak sedang membicarakan masalah politik. Namun kita membicarakan soal kinerja. Kita persempit ke bidang yang kita geluti: peternakan dan kesehatan hewan. Sudahkah kinerja kita optimal dan maksimal?

Kita pun tidak perlu menjawab ya atau tidak.Cukup untuk menjadi perenungan, dan ujungnya kita akan lakukan perubahan, pembaharuan dan perbaikan! Kita tahu, dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan, yang kita harapkan pun: peningkatan kesejahteraan lahir dan batin, sebuah nilai yang acap didengungkan dalam Pembangunan lima tahunan yang kini kita jarang dengar lagi gaungnya.

Melacak kesejahteraan lahir kalangan peternakan dan kesehatan hewan, dapat diindikasikan dengan perubahan-perubahan fisik, sarana dan prasarana,harta dan bena karyawan dan perusahaan (dalam bahasa lain: buruh dan pengusaha). Sedangkan melacak kesejahteraan batin dapat diindikasikan dengan sikap loyal, penuh dedikasi, nyaman bekerja di perusahaan,.dan berbagai sikap positif.

Sekarang marilah kita amati perubahan-perubahan fisik dari perusahaan kita masing-masing. Mulai dari berdirinya perusahaan, mungkin mulai dari ruang kecil di garasi, berkembang menjadi rumah, semakin luas, kontrak gedung, hingga akhirnya punya gedung sendiri,melebar ke berbagai kota sebagai cabang, dan masing-masing cabang juga mengalami perkembangan serupa.

Juga evaluasi perkembangan kendaraan, mungkin dari beberapa vespa dan speda motor untuk mengantarkan obat hewan dan sarana produksi peternakan lainnya, menjadi kendaraan roda empat bak terbuka, tiapTS dikasih pegangan mobil kotak,hingga sekarang kelas mobilnya naik tingkat dengan mobil bisnis yang ekslusif. Jumlahnya yang semakinbanyak, berderet-deret di halaman kantor gedung baru yang membanggakan.

Demikian juga hitung berapa karyawan yang terlibat di perusahaan Anda, mungkinmulai dari dua (2) orang karyawan saja, bertambah, dan bertambah, tidak hanya bagian teknis, tapi juga bertambah dengan tenaga administrasi, keuangan, kemanan, pesuruh/ anak kantor, kurir, penagih hutang, dan lain-lain.

Lalu perhatikan kenyamanan kerja para karyawan, eksekutif dan bahkan para pemimpin dan pemilik perusahaan. Mungkin Anda sudah ikut perusahaan sejak berdiri, atau bahkan Anda-lah pendiri perusahaan, lalu ada rekruitmen karyawan baru, karyawan ada setia bertahun-tahun meniti jenjang karir di perusahaan, dan ada pula karyawan yang pindah atau dibajak perusahaan lain, atau keluar secara terhormat dan mendapat atau mencipta penghidupan lebih baik di perusahaan lain baik sebagai karyawan atau mungkin mendirikan perusahaan baru.

Sepanjang evaluasi lahir dan batin itu, pernahkah terpikir bahwa sesungguhnya apakah yang menghidupi kita, sebagai insan peternakan dan kesehatan hewan, sehingga kita dari yang semula kos atau kontrak menjadi punya rumah atau bahkan gedung sendiri?

Apakah sesungguhnya membuat perusahaan Anda menjadi tumbuh, berkembang dan melebarkan sayap ke seantero penjuru tanah air bahkan manca negara?

Apakah yang sesungguhnya membuat kita dapat memakaipakaian bagus dan berdiri serta berjalan dengan penuh keyakinan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan orang sukses lainnya?

Apakah sesungguhnya yang membuat Anda yang dulunya bujang hingga kini punya putra, menyekolahkannya, bahkan sampai universitas, menjadi sarjana, bahkan menjadi orang sukses sesuai bidang masing-masing?

Kita tidak melebih-lebihkan satu hal yang membuat kita mengalami kesejahteraan lahir dan batin ini. Sebab semua bidang kehidupan, tidak hanya peternakan dan kesehatan hewan, juga akan memberi dan bahkan memberi lebih kesejahteraan kepada kita.

Namun, kita sungguh-sungguh menyadari, yang membuat kita sejahtera dan nyaman bagi kita di bidang yang kita pilih, adalah: ternak. Mungkin Anda peternak ayam pedaging, peternak ayam petelur, peternak sapi, peternak kambing, dan lain-lain.Mungkin Anda pengusaha obat hewan, pakan ternak, bibit, peralatan peternakan, dan lain-lain.

Mungkin Anda adalah karyawan biasa. Mungkin Anda pedagang telur, pedagang ayam, pengepul, pengecer, atau bahkan pemilik restoran ayam goreng. Mungkin Anda peneliti, birokrat, bahkan penulis masalah peternakan dan kesehatan hewan.

Satu kesadaran pasti, semua karena ternak: unggas maupun ruminansia. Baik secara langsung maupun tidak langsung, uang, harta, kekayaan, kedudukan, kesejahteraan dan semua yang membuat kita bersyukur karena anugerah Tuhan, adalah anugerahNya juga yang bernama: Ternak, hewan yang kita pelihara, perdagangkan, kita teliti, maupun kita konsumsi.

Karena itu: Berbahagialah karena ternak. Bahagia untuk Anda, kita semua. Berbahagialah! (Yonathan Rahardjo)

Infovet 157, Agustus 2007 - MERDEKA DENGAN KOMUNIKASI


Kisah-kisah ini adalah kisah nyata dialami pada dua perusahaan obat hewan. Kisah pertama seorang pemimpin perusahaan sanggup menurunkan diri, bergaul dengan para karyawannya.
Para karyawan pun mesti sanggup mengerti dan menyesuaikan diri. Jangan sampai bersikap “dikasih hati merogoh ampela”.
Bagaimana pun direktur utama perusahaan adalah direktur utama. Sedangkan sopir adalah sopir. Meski sang direktur utama mengajak semua karyawan termasuk si sopir makan bersama pada satu meja makan, hal itu tidak menurunkan derajat sang direktur utama sebagai direktur utama.
Jangan sampai si sopir lupa diri. Meski dengan alasan masih sibuk bekerja maka ia ikut bergabung dalam jamuan makan bersama semua karyawan lain bersama Sang Direktur Utama, dengan hanya menggunakan kaos singlet.
“Nah ini tidak benar, kalau makan bersama begini, kamu harus berpakaian sopan!!” hardik sang direktur utama. Si sopir terdiam. Tak dapat menelan makanan di mulutnya. Ia beringsut mundur dari jamuan makan dan tak pernah kembali bergabung dalam jamuan makan bersama para karyawan bersama Sang Direktur Utama.
Kisah kedua adalah perusahaan obat hewan yang memulai dengan melayani secara eceran (freelance) seraya menjadi koresponden (wartawan daerah) sebuah Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sebagai wartawan, ia menjalankan tugas peliputan dengan penuh dedikasi dan menjalin hubungan dan komunikasi sebaik-baiknya dengan para narasumber.
Pengenalan para narasumber terhadapnya menjadi begitu baik mengingat ia juga dokter hewan dan para narasumber itu adalah kalangan yang dekat dengan dunia kesehatan hewan. Bahkan banyak di antara mereka adalah para peternak dan dokter hewan yang membutuhkan obat hewan, dan secara tidak langsung atau langsung dilayani kebutuhannya, bilamana mereka membutuhkan obat hewan. Di sini sekaligus ia berperan sebagai penjual obat hewan.
Mulai merintis sejak tahun 1995, semula dia lah yang datang pada para narasumber sekaligus pembeli obat hewannya. Segala kebutuhan mereka ia penuhi, dengan kompensasi yang ringan, tidak terlalu menekan pembayaran obat hewan yang diambil, namun justru ia yang menanggung pembayaran ke perusahaan induk.
Para pembeli obat hewan itu selanjutnya pun merasa butuh pelayanan berikutnya, sementara mereka mempunyai tanggungan pembayaran yang belum dilunasi. Merekalah yang selanjutnya datang ke toko sekaligus kantor penjual freelance yang wartawan majalah kesehatan hewan dan peternakan itu, untuk membayar tanggungan sekaligus untuk mendapatkan pelayanan berikutnya.
Alhasil, kini perusahaan obat hewan yang semula freelance itu kini berkembang menjadi cabang perusahaan obat hewan yang lebih besar. Melayani daerah yang begitu luas, semula tenaga pemasarannya adalah ia sendiri, sekarang sudah mempunyai lima orang tenaga pemasaran yang beberapa orang di antaranya adalah dokter hewan, dengan penghasilan yang boleh dikata lumayan.
Kemakmuran wartawan sekaligus distributor obat hewan itu pun meningkat dengan pesat dan sejajar dengan para temannya yang terlebih dulu menjalankan bisnis obat hewan, yang rata-rata mereka dulunya (bahkan sampai kini) adalah narasumbernya sebagai wartawan.
Tahu menempatkan diri, adalah kunci komunikasi. Dengan komunikasi yang baik segala kemungkinan sukses bakal teraih. Pun, dengan komunikasi, masalah kelangkaan susu, penanganan Avian Influenza, meroketnya harga bahan baku pakan, dan semua yang sangat erat dengan penghidupan dan kehidupan dunia peternakan dan kesehatan hewan pastilah: dapat teratasi dengan baik.
Apalagi bangsa Indonesia sudah merdeka selama 62 tahun, usia yang tidak sedikit untuk menjadikan insan bangsa ini matang berkomunikasi, memperbaiki semua kekeliruan pengelolaan kekayaan alam yang masih saja dikuasai asing sampai kini, membuat kesejahteraan bangsa masih saja tertinggal dan belum terpenuhi sesuai cita-cita Proklamasi.
Dengan komunikasi yang baik kita rebut kemerdekaan dalam arti sesungguhnya di era penjajahan moderen (baca: ekonomi) saat ini. (Yonathan Rahardjo)

Infovet 129, April 2005 - KASIH INFOVET CINTA KITA

Infovet 128, Maret 2005 - DOKTOR-DOKTOR PUN BERMUNCULAN

Infovet 127, Februari 2005 - MAHADUKA ACEH MAHADUKA KITA SEMUA

RUANG REDAKSI

2005

[Edisi 127 Februari] MAHADUKA ACEH MAHADUKA KITA SEMUA
[Edisi 128 Maret] DOKTOR-DOKTOR PUN BERMUNCULAN
[Edisi 129 April] KASIH INFOVET CINTA KITA
[Edisi 130 Mei] 13 TAHUN BERSAMA KITA MELANGKAH SEMAKIN MAJU
[Edisi 131 Juni] BETAPA KAMI BERSAMA ANDA
[Edisi 132 Juli] Infovet Hidangan Lezat Penawar Rindu
[Edisi 133 Agustus] TABIAT MULIA INI UNTUK ANDA
[Edisi 134 September] MAKNA BAHAGIA DALAM KARYA
[Edisi 135 Oktober] LANGKAH PERCAYA PADA WAKTU YANG SANGAT BERHARGA
[Edisi 136 November] MATA BATIN BERNAMA INFOVET

2006

[Edisi 138 Januari] PEMBAHARUAN KITA
[Edisi 139 Februari] KETERGANTUNGAN KITA
[Edisi 140 Maret] DARI SOLUSI KE SOLUSI
[Edisi 141 April] KEBERHASILAN KITA BERSAMA
[Edisi 142 Mei] SELAMAT DATANG PERUBAHAN
[Edisi 143 Juni] PRIORITAS DALAM KESEIMBANGAN
[Edisi 144 Juli] FREE DAN FAIR BISNIS-BISNIS KITA
[Edisi 145 Agustus] CARA SAKTI UNTUK SUKSES
[Edisi 146 September]LABIRIN KEBIJAKSANAAN
[Edisi 147 Oktober] SELAMAT! AGAR KITA BAIK-BAIK SAJA
[Edisi 148 November] PENENTU PERADABAN BISNIS
[Edisi 149 Desember] PINTU DUA MASA

2007

[Edisi 150 Januari] KERJA KERAS. DOA KERAS
[Edisi 151 Februari] UNTUK PARA PEMENANG
[Edisi 152 Maret] JALAN TERANG YANG KITA PILIH
[Edisi 153 April] INDAH PENUH BUNGA WARNA-WARNI
[Edisi 154 Mei]KETIKA KITA MEMILIH
[Edisi 155 Juni] BERBAHAGIALAH KARENA TERNAK
[Edisi 156 Juli] BERBAGI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH
[Edisi 157 Agustus] MERDEKA DENGAN KOMUNIKASI
[Edisi 158 September] HARI KEBANGKITAN KITA
[Edisi 159 Oktober] Giliran Pencerahan Bidang Kita?
[Edisi 160 Nopember] BUKAN SEMATA UNTUK KEPENTINGAN MANUSIA
[Edisi 161 Desember] HOMO ECONOMICUS

2008

[Edisi 162 Januari] PROFESIONAL DAN MORAL PETERNAKAN/KESWAN
[Edisi 163 Februari] TEMU TAHUNAN KARYAWAN LIBATKAN KELUARGA
[Edisi 164 Maret] Kunjungan Bersama
[Edisi 165 April] OBYEK YANG BERCERITA
[Edisi 166 Mei] PONDASI 16 TAHUN INFOVET
[Edisi 167 Juni] SUATU BUKTI KEUNGGULAN
[Edisi 168 Juli] KETIKA KITA MENGGUNTING PITA
[Edisi 169 Agustus] Merdeka Vs Lupa
[Edisi 170 September] LANGKAH PUN SANGATLAH BERMANFAAT
[Edisi 171 Oktober] TERKAIT MISI DAN VISI KITA
[Edisi 172 Nopember] PINTU MASUK YANG SANGAT KUAT
[Edisi 173 Desember] ESENSI KUADRAT

2009

[Edisi 174 Januari] MENERUSKAN CITA-CITA

MATERI EDISI CETAK

MATERI EDISI AKTUAL

SWOLLEN HEAD SYNDROME (SHS)

SWOLLEN HEAD SYNDROME (SHS)
SALAH SATU PENYAKIT IMMUNOSUPRESI
PEMICU TIMBULNYA GANGGUAN PERNAFASAN KOMPLEKS
PADA AYAM


Kejadian penyakit pernafasan, baik bersifat ringan atau cukup berat hampir selalu terjadi pada setiap periode pemeliharaan ayam. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, dan dari banyak faktor yang ada tersebut, kebanyakan disebabkan oleh masih lemahnya paraktek manajemen dan upaya pengamanan biologis ditingkat peternak. Daya dukung lingkungan peternakan yang kurang memadai, menjadi salah satu faktor pendukung mudahnya ayam terinfeksi agen penyakit pernafasan tertentu yang bersifat immunosupresi, dimana penyakit pernafasan yang bersifat immunosupresi tersebut dapat memicu timbulnya infeksi penyakit pernafasan lain, sehingga gangguan pernafasan pada ayam yang terinfeksi cenderung menjadi lebih kompleks.
Salah satu penyakit dengan gejala kebengkaan pada kepala ayam, yang sering diistilahkan dengan “Swollen Head syndrome”, merupakan salah satu penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus jenis “Avian pneumovirus”. Pada dasarnya infeksi dari virus itu sendiri tidak menimbulkan adanya gejala kebengkaan pada daerah kepala dari ayam yang terinfeksi, akan tetapi adanya kebengkaan pada daerah kepala ayam yang terinfeksi, disebabkan oleh adanya infeksi sekunder dari kuman lain, seperti; Pasteurella, E.coli, Mycoplasma atau Haemophillus. Penyakit SHS sendiri digolongkan kedalam salah satu penyakit penyebab immunosupresi (lokal immunosupresi).
Pola kejadian penyakit SHS di lapangan kebanyakan bersifat musiman dan selalu muncul pada lokasi peternakan ayam dengan kondisi manajemen dan sistem pemeliharaanya yang kurang memadai. Belakangan ini kejadian penyakit SHS di lapangan, baik pada peternakan komersial broiler maupun layer serta pada beberapa breeding farm, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Data mengenai kecenderungan meningkatnya kejadian SHS belakangan ini di lapangan, dapat penulis peroleh dari banyaknya laporan para “technical service” (TS), disamping juga pengamatan langsung di lapangan, serta didukung dengan data hasil pemeriksaan serologis terhadap SHS pada kelompok ayam dari lokasi peternakan yang tidak pernah divaksinasi terhadap SHS sebelumnya. Dimana hampir pada sebagian besar peternakan ayam yang diperiksakan titer antibodinya, sering mengeluhkan adanya gangguan penyakit pernafasan dan adanya sejumlah kegagalan vaksinasi terhadap Coryza yang sudah diberikan pada ayamnya (pada layer maupun beberapa pada breeder).
Meningkatnya kejadian SHS di lapangan, tidak terlepas dari masih lemahnya praktek manajemen, pengamanan biologis yang dijalankan peternak dan pola pemeliharaan ayam dengan banyak variasi umur dalam satu lokasi peternakan, serta kebanyakan peternak belum merasa perlu untuk melakukan vaksinasi terhadap SHS pada ayam yang dipeliharanya. Berkaitan dengan tidak diprogramkannya vaksinasi SHS oleh sebagian besar peternak, disebabkan masih adanya anggapan dari sebagian besar peternak, bahwa penyakit SHS tersebut merupakan penyakit yang bersifat musiman, tidak terlalu ganas dan tidak menimbulkan kematian yang tinggi, serta kurangnya pemahaman peternak, bahwa penyakit SHS dapat menjadi pemicu infeksi agen penyakit pernafasan lainnya.

Gejala klinis dan lesi-lesi dari ayam yang terserang SHS

Pada ayam broiler penyakit ini umumnya menyerang dan sering ditemukan pada umur antara 2 – 6 minggu. Faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya SHS lebih banyak disebabkan oleh daya dukung lingkungan peternakan yang kurang memadai, seperti sirkulasi udara yang kurang baik, kepadatan ayam cukup tinggi dan kandang yang pengap, serta tingginya kadar ammonia dalam kandang.
Gejala awal dari ayam yang terserang penyakit pernafasan secara umum hampir sama, yakni mulai dari adanya kelesuan, menurunnya tingkat konsumsi pakan, serta adanya gejala bersin-bersin dan mata berair. Namun ada gejala yang bersifat khas untuk ayam yang terserang SHS yakni adanya kebengkaan kelenjar air mata dan bila disertai adanya infeksi sekunder oleh kuman E.coli atau kuman lainnya dapat menyebabkan terjadinya “oedema subcutan” pada daerah kepala bagian atas sampai pada daerah 1/3 leher bagian atas. Kebengkakan biasanya mulai dari daerah sekitar kelopak mata bagian atas, kepala bagian atas, kemudian berlanjut ke jaringan “intermandibular” dan pial. Mata dari ayam yang menunjukkan kebengkaan di daerah fascialnya hampir tertutup, dengan pupil nampak mengalami dilatasi, sehingga nampak seperti melotot. Terkadang disertai adanya leleran pada mata dan hidung, bila diikuti oleh infeksi sekunder dari kuman penyebab penyakit Coryza atau CRD.
Pada ayam yang kepalanya bengkak tersebut, sering nampak lesu dengan meletakan kepalanya di lantai kandang, sehingga akan memperparah keadaanya. Pada ayam broiler, bila murni terinfeksi virus penyebab SHS kematiannya tergolong rendah berkisar antara 1 - 5%, kematian yang lebih tinggi dapat terjadi bila diikuti infeksi sekunder oleh kuman seperti E. coli atau Mycoplasma serta kuman atau virus yang bersifat ganas lainnya.
Pada ayam broiler yang terserang SHS, dapat menyebabkan terjadinya stagnasi dari penambahan bobot badannya. Bahkan pada kondisi yang sangat parah dapat menyebabkan terjadinya penyusutan bobot badan dibandingkan dengan berat badan sebelum terjadinya serangan. Pada ayam petelur, kebanyakan menyerang pada ayam pullet menjelang produksi atau ayam masa puncak produksi. Kematian dari ayam yang terserang SHS pada ayam tipe petelur sangat rendah, berkisar 0,1% - 0,5%, namun kerugian ekonomis yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya gangguan produksi telur antara 5 – 30%, tergantung ada atau tidaknya infeksi sekunder serta daya dukung lingkungan peternakan.
Sesuai dengan target infeksi dari virus penyebab SHS, sangat terbatas jaringan atau organ tubuh ayam yang dapat diamati mengalami perubahan atau lesi-lesi. Bagian yang mengalami lesi sebagian terbesar ditemukan pada sistem pernafasan bagian atas dan daerah sekitar kepala bagian atas. Pada daerah kepala yang mengalami kebengkaan, ditemukan adanya “oedema” dan peradangan pada jaringan “subcutan” serta adanya timbunan eksudat mukus sampai mukopurulen, tergantung jenis kuman yang menjadi agen infeksi sekundernya. Pada bawah kulit kepala bagian belakang atau disekitar “kranium”, sering ditemukan adanya peradangan dan timbunan eksudat mukopurulen.

SHS salah satu pemicu timbulnya gangguan penyakit pernafasan

Swollen Head Syndrome sebagai salah satu penyakit pernafasan yang bersifat infeksius, dapat memicu timbulnya infeksi sekunder dari agen penyakit pernafasan lain, sehingga gangguan pernafasan yang timbul pada ayam yang terinfeksi SHS tersebut menjadi lebih kompleks. Hal ini dapat terjadi didasarkan atas sifat immunosupresi dan stress yang ditimbulkan oleh infeksi virus penyebab SHS tersebut. Penyakit SHS dinyatakan bersifat immunosupresi, karena infeksi yang ditimbulkan pada saluran pernafasan bagian atas, menyebabkan juga terjadinya kerusakan pada sistem dan kelenjar pertahanan lokal yang ada dalam saluran pernafasan bagian atas tersebut. Sehingga dengan adanya kelainan pada sistem pertahanan lokalnya tersebut, pada saat yang bersamaan akan memicu kuman lain yang ada dalam tubuh ayam mudah menjadi ganas dan menimbulkan infeksi serta kerusakan jaringan yang lebih luas dan parah. Dengan adanya infeksi sekunder pada ayam yang terinfeksi virus penyebab SHS tersebut dapat terlihat adanya gejala gangguan pernafasan yang lebih kompleks serta seringkali dibarengi dengan adanya gejala kebengkaan pada kepalanya.
Kelompok ayam yang sebelumnya tidak pernah diberikan vaksinasi terhadap SHS, dimana dari hasil pemeriksaan secara serologis terdeteksi adanya titer antibodi terhadap SHS serta didukung dengan adanya gejala klinis yang dapat diamati, seringkali pada kelompok ayam yang terinfeksi virus SHS tersebut, diikuti oleh adanya infeksi penyakit pernafasan lain, seperti CRD, Kolibasilosis atau Coryza.
Adanya infeksi sekunder menyebabkan ayam mengalami gangguan pernafasan yang lebih kompleks. Sehingga seringkali upaya pengobatan yang dilakukan di lapangan tidak membuahkan hasil memuaskan. Sebagai contoh yang sering dialami oleh peternak, bila ayamnya terserang SHS dimana terkomplikasi dengan Kolibasilosis, setelah dilakukan pengobatan ayam tersebut nampak sembuh, namun selang beberapa lama gejala yang sama kambuh kembali. Hal ini dapat terjadi, karena obat atau antibiotika yang diberikan sebagai pengobatannya, hanya menyembuhkan terhadap infeksi kuman penyebab Kolibasilosisnya saja, bukan terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus penyebab SHS-nya. Sehinga seringkali kesan yang timbul pada para peternak, menyatakan obat yang digunakan untuk pengobatan terhadap SHS kualitasnya kurang baik.
Dari ayam yang terinfeksi virus SHS, problem gangguan pernafasannya menjadi lebih kompleks dan cenderung jadi lebih parah serta sulit diatasi, bila pada saat bersamaan kondisi lingkungan peternakannya kurang mendukung, seperti kepadatan ayam dalam kandang cukup tinggi, kandang yang lembab dan pengap, atau sangat berdebu, sirkulasi udara yang kurang baik serta tingginya kadar ammonia dalam kandang.
Pada beberapa lokasi sentra peternakan ayam petelur, cukup banyak peternak melaporkan dan mengeluhkan terjadinya kebocoran vaksinasi terhadap Coryza yang telah dilakukannya. Dimana kebanyakan dari mereka menduga vaksin Coryza yang diberikan pada ayamnya sudah tidak protektif lagi. Sehingga kebanyakan dari mereka mencoba beralih menggunakan vaksin Coryza merk lain dari yang biasanya mereka sering pakai, bahkan mereka juga mencoba menggunakan vaksin Coryza dengan kandungan antigen-nya lebih lengkap, yakni mengandung 3 jenis antigen (serotipe A, B dan C), namun kenyataan yang dialaminya masih saja ditemukan adanya kebocoran terhadap Coryza dari vaksinasi yang telah dilakukannya tersebut.
Kasus SHS yang terjadi pada peternakan ayam petelur tersebut disinyalir sebagai pemicu terjadinya kegagalan vaksinasi terhadap Coryza yang telah dilakukan oleh peternak. Hal ini didukung dengan data hasil pemeriksaan kasus di lapangan dan hasil pemeriksaan serologis terhadap kelompok ayam yang mengalami kebocoran dari vaksinasi terhadap Coryza. Dimana kelompok ayam yang mengalami kegagalan vaksinasi terhadap Coryza tersebut, sebelumnya tidak pernah dilakukan vaksinasi terhadap SHS, akan tetapi dari hasil pemeriksaan serologisnya terkandung titer antibodi terhadap SHS pada serum darahnya.

Penanggulangan SHS di Lapangan.

Untuk menghindari ancaman atau gangguan terhadap penyakit apapun, pertahanan yang paling utama adalah dengan menjalankan praktek manajemen yang baik dibarengi dengan upaya sanitasi dan desinfeksi serta pengamanan biologis lainnya secara ketat, disamping juga memberikan program kesehatan dan vaksinasi secara memadai pada ayam yang dipelihara, tentunya disesuaikan dengan tingkat tantangan kuman atau virus penyakit yang ada dimasing-masing lokasi peternakan. Sanitasi dan desinfeksi dengan GLUTAMAS atau BIODES-100 sangat penting untuk dilakukan dan sedapat mungkin dilakukan secara lebih ketat guna mengurangi atau menekan tingkat keganasan agen penyakit yang ada di lapangan.
Untuk ayam broiler yang dipelihara pada daerah resiko tinggi dan sering terjadi infeksi virus SHS perlu dipertimbangkan untuk diprogramkan vaksinasinya. Pada ayam broiler umumnya diberikan vaksin aktif dengan vaksin HIPRAVIAR-SHS pada umur antara 4 – 14 hari, tergantung situasi dan kondisi lingkungan di masing-masing peternakan. Vaksinasi pada ayam petelur dengan HIPRAVIAR-SHS diberikan pada umur 8 – 12 minggu dan diulangi pada umur 17 - 18 minggu. Untuk ayam breeder, vaksinasi dengan HIPRAVIAR-SHS pada umur 8 – 12 minggu dan diulangi dengan pemberian vaksin HIPRAVIAR-TRT4 pada umur 16 – 18 minggu atau 4 minggu sebelum periode awal produksi.
Pengobatan terhadap SHS pada ayam yang terinfeksi, lebih ditujukan untuk mencegah dan sekaligus mengobati terjadinya infeksi bakterial seperti oleh E. coli, Pasteurell, Haemophilus atau Mycoplasma. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika seperti HIPRALONA-ENRO S atau HIPRALONA-NOR S. Suportive therapy dengan pemberian multivitamin + asam amino konsentrasi tinggi seperti HIPRACHOCK-AMINO, lebih ditujukan untuk mempercepat proses kesembuhannya.
Untuk mencegah infeksi sekunder yang lebih parah oleh kuman E. coli yang sering mengikuti infeksi virus penyebab SHS, disamping pemberian antibiotika seperti HIPRALONA-FLU S atau HIPRALONA-ENRO S sebagai pengobatan saat ayam terserang SHS, faktor kualitas air juga sangat perlu untuk diperhatikan. Air merupakan media yang sangat baik untuk berkembangbiak dan sekaligus penularan kuman E. coli, oleh karena itu sangat perlu untuk diperhatikan dan dilakukan sterilisasi, salah satunya dengan cara klorinasi untuk membunuh kuman E. coli maupun agen penyakit lainnya yang ada dalam air tersebut.



Drh. Wayan Wiryawan
HIPRA – Spain
wayan@hipra.com

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer