Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini RAHASIA PERAWATAN DOMBA EFEKTIF DAN EFISIEN | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

RAHASIA PERAWATAN DOMBA EFEKTIF DAN EFISIEN

Perhatikan manajemen kandang, pakan dan manajemen kelompok jika ingin beternak domba efektif dan efisien. (Foto: Istimewa)

“Ada tiga hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, masalah manajemen kandang. Kedua, sedikit masalah pakan. Ketiga, manajemen kelompok. Tiga hal itu yang menentukan keberhasilan,” kata Manajer BUMMas Jetis Berdaya, Husain Fata Mizani, mengawali webinar Rahasia Perawatan Domba Efektif dan Efisien yang diselenggarakan Desa Berdaya Foundation. “Saya ingin sharing kegagalan dan keberhasilan membangun BUMMas Jetis seperti apa.”

Manajemen Kandang
Husain berbagi tips dan pengalamannya memanajemen kandang penggemukan domba. Pada waktu Idul Adha 2020, dirinya pernah mengalami kematian domba penggemukan cukup banyak, sekitar 5% dari 2.500 ekor domba.

Menurutnya, pertama kali yang harus dilakukan dalam loading domba adalah identifikasi. Sebab biasanya kematian domba banyak terjadi di bulan pertama akibat penyakit. Sedangkan di bulan-bulan berikutnya penyakit cukup mudah dikondisikan.

Jadi yang pertama harus dilakukan adalah mengidentifikasi kondisi kesehatan dan penyakit domba. Terutama untuk domba yang didatangkan dari luar kota, karena cukup resisten terhadap kematian di satu bulan pertama.

Dijelaskan, setelah identifikasi segera dilakukan pengobatan apabila ada penyakit yang dicurigai. Lalu Husain menyarankan agar domba diinjeksi dengan antibiotik diikuti dengan injeksi vitamin B kompleks.

“Kalau memang domba benar-benar kondisinya capek kita kasih minuman isotonik sebanyak 1 liter dicampur dengan 10 liter air, lalu kita berikan kepada ternak itu cukup baik untuk pengkondisian loading ternak,” kata Husain yang juga menjabat Ketua HPDKI Madiun.

Kemudian sebelum dimasukkan ke kandang koloni, domba bakalan yang baru saja dating harus dimasukkan ke kandang karantina selama sehari. Sebelum masuk ke kandang penggemukan juga dilakukan pemberian obat cacing. Husain menyarankan selama proses penggemukan selanjutnya domba setiap satu bulan sekali diberikan obat cacing.

Untuk menjaga kesehatan diberikan vitamin B kompleks cair dalam air minum 2-3 hari sekali. Dari pengalamannya, Husain mengatakan hal tersebut cukup efektif mengurangi risiko penyakit pada domba.

Tips Pakan
Pakan yang ideal adalah pakan yang efektif dan ekonomis. Untuk menentukan itu bisa dilakukan perhitungan. “Semua itu bisa dihitung, meskipun demikian saya meyakini namanya hewan ternak yang hidup itu pasti ada titik dimana perhitungan matematis tidak 100% benar. Tapi itu bisa dihitung di awal sebagai parameter kita untuk menentukan benar atau salah, tepat atau tidak,” kata Husain.

Secara umum, pakan kering direkomendasikan Husain untuk peternak yang fokus pada penggemukan agar mendapatkan kualitas daging yang baik. Tapi harus diperhatikan apakah tujuan penggemukan akan dijual untuk keperluan Idul Adha, akikah, atau dijual dagingnya.

Pada Idul Adha 2020, Husain pernah mengalami kekurangan domba dan membuatnya mengambil ternak dari koleganya. Domba itu gemuk namun setelah dipotong ternyata lemaknya sangat banyak. Tidak masuk untuk perhitungan daging, bahkan jika untuk keperlukan akikah pasti akan ditolak.

Kontinuitas produk keluar, keberlanjutan peternakan, pasti akan terganggu jika kualitas produk tidak sesuai ekspektasi. Karena itu setiap kali Husain mengirim domba ke pemotongan, ia menanyakan hasil dagingnya. Jika terdapat banyak lemaknya ia akan melakukan evaluasi pakan.

Manajemen Kelompok
Kemudian Husain menceritakan pengalaman menarik selama menjadi Manajer BUMMas (Badan Usaha Milik Masyarakat) Jetis Berdaya, di Desa Jetis, Madiun. Menurutnya, keberhasilan atau kegagalan pemberdayaan masyarakat dalam hal peternakan, dikarenakan pemberdayanya sendiri bukan peternak. Sehingga tidak berpengetahuan memadai tentang masalah-masalah peternakan. Berikutnya adalah tidak adanya pendampingan yang baik.

BUMMas yang dikelola Husain menggunakan model bottom up. Apa yang dimiliki BUMMas dan masyarakat butuh bisa untuk mengambilnya. Misal BUMMas memiliki 10 ekor domba bakalan, jika ada masyarakat yang mau mengambil untuk dipelihara diperbolehkan.

Namun Husain menegaskan bahwa jangan pernah memberikan domba begitu saja. Sebagian besar warga desa yang diberi domba tanpa pendampingan gagal dalam beternak. Karena domba cenderung dijual dan kegiatan beternak tidak diteruskan.

Hal itu kemungkinan bukan karena warga desa malas beternak. Tapi karena mereka tidak mendapatkan pendampingan yang baik dan ternak terpaksa dijual untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena itu Husain akhirnya merumuskan formula dan ternyata menuai hasil baik. Masyarakat yang menerima bantuan domba didampingi dalam beternak dan dibantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. “Peternak atau orang yang bakal diberdayakan itu kita selesaikan dulu masalah perutnya, masalah dapurnya, selesaikan dulu masalah keluarganya baru kita arahkan,” jelas Husain.

Cara yang ditempuh Husain adalah dengan mempekerjakan orang yang diberdayakan pada BUMMas. Setengah hari bekerja mereka digaji Rp 40-50 ribu yang cukup untuk kebutuhan sehari keluarganya. Lalu setengah hari sisanya mereka gunakan untuk memelihara domba mereka sendiri.

“Jadi seperti halnya mereka dapat gaji sehari kerja itu Rp 80 ribu. Kalkulasinya Rp 50 ribu untuk makan, Rp 30 ribu disimpan,” kata Husain. “Karena Rp 30 ribu kalau berbentuk uang itu rata-rata masyarakat desa ini juga bakal habis. Kalau berbentuk ternak maka uang tersebut inilah yang nanti akan menjadi simpanan, bisa diambil saat mereka perlu.”

Husain berkaca pada pengalaman klasik yang ada di peternak. Banyak pemberian ternak dari dinas-dinas terkait maupun NGO tidak lama setelah diberi, dalam jangka 3-4 bulan akan dijual. Dengan berbagai macam alasan seperti sakit, ternak tidak mau makan, ternak akan mati dan sebagainya. Jika yang diberi bantuan 10 orang dan yang berhasil beternak hanya dua itu sudah termasuk bagus.

“Faktanya seperti itu, apalagi bantuan dalam bentuk kambing. Kalau sapi lebih aman meskipun kadang ternaknya tidak karuan bentuknya. Kualitasnya tidak sebanding dengan ekspektasi pemberinya. Tapi kalau kambing itu yang jadi tidak karuan tempatnya, yaitu sudah dijual ke pasar,” ucapnya.

Maka Husain menyarankan agar para pendamping peternak yang belum beternak mulai untuk lebih mengenal ternak. Karena jika tidak begitu, peternak maupun pendampingnya akan sampai pada titik jenuh. (NDV)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer