Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini MENGELOLA CCRD SECARA BENAR AGAR TAK MERAJALELA | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENGELOLA CCRD SECARA BENAR AGAR TAK MERAJALELA

Salah satu gangguan kesehatan pada broiler maupun layer yang masih menjadi persoalan serius adalah Complex Chronic Respiratory Diseases (CCRD). Penyakit yang lebih mahfum di kalangan peternak sebagai “penyakit ngorok” itu, bukan saja derajat morbiditas dan mortalitasnya tinggi, namun karena tingkat kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Meskipun termasuk kategori penyakit konvensional dan nyaris menjadi langganan, namun toh tingkat kesulitan untuk menuntaskannya tak demikian mudah.
Menurut Drh Arief Mudjahid Dimyatie, seperti penyakit lainnya yang berkatagori strategis ekonomis, langkah dan tindakan suportif adalah solusi paling rasional dan handal. Selain bila dilihat dari aspek populasi pengelompokan ayam modern yakni mengelola gangguan kesehatan secara cermat, hati-hati agar tak membuahkan masalah baru yang semakin merajalela.
Narasumber: Sunardi AS
Hal berbeda diungkap oleh praktisi perunggasan asal Jawa Timur, Sunardi. Menurutnya, problem di lapangan selalu memberi gambaran serta informasi tentang begitu dahsyatnya akibat yang muncul.

Arief Dimyatie, Senior Health Control pada sebuah perusahaan pembibtian Infovet temui di Purwokerto pertengahan Mei 2014 lalu, menyatakan bahwa CCRD adalah penyakit strategis ekonomis yang cukup memrepotkan jika sudah menerjang dalam sebuah populasi. Di level pembibitan saja penyakit itu masih jadi persoalan serius, maka sudah pasti di level peternakan komersial, sangat-sangat strategis dan membawa persoalan pelik.

Pada broiler, umumnya terjadi pada usia muda dan menjelang usia panen, sudah pasti akan membuat tingkat kematian, mortalitas yang cukup tinggi. Serupa dengan ayam petelur apalagi jika tidak di antisipasi dan tindakan pengobatan terlambat atau kurang tepat. Sedangkan pada layer komersial, jika sudah memasuki fase produksi, maka tak hanya akan mampu merosotkan produktifitasnya, namun juga membawa potensi terjadinya afkir dini.

Oleh karena itu menurut Arief, jika suatu peternakan sudah memperlihatkan serbuan penyakit ini, meskipun dalam jumlah yang terkena masih terbatas, maka harus segera ditempuh tindakan yang bersifat menyeluruh. Dalam tataran peternakan ayam komersial, umumnya pangkal dan awalnya adalah terjadinya pada perubahan musim dengan klasifikasi ekstrim. Meski perubahan musim itu selalu berjalan rutin dan alamiah, namun untuk menentukan kapan sebaiknya langkah antisipatif dilakukan memang tak mudah.

Ditambah jika sebuah farm komersial berada di kawasan yang juga padat populasinya, maka potensi untuk terpapar dan kemudian menjadi wabah adalah sangat tinggi. Untuk itu mengelola secara benar dan disiplin sesuai prosedural merupakan sebuah tindakan yang paling tepat.

“Patuhi SOP yang ada dan selalu utamakan langkah itu bersifat antisipatif, terutama jika berkaitan dengan pergantian musim. Sebab jika salah dalam mengambil langkah, dikhawatirkan wabah penyakit ngorok itu akan merajalela,” ujar Arief.

Sedangkan Sunardi, praktisi yang banyak terjun melakukan pendampingan di peternakan ayam potong di Jawa Timur, mengungkapkan bahwa meskipun CCRD nyaris menjadi penyakit yang setiap periode selalu ia hadapi, meskipun di lokasi yang berbeda, namun hal itu telah memberikan gambaran dan informasi yang menarik.

Informasi itu berupa tipologi dan karakter peternak terkait dengan tingkat keparahan penyakit itu. Jenis peternak yang cerdas dan telaten menekuninya sebagai profesi, maka morbiditas dan mortalitasnya relatif rendah. Meskipun demikian untuk membebaskan sama sekali dari gangguan penyakit itu tidaklah mudah. Namun setidaknya, dari hasil pengamatannya tingkat kerugiannya pada peternak telaten dapat ditekan sangat kecil sekali. Sedangkan untuk tipologi dan karakter peternak yang kurang begitu menjiwai profesi sebagai peternak, umumnya nilai kerugian yang ditimbulkan nyaris diatas 50%.

Sunardi sepaham dengan yang diungkapkan Arief, bahwa jika dikelola sejak awal saat penyakit itu datang, maka potensi kerugian rendah sekali. Bahkan saat ayam usia muda, kasus gangguan lambat tumbuh setelah sembuh pulih dari CCRD, relatif dapat ditekan. Begitu juga saat mendekati usia panen, tingkat kematian dapat ditekan.

Menurut Arif  kasus penyakit ngorok itu, adalah salah satu penyakit ayam modern yang cukup meresahkan peternak di daerah tropis. Tingkat kelembaban yang tinggi dan perubahan temperatur lingkungan antara malam dan siang yang selalu ekstrim, harus dihadapi dengan suatu tindakan pemberian ventilasi yang memadai.
 
Buruknya ventilasi, menjadi pintu masuk lemahnya status kesehatan ayam.  Jika hal ini diatasi dengan pemberian multivitamin yang cukup, maka salah satu pintu masuk agen penyakit itu dapat dikurangi. Selain, penegakan standar baku sesuai SOP adalah tindakan yang selalu direkomendasikan agar mampu menutup pintu masuknya  yang lain bagi agen penyakit.
“Utamakan selalu mengelola secara benar sesuai SOP, maka potensi untuk menjadi masalah akan dapat ditekan,” ujar Arief.-/(iyo)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer