Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini BEF DAN HELMINTHIASIS MASIH JADI MOMOK PETERNAK PEDESAAN | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BEF DAN HELMINTHIASIS MASIH JADI MOMOK PETERNAK PEDESAAN

Bovine Ephemeral Fever (BEF) dan Helminthiasis adalah 2(dua) jenis penyakit yang masih diperkirakan menjadi gangguan kesehatan pada sapi. Sedangkan diare, kembung dan helminthiasis pada jenis ternak kambing adalah yang akan selalu mengancam.
 
Menurut Drh Heru Tri Susilo, staf pada Dinas Pertanian Kotamadya Magelang Jawa Tengah, bahwa ancaman gangguan kesehatan dari penyakit penyakit itu adalah yang sebenarnya merupakan jenis penyakit sangat konvensional.
 
Mengapa begitu, tiada lain oleh karena sepanjang tahun 2012, penyakit itu nyaris menduduki rang­king tertinggi dalam hal laporan para petugas kesehatan hewan di lapa­ngan.
 
Sebagai penyakit sangat konvensional, akhirnya memang seolah menjadikan prediksi di tahun 2013 mendatang masih akan menjadi gangguan kesehatan ternak yang terus berulang. Namun demikian menurut Heru, yang juga bergiat sekali melakukan pendampingan secara langsung terhadap para peternak di pedesaan, problem itu sangat rumit sekali.
 
Lebih lanjut, menurut ayah 2 anak yang juga alumni dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta ini, bahwa berbicara masalah penyakit pada hewan ternak yang dikelola oleh peternak skala rakyat di pedesaan, tidak hanya bicara pada status kesehatan ternak semata. Namun akan selalu berhubungan dan terkait erat dengan perilaku dan budaya masyarakatnya.
 
Sebagai contoh tentang Helminthiasis, para peternak skala rakyat meskipun tingkat kesadaran terhadap ternaknya sudah lumayan baik dan lebih maju, namun demikian ternyata masih banyak yang sama sekali tidak mau menjalankan program pemberantasan agen penyakit itu secara rutin dan terprogram.
 
Umumnya jika  mereka dalam sebuah kawasan yang tergabung dalam sebuah kandang kelompok kawasan tertentu, maka jauh akan lebih mudah untuk megikuti program pemberantasan penyakit itu. Namun demikian, untuk peetrnak yang masih soliter atau mandiri dalam lokasi kandang pemeliharaan, dapat dipastikan sulit sekali untuk menerima program itu.
 
Padahal sebagaimana diketahui, bahwa program pemberantasan itu haruslah bersifat massif dan terja­dwal dengan baik. Oleh karena itu jika saja, ada satu atau beberapa peternak yang belum mau menerima program pemberantasan sebagai sebuah kebutuhan, sudah pasti akan mempengaruhi tingkat keberhasilan secara menyeluruh.
 
Mengapa demikian???  Oleh karena jika ditilik dari siklus hidup agen penyakit yang satu ini, maka program pengendalian berupa memutus siklus hidup adalah jalan terbaik dan termurah.
 
“Memotong siklus hidup agen penyakit dari Helminthiasis adalah jalan paling efektif dan jelas lebih murah. Namun jika masih ada beberapa peternak yang enggan dan tidak mau menerapkan program pemberantasan secara rutin dan massif maka akan menemui ke­gagalan penuntasannya,” jelas Heru yang juga aktif memberikan penyuluhan terhadap kelompok peternak di Magelang ini. 
 
Heru menuturkan, itulah  salah satu bukti dari perilaku dan budaya masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi besar atas gagalnya pengendalian penyakit.
 
Demikian juga dengan penyakit BEF. Penyakit yang sebenarnya termasuk dalam katagori ringan namun intensitas dan frekuesinya cukup tinggi, tidak akan terlepas dari perilaku dan budaya masyarakat peternak. Sebagai penyakit dengan penyebab berupa agen virus, maka potensi penyebarannya menjadi sangat cepat dan sulit terkontrol jika tidak segera dilakukan penanganannya.
 
Meskipun peternak itu memelihara ternaknya secara soliter, terpisah,  namun, tetap saja mampu menyebarkan agen penyakit itu ke kawasan kandang kelompok dengan berbagai cara dan mekanisme penularan.
 
Heru memberikan contoh nyata tentang sulitnya memberantas penyakit yang disebabkan oleh virus yang se famili dengan virus penyebab Rabies, yaitu Rhabdovirus ini. Sebenarnya penyakit yang juga dikenal sebagai penyakit demam tiga hari ini, relatif mudah untuk dikendalikan jika saja ada kebersamaan dari para peternak dalam suatu kawasan. Gejala klinis yang muncul seharusnya segera dilaporkan kepada petugas kesehatan/Dokter Hewan. Dan kemudian bagi peternak lain yang ternaknya dalam suatu kawasan semuanya harus siaga melalu langkah perbaikan kualitas pakan dan kebersihan lingkungan.
 
Penyakit cukup merugikan karena membuat peternak skala rakyat harus sering mengeluarkan ongkos pengobatan. Maka untuk mencegahnya, menurut Heru harus ada kesadaran bersama untuk menghadapi penyakit itu. Hanya sayangnya memang, butuh waktu lagi untuk merubah pola fikir dan pemahaman akan beberapa penyakit yang meski ringan namun selalu merugikan secara finansial.
 
Berbicara penyakit pada kambing dan domba, menurut Heru memang hanya ada 3 jenis gangguan keseha­tan yang potensial meresahkan peternak pada tahun 2012 dan juga diperkirakan masih akan terulang pada tahun 2013 mendatang. Helminthiasis pada kambing, nyaris sama kasusnya pada ternak sapi, sedangkan kembung dan diare justru berbeda dan termasuk ancaman serius terhadap kesehatan ternak kambing dan domba.
 
Mengapa demikian? Oleh karena kambing dan domba adalah jenis ternak ruminansia yang paling rentan dan berdampak kefatalan. Kefatalan yang dimaksud adalah berupa kematian yang sangat tinggi akibat dari jenis gangguan kesehatan itu. Prevalensi mortalitas hamper lebih dari 70-80% pada kambing dan domba yang terkena gangguan kesehatan kembung dan diare.
 
Menurut Heru, demikian tinggi­nya ancaman gangguan kesehatan itu oleh karena sifat penyakitnya. Pada kasus kembung akan berjalan sangat akut. Sedangkan pada diare meskipun sub akut dan cenderung kronis pada kambing dan domba, namun umumnya penanganannya sering terlambat. Sehingga akhirnya selalu berakhir dengan kematian ternak itu.
 
Atas dasar perilaku dan budaya masyarakat pada umumnya dalam budidaya ternak Sapi, Kerbau, Kam­bing serta Domba di daerah pedesaan, maka menurut Heru tiada lain langkah dan peran Dokter Hewan sangatlah penting dan dibutuhkan sekali. Peran praktisi Dohe di lapa­ngan, kini tidak hanya sekedar memberikan tindakan medis semata, namun juga harus sedikit demi sedikit mempengaruhi pola pikir dan perilaku para peternak. Sehingga bukan saja akan sangat membantu para praktisi Dohe dalam menjalankan tugas, namun sudah pasti akan sangat berpengaruh terhadap kualitas peternak dalam budidaya ternaknya.
(iyo) 

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer