Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Anthrax Masih Ancam Wilayah Nusa Tenggara | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Anthrax Masih Ancam Wilayah Nusa Tenggara

Kawasan padat populasi ternak sapi di pulau Lombok dan Sumbawa perlu dilindungi dari ancaman penyakit Anthrax.

Pada tanggal 23-25 Nopember 2009 bertempat di Hotel Lombok Garden Mataram, telah dilaksanakan Rakor Penanganan Penyakit Anthrax Regional Bali, NTB dan NTT. Penyakit Anthrax atau sering dikenal dengan nama penyakit radang Limpa adalah suatu penyakit bakterial menular yang dapat menyerang hampir semua hewan berdarah panas dengan tanda-tanda demam tinggi yang diikuti gejala sepsis dengan perdarahan yang hebat dan sangat akut. Penyakit ini selain menyerang hewan dapat bersifat zoonosis menular pada manusia.

Penyakit Anthrax disebabkan oleh kuman bakteri yang disebut Bacillus anthracis merupakan kelompok kuman gram positif berbentuk batang berkapsul dan berantai panjang. Kuman anthrax apabila berada di luar induk semang, akan membentuk spora akan sangat tahan hidup dan sulit diberantas serta spora dapat mencemari lingkungan hingga berpuluh tahun.

Itulah sebabnya wilayah Nusa Tenggara merupakan daerah Endemis Anthrax, sedangkan daerah bebas hanya Pulau Bali dan Lombok, untuk NTB penyakit Anthrax dilaporkan terjadi di Pulau Sumbawa yaitu di Kabupaten Sumbawa tahun 1997, 1998, 2002 dan 2004, kabupaten Bima tahun 2003 dan kabupaten Dompu tahun 1985 dan 1986. Sedangkan Pulau Lombok Bebas Kasus sejak tahun 1988, untuk Propinsi NTT kejadian Anthrax dilaporkan dihampir semua kabupaten seperti Sumba Timur tahun 1980, Pulau Sabu tahun 1987 dan 2006. Sumba Barat tahun 2007, Manggarai Barat tahun 2008 dan Ngada tahun 2008 dan 2009.

Pada Rakor tersebut dievaluasi permasalahan yang terjadi dalam pengendalian penyakit anthrax di Wilayah Nusa Tenggara antara lain :
  1. Masih rendahnya cakupan vaksinasi (<50>
  2. Jumlah dosis vaksin yang tersedia masih kurang (NTB 62%, NTT 65,9%).
  3. Tidak optimalnya pelaksanaan pengendalian karena medan/topografi yang sulit.
  4. Masa proteksi yang pendek sehingga diperlukan ulangan setiap 6 bulan.

Drh Maria Geong Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Timur menambahkan permasalahan di NTT yang ada antara lain kurangnya SDM Dokter Hewan dan Paramedis Veteriner serta Puskeswan di wilayah endemis anthrax , belum tersedianya kartu identifikasi ternak sebagai alat kontrol vaksinasi, juga minimnya informasi data kejadian penyakit anthrax sehingga menyulitkan pemetaan penyakit hingga tingkat desa/dusun.

Beberapa Rekomendasi yang dihasilkan dalam Rakor tersebut untuk ditindak lanjuti oleh masing-masing propinsi/kabupaten kota antara lain :
  1. Vaksinasi anthrax di wilayah endemis sebagaimana yang tercatat dalam peta penyebaran penyakit anthrax harus dilakukan secara masif (cakupan 100%).
  2. Kajian epidemiologi dalam upaya pemetaan kasus anthrax 30 tahun terakhir harus segera dilakukan guna menunjang kebijakan skala prioritas lokasi vaksinasi.
  3. Pengawasan lalu-lintas ternak harus dilakukan dengan ketat, terutama larangan ternak peka masuk ke daerah tertular dan ternak dari daerah tertular yang keluar harus sudah divaksinasi.
  4. Meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium dan Puskeswan dalam pengendalian penyakit anthrax melalui kesepakatan pembiayaan bersama antara pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Dengan memahami permasalahan dan diikuti tindak lanjut rekomendasi yang diimplementasikan dalam kegiatan lapangan, diharapkan kasus anthrax dapat ditekan dan dikendalikan. Selamat bekerja dan semoga berhasil. (Drh Heru Rachmadi/NTB)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer