Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Sumber Multivita Gandeng FKH IPB Update Info AI Terkini | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Sumber Multivita Gandeng FKH IPB Update Info AI Terkini

Sumber Multivita Gandeng FKH IPB Update Info AI Terkini

Pagi itu, Jumat 17 Oktober 2008, Infovet telah bergabung bersama Tim Sumber Multivita dari Jakarta untuk bertolak ke Sukabumi mengikuti seminar teknis yang digelar Sumber Multivita. Pada kesempatan itu, Sumber Multivita sengaja menghadirkan pembicara Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan, Dekan FKH IPB, ahli imunologi dan peneliti Avian Influenza (AI) sesuai dengan tema seminar yang diangkat yaitu Update Info Flu Burung Terkini. Sementara Drh Hadi Wibowo dari Litbang PT Sumber Multivita memberikan paparan tentang Imunomodulator. Seminar ini dihadiri oleh sekitar 40 peternak yang tergabung dalam Grup Intan Jaya Abadi.
Drh Hadi Wibowo mengawali seminar tentang mengapa flu burung sangat menjadi perhatian utama pemerintah dan lembaga dunia. Tak lain karena bahaya flu burung jauh lebih besar daripada akibat Perang Dunia II. Dahulu di era tahun 1917-1918 dunia pernah dilanda Flu Spanyol dari subtipe H1N1. Flu jenis ini telah menyebabkan kematian 50 juta orang selama 18 bulan. Sementara PD II 1945-1948 yang berlangsung selama lebih kurang 3 tahun hanya menyebabkan kematian 8 juta orang, itu pun sudah termasuk akibat bom atom, dll. Inilah teror utama dunia yang paling ditakutkan bahwa wabah flu yang sama bahkan lebih ganas akan kembali terjadi.

Bebek Sebagai Sumber Penularan AI
“Bila diibaratkan virus AI itu adalah uang maka bebek itu adalah Bank Indonesia nya. Bisa dikatakan hampir semua jenis virus AI yang ada dilapangan bisa lestari dalam tubuh bebek atau itik,” demikian diungkapkan Drh Wayan T Wibawan mengawali paparannya yang berjudul Manifestasi subklinis virus AI pada ayam dan itik dan peluangnya sebagai sumber infeksi. Paparannya ini sekaligus sosialisasi temuan terbaru Wayan terhadap perkembangan virus AI di Indonesia.
Wayan melanjutkan, bebek memang dikenal sebagai hewan reservoir virus AI. Bebek bisa tahan terhadap virus AI tanpa menyebabkan sakit tetapi ia malah membawa dan menyebarkan virus itu kemana-mana.
“Sehingga jika kita ingin melihat cemaran virus AI di suatu daerah tidak hanya dilihat dari virus pada ternak ayamnya saja tetapi juga pada ternak bebeknya. Karena virus yang ada di bebek sama dengan virus yang ada di ayam,” ujar pria kelahiran Bali ini.
Lebh jauh, yang perlu diketahui dari struktur sebuah virus AI adalah komponen Haemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N) nya. Namun yang terpenting adalah H-nya yang berfungsi sebagai alat menempel pada sel tubuh ayam, bebek atau manusia. Infeksi terjadi hanya bila virus bisa menempel pada sel.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua virus AI berbahaya? Jawabannya bisa sangat bervariasi, Wayan menjelaskan keganasan virus AI ditentukan oleh apa bahan penyusun H-nya. “Kalau H-nya mampu dipecah oleh enzim yang ada dalam tubuh ayam, kucing, manusia atau anjing barulah virus AI itu berbahaya bagi inangnya. Namun jika tubuh tidak memiliki enzim untuk memecah H virus AI ini maka virus AI tersebut tidaklah berbahaya dan tidak mampu menempel pada sel,” jelas Wayan.
Inilah yang menjelaskan mengapa pada manusia ada yang bisa terkena virus AI namun ada juga yang tidak. Bisa jadi orang yang terinfeksi AI H5N1 kebetulan memiliki enzim yang mampu memecah Haemaglutinin virus H5N1. Namun kita sebagai peternak tak perlu khawatir karena hingga saat ini belum pernah ditemukan kasus penularan atau kematian pada anak kandang yang notabene paling dekat bersentuhan dengan ayam. Dan lagi dari data hingga saat ini penularan virus AI dari unggas ke manusia belum terjadi secara intensif dan penularan flu burung antar manusia belum terjadi.
Kondisi di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari kita sangat dekat dengan unggas. Masih banyak orang yang memelihara ayam dengan diumbar, dan interaksi antar spesies seperti ayam dengan bebek, kucing, anjing dan manusia sangat dekat terjadi yang semakin memperburuk kualitas lingkungan.

Perlu Update Vaksin AI
Dari penelitiannya, Wayan memaparkan mudah sekali mengisolasi virus AI dari unggas yang secara klinis terlihat sehat. Yang kemudian ini disebut manifestasi subklinis virus AI. Pertanyaannya berbahayakah bagi manusia?
Penelitian Wayan dilakukan di wilayah Jawa Barat dan Banten karena akitivitas perunggasan paling besar terjadi di wilayah ini. Sampel diambil dari seputaran Kabupaten Tangerang, Serang, Lebak, Pandeglang, Cilegon, Bogor, dan Sukabumi. Temuan ini menunjukkan derajat kontaminasi virus AI di Jawa Barat yang cukup tinggi. Dan semua virus AI yang ditemukan pada unggas yang sehat termasuk dalam patotipe HPAI (highly pathogenic avian Influenza). Namun Wayan menegaskan bahwa temuan ini tidak berlaku umum untuk seluruh wilayah Indonesia. Mungkin untuk daerah luar Jawa tingkat kontaminasi virus AI jauh lebih rendah.
Lebih lanjut, Wayan juga menekankan bahwa material dari sawah tempat dimana bebek mengeluarkan shedding virusn AI kerap kali terbawa kedalam kandang melalui sekam. Sehingga Wayan menyarankan sebelum digunakan sekam dikeringkan dengan cara dijemur dan bila perlu disemprot desinfektan karena virus AI juga diketahui mampu bertahan lama kondisi basah.
Untuk memperkuat risetnya Wayan melakukan uji coba terhadap virus dari bebek untuk menginfeksi ayam dan bebek sentinel dalam lingkungan laboratorium BSL 3. Hasilnya virus dari bebek ini mampu menginfeksi ayam dan bebek dalam satu flok yang sama (cross infection). Dan dari hasil immunohistochemistry, virus AI dalam jumlah banyak bisa ditemukan ditrakea, ginjal, limpa, pankreas, usus halus, ovarium, dan isthmus.
Selanjutnya Wayan melakukan uji tantang virus yang diisolasi tahun 2006/2007 dari bebek, entog dan angsa di Sukabumi ditantang dengan vaksin dari isolat Legok tahun 2003. Hasilnya sungguh mengejutkan, ternyata titer antibodi yang dihasilkan yang seharusnya 26, hanya didapat 23 bahkan kadang-kadang 20. Kita ketahui titer antibodi yang tinggi saja belum tentu menjamin tingkat kekebalan, apalagi jika titer yang dihasilkannya rendah.
“Tentu yang salah disini bukan jenis vaksinnya, tetapi harus di update mengikuti perubahan virus di lapangan. Jika tidak di update, vaksinasi bisa jadi malah mubazir, karena antibodi dari vaksin sudah tidak bisa mengenali lagi virus lapang yang masuk,” ujar Wayan.
Namun Wayan kembali menegaskan bahwa temuan ini tidak berlaku umum bagi seluruh wilayah Indonesia. Ia hanya meyakinkan bahwa di Sukabumi ada virus AI lain yang tidak dikenal olah vaksin AI yang ada saat ini. Sehingga Wayan menekankan bahwa vaksinasi tidak dapat diletakkan sebagai satu-satunya pertahanan terdepan terhadap infeksi AI. Namun vaksinasi harus diletakkan dalam satu sistem bersama dengan tata laksana pertahanan penyakit yang lain seperti biosekuriti, perbaikan kualitas pakan, dan lain-lain.
Lebih lanjut Wayan juga menjelaskan tentang mekanisme turunnya produksi telur, dimana setelah virus AI masuk ke sel ovarium maka tubuh ayam akan mematikan sel ovarium tersebut bersama dengan virusnya agar tidak terjadi replikasi. Sel-sel mati tersebut akan dimakan oleh makrofag. Efeknya ke ayam sel-sel telur yang rusak akan menyebabkan turunnya produksi telur tanpa menyebabkan ayam tersebut sakit atau mati. Untuk lebih meningkatkan agresivitas sel-sel makrofag dalam memakan virus AI diperlukan bantuan dari luar contohnya imunomodulasi.
Diakhir presentasinya Wayan menyimpulkan bahwa infeksi subklinis pada unggas berperan sangat penting dalam penyebaran penyakit dan menjadi sumber infeksi bagi spesies lain.

Bantuan dari Imunomodulator
Menyambung uraian Wayan, Drh Hadi Wibowo mengungkapkan berbagai problem kesehatan unggas semakin kompleks dan ayam susah mencapai puncak produksi yang semuanya itu disebabkan masalah imunosupresi. Selain itu juga keharusan pemakaian vaksin AI inaktif semakin menambah problem kesehatan, olah karenanya diperlukan pendekatan baru, antara lain adalah Imunomodulasi.
Imunomodulasi adalah pengaturan (penyesuaian) respon imun sehingga mencapai tingkat yang dikehendaki. Sementara pengertian imunomodulator adalah obat atau bahan yang memiliki efek pada respon imun untuk melakukan imunomodulasi. Imunomodulator berfungsi meningkatkan kekebalan spesifik dan non-spesifik.
Lebih lanjut, kata Hadi, mekanisme kerja imunomodulator adalah dengan meningkatkan proses maturity (pematangan) sel-sel yang berperanan dalam imun respon. Selain itu imunomodulator juga meningkatkan proses proliferasi sel, terutama sel-sel macrophages dan lymphocyte, sehingga jumlahnya menjadi lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat. Dengan demikian jumlah antigen yang dapat diproses meningkat lebih banyak dan titer antibodi yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.
“Imunomodulator juga mengaktifkan Secretory Macrophage untuk sekresi Complement Components, sehingga sistem Complement menjadi aktif dan melakukan eliminasi antigen dalam sel melalui pelisisan sel,” tambah Hadi Wibowo.
Aplikasi imunomodulasi umumnya digunakan untuk meningkatkan efektivitas vaksinasi dengan vaksin inaktif seperti AI, FMD, dll penyakit unggas. Juga untuk penyembuhan penyakit seperti HIV/AIDS dan kanker sekaligus meningkatkan resistensi tubuh terhadap serangan penyakit.
Lebih lanjut, papar Hadi, pemanfaatan imunomodulator pada peternakan unggas khususnya yang dipasarkan oleh PT Sumber Multivita dengan merek dagang FOLGEN akan meng-coating Antigen (Virus, Bakteri, Vaksin) agar mudah ditangkap/dihancurkan dengan sempurna oleh makrofag, untuk selanjutnya menstimulasi sel B untuk membentuk antibodi.
FOLGEN juga membantu meningkatkan pembentukan antibodi akibat vaksin atau tantangan lingkungan, meningkatkan kondisi umum unggas, membantu meningkatkan produktivitas unggas, dan menekan kematian unggas.
Seminar teknis ini juga dihadiri oleh pimpinan PT Sumber Multivita Drh Herlambang. “Saat ini lebih penting melakukan pencegahan penyakit daripada mengobati, manakala vaksin tak lagi bisa diandalkan maka memaksimalkan pemanfaatan organ-organ yang berfungsi bagi pertahanan tubuh adalah lebih baik. Diantaranya dengan pemanfaatan imunomodulator. Untuk itu sudah saatnya semua peternak untuk mencoba dan membuktikan hasilnya sendiri,” ujar Herlambang memberi motivasi kepada peserta yang hadir dan antusias mengikuti acara hingga akhir. (wan/adv)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer