Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini CAMAR DI PETERNAKAN BROILER | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

CAMAR DI PETERNAKAN BROILER

CAMAR DI PETERNAKAN BROILER

(( Faktor-faktor utama manajemen pemeliharaan broiler modern difokuskan pada tiga hal mendasar, yakni cahaya, makanan dan air (CAMAR). Sinergisme CAMAR dengan faktor terkait lainnya perlu diperketat, sehingga peluang kegagalan dalam meraih bobot badan optimal dapat ditekan sekecil mungkin. ))

Merujuk pada apa yang dikatakan Ketua ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia) Prof Drh Charles Ranggatabbu MSc PhD, keberhasilan usaha peternakan broiler modern berawal dari pengamatan (observation) dan tanggapan atau respon peternak terhadap kebutuhan ayam yang dipeliharanya. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan umur tujuh hari pertama pemeliharaan tersebut sangat penting karena mampu menurunkan konsumsi pakan.
Faktor-faktor utama manajemen pemeliharaan broiler modern difokuskan pada tiga hal mendasar, yakni cahaya, makanan dan air (CAMAR), disamping itu faktor-faktor lainnya tetap memberikan andil terhadap capaian bobot badan saat panen. Oleh sebab itu, sinergisme CAMAR dengan faktor terkait lainnya perlu diperketat, sehingga peluang kegagalan dalam meraih bobot badan optimal dapat ditekan sekecil mungkin.

Karbohidrat

Konsumsi karbohidrat sebagai sumber energi merupakan nutrisi penting yang membatasi penampilan unggas pada suhu tinggi. Kebutuhan energi untuk pemeliharaan tubuh menurun sekitar 30 kcal/hari seiring dengan peningkatan suhu di atas 21 0C.
Meskipun kebutuhan energi untuk pemeliharaan adalah lebih rendah pada suhu lebih tinggi, tetapi kebanyakan energi terbuang sebagai panas tubuh sehingga kebutuhan energi absolut tidak terpengaruh akibat stres panas.
Kandungan energi pakan harus dimodifikasi yang memungkinkan pengurangan konsumsi selama suhu tinggi. Konsumsi pakan berubah 1,72 % pada setiap variasi 1 0C dari suhu ambang antara 18 0C sampai 32 0C. Penurunan menjadi lebih cepat (5 % untuk setiap 1 0C) apabila suhu meningkat ke 32-38 0C.
Tindakan untuk meningkatkan konsumsi pakan antara lain dengan penggunaan lemak dalam pakan. Konsumsi meningkat di atas 17 % pada penambahan 5 % lemak pada unggas yang mengalami stres panas karena lemak memperbaiki palatabilitas. Di samping itu, lemak memberikan tambahan kalori akibat menurunnya laju pencernaan dan karenanya meningkatkan penggunaan nutrisi.
Lemak atau minyak dengan lebih banyak asam lemak jenuh lebih disukai untuk iklim panas lembab. Konsentrasi energi harus ditingkatkan10 % selama stres panas, sedangkan konsentrasi nutrisi lain juga ditingkatkan 25 %.

Protein

Kebutuhan protein dan asam amino terlepas dari suhu lingkungan, karenanya stres panas tidak mempengaruhi penampilan unggas sepanjang kebutuhan protein sudah terpenuhi. Meskipun demikian, stres panas mengurangi konsumsi dan tingkat protein serta asam amino harus ditingkatkan apabila suhu lingkungan di atas 30 0C.
Pada suhu yang lebih tinggi, stres panas berpengaruh langsung terhadap produksi dan karenanya tidak terlalu menguntungkan untuk meningkatkan kadar protein. Keseimbangan asam amino dalam pakan memperkecil deposisi lemak dalam hati, yang meningkatkan jumlah unggas yang bisa bertahan terhadap suhu panas.
Jadi pakan rendah protein dengan asam amino kritis yang seimbang (methionine dan lysine) lebih menguntungkan dibandingkan pemberian pakan tinggi kandungan protein selama periode panas. Oksidasi atas kelebihan protein atau asam amino akan menghasilkan panas metabolik.

Kalsium dan Fosfor

Stres panas mengurangi asupan kalsium dan konversi vitamin D3 menjadi bentuk metabolit aktifnya 25 OH D3 yang esensial untuk absorbsi dan penggunaan kalsium (Peter R Cheeke, 2005).
Kebutuhan kalsium pada ayam petelur khususnya pada ayam yang lebih tua akan meningkat pada lingkungan bersuhu tinggi, untuk menanggulangi pengaruh ini, tambahan kalsium harus disediakan sebanyak 1 gram/ekor berupa grit kulit kerang, maupun limestone.
Suplementasi harus dilakukan di atas tingkat kalsium pakan yang normal (3,75 /ekor/hari) yang direkomendasikan untuk ayam petelur, sedangkan untuk ayam pedaging masih sebatas penelitian.
Meskipun demikian kelebihan kalsium mengurangi konsumsi pakan akibat keterbatasan fisiologis yang mempengaruhi selera makan. Di samping meningkatkan spesifikasi pakan, kalsium harus disajikan terpisah sebagai pilihan bagi unggas. Hasil yang lebih baik diperoleh dengan memberikan sumber kalsium pada siang hari.
Ukuran minimum sumber kalsium yang mampu memperbaiki retensi gizzard adalah sekitar 1 mm. Tingkat fosfor dalam pakan tidak boleh dilupakan karena kelebihan fosfor akan menghambat pelepasan kalsium tulang dan pembentukan kalsium karbonat dalam kelenjar kerabang sehingga dapat mengurangi kualitas kerabang telur.

Elektrolit / Unsur-unsur Penyangga

Penambahan 0,5 % sodium bikarbonat ke dalam pakan atau 0,3-1,0 % ammonium chloride atau sodium zeolite dapat mengatasi alkalosis yang disebabkan oleh stres panas. Sodium bikarbonat memacu konsumsi makan dan minum pada suhu lingkungan yang tinggi.
Laju pertambahan berat badan dapat ditingkatkan 9 % dengan penambahan bahan kimia ini ke dalam pakan broiler yang mengalami stres panas. Pengeluaran potassium melalui urine secara nyata lebih banyak pada suhu 35 0C dibandingkan pada suhu 24 0C.
Kebutuhan potassium meningkat dari 0,4 ke 0,6 % dengan kisaran suhu 25 0C sampai 38 0C. Asupan harian potassium 1,8 - 2,3 g dibutuhkan unggas untuk pertumbuhan berat badan yang maksimum selama kondisi panas.
Sebagai kompensasi akibat menurunnya konsumsi pakan selama stres panas, kandungan elektrolit (sodium, potassium dan chloride) yang diijinkan dapat ditingkatkan 1,5 % untuk setiap peningkatan suhu 1 0C di atas 20 0C.
Elektrolit juga terdapat dalam air minum dan faktor ini perlu diperhitungkan. Kelebihan asupan elektrolit dapat menyebabkan kotoran basah, kondisi ini dapat meningkatkan kadar amoniak dalam kandang.
Potassium chloride dapat ditambahkan lewat air minum dengan dosis 0,24 - 0,30 % K tetapi harus menghindari ketidakseimbangan. Kelebihan chloride diketahui menurunkan konsentrasi bikarbonat darah.
Selama stres panas, unggas mencoba mempertahankan suhu tubuh dengan meningkatkan pernapasan, diantaranya melalui evaporasi air metabolik yang akan meningkatkan kebutuhan air. Penambahan elektrolit (dan atau vitamin C) ke dalam air dingin membantu meningkatkan konsumsi pakan pada unggas yang mengalami stres panas.

Vitamin

Penambahan asam ascorbat (vitamin C), vitamin A, E, D3 dan Thiamin dapat memperbaiki penampilan unggas yang dipelihara pada suhu lebih tinggi. Meskipun demikian, kehilangan aktivitas vitamin dalam premiks maupun pakan selama penyimpanan khususnya pada suhu tinggi merupakan perhatian utama dan kejadian ini bisa menjelaskan hasil-hasil yang bertentangan atas pengaruh suplementasi vitamin selama stres panas.
Suhu tinggi, kelembaban, sifat tengik dari lemak, mineral jarang dan choline dapat mempercepat denaturasi vitamin. Aktivitas vitamin dalam pakan dapat dipertahankan dengan menggunakan antioksidan, vitamin dilapisi gelatin, kondisi penyimpanan yang tepat serta penambahan choline dan mineral jarang terpisah dari vitamin.
Asam ascorbat sintetik berkurang pada suhu tinggi, menjadikannya esensial untuk suplementasi selama musim panas. Vitamin membantu mengendalikan peningkatan suhu tubuh dan konsentrasi corticosterone plasma. Juga memperbaiki kualitas kerabang telur dengan perannya dalam pembentukan matrix organik kerabang.
Selanjutnya, melindungi sistem kekebalan tubuh dan mengurangi mortalitas pada unggas akibat infeksi IBD pada suhu tinggi dengan melindungi organ-organ lymphoid dan aktivitas thyroid.
Suplementasi asam ascorbat (200 - 600 mg / kg pakan) memperbaiki pertumbuhan, produksi telur, jumlah telur menetas, efisiensi pakan, berat telur, kualitas kerabang dan daya hidup selama stres panas.
Kemudian, vitamin E dapat melindungi membran sel dan memacu sistem kekebalan tubuh sehingga suplementasi nutrisi akan bermanfaat selama cuaca panas. Kematian yang disebabkan oleh infeksi E. coli secara nyata berkurang dengan penambahan vitamin E ke dalam pakan.
Stres panas diketahui mengganggu konversi vitamin D3 menjadi bentuk metabolit aktif yaitu 25 OH D3, sehingga tingkat ketersediaan dalam pakan harus disesuaikan selama periode suhu tinggi.
Bentuk aktif dari vitamin D3 terlibat dalam sintesa protein pengikat kalsium yang esensial untuk menjaga keseimbangan kalsium dan fosfor. Di atas suhu 32 0C, kebutuhan akan thiamin menjadi dua kali lipat dari tingkat normal pada suhu 21 0C.

Antibiotik dan Agen Chemoterapeutic

Sejumlah senyawa efektif mengurangi pengaruh merugikan terkait dengan hyperthermia meskipun biayanya bisa menjadi penghalang. Senyawa antipiretic seperti asam salisilat dan aspirin mampu memperkecil kadar catecholamine dalam darah selama stres panas.
Penampilan ayam yang mengalami stres panas dapat ditingkatkan dengan penambahan magnesium aspartate, zinc sulphate, diazepam, metyrapone atau clonidine dalam pakan.
Aureomycin didapati mampu mengatasi stres yang disebabkan oleh pemasukan protein asing atau salmonella endotoksin meskipun cara ini belum cukup menguntungkan.
Dari beberapa laporan diketahui asam asetilsalisilat (3 % dalam pakan) dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kualitas kerabang meskipun hasilnya tidak konsisten. Resinpine sebuah bentuk alkaloid dari tanaman
Rawolfia diketahui mampu mencegah kehilangan karbon dioksida sehingga keseimbangan asam basa darah terjaga dari unggas yang dihadapkan pada suhu tinggi.
Flunixin sejenis obat analgesik anti pembengkakkan dapat diberikan dengan dosis 0,28-2,2 mg / kg berat badan per hari, meningkatkan konsumsi air minum sebesar 150-300 ml / ekor/ hari.
Senyawa antikoksidial seperti nicarbazine (pada dosis standar 125 mg/kg) dapat meningkatkan mortalitas broiler di atas 90 % selama stres panas. Penambahan potassium chloride ke dalam air minum dapat menetralisir pengaruh racun.
Terkait stres akibat panas ini, peternak harus menyikapi dengan cara melakukan perubahan pada cara pemberian pakan. Pada kondisi panas dan lembab, pakan tidak boleh disimpan lebih dari seminggu.
Suhu tubuh unggas meningkat setelah mengkonsumsi pakan disebabkan oleh proses thermogenik dari pencernaan dan metabolisme. Pada pemberian pagi, pengaruh thermogenik bersamaan dengan terjadinya peningkatan suhu lingkungan yang memperburuk kondisi stres akibat panas.
Pengaruh thermogenik ini berakhir setelah 8-10 jam pada suhu 35 0C, dibandingkan hanya 2 jam pada 20 0C. Produksi panas metabolik 20-70 % lebih rendah pada ayam lapar dibandingkan ayam setelah diberi makan.
Selama cuaca panas, unggas harus dijauhkan dari pakan. Pemberian makan selama jam-jam awal dan akhir dari hari terang akan membantu mengurangi kematian pada ayam broiler.
Pemberian makan berselang seling misalnya dengan penyediaan cahaya selama 30 menit disusul 3 jam gelap dapat mengurangi aktivitas unggas (produksi panas) tetapi dibutuhkan 20-30 % luasan tempat makan dan minum yang lebih luas. Konsumsi pakan yang rendah merupakan penyebab utama dari penampilan yang rendah selama suhu tinggi.
Praktek-praktek berikut ini dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan, yakni (1) ayam makan pakan dalam bentuk basah, (2) bentuk pakan crumble atau pellet, (3) pakan rendah kalsium dengan pilihan bebas sumber-sumber kalsium, (4) Pemberian pakan sering dan (5) penambahan lemak atau molasses untuk meningkatkan palatabilitas pakan sangat dianjurkan.

Cahaya

Umumnya kebutuhan cahaya pada semua jenis unggas adalah sama, termasuk untuk ayam broiler dari semua tingkatan umur. Alaminya, cahaya digunakan ayam untuk melakukan kegiatan seperti melihat, makan dan minum. Pada sistem kandang terbuka, cahaya yang menginduksi ayam lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem kandang tertutup.
Di samping itu, cahaya yang didapat dari sistem kandang terbuka adalah cahaya matahari yang tersedia secara adlibitum. Peternak membutuhkan biaya dan tenaga untuk mengontrol masuknya cahaya yang berlebih ke dalam kandang.
Lain halnya dengan sistem kandang tertutup, pada sistem ini peternak dapat mengatur kebutuhan cahaya untuk ayam yang sesuai dengan konsep penyinaran yang dianjurkan, yakni konsep intermittent lighting, sebuah konsep yang mengatur penggunaan cahaya untuk ayam dengan sistem pemberian lampu terang dan gelap selama periode pemeliharaan.
Kelebihan cahaya pada sistem kandang terbuka berakibat pada munculnya keinginan mematuk teman sendiri atau kanibalisme, meningkatnya aktivitas ayam dalam kandang sehingga gizi dari pakan yang dimakan tidak sepenuhnya untuk pertumbuhan tapi terserap untuk aktivitas lainnya. Berdasarkan ini, maka untuk pemeliharaan broiler modern tidak dianjurkan dengan menggunakan sistem kandang terbuka.
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa ayam berada dalam kondisi yang lebih baik pada intensitas cahaya minimum 25 lux, tersebar secara merata, sehingga mereka dengan mudah mengakses pakan dan air minum.
Beberapa perusahaan peternakan atau peternak mengatakan bahwa kondisi terbaik bagi ayam yaitu pada saat intensitas cahaya selama 1 minggu pertama sebesar 50 dan 60 lux.
Penelitian lain tentang pemberian cahaya pada ayam menunjukkan bahwa intermittent lighting (pemberian lampu terang dan gelap) dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler.
Dr Classen (1994) pakar perunggasan dari Canada, menyatakan bahwa konversi pakan, daya hidup, pertumbuhan dan nafsu makan (appetite) yang lebih baik serta menurunnya angka kematian akibat serangan jantung, merupakan efek positif dari pemberian cahaya yang tepat.
Program pemberian cahaya ini bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan broiler pada masa starter, kemudian diikuti dengan pertumbuhan selanjutnya (compensatory growth) pada masa berikutnya.
Pencahayaan dengan pemberian lampu terang dan gelap diawal pemeliharaan akan mengurangi kebutuhan energi dengan berkurangnya aktivitas harian sehingga juga mengurangi pengeluaran energi (energy expenditure).
Pengamatan terhadap tingkah laku ayam pada tingkat konsumsi air dan pakan membuahkan hasil bahwa konsumsi air dan pakan meningkat 50% lebih tinggi dalam waktu dua jam setelah lampu dinyalakan, artinya aktivitas ayam makan dipengaruhi oleh cahaya.
Di samping itu Kamyab (2000) menambahkan bahwa intermittent lighting pada sistem pemeliharaan broiler dapat mengurangi kematian anak ayam pada periode minggu pertama pemeliharaan.

Air

Air harus tersedia secara ad libitum dengan kondisi suhu air yang tepat dan kandungan bahan kimia serta kualitas mikrobiologi yang sesuai sesuai dengan standar. Tempatkan air minum dalam galon bersih.
Posisi tempat minum yang baik adalah terletak pada setiap tempat pakan, hal ini bertujuan untuk mengurangi aktivitas gerak ayam. Apabila menggunakan nipple drinker, maka lebih baik menambahkan baby drinkers khusus bagi DOC yang berasal dari bibit muda. (Daman Suska)

Related Posts

2 Comments:

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer