Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Setelah Terpilih Duta Ayam dan Telur, Lalu? (Editorial Infovet) | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Setelah Terpilih Duta Ayam dan Telur, Lalu? (Editorial Infovet)

Sejak Juni 2018, Pinsar Indonesia bekerjasama dengan Forum Media Peternakan (Format)  menyelenggarakan pemilihan Duta Ayam dan Telur untuk periode 2018-2021. Ini adalah pertama kalinya duta ayam telur dipilih melalui proses seleksi ketat, mulai dari proses publikasi di berbagai media, pendaftaran, seleksi administrasi (ondesk review), seleksi melalui wawancara per telepon hingga kemudian dilakukan Grand Final pemilihan Duta Ayam dan Telur yang berlangsung 6 November 2018 di Hotel Ambhara Jakarta.

Panitia tampak sangat serius menggarap kegiatan ini meskipun dengan dana yang sangat terbatas. Dewan Juri yang dipilih juga  tidak main-main yaitu Direktur Pengolahan dan Pemasaran Peternakan Fini Murfiani, Ketua GPPU Achmad Dawami dari pihak perunggasan dan Vera Damayanti yang berpengalaman sebagai dewan juri berbagai ajang kompetisi nasional.

Mirip dengan ajang pemilihan Putri Indonesia, Abang None Jakarta dan sejenisnya, para finalis ini harus tampil meyakinkan, memiliki atitude yang baik, kreatif dan cerdas menjawab pertanyaan dewan juri. Sebelumnya, mereka juga diberi pembekalan mengenai usaha perunggasan dan manfaat gizi ayam dan telur bagi keluarga, oleh Achmad Dawami dan Rakhmat Nuriyanto (Dewan Penasehat ASOHI). Pembekalan ini dilakukan untuk memberikan wawasan yang lengkap mengenai ayam dan telur, sehingga bermanfaat bagi mereka baik terpilih maupun tidak terpilih sebagai Duta Ayam dan Telur.

Mewakili Dewan Juri,  Fini Murfiani mengatakan, semua finalis adalah anak-anak muda kaum milenial hebat-hebat. Pihaknya berharap selain Offie dan Andi yang terpilih sebagai Duta Ayam dan Telur, mereka yang masuk final dengan latar belakang pendidikan dan budaya beragam, tetap bisa berperan dalam kegiatan kampanye ayam dan telur.

Berita pemilihan duta inipun menyebar dan muncullah beragam tanggapan. Banyak ucapan selamat dari berbagai pihak, ada juga yang berkomentar “apa gunanya duta ayam dan telur? Dulu juga sudah ada tapi belum tampak manfaatnya.”

Menanggapi hal ini, kita perlu melihat ke belakang, tentang bagaimana upaya masyarakat perunggasan mengatasi permasalahan pasar, khususnya supply-demand. Di dunia perunggasan, masalah paling besar adalah sering terjadinya  over supply (kelebihan pasokan) yang menyebabkan  harga jatuh dan peternak merugi.  Kelebihan pasokan ini bukan lantaran konsumsi masyarakat sudah melampaui batas, namun justru terjadi di tengah masyarakat yang konsumsinya masih terbilang rendah. Dibanding negara tetangga Malaysia saja, konsumsi hanya sepertiganya. Sementara itu konsumsi barang yang menggangu kesehatan seperti rokok malah jauh melampaui konsumsi rokok negara lain di dunia.

Untuk menghadapi “ironi “ ini ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu pertama melakukan supply management dengan memangkas produksi agar sesuai dengan permintaan pasar, dan kedua, melakukan upaya meningkatkan konsumsi ayam dan telur agar pasokan dari peternak bisa diserap pasar. Di tengah masyarakat yang konsumsinya rendah, mestinya yang lebih serius dilakukan adalah mengupayakan agar masyarakat memprioritaskan belanja ayam dan telur sebagai sumber gizi keluarga, bukan rokok , pulsa atau yang lainnya.

Namun kita lihat, yang sering dibahas dunia usaha adalah bagaimana caranya agar produksi bisa menyesuaikan permintaan. Ini adalah cara cepat dan murah, namun akan membuat konsumsi ayam dan telur sulit bergerak naik. Bahkan makin banyak isu negatif yang menyerang komoditi ini, mulai dari isu hormon, penyebab kolesterol, bisul, residu antibiotik dan sebagainya

Saat ini dimana pemeliharaan ayam semakin baik, bahkan antibiotika imbuhan pakan (Antibiotic Growth Promoter/AGP) sudah dilarang, kualitas daging ayam dan telur produksi peternak kita semakin baik. Bahkan bisa disebut “hampir organic”. Padahal masyarakat membelinya dengan harga yang sama.

Lantas apa kaitannya dengan Duta Ayam dan Telur? Pemilihan Duta harusnya menjadi momen bagi masyarakat perunggasan untuk lebih bergariah mengupayakan peningkatkan konsumsi. Duta Ayam dan Telur dengan segala kelebihannya dapat diperankan untuk melakukan penyuluhan dan pendekatan ke para ibu, misalnya mengajari cara belanja hemat dan sehat. Bandingkan harga krupuk dengan telur, bagaimana nilai gizinya. Untuk level penghasilan menengah, mereka perlu lebih diyakinkan agar tidak takut tentang bisul, kolesterol dan isu negatif lainnya. Banyak penelitian ahli bahwa tak ada bahaya kolesterol dari telur.

Untuk para dokter, Duta bisa menjalin komunikasi untuk meyakinkan bahwa sama sekali tidak ada penyuntikan hormon di peternakan ayam. Selain sudah lama dilarang juga harganya mahal. Kalau perlu para dokter diajak ke peternakan, agar tidak menyebarkan info menyesatkan ke pasien mereka. Kegiatan talkshow di radio, TV, wawancana media cetak, dialog dengan komunitas kesehatan manusia, Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan dan berbagai pihak dapat diperankan Duta dengan membawa misi peningkatkan konsumsi.

Untuk semua itu, pastinya diperlukan dukungan dari pemerintah dan para pemangku kepentingan mulai dari asosiasi perunggasan, perusahaan sarana produksi perunggasan, organisasi profesi, kalangan kampus maupun mahasiswa untuk bisa memerankan Duta dengan baik. Duta Ayam dan Telur adalah utusan atau wakil masyarakat perunggasan untuk berdialog dengan konsumen.

Untunglah pada ajang pemilihan Duta Ayam dan Telur tahun ini Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr. Drh. Ketut Diarmita MP memberikan komitmennya untuk terus memberikan dukungan dalam kegiatan ke depan. Sejak dinobatkan sebagai Duta Ayam dan Telur Offie dan Andi sudah mulai memperkenalkan diri di publik antara lain di seminar nasional bisnis peternakan 22 November 2018 yang diselenggarakan ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) dan hadir di acara Agrivagansa di Kementerian Pertanian 23 November 2018 sebagai narasumber.

Di tengah masyarakat yang konsumsi daging ayam telurnya rendah, segala sumber daya sebaiknya difokuskan pada peningkatkan konsumsi, seiring dengan upaya tata kelola supply-demand  unggas yang telah dan terus dilakukan pemerintah .***

Bambang Suharno

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer