Oleh: Drh H. Tjiptardjo P, SE
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kebutuhan mendasar yang harus terjamin adalah ketersediaan bahan pangan, dalam tata ekonomi yang berdasarkan pasar bebas memang tidak tertutup adanya kebutuhan yang harus dipasok dari negara lain, namun demikian harus dapat dibatasi dan hal-hal yang bersifat strategis dapat dipenuhi sendiri dari sumber lokal.
Dari analisis kelembagaan yang terkait dengan kecukupan pangan, ditataran global akan terjadi kecenderungan ketidakseimbangan laju penambahan penawaran dan permintaan, untuk itu harus diwaspadai dan dipersiapkan. Terkait dengan bahan pangan asal hewan maka Program Swasembada Daging Sapi 2014 merupakan upaya yang perlu penyesuaian agar dapat lebih efektif.
Mengacu pada Seminar Nasional “Peluang dan Tantangan Investasi Peternakan Sapi dalam rangka Swasembada Daging Sapi 2014” yang diselenggarakan oleh ASOHI (Asoasiasi Obat Hewan Indonesia) paad akhir September 2010 di Jakarta, memang banyak hal yang perlu perbaikan untuk dapat mencapai sasaran terbaik.
Hal-hal yang harus dipertajam adalah efisiensi dari sumber dana dengan prioritas kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian program serta peran serta Pemerintah daerah yang perlu ditingkatkan. Tepat sekali ulasan dalam artikel harian Kompas tanggal 1 Oktober 2010 yangbertajuk “Program Belum Fokus, Pemda Tidak Mendukung Program Swasembada Daging Sapi”.
Dalam peningkatan populasi sapi yang tidak boleh diabaikan adalah optimalisasi stock yang ada dengan meningkatkan produktivitasnya, melalui berbagai upaya yang tidak sulit dilaksanakan dengan biaya yang relatif tidak tinggi.
Kegiatan yang perlu menjadi prioritas adalah penyelamatan sapi betina produktif yang sampai saat ini laju pemotongannya masih tinggi, untuk itu perlu dukungan Pemerintah Daerah melalui pengawasan pada RPH (Rumah Potong Hewan). Selain itu juga diperlukan optimalisasi kondisi kesehatan reproduksi sehingga angka kelahiran bisa ditingkatkan, disamping perbaikan kondisi umum melalui pencegahan penyakit parasit khususnya cacing yang menghambat pertumbuhan dan pertambahan berat badan.
Diharapkan melalui penajaman program secara tepat, efisiensi dapat dilakukan dan efektivitas dapat ditingkatkan sehingga sasaran program dapat dicapai. (*)
KEDAULATAN PANGAN
Infovet
November 25, 2010
Related Posts
ARTIKEL TERPOPULER
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Manajemen pemberian pakan ayam petelur sangat penting. Mengingat biaya operasional terbesar adalah pakan (70-80%). Jika manajemen pakan buru...
-
Acara pendampingan pakan untuk peternak sapi perah yang dilaksanakan AINI dan KPSBU melalui daring. (Foto: Istimewa) Dalam acara Pendampinga...
-
Kenali Penyebab Turunnya Produksi Telur (( Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab turunnya produksi telur, diharapkan peternak dapat m...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Peran brooder sangat penting untuk menjaga suhu dalam kandang saat masa brooding , agar ayam nyaman dan pertumbuhannya bisa optimal. ...
-
Peternak unggas terutama self-mixing harus cerdas dalam memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement. (Foto: Dok. Infovet) Sej...
-
TIDAK ADA CERITANYA PETERNAK BROILER RUGI? (( Ayam pedaging, usaha peternakannya dihitung per periode. Perhitungannya ada kalah menangnya. M...
-
Karena kekeringan yang berkepanjangan, ketidakpastian yang diciptakan oleh pandemi Covid-19, dan pemadaman listrik yang berkelanjutan, peter...
-
Seorang peternak bercerita kepada Infovet bahwa ayam broiler umur 12 hari mengalami ngorok atau gangguan pernafasan. Setelah vaksinasi IB...
0 Comments:
Posting Komentar