Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini INFECTIOUS CORYZA (SNOT) | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

INFECTIOUS CORYZA (SNOT)

Edisi 163 Februari

Drh Prabadasanta Hudyana

Penyakit ini sering timbul terutama pada saat hujan kelembaban tinggi, kadar amoniak kandang tinggi, serta sanitasi kandang yang jelek. Berat ringannya sangat tergantung pada kondisi kandang, ventilasi kandang, cara penanganannya. Penyakit ini sudah tersebar di seluruh dunia dan dapat terjadi pada ayam petelur dan ayam pedaging.
Dampak yang ditimbulkan terutama :
 Peningkatan jumlah ayam afkir
 Penurunan berat badan
 Penurunan produksi telur ( 10-40% )
 Biaya pengobatan dan sanitasi yang tinggi.
Peyakit ini bila treatment kurang baik akan timbul dan hilang secara bergantian dalam 1 lokasi kandang, hal ini karena faktor-faktor ventilasi, jumlah usia ayam pada 1 lokasi, manajemen pemeliharaan yang jelek.

Penyebabnya
Haemophylus Paragallinarum adalah biang penyakit ini yang bersifat gram negatif, bentuk batang/cocco, anaerob.
Di luar tubuh hewan mudah mati, exudat yang tercampur air minum, bakteri tahan ± 4 jam.
Ada tiga strain yaitu A,B, dan C, type A dan C paling virulent, meskipun type B juga punya peranan yang relatif besar.

Cara Penularan
Penularan dapat terjadi secara horizontal, dapat lewat ayam carrier juga lewat udara, kasus ini muncul pada saat kelembaban udara tinggi dan stres pada ayam. Penularan antar ayam dapat terjadi secara cepat dan penularan lewat burung-burung liar juga dimungkinkan.

Gejala-gejala Klinis
Inkubasi penyakit ini 24 – 72 jam, dan terutama sering timbul pada usia mulai 3 minggu ke atas, ayam dewasa cenderung lebih parah daripada ayam muda dan prosesnya biasanya berlangsung lama.
Sering diikuti dengan kasus lain seperti CRD, SHS, IB, dan ILT. Bila ada infeksi sekunder ini maka kasus kematian akan semakin tinggi. Gejala yang paling awal adalah bersin-bersin yang diikuti exudat mucoid di rongga hidung, mata.
Beda dengan SHS pada snot exudat sangat berbau busuk, dengan kebengkakan SHS di belakang bola mata sedang snot di atas/ di bawah rongga mata. Seringkali kelopak mata merah dan mata menjadi menutup.
Produksi telur akan turun cukup signifikan tetapi anehnya penyakit dengan di beri obat antibiotika yang sembuh tetapi bila tidak serentak/masih ada sisa yang belum sembuh, maka penyakit ini akan mudah kambuh dengan cepat.
Jadi sifat penyakit ini morbiditas tinggi tapi mortalitas rendah dan efek yang muncul produksi telur turun cukup lama.
Bila ventilasi dan manajemen kandang kurang baik maka akan memperparah serangan ini.
Perubahan patologis yang nampak pada saluran nafas atas, ada radang cattaralis pada mukosa/cavum nasi dan sinus, keradangan paru dan kantung udara.


Diagnosa
Dapat dilakukan berdasar gejala-gejala klinis yang nampak, perubahan patologis dan dapat dilakukan dengan uji laboratorium seperti HI test dan harus dibedakan dengan SHS, CRD, IB dan ILT.
Pengobatan
Pemakaian golongan antibiotika telah dipakai dapat mengurangi/mengobati snot dengan mengurangi keparahan saja, tanpa mengatasi secara tuntas. Dan penyakit cenderung kambuh terutama bila pengobatan kurang sesuai dosisnya, Antibiotika yang dipakai tidak sesuai.
Perlu juga diberi vitamin untuk memperbaiki, pada kondisi di lapangan dapat dilakukan revaksinasi yang disusul dengan pemberian antibiotika yang sesuai.
Tetapi faktor pendukung seperti ventilasi dan manajemen pemeliharaan perlu diperbaiki agar proses penyembuhannya akan lebih baik.


Penulis adalah Ahli Kesehatan Unggas
PT Multibreeder Adirama Indonesia

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer