Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini TAHUN BERGANTI, MUSIM BERUBAH, PERNAFASAN BERPOLAH | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TAHUN BERGANTI, MUSIM BERUBAH, PERNAFASAN BERPOLAH

(( Pada layer atau broiler pun demikian, penyakit pun masih tercatat sebagai penyebab kerugian terbesar di peternakan. Dari sejumlah besar penyakit yang dapat menyerang ayam, penyakit saluran pernafasan perlu diwaspadai. ))

Pergantian musim di tahun 2006, baru terjadi menjelang tahun 2007. Pergantian musim ini, bagi sebagian peternak dianggap sebagai hal yang paling mengkuatirkan, terutama bagi peternak broiler atau layer.
Sudah sejak lama pergantian musim selalu dikaitkan pada penurunan produksi telur pada layer dan terhalangnya pertambahan berat badan pada broiler. Kenapa, karena perubahan musim selalu dibarengi penyakit yang berhubungan langsung dengan penurunan stamina layer atau broiler, sehingga reaksi tubuh terhadap suatu bibit penyakit tereleminir. Akibatnya tubuh ayam gampang terserang penyakit, demikian Hj Ir Elfawati MSi mengawali bincang-bincangnya dengan kru Infovet Riau.
Secara harfiah musim diartikan sebagai fenomena alam yang rutinitas terjadi dibelahan bumi raya ini. Fenomena alam ini seharusnya tidak untuk ditakuti tapi bagaimana bisa disiasati agar tidak menimbulkan mudarat malah bisa menimbulkan keuntungan bagi kita semua. Sebut saja semut, adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan yang dikumpulkan dimusim panas untuk bekal pada musim dingin.
Artinya apa, semut berpikiran jauh ke depan karena tidak mungkin mendapatkan makanan pada musim dingin, alternatif mengumpulkan makanan pada musim panas adalah terbaik untuk kelompk semut agar terhindar dari kelaparan pada musim dingin. Senada ini, upaya peternak dalam menyikapi pergantian musim perlu hendaknya berkaca pada kerajaan semut, boleh dikata sedia payung sebelum hujan, ini mungkin lebih baik.
Berkaitan perubahan musim yakni dari musim panas ke musim dingin, kewaspadaan peternak perlu ditingkatkan, semisal penyediaan pemanas buatan untuk kelengkapan kandang broiler dan pelindung kandang bagi layer agar terpaan angin secara langsung dapat dihindari. Disamping itu, musim dingin yang lebih diidentikkan musim hujan, memerlukan perhatian peternak pada perbaikan drainase lingkungan kandang agar tidak terjadi genangan air dikala hujan menghadang.
Menurut Hj Ir Elfawati MSi yang alumnus pasca sarjana Institut Pertanian Bogor, pengaturan sistem pembuangan air setidaknya mampu menghindari kemungkinan buruk seperti banjir dadakan dan atau genangan air yang disinyalir sebagai mediator berbagai kuman penyakit penyebab sakit pada peliharaan peternak. “Sebenarnya genangan air di sekitar areal kandanglah yang perlu dikuatirkan, karena rentan sekali sebagai tempat berkumpulnya berbagai bibit penyakit yang secara langsung atau tidak mampu menimbulkan penyakit pada ternak,” jelas dosen Fakultas Peternakan UIN Suska Riau ini.
Lebih lanjut menurut Eva, nama panggilannya, sebenarnya bukan musim dingin saja yang perlu dikuatirkan peternak, namun musim kering atau kemarau juga perlu diperhatikan. Musim kemarau apalagi kemarau panjang dapat mengakibatkan kekurangan air minum dan defisit makanan. Ini dapat mempengaruhi kondisi tubuh ternak, dimana ternak mudah terpapar penyakit. Ada beberapa jenis penyakit ternak menular terutama yang bersifat ganas dan infeksius seperti radang limpa (antrak), ngorok, diare ganas sapi dan penyakit mubeng, ini semua menyerang sapi dan ternak ruminansia lainnya.
Timbulnya penyakit bisa saja akibat menurunnya kondisi pisik tubuh ternak, terutama pada ternak yang minim antibodi, sehingga respon terhadap perlakuan vaksinasi apapun pada ternak juga menurun. Sedang pada unggas menurut Eva, dampak kekeringan juga menimbulkan permasalahan, semisal produksi telur dan daging ayam menurun, hal ini disebabkan tidak stabilnya suhu lingkungan, menipisnya persediaan air bersih, dan masalah krusial lainnya yang secara signifikan dapat berpengaruh pada ayam.
Lain halnya pada ayam kampung yang notabenenya dari segi pemeliharaannya masih bersifat ekstensif dengan cara diumbar dan dilepas begitu saja untuk mencari makanan dengan konsekwensi tetap memberikan produksi berupa telur dan daging pada ”tuannya”. Permasalahan pokok dalam pemeliharaan ayam kampung adalah penyakit, dimana para peternak konvensional sama sekali minim pengetahuannya, sehingga seringkali penyakit tersebut terdeteksi manakala sudah mewabah atau setidaknya telah menimbulkan kematian pada ternak.
Pada layer atau broiler pun demikian, penyakit pun masih tercatat sebagai penyebab kerugian terbesar di peternakan. Dari sejumlah besar penyakit yang dapat menyerang ayam, penyakit saluran pernafasan perlu diwaspadai.
Akuak, ND atau Tetelo

Menurut Drh Muhammad Firdaus Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian kota Pekanbaru, penyakit pernafasan pada unggas sejauh ini masih tergolong sebagai pembunuh nomor satu. Namun, tidak semua jenis penyakit pernafasan tersebut dikategorikan berbahaya baik pada ayamnya atau pada manusia sebagai konsumen terbesar produk unggas tersebut, misalkan saja penyakit akuak atau tetelo.
Penyakit ini disebabkan virus “Paramyxovirus” dengan temuan virus di otak, limpa, paru-paru dan darah. Virus ini mudah tumbuh dalam telur yang sedang ditetaskan, sehingga Paramyxovirus dapat ditularkan secara horizontal dari induk ke anak dengan mediator telur yang terpapar virus. Penyakit yang ditemukan di kota New Castle ini dapat menimbulkan kematian dengan persentase yang tinggi, tercatat bahwa angka mortalitasnya bisa mencapai 100% dari total populasi ayam dalam satu kandang.
Di samping itu, menurut alumni FKH UGM ini, penyakit akuak dapat menular dari satu ayam ke ayam lain dalam kurun waktu yang singkat, penularan biasanya melalui kontak langsung ayam sehat dengan ayam sakit, tamu atau orang yang lalu lalang di sekitar areal kandang, tempat makan dan minum yang kurang bersih dan burung-burung liar yang keluar masuk kandang.
Kematian mendadak pada ayam yang terpapar akuak juga bisa terjadi. Sehingga, seringkali dikelirukan dengan avian influenza bagi kalangan awam, seperti kasus kematian ayam secara mendadak di kelurahan Labuh Baru Timur kota Pekanbaru di awal November 2006, sempat menimbulkan kepanikan terkait merebaknya isyu flu burung yang dapat menimbulkan kematian pada manusia. Apalagi pemberitaan yang tidak profesional dari media lokal telah pula memperkeruh keadaan, sehingga dikuatirkan ketakutan yang berlebihan pada masyarakat dapat menimbulkan berkurangnya minat konsumen untuk produk daging unggas.
Sementara itu, Yanto anak kandang PT Asdar Muda Sakti menyatakan, akuak pada ayam petelur perlu dicermati dengan sungguh-sungguh, karena kelalaian sedikit saja akan berbuah malapetaka terhadap ayam petelur yang dipelihara. Lebih lanjut dikatakan Yanto, faktor kebersihan kandang perlu diprioritaskan, artinya kebersihan menyeluruh mulai dari lingkungan kandang baik dalam atau luar kandang, kebersihan ayamnya, kebersihan peralatan yang digunakan sampai pada kebersihan anak kandang yang berhubungan langsung dengan ayam yang dipelihara. “Dengan ketatnya pengawasan kebersihan ini, sampai saat ini wabah akuak sama sekali belum dijumpai di usaha peternakan ini”, tegas Yanto.
Secara klinik, gejala akuak berupa kesulitan bernafas, rale dan bersuara saat ayam bernafas. Kemudian leher dan kepala berputar dan sayap jatuh, kondisi ini diperparah dengan terjadinya penurunan produksi telur pada layer bahkan dapat terhenti sama sekali. Penyakit ini juga diiringi diare dengan warna feces hijau. Pada nekropsi atau bedah bangkai ditemukan lesi pada proventriculus, usus dan tonsil cecum. Pendarahan juga ditemukan pada ptechi jaringan adipose pada pericardium, abdomen dan jaringan lainnya, disamping itu penyumbatan pada trachea juga ditemukan saat dilakukan bedah bangkai.
Pengobatan pada akuak atau ND belum bisa dilakukan karena belum adanya obat yang mampu membunuh virus ND dimaksud. Menurut Firdaus, cara jitu penanggulangan ND adalah melaksanakan vaksinasi yang terjadwal sedemikian rupa, biasanya dengan program vaksinasi pertama dilakukan pada umur empat hari, vaksinasi selanjutnya dilakukan pada umur empat minggu, sedang vaksinasi ketiga dilakukan pada umur empat bulan, selanjutnya diulang setiap satu kali empat bulan.
Namun, kecanggihan teknologi bidang peternakan saat ini, program vaksinasi lawas ini bisa saja dipangkas dengan temuan-temuan alternatif seperti penggunaan vaksin aktif ataupun vaksin in aktif dengan berbagai pilihan merek dagang di lapangan. Yang tidak kala pentingnya adalah usaha pencegahan dengan cara meningkatkan manajemen dan sanitasi yang baik dalam pemeliharaan, isolasi yang ketat pada daerah wabah dan upaya stamping out semua unggas yang terinfeksi, serta pembatasan perdagangan produk telur dan unggas hidup untuk daerah yang terjangkit akuak atau ND sangat diperlukan.

Avian Influenza

Untuk jenis penyakit pernafasan lain yang juga intens menyerang ayam adalah avian influenza. Penyakit pernafasan ini disebabkan virus dari golongan H5N1 yang berukuran sangat kecil. Penyakit yang diduga bisa menular kemanusia ini sampai saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi kalangan awam yang kurang mendapatkan informasi tentang penyakit dimaksud. Keterbatasan penerimaan masyarakt terhadap informasi yang berseliweran juga memperkeruh keadaan, dimana penyakit avian influenza ini mampu menurunkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi produk asal unggas seperti daging dan telur.
Penyakit dengan gejala klinis cyianosis pada jengger, pial dan kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu, ditemui juga cairan pada mata dan hidung, pembengkakan di daerah muka dan kepala, pendarahan sub kutan, pendarahan titik atau ptchie pada daerah dada, kaki dan telapak kaki, batuk, bersin dan ngorok yang diiringi diare dan berakhir pada kematian ini kali keduanya menyerang Riau khususnya kota Pekanbaru, kabupaten Pelalawan, Siak dan Kampar.
Pada tahun 2005 silam, penyakit ini telah dilaporkan menyerang unggas yang berdomisili di Dumai dan sekitarnya. Namun kali ini sikecil H5N1 mencoba meluluhlantakkan benteng pertahanan unggas di kota Pekanbaru dengan temuan ayam warga kecamatan Labuh Baru Timur yang mati mendadak. Menyikapi ini, Kepala Balai Laboratorium dan Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Riau drh Munasril Wahid menyatakan, ini sudah lagu lama di dunia kesehatan hewan, dimana saat terjadinya perubahan musim dari panas ke hujan sudah dipastikan berpengaruh pada kesehatan hewan terutama unggas yang rentan sekali terhadap fenomena alam tersebut, namun tidak tertutup juga kemungkinan hewan lainpun juga dapat sakit bila kondisi tubuhnya tidak mampu menolak bibit penyakit pada saat dimaksud.
Lebih lanjut dijelaskannya, kematian ayam secara mendadak ini tidak perlu dikuatirkan dulu sebelum adanya peneguhan diagnosa dari instansi berwenang dalam hal ini adalah BPPV Baso Bukit Tinggi, Sumbar. Hanya saja menurut alumni FKH IPB Bogor ini masyarakat kita (red, Riau) masih trauma terhadap beragam pemberitaan yang terlalu vulgar yang tidak mengindahkan kaedah-kaedah penulisan yang benar. “Inilah yang sering menyesatkan umat”, tegas Wahid.
Terkait temuan adanya avian influenza menyerang beberapa ayam kampung di kota Pekanbaru ini, langkah pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit perlu diperketat melalui:
(1) pelaksanaan biosecurity secara ketat untuk mencegah semua kemungkinan penularan atau kontak dengan ternak tertular dan penyebaran penyakit melalui tindakan
a) pembatasan lalu lintas dan tindakan karantina/ isolasi lokasi peternakan terluar dan lokasi tempat-tempat penampungan unggas yang tertular,
b) dekontaminasi atau desinfeksi dilakukan terhadap semua yang berkaitan dan berhubungan dengan yang terinfeksi.
(2) pemusnahan unggas selektif atau depopulasi di peternakan tertular dilakukan dengan:
a) membunuh dengan jalan eutanasia atau menyembeli semua unggas hidup yang sakit dan unggas sehat yang sekandang,
b) disposal atau membakar dan menguburkan unggas mati atau bangkai di lokasi yang tertular.
(3) vaksinasi dilakukan pada unggas yang sehat di daerah tertular,
(4) restocking atau pengisian kembali
(5) stamping out di daerah tertular baru.
Terkait beragam tanggapan masyarakat yang kapasitasnya sebagai konsumen produk unggas ini, Yohardi Penanggung Jawab Lapangan (PJL) PT Subur menyatakan, sejauh ini permintaan telur dan daging unggas di pasaran masih stabil, artinya merebaknya kembali kasus flu burung di Riau khususnya di kota Pekanbaru tidak berpengaruh nyata terhadap minat konsumen mengkonsumsi produk unggas dimaksud. Sedang untuk usaha peternakannya sendiri sampai saat ini masih terbilang aman dari terkaman sikecil H5N1 tersebut. Menurutnya, penerapan sistem sanitasi yang ketat yang lebih populer dengan sebutan biosecurity menyeluruh mulai dari lingkungan, kandang, ayamnya termasuk anak kandang yang berhubungan langsung dengan ternak.
Di samping itu, trik sukses Yohardi dalam menangkal semua jenis penyakit di usaha peternakannya tidak terlepas dari usahanya menjalin jaringan yang baik atau good net working dengan semua pihak termasuk pihak pabrikan pakan, obat-obatan dan yang terpenting adalah dilini awalnya yaitu pintu keluar masuknya sarana transporatasi dari dan ke peternakannya, tak ayal usaha peternakan Subur tetap exist meskipun berbagai macam badai perekonomian Indonesia menghadang, sebut saja krisis ekonomi yang sempat menghancurkan sendi-sendi perekonomian anak bangsa ini, hanya perekonomian berbasis pertanian dan peternakan yang tetap exist menghadapi badai krisis tersebut.

CRD

Penyakit pernafasan lain yang juga sering dijumpai di lokasi peternakan adalah penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD). Penyakit pernafasan menahun ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum yang ditandai adanya ingus katar dari lubang hidung, kebengkakan muka, batuk disertai suara waktu penderita bernafas. Penyakit ini dapat menyerang ayam pada semua level umur, dengan derajad morbiditas tinggi sedang mortalitas penyakit ini masih terbilang rendah. Hanya saja pada kasus adanya ikutan penyakit sekunder seperti ND dan Escherchia colli disinyalir dapat memperparah CRD.
Menurut drh Muhammad Firdaus Kasi Keswan Dinas Pertanian kota Pekanbaru, kerugian ekonomi akibat CRD seperti menurunnya konversi makanan yang berakibat pada penurunan laju pertumbuhan, mutu karkas menurun, terjadinya peningkatan jumlah ayam afkir, penurunan produksi telur serta biaya pengobatan yang tinggi perlu disikapi peternak, artinya pantauan secara utuh dan menyeluruh terhadap ternaknya diperlukan, sehingga pada saat ayam peliharaannya menunjukkan satu dari semua gejala dimaksud dapat dicegah sebelum CRD mewabah.
Sebagai penyakit yang dikategorikan penyakit pernafasan, kekhasan CRD menurut alumni FKH UGM ini adalah ingus katar yang keluar dari hidung dengan terjadinya pembengkakan muka akibat tertimbunnya eksudat dalam sinus infraorbitalis. “Sedang di lapangan, CRD sering disamarkan dengan penyakit Snot menular, Kolera unggas, Infeksi Mycoplasma Sinoviae, ND, dan IB,” jelas Firdaus.

Pilek Menular

Sementara itu, untuk penyakit Koriza atau Snot sering juga dilaporkan oleh peternak layer. Seperti diketahui, penyakit ini berjalan khronis pada ayam, yang dicirikan dengan adanya radang katar pada selaput lendir alat pernafasan bagian atas seperti rongga hidung, sinus infraorbitalis dan trakhea bagian atas. Angka kesakitan pada Snot sangat tinggi sedang angka kematian cukup rendah.
Menurut drh Hanggono TS PT Medion cabang Pekanbaru, ayam yang paling rentan terhadap Snot adalah ayam dara menjelang berproduksi dengan kisaran umurn18-23 minggu. Sehingga pada usaha peternakan ayam petelur, Snot sangat diantisipasi kehadirannya sebab meskipun mortalitasnya cukup rendah namun angka penyingkiran atau culling rate nya sangat tinggi mencapai 20% dari total populasi. Berdasarkan survey lawas, ayam yang sedang bertelur dengan paparan Snot akan terjadi penurunan produksi telur 10-40%.
Terkait beragam jenis penyakit pernafasan yang dapat menyerang ayam, drh Hanggono menyarankan agar lebih meningkatkan sanitasi di semua lini pemeliharaan. Di samping itu, perbaikan pakan perlu juga diperhatikan, artinya berikan pakan pada ayam sesuai dengan kebutuhannya, baik dari segi jumlah ataupun kualitas pakan tersebut. ”Bila peternak menerapkan pola pemeliharaan yang benar dan tidak keluar jauh dari kaedah-kaedah yang dianjurkan, maka semua bentuk halangan termasuk penyakit tadi dapat diatasi, dengan demikian usaha peternak tidak sia-sia, karena ternak sehat maka puluspun akan mengalir dengan lancer,” pungkas alumni FKH UGM Yogya ini. (Daman Suska)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer