Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Fenomena Meningkatnya Kasus Necrotic Enteritis

Necrotic Enteritis (NE) merupakan jenis penyakit yang belakangan ini fenomenanya cenderung mengalami peningkatan kasus cukup signifikan dilapangan. Kasus NE tercatat banyak menimbulkan permasalahan pada peternakan ayam broiler modern, namun demikian cukup banyak juga dilaporkan terjadi pada peternakan ayam petelur komersial serta breeder (peternakan ayam pembibitan).

Kasus NE secara langsung menyebabkan gangguan fungsi sistem pencernaan, sehingga dinilai sangat merugikan secara ekonomis berkenaan dengan gangguan efesiensi pakan (FCR yang meningkat cukup signifikan) dan gangguan pertumbuhan serta sejumlah kematian. Dari sisi biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak ayam broiler untuk pengobatan terhadap NE, untuk setiap ekor ayamnya dapat mencapai antara Rp 400 – 500 tergantung derajat keparahan penyakit, lama waktu pengobatan serta umur ayam saat dilakukan pengobatan.

Necrotic Enteritis merupakan salah satu penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri jenis Clostridium perfringens, dimana tergolong bakteri gram-positif, bersifat anaerobic, umum dapat ditemukan di tanah, litter, debu dan pada level yang rendah ditemukan dalam usus ayam sehat. Clostridium perfringens hanya akan menyebabkan NE bila karena kondisi yang mendukung dalam saluran pencernaan ayam, bakteri tersebut berubah sifat dari type yang tidak memproduksi toksin menjadi type yang mampu memproduksi toksin.

Beberapa type Clostridium perfringens

Terdapat lima type dari Clostridium perfringens (A, B, C, D and E) dimana mampu memproduksi sejumlah toksin seperti toksin: alpha, beta, epsilon, iota and toksin CPE. Alpha toksin dan enzim phospholipase C diyakini sebagai kunci penyebab terjadinya NE. Namun demikian dari studi yang dilakukan oleh pada ahli belakangan ini, isolat dari Clostridium perfringens yang tidak memproduksi alpha toksin tetap dapat menimbulkan terjadinya NE.

Sebagai tambahan, toksin yang disebut NetB belakangan ini diidentifikasi dapat menyebabkan terjadinya NE yang disebabkan oleh salah satu isolat Clostridium perfringens (Anthony Keyburn, CSIRO Livestock Industries Researchers).

Usus dari ayam yang terinfeksi Clostridium perferingens menjadi rapuh dan menggelembung disertai adanya timbunan gas dan lesi-lesi bersifat nekrosis yang menyebar cukup luas disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Clostridium perfringens tersebut. Pada kejadian yang bersifat akut, sering kali adanya kematian pada ayam yang terinfeksi tidak disertai adanya gejala klinis. Namun demikian pada bentuk yang subklinis, lebih banyak menimbulkan kerugian secara ekonomis berupa gangguan pertumbuhan dan problem efesiensi pakan.

Gejala klinis dan lesi

Gejala awal dari ayam yang mengalami infeksi Clostridium perfringens penyebab NE serikali nampak ayam mengalami diare dengan kotoran agak encer warna merah kecoklatan (seperti warna buah pepaya) disertai dengan cairan asam urat yang keluar bersama feces dan terkadang fecesnya bercampur dengan sejumlah material pakan yang tidak tercerna secara sempurna. Akibat terjadinya diare, litter nampak cepat basah dan cemaran ammonia jadi meningkat cukup tajam ada dalam kandang, sehingga dapat memperparah kondisi sakit dari ayam dan meningkatnya jumlah kematian. Pada ayam broiler, seringkali kasus NE dapat diamati cukup jelas saat memasuki umur 3 (tiga) minggu keatas.

Gangguan pertumbuhan (pertumbuhan melambat) dan problem efisiensi pakan (FCR jadi membengkak) disebabkan karena rusaknya dinding usus oleh toksin yang dihasilkan oleh infeksi Clostridium perfringens, dimana terjadi gangguan penyerapan nutrisi pakan oleh dinding usus. Contoh gambar dibawah menunjukkan tingkatan derajat lesi disebabkan oleh paparan Alpha toksin yang dihasilkan oleh infeksi Clostridium perfringens (derajat lesi dari tingkat 1 – 4), dimana semakin berat derajat lesinya, maka semakin berkurang nutrisi yang mampu diserap oleh dinding usus, sehingga sangat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan membengkaknya FCR.

Secara khusus kasus NE yang bersifat sporadik seringkali dapat terjadi pada peternakan ayam, baik pada peternakan ayam broiler (pedaging), petelur komersial maupun breeder, dapat terjadi bila mana tidak digunakannya antibiotika yang berfungsi sebagai growth promoters atau problem infeksi oleh Emeria spp. penyebab Koksidiosis tidak terkontrol dengan maksimal, praktik manajemen pemeliharaan ayam dibawah standar (tidak sesuai dengan keinginan ayam modern), serta pakan dengan kandungan NSP (Non Starch Polisacharida = Karbohidrat bukan Pati) yang cukup tinggi dan sumber protein asal hewani yang cukup tinggi kandungannya dalam sediaan pakan.


Faktor Predisposisi teradinya Necrotic Enteritis serta Manajemen penanggulangan terhadap Necrotic Enteritis Disajikan secara khusus dan lengkap oleh Drh. Wayan Wiryawan Technical Advisor, Malindo Group pada majalah infovet edisi 193/Agustus 2010, info pemesanan dan berlangganan klik disini

CLOSED HOUSE, CARA MODERN TINGKATKAN PRODUKSI BROILER

Ayam pedaging atau broiler lebih bagus hasil produksinya pada kandang sistem closed house daripada ayam petelur dengan sistem sama. Peningkatan teknologi secara menyeluruh berdampak besar bagi peningkatan produksi. Tidak ada kata tidak untuk penggunaan sistem closed house buat pemeliharaan ayam pedaging dengan hasil terbaik.

Inilah suatu cara modern untuk meningkatkan produksi ayam pedaging secara signifikan. Degan cara ini tidak ada gangguan pemeliharaan ayam pedaging karena lingkungan lebih baik, tempat pemeliharaan lebih hemat, kualitas ayam lebih baik, angka kematian rendah, kondisi pertumbuhan ayam merata, dan penampilan ayam yang dihasilkan baik secara maksimal.

Cara ini adalah cara yang sudah dikenal masyarakat perunggasan Indonesia dalam dekade ini, dan kali ini ditegaskan oleh Sales Area Manager PT Sierad Industry Dhanang Purwantoro ST. Tak lain tak bukan, cara ini adalah sistem kandang tertutup atau lebih dikenal dengan closed house yang ternyata lebih banyak digunakan untuk pemeliharaan ayam pedaging dibanding untuk pemeliharaan ayam petelur.

Bagaimana dan mengapa penerapan kandang tertutup lebih banyak khusus pada pemeliharaan ayam pedaging? Menurut Dhanang, secara penelitian, efek kandang tertutup untuk ayam pedaging menghasilkan perbedaan mencolok dibanding kandang postal dan kandang terbuka.
“Keberadaan, fungsi dan manfaat closed house pada prinsipnya tidak peduli kondisi daerah. Pada keadaan lingkungan daerah apapun, secara fleksibel kondisinya dapat diadaptasi oleh kandang tertutup,” tuturnya.

Akan tetapi, untuk pemeliharaan ayam petelur penggunaan kandang tertutup masih diteliti efektivitasnya. Secara keseluruhan, sedikit atau kurang dilakukan penelitian oleh berbagai pihak tentang dampak penggunaan kandang tertutup terhadap pemeliharaan ayam petelur.

Efektivitas pemeliharaan ayam petelur pada dasarnya tergantung produksi telur. Berdasar penelitian di Bali, Malang dan Tuban, penggunaan kandang tertutup untuk ayam petelur tetap berdampak pada pertumbuhan tubuh ayam, kurang berpengaruh untuk peningkatan produksi telur. Dari sedikit penelitian yang ada itu, hasilnya memang, “Ada perbedaan tapi belum signifikan, berbeda dengan untuk ayam pedaging yang hasilnya sangat signifikan atau berbeda nyata,” tegas Dhanang.

Menurut Dhanang Purwantoro, dengan kandang tertutup peternak bisa mengantisipasi segala musim. “Perbedaan musim panas dan musim penghujan dapat diatasi dengan penggunaan kandang closed house,” katanya. Dengan kandang tertutup, kondisi lingkungan bisa diantisipasi dengan baik. Bilamana suhu tidak panas, kondisi ayam tidak bermasalah, open house baik, closed house pun baik.

Hal ini berbeda dengan pemakaian kandang terbuka atau open house. Pada daerah panas seperti di Tuban Jawa Timur yang kondisi suhunya cenderung tinggi pada musim panas, pengaruh suhu panas sangat terasa. Kecenderungan suhu pada saat ini sebesar 32, 34, 37 derajat Celsius. Pada suhu lingkungan setinggi ini, ayam susah untuk berproduksi maksimal.

Sebaliknya pada musim banyak hujan, kelembaban sangat tinggi. Kondisi lingkungan memang antara lain mempengaruhi keberadaan lalat dan lain-lain. Pada peternakan open house kondisi berpengaruh buruk seperti ini sangat terasakan. Sebaliknya, dapat dikurangi dengan pemakaian kandang tertutup.

“Penggunaan closed house tetap efisien untuk menghadapi kondisi lingkungan ini,” ujar Dhanang. Memang pengaruh musim masih ada namun dapat dikata sedikit. Adapun kelembaban udara susah dikendalikan, namun demikian lebih banyak keunggulan kandang tertutup.

Kondisi kandang tertutup yang paling susah mengendalikan kelembaban ini lantaran pengaruh udara luar yang basah, di mana hujan terjadi secara terus-menerus baik siang maupun malam. Untuk menetralisir hal ini bagi kondisi dalam ruang, dibutuhkan heater atau pemanas ruangan untuk kandang tertutup.....................(YR)

Selengkapnya mengenai materi pembahasan diatas silahkan baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010, info pemesanan dan berlangganan klik disini

Broiler kian BERUBAH, bagaimana Manajemennya???

Secara nyata sifat ayam pedaging menurun atau berubah. Kondisi ideal atau keadaan yang tanpa kendala merupakan hal yang tidak mudah ditemui. Maka banyak faktor yang harus diperhatikan agar pertumbuhan ayam pedaging optimal. Tidak bisa dengan memakai manajemen peternak masa sebelumnya, manajemen di kandang menuntut peternak selalu menemukan hal yang baru dan lebih baik.

Technical Support di Tim Marketing PT Sierad Produce Tbk Sidoarjo Drh Mulyanto menyatakan penampilan ayam pedaging sudah berubah seiring dengan kemajuan rekayasa genetika yang diterapkan untuk mencipta bibit ayam pedaging unggul. Pendeknya, ayam pedaging modern telah menjadi hasil rekayasa genetika dengan tingkat pertumbuhan tubuh yang cepat.

Dari tahun ke tahun sifat ayam pedaging terus menyesuaikan perubahan ini. Guna mengoptimalkan kemampuan produksi ayam pedaging ini, sayangnya telah mengorbankan bagian lain, seperti sistem kekebalan tubuh. “Sistem imunologi akan dikorbankan,” kata Drh Mulyanto yang alumnus FKH Unair ini.

PETERNAK HARUS ‘IMPROVE’

“Peternak harus selalu ‘improve’, menyesuaikan dan sampai mendapatkan kecocokan dengan kondisi terbaru,” ujar Drh Mulyanto. Kalau perusahaan pembibitan menetapkan standar-standar tertentu dalam pemeliharaan ayam sesuai dengan masa-masa hidupnya seperti awal pemeliharaan, masa pertumbuhan dan masa panen, penerapan di lapangan, “Lebih membutuhkan kemampuan manajerial dari peternak,” tegasnya.

Lebih baik pada aplikasi di lapangan ini berarti peternak lebih disiplin. Di sisi lain hal ini butuh biaya yang berarti segala penyesuaian di lapangan butuh dana tambahan. Soal penyesuaian di lapangan ini, di antaranya adalah kondisi kandang dan lingkungan kandang yang berpengaruh sebesar 70 persen bagi keseluruhan pemeliharaan hingga produksi atau panen.

Hanya dengan cara ‘improve’ yang berarti memperbaiki, memajukan, mengembangkan, memanfaatkan semua hal yang baik guna perbaikan dan pengembangan seperti yang demikian, peternak dapat mengimbangi upaya-upaya perbaikan genetik ayam pedaging yang telah dilakukan para ahli guna menghasilkan produksi terbaik. (selengkapnya baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING DARI A-Z

Karena sekarang genetik ayam pedaging dipaksa harus tumbuh sesuai dengan keinginan peternak, mau tak mau kita jangan memberi fasilitas yang tidak memadai. Fasilitas harus memadai, antara lain, bibit sudah bagus, pakan harus bagus, dan manajemen juga harus bagus. Semua merupakan benang merah tebal, yang patut dipegang keteguhannya dalam manajemen pemeliharaan ayam pedaging dari A-Z.

Adalah Drh A Syaiful Hadi Research & Development PT Sierad Produce Tbk Sidoarjo yang menegaskan kembali tentang kondisi terkini ayam pedaging. Menurutnya, ayam pedaging modern mengalami perkembangan yang sangat signifikan dibanding masa sebelumnya.

Ambillah salah satu tolok ukurnya adalah angka konversi pakan (FCR, Feed Conversion Rate) alias angka daya kecernaan pakan. Diungkap oleh Drh Syaiful Hadi, FCR ayam pedaging yang dulu 2,2 kemudian menjadi 2,1, selanjutnya menjadi 1,9 bahkan saat ini mencapai 1,7. Perkembangan yang sangat drastis di bidang angka kecernakan pakan.

Pertumbuhan ayam pedaging yang berkembang dengan cepat sendiri memang selalu membutuhkan kecukupan zat gizi. Namun sebaliknya, bila zat gizi untuk pembentukan otot dan tulang tidak terpenuhi niscaya akan muncul gejala-gejala kelumpuhan. Maka, perubahan angka kecukupan beberapa mineral dan vitamin selalu mesti diperhatikan. Tak mengherankan, perusahaan pembibitan selalu membuat pencatatan pemberian pakan dan hasilnya pada penampilan ayam, untuk perbandingan penampilan ayam dengan standar penampilan ayam pedaging yang ada.

Manajemen pemeliharaan ayam pedaging dari A-Z berarti manajemen pemeliharaan dari masa DOC dalam pemanasan atau pengindukan buatan sampai masa panen. “Sebaik-baiknya kualitas DOC maupun pakan jika tidak disertai dengan manajemen pemeliharaan yang baik maka penampilan yang dicapai akan tidak optimal dan maksimal,” tegas Drh A Syaiful Hadi.(selengkapnya baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010)


BERHASIL DI PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING DENGAN STRATEGI 4-4-3

Empat kunci sukses yang dimaksud adalah indikator bagi indeks prestasi pemeliharaan ayam pedaging yang baik yaitu bila angka konversi pakan (FCR) rendah, berat badan bagus, umur panen pendek, dan kematian kecil. Sementara 4 elemen strategis itu adalah bibit DOC (Day Old Chicken) yang baik, pola manajemen yang terukur dan teratur, pola pakan yang baik, dan program medikasi yang produktif. Ditambah lagi perhatian ekstra untuk 3 fase kritis kehidupan broiler yaitu fase saat ayam umur 0-12 hari, 12-21 hari dan 21 hari sampai panen.

Demikian diungkapkan Aria Bimateja SPt Sales Supervisor PT Sierad Produce Area Pare Kediri Jawa Timur saat ditemui Infovet disela customer gathering Sierad di Blitar.
Menurut Bima, demikian ia akrab disapa, kunci utama kesuksesan peternakan ayam pedaging ditunjukkan oleh kesuksesan di Indeks Prestasi atau Indeks Penampilan (Index Performance, IP). IP yang baik ini ditunjukkan oleh 4 indikator sebagai tolok ukur kesuksesan. 4 indikator bagi IP yang baik adalah bila angka konversi pakan (Feed Conversion Ratio, FCR) rendah, berat badan bagus, umur panen pendek, dan kematian kecil.

“Bagaimana mencapai 4 hal indikator itu semua secara baik? Dibutuhkan 4 elemen strategis,” ujar pria kelahiran 15 Desember 1980 ini. Menurutnya 4 elemen yang strategis itu adalah bibit DOC yang baik, pola manajemen yang terukur dan teratur, pola pakan yang baik, dan program medikasi yang produktif.

Aria Bimateja SPt memberi jaminan bila 4 elemen strategis tersebut dipenuhi secara disiplin, niscaya masalah penyakit ini dapat dieliminir, tertanggulangi dan dicegah. Dan lebih dari itu, 4 kunci sukses pemeliharaan ayam pedaging dapat dipenuhi guna produksi terbaik.


Selengkapnya mengenai materi pembahasan diatas silahkan baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010, info pemesanan dan berlangganan klik disini

Ajang Silaturahmi di INDOLIVESTOCK 2010

Indolivestock Expo & Forum bisa dikatakan telah menjadi ajang silaturahmi masyarakat peternakan terbesar di Indonesia. Hal ini sangat terasa dari perbincangan antar pengunjung baik di stand pameran, di area seminar maupun area lainnya. Banyak pengunjung yang sudah lama tidak bertemu dengan koleganya, dapat menjalin kembali silaturahmi dalam momen akbar ini.

Demikian halnya dengan Infovet. Sebagaimana Indolivestock Expo yang lalu dalam Indolivestock kali ini kami mengundang wartawan Infovet daerah yaitu Drh Untung Satriyo (Yogya), Drh Yonathan Rahardjo (Surabaya), Drh Masdjoko Rudiyanto MS (Bali), Sadarman, Spt, MSi. (Pekanbaru).

Dengan mengundang mereka ke arena Indolivestock, para wartawan daerah berkesempatan untuk melihat perkembangan dunia peternakan dan kesehatan hewan, sekaligus dapat bersilaturahmi dengan tim Infovet di Pusat. Kesempatan ini juga dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan peliputan khusus dari stand ke stand.

Kami pun berbagi tugas kegiatan. Ada yang melakukan liputan ke stand, liputan seminar, dan menjadi pemandu stand. Tak lupa setiap malam melakukan koordinasi sejauh mana rencana kegiatan yang telah disusun terealisasi. Hasil dari semua itu adalah artikel liputan khusus yang dapat anda simak dalam edisi ini.

Dalam pameran kali ini stand Infovet dan ASOHI digabung dalam satu unit stand. Dengan penggabungan ini stand menjadi lebih luas dan relatif lebih megah dibanding pameran sebelumnya. Selain itu para pengunjung juga dapat menikmati ”sajian” stand yang antara lain menampilkan tampilan data bisnis peternakan dan obat hewan, buku-buku terbitan Gita Pustaka, informasi kegiatan seminar dan training, serta informasi berlangganan majalah Infovet.

Informasi data bisnis peternakan dan obat hewan tampak sangat diminati para pengunjung dari kalangan pemerintah dan pebisnis. Beberapa pengunjung dari luar negeri sengaja memotret tampilan data tersebut untuk oleh-oleh ke negaranya. Bahkan Menteri Pertanian Ir Suswono seusai membuka acara Indolivestock Expo berkunjung cukup lama di stand kami ketika ditunjukkan data ekspor obat hewan yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam kunjungan ke stand tersebut Menteri Pertanian memberikan apresiasi khusus kepada ASOHI khususnya ke eksportir obat hewan melalui Ketua Umum ASOHI Drh Rakhmat Nuriyanto yang menyambut hangat kehadiran Mentan di stand kami.

Tampaknya, Indolivestock Expo bukan saja meningkatkan silaturahmi di antara kami, melainkan juga silaturahmi antara kami dengan Menteri Pertanian serta tokoh-tokoh peternakan dan kesehatan hewan lainnya. (*)

Mahasiswa FKH UGM Ingatkan Bahaya Global Warming

Masalah lingkungan sudah selayaknya menjadi sorotan berbagai macam pihak, bukan hanya beberapa kalangan atau lembaga yang bergerak dalam konservasi tetapi juga untuk semua lapisan masyarakat termasuk calon dokter hewan, hal itu mencuat dalam Seminar Nasional Global Warming yang diselenggarakan oleh BEM FKH UGM Yogyakarta pada Minggu 18 April 2010. Tema yang diangkat adalah dampak perubahan iklim terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Seperti yang diketahui bersama perubahan iklim merupakan salah satu masalah lingkungan yang dihadapi pada saat ini dan perubahan lingkungan ini tentunya juga berimbas pada kesehatan masyarakat baik dalam segi kedokteran maupun kedokteran hewan.

Kita bisa ambil beberapa kasus yang telah terjadi pada masyarakat pada saat ini, di DKI Jakarta hampir setiap tahun mengalami banjir, dan dikarenakan adanya perubahan iklim hal ini berdampak signifikan terhadap frekuensi volume air bah yang semakin lama terus meningkat. Selain itu dampak kesehatan yang lain juga timbul akibat bencana banjir, misalnya munculnya kasus leptospirosis yang merupakan salah satu penyakit zoonosis (dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya) dan berakibat buruk pada kesehatan masyarakat.

Ketua panitia seminar Muhamad Atma Setyadi mengatakan, “Kami mengadakan acara ini untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan mahasiswa tentang masalah lingkungan yang juga berefek pada masalah kesehatan masyarakat dan juga berpengaruh pada kesehatan hewan dan patut menjadi perhatian bersama.”

Pada sesi awal acara ditayangkan video dari Green Peace Indonesia tentang dampak global warming terhadap lingkungan yang dilanjutkan dengan pemberian materi dari Kementrian Lingkungan Hidup Ir. Sri Hudyastuti.
Sementara dr.Abidinsyah Siregar mewakili Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberikan materi tentang aspek kesehatan masyarakat dan disambung penyampaian oleh DR.Drh. Widagdo SN, M.P yang merupakan dosen dari Bagian kesmavet tanteng aspek kesehatan masyarakat veteriner.

Seminar juga diramaikan dengan aksi teatrikal yang persembahkan oleh VENA FKH UGM. Aksi ini membawa pesan bahwa semua lapisan masyarakat selayaknya juga turut menjaga lingkungan dengan baik dan dilanjutkan dengan diskusi interaktif. Acara diakhiri dengan penanaman pohon di lingkungan FKH UGM secara simbolis oleh Ir. Sri Hudyastuti dan pembagian bibit pohon kepada peserta. Acara ini juga dihadiri oleh berbagai elemen mahasiswa dari beberapa universitas diantaranya adalah UII, UPN dan UNY.

Menurut beberapa peserta, seminar ini merupakan acara yang baik untuk mahasiswa dan secara keseluruhan esensi yang ditampilkan dapat diterima dengan baik. Eka Yanuarti dan Annisa Ullyanni perwakilan peserta mengatakan, “Menurut kami seminar global warming merupakan ajang yang bagus untuk mahasiswa, karena dengan adanya kegiatan semacam ini kita lebih bisa mengerti tentang masalah peubahan iklim dan dampaknya terhadap masyarakat, secara global acara ini sangat bagus karena banyak dihadiri oleh peserta yang berasal dari luar FKH UGM.”

Harapannya kegiatan ini dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dan dapat lebih banyak menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga bumi ini dari pemanasan global. (red)

ALAT PEMANAS,BERMACAM-MACAM TAPI SATU TUJUAN

Kondisi ayam pun selalu segar. Tentu saja mesti dilengkapi dengan semua kebutuhan yang lain, tak terkecuali dan teristimewa dalam konteks ini: pemanas yang meski berbeda-beda wujudnya tetap bertujuan sama dalam sistem brooding alias sistem pengindukan.

Pemakaian minyak tanah sebagai bahan bakar pemanas untuk sistem pengindukan alias brooding pernah mendominasi kurang lebih 75 persen peternak di Indonesia. Sangat masuk akal, lantaran harga minyak saat disubsidi sangat murah dan mudah didapat. Investasi peralatannya pun relatif murah, oleh sebab pemakaiannya cukup banyak.

Pada saat itu pun banyak usaha skala industri rumah tangga yang memproduksi alat pemanas berbahan bakar minyak tanah sebagai sarana penunjang produksi peternakan. Namun saat ini, keberadaan minyak tanah susah didapat oleh para peternak yang sangat membutuhkan bahan bakar untuk pemanas dan pengindukan anak ayamnya.

Maka untuk lebih praktisnya, saat ini, “Banyak peternak menggunakan gas elpiji (LPG),” kata Drh Setyono Al Yoyok pemilik Pakarvet Citra Agrindo Malang perusahaan yang bergerak di bidang peternakan, obat-obatan dan bisnis alat-alat umum untuk peternakan.

Selain lebih praktis, papar Drh Yoyok (nama akrabnya), “Elpiji juga mempunyai keunggulan-keunggulan umum. Keunggulan itu antara lain dengan elpiji suhu lebih terkontrol, selain itu elpiji juga mudah diperoleh. Dibanding minyak tanah, elpiji lebih bagus, lantaran elpiji tidak banyak menyebabkan polusi udara dibanding minyak tanah.”

Saat ini, hampir semua breeding farm menggunakan bahan bakar gas sebagai pemanas untuk brooding. Paling mudah digunakan, sebagian besar peternak ayam petelur skala menengah dan besar meyakini bahwa gas paling aman digunakan sebagai pemanas brooding. Pemakaian gas untuk brooding memudahkan pengoperasian, pengaturan suhu, penyalaan dan pematiannya.

Itulah sumber bahan bakar untuk brooding. Sementara untuk alat pemanasnya sendiri, dari bermacam-macam brooder, yang paling disukai dan dianggap terbaik oleh peternak adalah Gasolec yang di antaranya dipasarkan oleh Medion, Agrinusa Jaya Sentosa, dan Mensana Aneka Satwa, selain dari yang terbanyak selama ini didatangkan secara impor.

Beredar secara umum di kalangan peternak, bahwa gasolec adalah alat penghangat DOC dengan bahan bakar gas elpiji. Ada yang bisa menghangatkan 800- 1000 ekor DOC.

Menurut banyak peternak, gasolec merupakan brooder yang paling mudah digunakan. Menjadi rahasia umum, hampir semua breeding farm menggunakan gasolec yang berbahan bakar gas sebagai pemanas untuk brooding. Adapun, gasolec juga diyakini oleh peternak skala menengah dan besar sebagai pemanas gas paling aman dibanding dengan pemanas dengan bahan bakar lainnya.

“Pemakaian gasolec memudahkan dalam pengoperasian, pengaturan suhu, penyalaan dan mematikannya,” kata peternak. Selain itu juga dikenal adanya kanopi yang terbuat dari seng dengan diameter 120 cm digunakan untuk lebih mengoptimalkan kerja dari gasolec.

Ada pula taktik peternak di lapangan peternakan untuk menghasilkan pemanasan yang terbaik dengan modifikasi. Yang ini, “Untuk efisiensi dan lebih irit,” kata Drh Setyono Al Yoyok. Modifikasi ini wujudnya adalah kombinasi menggunakan elpiji dan juga memakai kanopi sebagai alat pemanasnya. Bagusnya alat semacam ini, menurut Drh Yoyok adalah ada regulatornya.

Penghangat DOC berbahan bakar gas elpiji ini, di antaranya sudah dilengkapi kanopi berdiameter 100 cm, 2 meter slang, 1 buah regulator dan 2 buah klem slang yang bisa dipakai.

Selain itu ada pula penghangat DOC dengan bahan bakar batu bara, dilengkapi dengan kanopi salah satunya berberdiameter 100 cm. Penghangat DOC ini di antaranya bisa menghangatkan 500 ekor DOC.

Briket batubara sendiri merupakan bahan bakar padat berbentuk dan berukuran tertentu yang tersusun dari partikel batubara yang kokas maupun semikokas halus yang telah diproses dan diolah dengan daya tekan tertentu agar lebih mudah dimanfaatkan. Banyak pula peternak skala menengah dan besar menggunakan briket batubara sebagai pengganti minyak tanah dan gas.

Penghangat DOC dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah tak ketinggalan. Yang unik, penghangat ini di antaranya sudah dilengkapi dengan kanopi berdiameter 100 cm dan bisa dipakai untuk 500 DOC.

Diakui oleh alumnus FKH Unair ini, alat pemanas untuk brooder memang bervariasi. Begitulah variasinya, ada yang berupa kompor biasa, ada yang berbahan bakar gas elpiji, ada yang memakai bahan bakar arang, batubara, dan lain-lain. Semua ini lantaran, “Tingkatan peternak juga bermacam-macam,” kata Drh Yoyok.

Menurutnya, bagi peternak besar dan peternak sedang, brooding yang digunakan biasanya adalah gasolec. Adapun, peternak kecil yang kebanyakan merupakan peternak ayam pedaging, biasanya memanfaatkan sumber panas apapun yang ada termasuk kompor, arang, maupun kayu bakar.

Selain Alat Pemanas Juga
Harus Bagus

Selanjutnya dengan terpenuhinya sumber bahan bakar pemanas itu maka faktor-faktor yang lain di dalam masa brooding alias pemanasan pengindukan itu juga harus bagus. Faktor-faktor itu antara lain masalah layar, litter, dan air minum.

Adapun masalah-masalah dalam brooding menurut Setyono Al Yoyok juga dapat terjadi. Menurutnya, kegagalan brooding dapat menyebabkan timbulnya penyakit Kolibasilosis yang biasanya muncul pada, “Ayam usia mau panen,” katanya.

Kegagalan sistem pengindukan dan pemanasan ini jelas merugikan secara ekonomi. Bahkan akibat serangan kuman itu dapat pula memunculkan penyakit dengan gejala utama ayam ngorok. Penyakit itu, apalagi kalau bukan CRD (Chronic Respiratory Disease).

Dari banyak kasus penyakit yang muncul akibat kegagalan brooding itu, Drh Yoyok mengungkap bahwa yang paling dominan adalah Kolibasilosis. Secara berurut sebab akibatnya, ayam yang terserang penyakit ini dimulai dengan serangan-serangan fisik ayam kembung lantaran suhu dan tubuh terlalu dingin, temperatur brooding tidak sesuai dengan kebutuhan DOC.

Kondisi ayam yang demikian dapat berlanjut ayam mengalami asites. Kondisi buruk ini diperparah lagi dengan penyebaran kuman Koli di dalam air minum. Bilamana Escherechia coli ini masuk dan terus berkembang biak, sedangkan kondisi ayam buruk, tingginya kasus serangan Kolibasilosis pun tak terbendung.

Sebaliknya, kata Drh Setyono Al Yoyok, “Kalau brooding bagus, kasus Kolibasilosis minim.” Dan, lanjutnya, “Supaya pemanas pengindukan ini bagus, maka ada kondisi yang harus kita persiapkan.”

Dokter hewan yang berpengalaman di banyak tempat peternakan baik di sektor produksi maupun sarana produksi ini pun mengungkap persiapan yang diperlukan itu antara lain manajemen pemilihan waktu DOC. “Layar kandang harus diperhatikan,” ujarnya.

Ia mengungkapkan di daerah Malang, sistem brooding yang diterapkan ada yang memakai sistem brooding termos. Dengan sistem ini tempat brooding bisa di bawah juga bisa di atas. Kandang dengan sistem ini, layar tertutup atau terbuka bisa separuhnya. Sementara yang separuh lagi juga bisa dibuka atau ditutup. Jadi, “Ada dobel layar,” ucap Yoyok.

Setelah pengaturan layar itu, brooding bisa disekat sesuai dengan kebutuhan. Adapun jumlah tempat makan atau tempat minum pun mesti diatur, supaya, “Saat DOC makan dan minum, tidak berebut,” kata Drh Yoyok. Ia pun menambahkan untuk pakan pemberiannya sedikit demi sedikit, dengan tujuan pakan tidak tumpah.

Dengan tidak tumpahnya pakan, dan ayam memakan secara bertahap akan memberi rangsangan nafsu makan, sehingga konversi pakan (FCR) pun akan menjadi yang terbaik. Kondisi ayam pun selalu segar. Tentu saja mesti dilengkapi dengan semua kebutuhan yang lain tersebut, tak terkecuali dan teristimewa dalam konteks ini: pemanas yang meski berbeda-beda wujudnya tetap bertujuan sama dalam sistem brooding alias sistem pengindukan. (red)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer