Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini media sosial | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SUKSES MEMBANGUN BISNIS TERNAK DENGAN MEDIA SOSIAL

Membuat konten peternakan bisa menjadi cara untuk menggaet pelanggan. (Foto: Istimewa)

Internet sudah terjangkau oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Bisa dikatakan hampir semua orang mempunyai handphone, sehingga setiap hari akses internet berada dalam genggaman. Salah satu yang paling banyak diakses masyarakat adalah media sosial.

Masyarakat adalah konsumen, salah satu yang mereka konsumsi adalah produk-produk peternakan. Dengan adanya media sosial maka perilaku konsumen pun mengalami perubahan, tak terkecuali konsumen produk peternakan, yang mau tak mau harus diadaptasi para pelaku usaha peternakan.

“Yang saya sampaikan sebenarnya lebih ke kaidah dasar yang saya pakai dalam membangun media sosial di Kandank Oewang,” kata Muhammad Tanfidzul Khoiri, pemilik peternakan domba dan kambing Kandank Oewang, saat menjadi pemateri webinar “Kiat Sukses Membangun Bisnis Ternak dengan Social Media” yang diselenggarakan MAFMastore, Pusat Pendidikan Pertanian.

Mengapa Social Media Marketing Penting
Diungkapkan Khoiri, salah satu guru digital marketingnya adalah Subiakto Priosoedarsono (Pak Bi), praktisi branding yang berpengalaman sukses menangani branding produk dari perusahaan-perusahaan ternama.

“Pesan beliau adalah zaman sekarang konsumen itu mengonsumsi konten terlebih dahulu sebelum mengonsumsi produk. Jadi orang lihat dulu review-nya, spek barangnya seperti apa, spek peternakannya seperti apa sebelum mereka memutuskan untuk membeli produk kita atau misalnya join dalam bisnis kita,” terang Khoiri.

“Konten dibuat untuk merekam jejak digital agar jika konsumen melakukan pencarian di internet atau mencari di media sosial, mereka bertemu dengan record dari brand kita.” Sedangkan yang membuat orang melakukan pembelian adalah value. Yaitu nilai atau keunggulan sebuah produk dibandingkan dengan produk lain.

Tidak Sekadar Posting
Bagaimana memanfaatkan media sosial sehingga view-nya bisa dikonversi menjadi profit? Membangun bisnis peternakan di media sosial tidak sekadar dengan rutin upload atau posting. Pertama-tama harus memahami dulu tiga kondisi calon pelanggan.

Cold market adalah calon pelanggan yang masih dingin, belum mengenal produk yang dipasarkan bisa menjadi solusi permasalahan mereka. Bahkan di antara mereka ada yang belum sadar bahwa mereka memiliki masalah. Karena itu perlu diedukasi melalui konten yang menunjukkan bahwa mereka mempunyai masalah dan produk yang dijual adalah solusi dari masalahnya.

Setelah calon customer mulai mengonsumsi konten yang dibuat artinya mereka berubah menjadi warm market. Cirinya adalah mereka sudah mulai tertarik dengan produknya, seperti menanyakan harga, follow akun media sosial, tanya tentang produknya, dan sebagainya. Sehingga nantinya siap untuk dilakukan proses selling atau closing.

Setelah calon customer membeli produknya berarti mereka sudah menjadi customer dan masuk ke fase hot market. Di fase ini customer lebih mudah untuk ditawari lagi agar melakukan repeat order.

Customer Behavior dan Customer Journey
Kebiasaan pelanggan dalam membeli produk harus dipahami. “Di Kandank Oewang rata-rata setelah mereka lihat konten akan tanya ke CS minimal tanya harga. Biasanya mereka melakukan video call kalau pembeliannya full online, untuk melihat penimbangan berat badan dan sebagainya baru mereka memutuskan membeli. Atau mereka kita undang untuk datang ke kandang dan mereka pilih secara langsung ternak yang mau dibeli,” kata Khoiri.

Setiap produk akan berbeda-beda kebiasaan customer-nya. Khoiri menambahkan, contoh sebelum customer bergabung ke program pelatihan beternak Kandank Oewang mereka rata-rata mengonsumi dahulu konten-konten edukasi peternakan yang dibagikan oleh Kandank Oewang.

Costumer journey juga perlu dipahami. Bagaimana alur perjalanan konsumen mulai dari edukasi sampai dengan mereka membeli juga layanan purna jualnya. Alur tersebut harus dibuat semudah dan senyaman mungkin untuk customer. Semua itu perlu diriset dan riset dilakukan berkala mengikuti perkembangan pasar yang dapat berubah dengan cepat.

Menyampaikan Value Produk
Value adalah nilai atau keunggulan produk dibanding dengan produk sejenis yang ada di pasaran. Value harus jelas dan value inilah yang harus disampaikan agar orang mengenal dan aware terhadap produk yang dijual.

Cara menyampaikan value kepada calon customer bisa menggunakan PESO model yaitu paid, earned, shared, dan owned.

Paid ini berbayar, Kandank Oewang juga melakukan iklan berbayar terutama melalui Google ads, Facebook ads, dan Instagram ads,” jelas Khoiri. “Juga pada platform yang lain, bisa juga menggunakan jasa influencer atau kolaborasi dengan kanal-kanal YouTube yang mempunyai follower atau subscriber besar.”

Earned adalah publikasi yang diperoleh dari pihak lain, misalnya diliput pihak lain dan ditampilkan di website atau media sosial pihak tersebut. Shared adalah publikasi yang diperoleh karena referral, misalnya konten viral karena banyak dibagikan oleh orang-orang. Owned adalah publikasi pada media yang dikelola sendiri, misalnya pada akun-akun media sosial milik sendiri.

Tes dan Evaluasi
Cara mendapatkan trafik yang bagus dan berkualitas dari media sosial adalah dengan melakukan tes dan evaluasi. Dari antara konten yang dibuat dievaluasi mana yang disukai oleh customer, mana yang viral, mana yang menghasilkan konversi penjualan. Lalu dijadikan patokan untuk membuat konten-konten berikutnya yang lebih baik.

Konten adalah kunci, makanan utama follower yang merupakan calon buyer adalah konten. Jika media sosial kita terus dipenuhi konten yang bagus dan relevan dengan follower maka akan berkembang menjadi besar.

Khoiri mencontohkan salah satu konten Kandank Oewang yang viral yaitu konten edukasi bagaimana beternak tanpa harus ngarit setiap hari. Konten tersebut disisipi iklan penjualan mesin, pakan silase, dan menghasilkan konversi penjualan yang bagus.

Dalam membuat konten bisa menggunakan berbagai tema atau sudut pandang seperti edukasi, humor, motivasi, promo/diskon, review, dan lainnya. Konten tema edukasi sendiri menjadi andalan Kandank Oewang. Misal bagaimana cara membuat pakan, cara merawat ternak yang bagus, cara mengobati ternak atau memberikan pertolongan pertama pada ternak. Konten-konten edukasi tersebut biasanya sangat disukai audiens Kandank Oewang.

“Konten yang terkait dengan fitur misalnya review domba Kandank Oewang, apa bedanya dengan domba dari peternakan lain? Misalnya kami pakai jenis Dombos, sudah dicukur, kegemukannya minimal level tiga, sudah dikawinkan dengan pejantan unggulan, sudah divaksin,” jelasnya.

Untuk meningkatkan konversi, setiap konten wajib memiliki call to action. Fungsinya untuk mengarahkan orang setelah melihat konten harus melakukan apa. Misalnya menghubungi nomor tertentu jika ingin membeli, ajakan untuk follow akun medsos, atau klik link website.

Call to action membuat peluang seseorang untuk membeli menjadi lebih tinggi. Sebaiknya dibuat sederhana sehingga tidak menyulitkan calon customer. Selain itu, Khoiri juga menyarankan reprofiling data customer.

“Kira-kira yang sering beli itu model-model orangnya seperti apa. Misalnya pensiunan yang butuh usaha, atau sudah beternak tapi butuh alat-alat dan sebagainya, itu kita data. Nanti kita tinggal mencari orang-orang dengan profil seperti ini berkumpulnya biasanya di mana dan di situlah kita akan berjualan,” tukasnya. (NDV)

APLIKASI NatChick : CARA MUDAH DAPATKAN PRODUK AYAM KAMPUNG BERKUALITAS

Suasana saat peluncuran aplikasi NatChick di Sentul

Berkembangnya teknologi nyatanya semakin mempermudah hidup manusia dalam segala aspek kehidpan. Misalnya saja untuk berbelanja, kini masyarakat dapat berbelanja melalui gawai alias online shopping. 

Peluang ini juga dimanfaatkan oleh NatChick yang ada dalam naungan PT Ayam Kampung Primadona. Dalam rangka mendekatkan diri dengan konsumen, PT Ayam Kampung Primadona mengembangkan aplikasi NatChick.

Aplikasi ini dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Apalikasi NatChick diluncurkan bersamaan dengan produk baru ayam Woku khas Manado di Restoran NatChick, Sentul, Bogor. (18/7). Dalam aplikasi tersebut masyarakat dapat membeli berbagai produk berbahan dasar ayam kampung seperti karkas ayam kampung dalam berbagai ukuran dan beragam jenis olahan ayam kampung. 

Manager Marketing PT Ayam Kampung Primadona Febroni Purba mengatakan aplikasi NatChick dihadirkan untuk memfasilitasi jaringan outlet NatChick yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Jambi dan Medan.

“Tujuannya adalah supaya masyarakat dapat dengan mudah melakukan pesanan produk NatChick melalui aplikasi di ponsel pintarnya,” katanya.

Nantinya aplikasi NatChick tersebut dapat diunduh oleh siapa saja dan kapan saja dengan nama “ayamkampung.co” atau pengguna dapat mengaksesnya melalui situs www.ayamkampung.co dengan membuat akun terlebih dahulu. Sesudah membuat akun, maka pengguna bisa melakukan pemesanan sesuai dengan pilihan dan jumlah barang yang diinginkan. Setelah itu akan diproses dari outlet terdekat atau yang sudah menjadi outlet resmi. 

Karkas ayam kampung yang disediakan oleh NatChick adalah produk ayam kampung asli yang telah disembelih, masih utuh, dan sudah dibersihkan dari bulu dan berbagai macam kotoran, sehingga konsumen dengan mudah mengolahnya sesuai dengan selera.

Sedangkan olahan ayam kampung yang dimaksud adalah ayam kampung bumbu lengkuas, ayam kampung betutu, ayam kampung rebus, dan ayam kampung woku. Kisaran harga karkas ayam kampung yang dijual bervariasi antara Rp 42.000-Rp. 50.000 per ekor sedangkan harga ayam kampung olahan di outlet adalah Rp 42.000 per produk. 

“Kehadiran aplikasi ini diharapkan dapat memberikan pelayanan bagi jaringan outlet dan pelanggan setia produk NatChick. Di samping itu, kami terus melakukan inovasi tiada henti agar ayam kampung bisa sejajar dengan produk pangan asal ternak lainnya. NatChick kami persembahkan untuk kejayaan bangsa,” tutup Febroni. 

Apresiasi Dari Dirkesmavet

Dirkesmavet Syamsul Maarif kala mengunjungi NatChick resto
Jauh sebelum acara launching aplikasi NatChick, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Maarif telah lebih dulu plesiran ke  resto NatChick, Sentul, Sabtu (20/6) yang lalu.

Dalam kunjungannya Syamsul mengapresiasi resto NatChick yang telah mengikuti standar keamanan pangan melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sehingga produk yang tersedia di sana terjamin mutunya. Sertifikat NKV ini merupakan suatu bukti tertulis yang sah bahwa telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk pangan asal hewan.

"Kalau resto ayam kampung saja bisa, mengapa resto lainnya tidak?, jangan mau kalah dong. Ini merupakan salah satu contoh yang baik," tukas Syamsul.

Syamsul juga mengakui bahwa kini dirinya beserta Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen PKH tengah menyosialisasikan NKV kepada unit - unit usaha yang berhubungan dengan produk pangan asal hewan.

Sertifikasi NKV yang kini sudah diatur dalam Permentan No. 11 Tahun 2020 mewajibkan tiap unit usaha yang menghasilkan, menjual, mengolah, dan berkaitan dengan produk asal hewan agar bersertifikat NKV. Hal ini menurut Syamsul sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melindungi konsumen dari penyakit zoonotik. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer