Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini rabies | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

INDONESIA PERKETAT PENGENDALIAN RABIES DI SUMBAWA JELANG EVENT INTERNASIONAL

Pelatihan Tata Laksana Gigitan Terpadu di pulau Sumbawa, NTB
(Sumber : FAO, 2022)

Indonesia mulai menggiatkan sejumlah upaya pengendalian rabies di Sumbawa menjelang perhelatan internasional MotoCross Grand Prix (MXGP) yang rencananya akan diselenggarakan di kawasan Samota, Kabupaten Sumbawa, bulan Juni mendatang. Upaya pengendalian tersebut antara lain melalui vaksinasi massal pada anjing; pelatihan Tata Laksana Kasus Gigitan Terpadu (TAKGIT); sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan penyelenggara MotoCross; serta pembentukan Kader Siaga Rabies (KASIRA).

“Rabies merupakan penyakit yang telah ditularkan hewan ke manusia (zoonosis) selama hampir 200 tahun terakhir. Penyakit mematikan ini memiliki tingkat kematian hingga 99,9% pada manusia. Anjing merupakan sumber penularan utama, di samping penularan oleh kucing dan kera melalui gigitan dalam atau cakaran,” ujar Syamsul Ma’arif, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dalam pembukaan kegiatan pengendalian rabies di Sumbawa Besar, Kamis (14/4) yang lalu .

Salah satu langkah pencegahan rabies, utamanya pada anjing, dapat dilakukan melalui vaksinasi setidaknya 70 persen dari populasi anjing di suatu wilayah tertular.

“Hal ini yang sedang diupayakan pemerintah melalui dinas terkait di Sumbawa, dengan melakukan vaksinasi massal pada anjing,” tambahnya.

Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menetapkan kondisi rabies di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) – sebuah peningkatan kewaspadaan akibat meningkatnya kasus penularan dan kematian karena rabies.  Sumbawa Barat merupakan kabupaten ketiga di provinsi Nusa Tenggara Barat yang ditetapkan sebagai KLB setelah pemerintah menetapkan status serupa pada Kabupaten Sumbawa dan Dompu pada 2019 lalu.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa, Hasan Basri menyatakan bahwa melalui program pengendalian rabies di Sumbawa ini, pemerintah daerah berharap dapat turut menyukseskan perhelatan internasional MXGP yang akan datang dan menjadikan Indonesia tujuan wisata yang aman dari rabies.

Pelatihan Penanganan Rabies dengan Pendekatan One Health

Sebanyak 98 orang (51 laki-laki dan 47 perempuan) perwakilan petugas kesehatan hewan dan kesehatan manusia dari 24 kecamatan di Kabupaten Sumbawa mengikuti pelatihan TAKGIT. Pelatihan ini membekali petugas dengan keterampilan penanganan kasus gigitan rabies serta memberi kesempatan kunjungan ke pusat kesehatan hewan (Puskeswan) dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang ditunjuk sebagai pusat penanggulangan rabies atau rabies centre.

“Meskipun tingkat kematian akibat rabies pada manusia sangat tinggi, kematian dapat dicegah dengan penanganan sedini mungkin terhadap kasus gigitan hewan penular rabies melalui pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit,” ujar Sitti Ganefa Pakki, Kepala Subdirektorat Zoonosis, Kementerian Kesehatan di Jakarta.

Seluruh upaya pengendalian rabies ini dilaksanakan oleh pemerintah bekerja sama erat dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) dengan dukungan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).

“FAO berkomitmen untuk bekerja sama erat dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah dengan memberikan segala dukungan yang diperlukan untuk mengendalikan rabies di Indonesia,” ujar Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste.    

“Rabies merupakan penyakit mematikan yang khususnya dapat merugikan masyarakat desa dan pelaku pertanian. Oleh karena itu, kita semua perlu bertindak cepat untuk mengendalikannya,” tambah Rajendra.

Khairul Arifin, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat, berterima kasih atas dukungan Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan dan FAO dalam kegiatan ini.

"Kami berharap kegiatan pengendalian rabies ini dapat mendukung tercapainya Sumbawa bebas rabies sekaligus menyukseskan acara MXGP. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di pulau Sumbawa." tegasnya.

FAO telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam pengendalian rabies di berbagai provinsi sejak tahun 2011 melalui peningkatan kesadaran masyarakat, peningkatan kapasitas petugas, manajemen populasi anjing, serta penyediaan vaksin dan sistem informasi dengan menggunakan pendekatan One Health, yakni kolaborasi antara kesehatan hewan, manusia dan lingkungan. (CR)

TARGET INDONESIA BEBAS RABIES 2030

Webinar Hari Rabies Se-dunia : 2030 Indonesia harus bisa bebas dari rabies


Target Indonesia untuk terbebas dari rabies pada tahun 2030 dalam pelaksanaannya harus didukung perencanaan yang baik. Target per wilayah dan upaya pengendaliannya juga harus dibuat lebih jelas, sehingga dukungan anggaran untuk pengendalian dapat direncanakan dengan tepat.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan, Nasrullah pada saat membuka acara Webinar Hari Rabies Sedunia dengan tema Vaksin Rabies Oral: Inovasi dalam Pemberantasan Rabies.

Rabies atau penyakit anjing gila masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan di Indonesia. Tercatat delapan provinsi dan beberapa kabupaten serta pulau di Indonesia bebas penyakit ini, sedangkan sisanya masih merupakan wilayah tertular.

"Saya berharap, webinar ini dapat memberikan masukan untuk upaya yang lebih baik dalam pemberantasan rabies di Indonesia ke depan," ucapnya.

Dalam webinar yang dihadir sekitar 400 orang peserta melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting dan disiarkan langsung melalui YouTube tersebut juga hadir Allaster Cox, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Allaster menyampaikan dukungannya untuk berbagai upaya pemberantasan rabies di Indonesia. Ia berharap bahwa dengan program Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), kerjasama di bidang ketahanan kesehatan di antara kedua negara makin kuat.

Webinar yang diselenggarakan selama hampir tiga jam tersebut menghadirkan berbagai ahli di bidang rabies dan penggunaan vaksin oral rabies baik di tingkat nasional maupun internasional.

Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan dalam paparannya menyampaikan program dan strategi pengendalian rabies di Indonesia. Ia mengakui bahwa pengendalian rabies di Indonesia masih berhadapan dengan berbagai macam tantangan, namun ia mencatat juga bahwa ada banyak pembelajaran dan kisah sukses pelaksanaan program ini.

"Beberapa wilayah berhasil kita nyatakan bebas dari rabies dengan implementasi program pengendalian dan surveilans intensif. Kita optimistis bahwa dengan dukungan berbagai pihak, khususnya partisipasi masyarakat, target bebas rabies 2030 dapat kita capai" ungkapnya.

Potensi Penggunaan Vaksin Rabies Oral

Sementara itu, Katinka de Balogh, Senior Animal Health and Production Officer, FAO Regional Office for Asia Pacific di Bangkok, Thailand yang mewakili Tripartite FAO/OIE/WHO, menjelaskan tentang situasi rabies dan tantangan yang dihadapi di kawasan Asia. Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, kawasan regional juga menghadapi permasalahan yang sama, seperti anjing sebagai penyebab utama penyebaran rabies yang masih dilepasliarkan, keterbatasan sumberdaya, dan masih rendahnya tingkat vaksinasi.

"Ada potensi penggunaan vaksin oral rabies untuk meningkatkan tingkat vaksinasi pada anjing," tambahnya.

Karoon Chanachai, Development Assistance Specialist, Regional Animal Health Advisor, USAID Regional Development Mission Asia, menyampaikan pengalamannya saat masih bekerja di Pemerintah Thailand dalam proyek percontohan pemanfaatan vaksin oral rabies untuk meningkatkan jumlah dan cakupan vaksinasi pada anjing di beberapa wilayah di Thailand.

Karoon memastikan bahwa pelaksanaan vaksinasi rabies dengan vaksin oral menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Hal serupa disampaikan oleh Ad Vos, Scientific Expert Rabies, Department of Veterinary Public Health, Ceva Sante Animale, yang memiliki pengalaman puluhan tahun di bidang ini. Ia mencontohkan beberapa percobaan lapangan yang telah dilakukan di beberapa negara selain Thailand, yang menunjukkan bahwa dengan penanganan sesuai standar vaksin oral ini aman dan dapat menimbulkan kekebalan yang diharapkan.

Catatan terkait kemanan vaksin oral rabies juga disampaikan Gyanendra Gongal, Regional Advisor WHO Regional Office for South East Asia (SEARO), yang menekankan pentingnya pemenuhan standar internasional dalam penggunaan vaksin rabies oral.

Dalam ucapan penutupan, Fadjar yang mewakili Dirjen PKH menegaskan komitmen Kementan dalam mendukung target bebas rabies di Indonesia dan global pada tahun 2030, dan menekankan pentingnya mempertahankan daerah bebas serta secara bertahap membebaskan daerah tertular. Ia yakin bahwa masih banyak yang peduli dan mendukung pengendalian rabies, terbukti dengan lebih dari 100 pertanyaan/tanggapan pada dua platform yang digunakan.

"Kita akan gaungkan PReSTaSIndonesia 2030, yakni pemberantasan rabies secara bertahap di seluruh Indonesia dengan target bebas pada tahun 2030," pungkasnya. (INF/CR)

 

HARI RABIES SEDUNIA 2020 : MENGEDUKASI ANAK MENGENAI RABIES MELALUI DRAMA VIA DARING

 

Drama via daring zoom, ramai diminati anak - anak

Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, FAO ECTAD, dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengadakan kampanye rabies kepada 481 Sekolah Dasar siswa/i di Kalimantan Barat serta provinsi lainnya yang mendaftar melalui saluran Youtube Ditkesmavet.

Kampanye rabies ini dikemas dalam bentuk pentas drama virtual anak "Aku dan Hewan Kesayanganku Bebas Rabies" yang menyuguhkan informasi tentang apa itu rabies, bahaya rabies, tindakan yang dilakukan jika digigit hewan penular rabies, cara menghindari gigitan anjing serta memelihara hewan kesayangan yang baik melalui konsultasi ke dokter hewan dan pentingnya vaksinasi rabies secara rutin pada hewan.

Dalam pengantarnya, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, drh. Syamsul Ma’arif M.Si mengatakan bahwa rabies adalah salah satu zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner bertanggungjawab terhadap pengendalian dan penanggulangan zoonosis, utamanya agar penyakit ini tidak menular kepada manusia.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan kesehatan lingkungan dan kesejahteraan hewan. Syamsul menambahkan bahwa sebagai wujud tanggungjawab kepada hewan peliharaan, maka setiap orang yang memiliki atau memelihara hewan wajib menjaga dan mengamati kesehatan hewan dan menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungannya. Jika mengetahui terjadinya kasus zoonosis misalnya rabies pada manusia dan/atau hewan, wajib melaporkan kepada petugas yang berwenang baik itu petugas kesehatan maupun petugas kesehatan hewan.

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Kalimantan Barat Drs. H. Ria Norsan, MM, MH, sangat mengapresiasi bahwa kegiatan edukasi rabies kepada anak-anak sekolah dasar dalam rangka Peringatan hari rabies Sedunia tahun 2020 ini dilaksanakan di wilayahnya, mengingat Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah endemis rabies di Indonesia.

Norsan menyatakan bahwa pada Bulan Agustus 2014 Kalimantan Barat pernah dinyatakan sebagai daerah bebas rabies. Namun pada akhir tahun 2014 provinsi ini kembali dinyatakan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies setelah ditemukannya kasus gigitan anjing positif rabies di Kabupaten Ketapang, Melawi, dan terus menyebar ke seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat kecuali Kota Pontianak.

“Kasus tertinggi terjadi tahun 2018 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 25 orang dari 3.873 kasus gigitan. Pada tahun 2019, ada 14 orang korban meninggal dari 4.398 kasus gigitan. Di tahun 2020 tertanda sampai 21 September ini korban meninggal sebanyak 2 orang dari 1.398 kasus gigitan,” tuturnya.

Norsan mengharapkan agar edukasi tentang rabies ini dapat terus diingat oleh anak-anak, sehingga tidak ada lagi anak-anak di Kalimantan Barat yang tertular rabies, sesuai dengan visi misi Kalimantan Barat, zero infeksi rabies tahun 2023.

Team Leader a.i FAO ECTAD Luuk Schoonman menambahkan bahwa kegiatan KIE yang menargetkan anak-anak di sekolah dasar ini dapat menjadi pengingat kepada sekitarnya untuk saling menjaga kesehatan hewan agar terhindar dari penyakit rabies.

“Anak-anak dapat menjadi agent of change dalam mengingatkan ancaman penyakit rabies kepada orang tua, saudara, maupun teman bermain di lingkungan disekitarnya. Dengan metode penyampaian pesan yang dekat dengan dunia anak, seperti menyanyi dan pentas drama, diharapkan anak-anak dapat lebih mengerti tentang bahaya rabies dan pencegahan jika terjadi gigitan rabies,” ujar Luuk.

Pelaksana Tugas Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster mengatakan bahwa tahun ini lebih baik dari sebelumnya karena kita dapat melihat bukti bahwa penyakit menular seperti rabies tidak mengenal batas wilayah dan menimbulkan ancaman serius bagi individu, negara, dan dunia.

“Pemerintah Amerika Serikat, melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), telah bermitra dengan Indonesia selama lebih dari sepuluh tahun sebagai bagian dari komitmen bersama kami terhadap Agenda Ketahanan Kesehatan Global, untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular. Peringatan Hari Rabies Sedunia tahun ini menggarisbawahi peran penting yang dapat dilakukan generasi muda untuk membantu mengatasi tantangan ini dan menjaga diri mereka tetap aman,” tutur Pamela.

Dalam sambutan pembukaanya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc mengatakan dan edukasi tentang rabies khususnya kepada anak-anak usia sekolah dasar di daerah endemis ini sangat penting, mengingat mayoritas korban gigitan adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Nasrullah menambahkah bahwa rabies merupakan salah satu zoonosis yang mematikan di dunia. Mengutip informasi dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) bahwa setiap sembilan menit satu orang meninggal dunia karena rabies. dan setiap tahun, rabies membunuh hampir 59.000 orang di seluruh dunia.

Lebih dari 95 % kasus rabies pada manusia akibat gigitan anjing yang terifeksi rabies. Walaupun mematikan, rabies pada manusia 100 % dapat dicegah. Vaksinasi anjing terhadap rabies merupakan cara yang terbaik dalam mencegah penularan rabies dari hewan ke manusia. Dengan melakukan vaksinasi setidaknya 70 % dari populasi anjing, kita dapat mencegah penularan rabies dari hewan ke manusia.

Tentang Hari Rabies Sedunia 2020

Hari Rabies Sedunia diperingati setiap tanggal 28 September. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian – FAO ECTAD – USAID mengadakan serangkaian kegiatan kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, WHO, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Pendidikan Kalimantan Barat, dan Dinas Pangan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat.

Serangkaian kegiatan Hari Rabies Sedunia yang dilakukan secara virtual, terdiri dari lomba foto dan video rabies, pentas drama untuk anak-anak, konferensi pers kepada media, dan webinar acara puncak Hari Rabies Sedunia 2020. Seluruh rangkaian kegiatan ini difokuskan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pemberantasan rabies di Indonesia. (CR)

KEGIATAN SOSIALISASI DIGITAL PERINGATI HARI ZOONOSIS SEDUNIA

Hari Zoonosis Sedunia yang diperingati setiap 6 Juli.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan FAO dan USAID menyelenggarakan kegiatan sosialisasi edukasi zoonosis melalui platform digital, sekaligus memperingati Hari Zoonosis Sedunia yang jatuh pada 6 Juli setiap tahunnya.

Hari Zoonosis Sedunia diperingati untuk memberikan penghargaan kepada ilmuwan Louis Pasteur yang sukses melakukan vaksinasi pertama penyakit rabies di Prancis pada anak yang digigit oleh anjing terinfeksi virus rabies pada 6 Juli 1885.

Kegiatan memperingati Hari Zoonosis Sedunia ini didukung juga Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan dan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kegiatan dimulai sejak 1 Juli hingga 11 Juli 2020.

“Adapun rangkaian kegiatan berupa penayangan infografis, live Instagram, Whatsapp blast dan webinar dengan tema melindungi kesehatan hewan untuk menjaga kesehatan manusia,” kata Dirjen PKH, I Ketut Diarmita dalam keterangan resminya, Selasa (7/7/2020).

Lebih lanjut dikatakan, penayangan infografis tentang zoonosis mulai dilakukan sejak 1 Juli hingga 10 Juli 2020 melalui media sosial (Facebook, Instagram, Twitter). Pemberian informasi tentang zoonosis ini dilakukan bertahap dan berkelanjutan agar masyarakat memahami akan pentingnya kewaspadaan terhadap bahaya dan potensi penularan zoonosis bagi kesehatan hewan, manusia dan lingkungan.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan pada 6 dan 10 Juli 2020 dengan kegiatan live Instagram, yang memberikan pemahaman mengenai sejarah Hari Zoonosis Sedunia, pengertian zoonosis dan potensi zoonosis yang ada di sekitar manusia, serta mempromosikan kegiatan webinar.

“Sedangkan Whatsapp blast disebarkan ke grup pada 6 Juli 2020 mengenai edukasi zoonosis sesuai dengan infografis yang ditayangkan di media sosial sebelumnya,” ujarnya.

Puncak acara kegiatan memperingati Hari Zoonosis Sedunia dilaksanakan pada 11 Juli 2020 nanti dengan penyelenggaraan webinar melalui zoom yang juga tersambung ke Youtube.

“Sesi pertama membahas tentang makanan sehat bebas bahaya zoonosis, sedangkan sesi kedua akan membahas tentang potensi zoonosis pada hewan peliharaan,” pungkasnya.

Webinar akan diselenggarakan dalam bentuk bincang santai dengan beberapa narasumber, seperti dosen FKH IPB dan Komisi Ahli Keswan, Kesmavet dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian, Dr Drh Denny Widaya Lukman. Ada juga penerima Anugerah Cendekiawan Harian Kompas 2020, Drh Tri Satya Putri Naipospos, kemudian praktisi hewan kesayangan, Drh Nyoman Sakyarsih, serta Master Chef Top 3 Season 4, Yulia Baltschun dan public figure pemilik hewan kesayangan Melly Goeslaw juga diagendakan hadir.

Sebagai informasi, menurut Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE), sekitar 60% penyakit infeksius pada manusia merupakan zoonosis dan 75% penyakit infeksi baru (Emerging Infectious Diseases) yang berasal dari hewan. Sedangkan, dari lima penyakit baru yang muncul pada manusia setiap tahun, tiga diantaranya berasal dari hewan. (INF)

INDONESIA JADI TUAN RUMAH WORKSHOP RABIES ASIA TENGGARA

Workshop rabies yang dilaksanakan di Denpasar, Bali. (Sumber: Istimewa)

Penyakit rabies masih menjadi salah satu masalah serius di bidang kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan, mengingat penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis), menimbulkan keresahan masyarakat dan dapat mengakibatkan kematian apabila tidak ditangani dengan tepat. Indonesia sendiri masih memiliki wilayah yang tertular rabies.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki delapan provinsi yang sudah bebas rabies. Namun pada awal 2019, wilayah Pulau Sumbawa, salah satunya wilayah bebas rabies telah dilaporkan adanya kasus rabies akibat lalu lintas hewan tertular ke dalam wilayah tersebut.

“Adanya penambahan wilayah tertular tentu saja menjadi tantangan dalam mencapai target bebas rabies 2030 mendatang. Kami bersama pemerintah daerah telah melaksanakan berbagai upaya, diantaranya surveilans, vaksinasi, pengendalian populasi, pengawasan lalu lintas, pelatihan sumber daya manusia dan kerjasama lintas sektoral, khususnya dalam pelaksanaan Tata Laksana Kasus Gigitan secara Terpadu (Takgit),” kata Ketut mewakili Indonesia sebagai tuan rumah Workshop Rabies Risk Assessment tingkat Asia Tenggara di Denpasar, Bali, 6-8 Maret 2019.

Ia menjelaskan, sebagai upaya memaksimalkan kegiatan pengendalian rabies, perlu dilakukan kajian dan identifikasi faktor utama penyebaran rabies, tindakan antisipasi dan pengurangan risiko penyebaran penyakit, serta mengomunikasikan hal teknis agar tindakan pencegahan, pengendalian dan penanggulangan bisa berhasil.

Kegiatan yang juga bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) didukung Departemen Pertanian dan Sumber Daya Air Australia, dilakukan kaji ulang tentang status penyakit rabies di suatu wilayah, menguraikan tentang pergerakan anjing, identifikasi jalur risiko yang berpengaruh terhadap penyebaran dan sirkulasi virus yang mengakibatkan rabies pada anjing untuk mendapatkan rekomendasi tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit yang dibutuhkan.

Ronello Abila dari OIE, meminta agar workshop ini dapat memberikan manfaat bagi negara-negara di Asia Tenggara dan negara lain untuk mempertahankan wilayahnya yang masih bebas rabies, serta memberikan masukkan strategi pengendalian untuk negara yang tertular.

Sementara, Michael Ward dari Universitas Sydney, yang merupakan salah satu fasilitator, menyampaikan bahwa risk assessment yang didiskusikan dalam kegiatan ini merupakan metode yang cukup praktis dan berbasis ilmiah. Diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk mempermudah penilaian risiko penyebaran rabies antar negara dan wilayah, serta memberikan masukkan untuk strategi pengendaliannya. (RBS)

PENCEGAHAN PENYEBARAN RABIES DI SUMBAWA

Kegiatan KIE sebagai upaya sosialisasi penyakit zoonosis rabies di Kabupaten Sumbawa. (Foto: Dok. Ditjen PKH)

Pencegahan penyakit rabies terus dilakukan di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian, telah mengirimkan bantuan vaksin rabies dan melakukan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) terkait penyakit rabies di Kabupaten Sumbawa. Hal tersebut seperti disampaikan Direkur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma’arif, pada Jum’at (22/2) di kantornya.

Dalam keterangan pers yang diterima Infovet, Syamsul Ma’arif mengatakan, menurut data Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu, sejak Oktober 2018 sampai saat ini telah tercatat sebanyak 619 orang telah digigit anjing dan enam orang diantaranya meninggal dunia. Sementara kasus positif rabies pada hewan tercatat sebanyak 26 kasus. Rabies diketahui juga telah menyebar ke Kabupaten Sumbawa sejak awal tahun kemarin. Berdasarkan data terakhir tercatat sebanyak 22 kasus gigitan HPR, dengan empat kasus diantaranya dinyatakan positif pada hewan anjing berdasarkan pemeriksaan Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar.

Temuan kasus rabies pada hewan membuat Pemerintah Kabupaten Sumbawa segera bertindak cepat dan proaktif dengan melibatkan seluruh instansi bersama masyarakat. Kabupaten Sumbawa dinyatakan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies dengan Surat Keputusan Bupati Sumbawa No. 389/2018, 8 Februari 2019.

“Untuk mencegah meluasnya kasus rabies di NTB, Ditjen PKH telah mengirimkan vaksin sebanyak 14 ribu dosis (9 ribu ke Dompu, 2 ribu ke Bima dan 3 ribu ke Sumbawa) untuk mengebalkan hewan,” ujar Syamsul. Lebih lanjut, bahwa pada 20 Februari 2019 juga telah dilakukan kegiatan sosialisasi penyakit rabies kepada masyarakat di lokasi kejadian. 

Ia menjelaskan, prinsip mencegah dan mengendalikan penyakit rabies dari aspek hewan adalah untuk memastikan hewan sudah divaksin dan disterilisasi/kebiri. Selain itum menurutnya, perlu juga dilakukan pengendalian populasi anjing. Sebab dalam situasi mendesak, pengendalian populasi HPR dapat dilakukan dengan cara yang baik dan memerhatikan aspek kesejahteran hewan.

“Pengendalian populasi HPR dilakukan atas perintah dari pemerintah setempat dengan memerhatikan ketersediaan sarana-prasarana yang memadai, keselamatan/kesehatan personil, melakukan identifikasi HPR dan melakukan manajemen penanganan bangkai dengan baik,” jelasnya.

Sebagai tindak lanjut penanganan rabies di Kabupaten Sumbawa, Syamsul menyarankan beberapa hal, diantaranya sebagai antisipasi dini yaitu setelah dinyatakan wilayah KLB rabies Kabupaten Sumbawa perlu diusulkan sebagai daerah wabah rabies, melakukan pengendalian populasi HPR, membentuk tim gerak cepat penanganan rabies, membentuk posko rabies center, koordinasi lintas sektor dan tidak melakukan lalu lintas hewan di wilayah Kabupaten Sumbawa. 

Sementara, Bupati Kabupaten Sumbawa, H. M. Husni Djibril, menyampaikan, untuk mencegah meluasnya kasus rabies di wilayahnya, telah dilakukan tindakan preventif seperti memperketat lalu lintas HPR, edukasi, tidak mengijinkan hewan kesayangan masuk ke Kabupaten Sumbawa dan depopulasi anjing liar. (INF)

KASUS RABIES MELUAS HINGGA KE BIMA NTB, 14 WARGA DIGIGIT ANJING

Kasus gigitan anjing yang semula terjadi di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), kini sudah meluas ke Kabupaten Bima, daerah yang berbatasan langsung dengan Dompu. Dilaporkan ada 14 orang warga yang digigit anjing. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB mencatat ada 14 warga Bima menjadi korban gigitan anjing yang dilaporkan dan telah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) hingga 16 Februari 2019.

Jumlah korban gigitan terbanyak di Kecamatan Donggo dan Kecamatan Sanggar, masing-masing sebanyak 5 orang. Saat ini, 19 sampel otak hewan penggigit telah dikirim ke Denpasar untuk dilakukan uji laboratorium.

"Bertetangga dengan Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima saat ini tengah waspada terhadap penyebaran penyakit rabies, terutama beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Dompu di antaranya Kecamatan Madapangga, Donggo, Sanggar, dan Tambora. Hal ini mengingat jumlah populasi HPR di Bima, saat ini mencapai 16.100 ekor," kata Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Budi Septiani., yang diterima detikcom, Minggu (17/02/2019). 


(ilustrasi : huertalaweb.com)

Untuk mencegah penyebaran virus rabies di berbagai kecamatan dengan resiko tinggi, Dinas Peternakan Kabupaten Bima telah menerima bantuan vaksin rabies sebanyak 2.000 dosis dan 100 gram strichnine. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB menerangkan soal kasus gigitan anjing pembawa rabies (APR) juga telah ditemukan di Kabupaten Sumbawa.

Kejadian dimulai saat hewan penular rabies (HPR) menyerang salah seorang warga di Desa Labuhan Aji, Kecamatan Tarano, Sumbawa, pada tanggal 31 Januari 2019. Sampel otak hewan penggigit lalu diambil kemudian dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar.

Pemda Sumbawa mencatat sebanyak 19 orang menjadi korban gigitan anjing. 4 sampel otak anjing dinyatakan positif mengadung rabies dari 19 sampel yang dikirim. Seluruh korban gigitan telah diberikan vaksin anti rabies (VAR). Saat ini, Pemda Sumbawa tengah gencar melakukan program pengendalian rabies karena memiliki populasi HPR tinggi, yaitu sebanyak 26.100 ekor anjing.

Guna melakukan pencegahan, dinas terkait telah menerima bantuan vaksin rabies dari Kementrian Pertanian sebanyak 3.200 dosis. Selain vaksin, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB juga memberikan bantuan 100 gr strichnine guna pengendalian populasi HPR tak berpemilik. Jumlah vaksin tersebut, difokuskan kepada daerah yang memiliki resiko tinggi terhadap penularan rabies yaitu Kecamatan Tarano dan Kecamatan Empang. (Sumber: detik.com)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer