Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini peternakan Domestik | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SEMNAS ISPI: PETERNAKAN DOMESTIK DI ERA MILENIAL

Pada penyelenggaraan pameran From Farm to Table 2017 yang dilaksanakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD Tangerang, pada Kamis (7/12), Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), turut berpartisipasi dengan menggelar Seminar Nasional (Semnas) Outlook Peternakan 2018 bertajuk “Masa Depan Peternakan Domestik di Era Milenial”.
Kegiatan tersebut bertujuan agar industri peternakan di Indonesia memiliki daya saing, baik di dalam negeri maupun luar negeri, terutama dalam menghadapi serbuan produk impor. “Kita harus bergotong-royong, saling perhatian dan pengertian, agar industri peternakan di Indonesia lebih bergairah dan bermanfaat. Sebab, ke depan industri peternakan akan semakin meningkat,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar ISPI, Prof Ali Agus dalam sambutannya.
Pembicara ISPI, Rochadi Tawaf (kiri), I Ketut Diarmita
dan Prof Ali Agus (keduanya memegang piagam penghargaan)
serta Ade M. Zulkarnain (kanan).
Dengan semakin pesat dan ketatnya persaingan di industri peternakan, narasumber yang dihadirkan pun sangat kompeten dibidangnya. Seminar pertama diisi oleh Dirjen PKH I Ketut Diarmita yang membahas “Regulasi Pendukung Daya Saing Industri Peternakan Domestik”. Menurutnya, regulasi yang dikeluarkan pemerintah dalam mendukung industri peternakan sudah melalui tahapan yang sesuai, salah satunya pemasukkan daging kerbau dari India.
“Sesuai dengan analisa dari tim Komisi Ahli, ketika impor daging sepanjang itu adalah daging tanpa tulang, dibekukan di bawah pH 6 dan diangkut pada minus 18 derajat itu aman, masuknya PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) low risk, karena itu juga mengacu pada penelitian Badan Kesehatan Dunia,” ujarnya.
Sementara, untuk meningkatkan populasi ternak, Ketut masih optimis dengan program Upsus Siwab. “Saya melihat ada tanda-tanda keberhasilan yang nyata, kebuntingan yang sudah diperiksa sekitar 1,6 juta dan terus meningkat. Tahun depan (2018) untuk memperkuat penambahan populasi kita juga akan melakukan pengadaan impor sapi indukan sebanyak 15 ribu ekor,” kata dia.
Sedangkan dari sisi perunggasan yang diakuinya sudah over supply, harus diarahkan ke pasar ekspor. “Kompartemen biosefaty dan biosekuriti kita sudah diakui Jepang. Jadi persyaratan teknis kita sudah oke, saat ini kita sedang jajaki Timor Leste dan berikutnya Malaysia. Ke depan (2018) para integrator ini harus berorientasi ekspor, jangan lagi bersaing di pasar becek,” ucapnya.
Pada kesempatan serupa, adapun pembicara lain yang hadir yakni, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M. Zulkarnain, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf, Perwakilan Jambul Domba Farm Suseno Bayu Wibowo, Prof Nahrowi (AINI) yang diwakili Prof Ali Agus dan Staf Pengajar Fakultas Peternakan UGM Dr Endy Triyannanto. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer