Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini peternak layer | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TAHUN INI PASOKAN JAGUNG TAK SURPLUS


Menteri Pertanian saat melakukan kunjungan ke sentra produksi jagung (Foto: Dok. Kementan)

Kalangan peternak berprediksi, tahun ini tidak akan ada surplus jagung. Pasalnya, peternak dan pengusaha akan berebut untuk produksi yang terbatas
.
“Tahun 2019 ini diperkirakan tidak ada kelebihan jagung,” kata Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar Mesdi, Selasa (26/3/2019).

Menurut Musbar, kondisi harga gandum impor yang setara dengan harga jagung lokal yakni Rp4.800/kg, maka pabrik makanan ternak (PMT) akan lebih memilih produksi dalam negeri.

Antara jagung dengan gandum memang bisa saling mengisi kebutuhan pakan ternak dari segi karbohidrat. Akan tetapi, kata Musbar, pada 1 kg jagung nilai nutrisinya lebih tinggi dari gandum.
Menurutnya jagung itu kaya akan asam lemak pigmen dan asam amino.

Lanjutnya, permasalahan utama saat ini adalah jumlah pasokan komoditas palawija itu untuk pakan ternak. Musbar menegaskan kenaikan harga jagung bisa jadi disebabkan stok gandum yang dimiliki oleh PMT mulai menipis. Dengan demikian, sekarang terjadi perebutan jagung di lapangan yang membuat harga terkerek naik secara perlahan.

"Sekarang kalau harga gandum dan harga jagung sama atau lebih mahal gandum. Pasti PMT akan lebih pilih jagung, karena secara nutrisi jauh lebih bagus," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian mencatat bahwa pasokan jagung tahun lalu surplus sekitar 14 juta ton. Musbar pun menilai, petani tidak perlu khawatir karena berapa besar produksi pasti akan terserap oleh PMT dan peternak.

"Feedmil pasti pakai jagung, jumlah feedmil ada 91 buah. Makanya harga jagung itu bisa [terkerek naik] Rp4.700/kg sampai Rp5.000/kg. Mereka berlomba cari jagung karena gandum habis. Kalau produksi berlimpah harga pasti di bawah Rp4.000/kg," tegasnya.

Musbar menjelaskan kejanggalan mulai terjadi pada Maret dimana harga jagung justru berangsur naik lebih dari Rp4.000/kg. Padahal harus ada panen raya yang berlangsung.

Kondisi kenaikan harga jagung pun diamini oleh Sri Widayati, Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. "Info dari para pengguna pasokan masih jalan, tapi harga sedikit beranjak naik," ungkapnya.

Di sisi lain, Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengatakan ada kejanggalan dalam hal produksi jagung. Pasalnya harga hanya turun sesaat lalu meningkat kembali.

"Jagung aneh nih, katanya panen raya, tapi harga jagung kok malah naik. Sudah sempet turun sampai mendekati Rp4.000/kg, tapi sekarang sudah naik lagi Rp4.700/kg-Rp4.800/kg lagi," katanya.

Tetapi Sudirman menolak anggapan bahwa kenaikan disebabkan stok gandum yang menipis pada PMT.

"Mungkin PMT berlomba serap sehingga kecepatan serap lebih tinggi dari suplai. Gandum sih ada terus. Jagungnya aja kali yang [pasokannya] tidak sebanyak beritanya," ungkapnya.

Bahkan Sudirman membeberkan bahwa ada jagung yang beredar dengan harga Rp5.000/kg dengan kadar air 15%. Hal ini tentu saja menyulitkan pelaku usaha untuk menyerap karena harus berebut satu sama lain. (Sumber: bisnis.com)

BERAS BUSUK BULOG TAK LAYAK DIJADIKAN PAKAN AYAM

Ilustrasi ayam dan pakan (Foto: Google)

Kabar ditemukannya beras busuk di Ogan Komering Ulu Timur (OKU), Provinsi Sumatera Selatan, Ketua Presidium Peternak Layer (petelur) Nasional Ki Musbar Mesdi berkomentar.

Komentar Musbar membantah pernyataan Bulog yang menyebut beras busuk yang ditemukan di OKU Sumatera Selatan tidak akan digunakan untuk konsumsi masyarakat, melainkan akan dialihkan untuk pakan ternak.

Para peternak unggas menganggap, beras busuk bukan pakan yang tepat bagi ayam maupun unggas lainnya.

"Kami tidak mengenal beras busuk dipakai di ayam. Yang kami kenal adalah bekatul dan menir," kata Musbar dalam pernyataannya, seperti dikutip dari antaranews.com, (Rabu, 13/2).

Dia menambahkan, bekatul dan menir mengandung energi bagi unggas yang berasal dari minyaknya. Sementara itu, beras busuk sendiri dianggap tidak akan berguna apabila diberikan kepada ternak.

“Beras rusak itu enggak ada artinya bagi ayam. Vitamin sama karbohidratnya sendiri sudah rusak. Untuk ternak unggas, tidak direkomendasikan kalau beras busuk,” kata dia lagi.

Musbar menegaskan beras bukan merupakan bagian utama dari komponen pakan ternak unggas, apalagi komposisinya hanya sekitar 3-5 persen dari pakan yang ada.

Ia memastikan tidak ada peternak yang mau menampung beras busuk yang telah berkutu maupun terkena jamur untuk pakan ternak, karena sangat berisiko.

Oleh karena itu, Ki Musbar mempertanyakan wacana pemberian beras busuk sebanyak 6.000 ton yang ditemukan di salah satu gudang Bulog sebagai bahan makanan ternak.

Beras itu busuk karena berkutu atau berjamur juga menjadi teka-teki. Kalaupun karena hanya berkutu, Musbar meyakini tidak ada peternak yang mau mengambilnya dikarenakan bisa berisiko jika dimakan oleh unggas.

Jika berkutu, peternak mesti memberikan desinfektan atau obat antijamur guna bisa menghilangkannya. Apabila beras tersebut sudah bersih dan dikonsumsi oleh ternak, hal tersebut tetap saja sangat berisiko.

Menurut Musbar, pernyataan Bulog yang mengalihkan penggunaan beras busuk kepada ternak semata untuk mengurangi kerugian dan kesalahan manajemen gudang hingga menyebabkan busuknya beras. (Inf)


Dua Ribu Ton Jagung Diberikan untuk Peternak Ayam Kendal dan Solo

Ilustrasi jagung (Foto; Pixabay)

Sebanyak dua ribu ton jagung disalurkan untuk seluruh peternak ayam petelur di Kabupaten Kendal dan Solo. Direktorat Jenderal Pertanian dan Kesehatan Hewan bersama Bulog langsung turun menyerahkan bantuan.

Seperti informasi yang dirangkum dari suaramerdeka.com, Selasa (29/1/2019) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bantuan tersebut bisa membantu para peternak ayam untuk mendapatkan pakan dengan harga terjangkau. Sementara, untuk daerah di Jateng yang menjadi lumbung jagung, bisa dengan intervensi dari kepala daerah masing-masing.

“Jeritan dari para peternak itu adalah jagung. Kemarin saya bertemu dengan para peternak ayam secara informal, dan mereka menyampaikan jagungnya masih kemahalan. Maka, kita perlu untuk segera mencari dan mendukung para peternak ini, agar harga ternaknya juga tidak tinggi. Nah, sementara posisi luar negeri itu memang murah dan sekarang yang dibutuhkan adalah ada di mana jagung di dalam negeri ini. Termasuk yang di Jawa Tengah, maka di Grobogan masih ada atau tidak,” kata Ganjar, dilansir dari Radio Idola.

Dua daerah di Jateng yang merupakan sentra produksi peternakan ayam mmperoleh bantuan pakan ternak berupa jagung. Kabupaten Kendal mendapat 160 ton dan Solo Raya 140 ton di tahap pertama.

Bantuan itu diberikan, untuk memfasilitasi pemenuhan jagung bagi peternak mandiri sampai akhir Februari 2019 mendatang. (Inf/suaramerdeka.com)

Peternak Unggas Blitar: Kebijakan Kementan Pro Rakyat

Foto: Dok. Kementan


Sukarman, pengurus PPRN (Paguyuban Peternak Rakyat Nasional) sekaligus Ketua Koperasi Putra (Koperasi Peternak Unggas Sejahtera) Blitar menuturkan, kebijakan Kementerian Pertanian saat ini dirasakannya berdampak terhadap keberlangsungan usahanya.  

“Blitar memiliki 4.200 peternak dengan populasi ayam layer sekitar 19 juta ekor dan produksi telur mencapai 650 ton per hari,” demikian disebutkan Sukarman, Selasa (27/11/2018) di Blitar.

Menurutnya selama ini peternak di Blitar merasa banyak dibantu oleh Kementerian Pertanian (Kementan), dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH).

"Saat harga telur jatuh pada tahun 2017 hingga mencapai Rp.13.500,- Kementan langsung datang, bahkan Dirjen PKH atas instruksi Bapak Mentan datang sendiri sampai 3 kali ke Blitar", sebutnya.

Lanjut dia, Sukarman menjelaskan bahwa untuk mengatasi penurunan harga telur tersebut, Kementan mengundangnya ke Jakarta dan dilibatkan dalam penyusunan kebijakan perunggasan di sektor hulu hingga terbit Permentan 32 tahun 2017.

"Untuk mengakomodir suara kami, Kementan merevisi Permentan sebelumnya menjadi Permentan No. 32 tahun 2017, dimana dalam Permentan tersebut diatur pembagian DOC layer, dimana peternak mandiri mendapatkan DOC 98% dan integrator cuma 2%, bahkan integrator tidak boleh menjual telur di pasar becek", ungkap Sukarman.

Imbuhnya, produksi telur sebelumnya agak jelek karena banyak ayam yang afkir, hingga harga telur setelah lebaran kembali mengalami penurunan sekitar Rp.15.500 - Rp. 16.000,-.

Menyikapi hal ini Dirjen PKH kembali turun ke lapangan dan menghimbau agar ayam yang sudah tidak berproduksi untuk diafkir. "Saat ini yang berproduksi adalah ayam-ayam muda dan sudah berproduksi maksimal", ungkap Sukarman.

Dalam dua minggu ini, kata Sukarman, harga telur ayam telah membaik yaitu berkisar antara Rp 19.500-Rp 20.000, sebelumnya sekitar Rp 16.000,-.

"Harga saat ini sudah sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Permendag No 96 Tahun 2018 yakni Rp 18.000,- hingga Rp 20.000,-", ucap Sukarman.

Menambahkan, jika jumlah anggota koperasinya saat ini ada 350 peternak, sedangkan anggota dari assosiasi PPRN banyak sekali. Rata-rata kepemilikan ayamnya 3.000 - 10.000, bahkan ada yang ratusan ribu.

Saat ini, PPRN juga bekerjasama dengan DKI Jakarta melalui MoU yang ditandatangani antara Bupati Blitar dan Gubernur DKI Jakarta.

"Kami akan mensuplai telur ayam ke Food Station sebanyak 150.000 ton hingga 200.000 ton per bulan", terangnya.

Foto: Dok. Kementan

Selain itu juga Blitar saat ini sedang membangun kerjasama dengan Kabupaten Majene untuk mensuplai telur, dan sebaliknya Kabupaten Majene akan mensuplai jagung ke Blitar.

Blitar merupakan basis terbesar produksi unggas dan produk turunannya di tingkat nasional. Sebanyak 4.321 keluarga di sana terlibat aktif dalam peternakan unggas layer (petelur). Di sana mereka memenuhi kebutuhan pakan unggas berupa jagung dan tanaman pangan lainnya secara mandiri dari pertanian lokal. Dari 7.600 ton produksi telur nasional, 40 persennya dihasilkan dari Jawa Timur. (Sumber: Rilis Kementerian Pertanian)



Langkah Pemerintah Perbaiki Harga Telur dan Jagung

Pemerintah mengimbau agar peternak meningkatkan kualitas telur (Foto: Infovet) 


Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita turun ke lapangan langsung untuk meninjau pasar serta mengadakan pertemuan dengan peternak ayam petelur di Provinsi Jawa Timur, Rabu (31/10/2018).  

Pada pertemuan tersebut, Ketut menyampaikan beberapa langkah sebagai solusi untuk memperbaiki harga telur di tingkat peternak. Peternak diimbau agar meningkatkan kualitas telur dengan cara segera meregenerasi ayam yang sudah tua dan afkir, karena hal tersebut membuat produksi peternak tidak ekonomis dalam pemeliharaannya. Selain itu, Ketut menganjurkan supaya peternak memperbaiki kualitas telur.

“Kualitas telur mempengaruhi masa simpan telur agar bisa lebih lama, sehingga saat harga telur turun, penjualan masih bisa ditahan,” kata Ketut dalam keterangan resmi yang diterima Infovet, Kamis (1/11/2018).

Kementan juga meminta kepada perusahaan Pembibit untuk meningkatkan kualitas DOC, sehingga DOC yang diproduksi dan dijual ke para peternak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

“DOC yang tidak memenuhi SNI harus dimusnahkan untuk menjaga kualitas dan tidak merugikan para peternak,” tegas Ketut.  

Peternak diimbau untuk membangun kebersamaan dengan menguatkan koperasi yang mengarah berbentuk Korporasi sesuai kebijakan pemerintah, sehingga diharapkan dapat mampu bersaing serta memiliki posisi tawar yang lebih kuat ketika membeli DOC dan pakan.

I Ketut Diarmita
“Saya berharap Koperasi Putra Blitar terus membangun jaringan, agar distribusi telur bukan hanya memenuhi kebutuhan DKI Jakarta, namun harus mengembangkan pemasaran ke provinsi-provinsi lain yang tingkat kebutuhan telurnya tinggi,” imbuh Ketut.  

Bukan hanya masalah harga telur yang cenderung turun, peternak ayam juga tengah menghadapi masalah bahan baku pakan yaitu jagung.  

Pakan menduduki porsi tertinggi dalam usaha peternakan ayam petelur yakni 71% dari biaya produksi. Peternak mandiri umumnya belum mempunyai manajemen stok pakan yang baik untuk mendukung keberlangsungan usahanya.

Ketut juga menyampaikan harapannya agar dimasa mendatang Bulog dapat terlibat dalam bisnis jagung untuk membantu suply kebutuhan jagung  para peternak rakyat.

Sementara itu, Ketua Satgas Pangan Irjen Pol Setyo Wasisto yang  hadir dalam pertemuan tersebut mengimbau agar para trader telur dan jagung untuk menjaga kestabilan harga, demi terciptanya iklim usaha perunggasan yang baik dan berdaya saing.

Selain bertugas memantau distribusi jagung maupun telur, Tim Satgas Pangan Polri bertugas untuk memastikan lancarnya distribusi bahan pangan. 

“Saya mengimbau supaya tidak ada pihak yang coba bermain-main dalam distribusi jagung dan telur, karena ini menyangkut kebutuhan pangan masyarakat banyak,” tegas Irjen Setyo Wasisto.

Tim Kementerian Pertanian juga telah melakukan pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Blitar dan  disepakati langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan jagung dan rendahnya harga telur.

Langkah tersebut antara lain Kabupaten Toli-Toli siap mensuplai jagung ke Blitar, kemudian Kabupaten Blitar disarankan untuk meneruskan dan meningkatkan skala volume telur ke DKI melalui Koperasi Putra Blitar. Peternak Probolinggo dan Tasikmalaya diharapkan dapat mensuplai telur ke Kalimantan Selatan melalui Bulog Divisi Kalimantan Selatan, dimana harga telur di wilayah tersebut saat ini sangat tinggi. (NDV)


Gery Buwana, Peternak Muda yang Suka Berwirausaha

Gery menerima kunjungan mahasiswa Fakultas Peternakan IPB (Foto: Nunung)

Kedatangan Infovet Selasa pagi (22/5/2018) disambut senyuman lebar oleh Gery Buwana, pemilik Global Buana Farm yang berlokasi di Desa Cihideung Udik, Ciampea, Bogor. “Beternak itu sangat mengasyikkan,” ungkapnya mengawali perbincangan santai dengan Infovet.

Selepas lulus dari Monash University Australia, Gery memutuskan untuk beternak ayam layer/petelur. Terlepas dari sang ayah yang juga memang seorang peternak, Gery mengaku sangat suka berwirausaha.

Tepatnya tahun 2013, Gery mengisi kandang-kandangnya dengan ayam Lohman Brown. Sejak awal, Gery telah menggunakan sistem kandang closed house.  “Meski semua kandang belum closed house,” ujarnya.

Bagi pria kelahiran Kota Salatiga ini, mengembangkan usaha peternakan sendiri, dirinya belajar untuk lebih bersiap dan menyelesaikan rintangan dengan segera. “Masalah yang berkaitan dengan kandang itu kompleks dan treatment-nya unik-unik atau berbeda satu dengan lainnya. Saya pribadi merasakan dipacu untuk kreatif ketika beternak ,” ungkap Gery diselingi tawa.

Bergulirnya peraturan yang melarang penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) di Indonesia, berpengaruh besar bagi peternak. Gery menegaskan dari segi manajemen pemeliharaaan mengambil peran penting. 

“Penerapan biosekuriti sangat penting demi ayam yang sehat,” katanya. Gery menyatakan, kendati di Indonesia sudah banyak produk vaksin bagus kemudian diperkuat dengan kandang yang memberlakukan sistem biosekuriti ketat, bagaimanapun peternak tetap sedih ketika terjadi penurunan produksi karena ayam sakit.

Antibiotik yang selama ini dimanfaatakan untuk membersihkan/menjaga saluran pencernaan ayam agar terhindar dari penyakit, harus dihilangkan. Menurut Gery, larangan penggunaan AGP membuat ayam lebih rentan penyakit.

“Dampak lainnya dari segi pakan mengalami penurunan kualitas, karena bahan baku impor juga diberhentikan. Mengingat bahan baku lokal, seperti jagungnya kurang kering , mudah sekali terkena jamur, dan harga sangat mahal tidak sebanding dengan kualitasnya,” kritiknya.  

Berbagi pengalaman, Gery pernah memberikan ayamnya pakan dengan jagung lokal. “Awal sih memang biasa saja atau belum ada tanda-tanda masalah ketika ayam memakannya. Jamur akan berasa setelah jangka waktu tiga bulan,” kisahnya.

Setelah ayamnya memakan jagung yang terkontaminasi jamur, hasil produksi mengalamai penurunan. “Produksi yang biasanya 95% turun jadi 75%,” lanjut Gery. Langkah yang ditempuh Gery, sebisa mungkin mengusahakan agar produksi telur tidak turun lagi.

Pada era Indonesia bebas AGP ini, Gery mengatakan dirinya setiap hari menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang pengganti AGP seperti acidifier, probiotik, prebiotik, asam amino, hingga tanaman herbal. Gery pun membeli buku serta melakukan diskusi dengan sesama peternak dan berkonsultasi dengan dokter hewan.

“Perkara cost pasti naik, karena pakan saja tidak cukup. Perlu menambahkan enzim maupun vitamin, sebagai upaya menjaga ayam tetap sehat,” imbuh Gery. ***

Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Infovet edisi 290 - September 2018 



Komunitas TS Berbagi Ceria Ramadan Bersama Anak Yatim

Kebersamaan anak-anak di Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa dengan anggota K-POPP
Tangerang Selatan, INFOVET - Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan keistimewaan dan kemuliaan. Berbuka puasa bersama serta berbagi keceriaan dengan anak-anak yatim, diadakan Komunitas K-POPP pada Sabtu (2/6/2018) bertempat di Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa, Tangerang Selatan.

Komunitas K-POPP yang beranggotakan para technical service (TS) perusahaan obat hewan, pakan ternak sekaligus peternak layer sekitar wilayah Tangerang, tahun ini kali ketiga menggelar kegiatan sosial dalam rangka menyemarakkan Ramadan.

“Kegiatan buka bersama dan bakti sosial tahun ini merupakan kali ketiga sejak komunitas berdiri,” kata Koordinator Acara, Drh Catur Fajrie Diah Astuti atau yang akrab disapa Caca.

Selain buka bersama, Komunitas K-POPP juga memberikan bantuan dana. “Semoga dana yang terkumpul dapat bermanfaat untuk keperluan biaya pendidikan mereka,” ungkap Caca.

Ustadz Ahmad Yazid selaku Pengurus Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa mengaku sangat gembira dengan kepedulian dari masyarakat sekitar terutama para karyawan dari berbagai perusahaan yang berkecimpung dalam bidang obat hewan serta pakan ini.

Alhamdulillah, kegiatan berbagi ceria dengan anak yatim terlaksana dengan baik. Terimakasih untuk semua yang sudah berpartisipasi baik hadir maupun yang sudah berpartisipasi lewat doa dan rejekinya. Semoga tahun berikutnya dan tidak hanya di bulan Ramadan saja, kita dapat mengadakan bakti sosial lagi,” harap Caca usai selesai acara. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer