Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ketahanan pangan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BERDIKARI BOYONG RIBUAN SAPI INDUKAN DUKUNG PROGRAM DESA KORPORASI SAPI

PT Berdikari Boyong Ribuan Indukan Sapi

BUMN Peternakan yang tengah menggencarkan kampanye #IndonesiaBergizi, PT Berdikari (Persero), terus melaksanakan sinergi strategis untuk meningkatkan kekuatan ekosistem pangan nasional demi tercapainya ketahanan pangan.

Kali ini Berdikari bersinergi dengan BBPTU-HPT Baturraden menghadirkan 1000 Sapi Indukan untuk dukung program Desa Korporasi Sapi (DKS) besutan Kementerian Pertanian RI.

Sinergi tersebut menyalurkan ke peternak mandiri di Cianjur, Jawa Barat dan Boyolali, Jawa Tengah. Pengiriman pertama dari sapi indukan berjenis Brahman Cross tersebut telah diterima peternak.

“Program DKS ini penting dan strategis untuk kedaulatan pangan, khususnya komoditas peternakan. Oleh karena itu Berdikari sebagai bagian dari BUMN Klaster Pangan mendukung 100% sinergi berbagai pihak untuk DKS demi mewujudkan ekosistem pangan nasional yang menjadikan #IndonesiaBergizi,” ungkap Harry Warganegara Senin (15/11/2021).

Beliau melanjutkan, bahwa sapi indukan yang didatangkan Berdikari adalah sapi pilihan berkualitas superior. Hal tersebut karena program DKS selain bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi ternak, juga bertujuan meningkatkan kualitas genetik dari sapi ternak di Indonesia.

Lebih lanjut, program DKS juga mengarahkan konsep korporasi peternak dengan tujuan untuk mengubah pola kerja peternak tradisional ke arah yang lebih modern, baik dalam paradigma berpikir, pengelolaan usaha, budidaya maupun cara pengolahan dan pemasaran produk dengan menggunakan pendekatan yang terkini, efisien, dan efektif.

Untuk memajukan ekosistem pangan di Indonesia, khususnya peternakan sapi, memang perlu sinergi berbagai pihak. Tidak cukup hanya Kementerian Pertanian RI ataupun BUMN saja, tetapi juga vital untuk merangkul peternak mandiri maupun BUMDes.

Oleh karena itu, Kementerian Desa, PDT, & Transmigrasi RI telah melaksanakan inisiatif pengembangan ekonomi dan investasi desa, daerah tertinggal dan transmigrasi tahun 2021 dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan BUMDes dalam pengelolaan peternakan terpadu berbasis pedesaan yang dapat berjalan sinergis dengan pengembangan konsep korporasi peternak desa dari tradisional menjadi modern.

Sebagai BUMN Peternakan, Berdikari tengah menjajaki kerjasama dalam rangka mendukung Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan. Inisiatif Kemendesa RI tersebut merupakan konsep peternakan komunal yang dikelola BUM Desa Bersama.

Peternakan komunal ini akan memadukan peternakan sapi, ayam, ikan air tawar, tanaman sayur-sayuran, serta mengelola kotaran sapi menjadi biogas dan pupuk organik dengan harapan peternak Indonesia akan semakin maju dan menjadi salah satu lokomotif pergerakan ekonomi Indonesia menuju kemakmuran masyarakat yang madani. (INF)

KETAHANAN PANGAN & GIZI BERBASIS KONSUMSI DAN KELUARGA

Webinar ketahanan pangan dan gizi, berlangsung interaktif


Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir sepanjang tahun 2020 menimbulkan dampak serius pada banyak sektor, termasuk pada kemampuan masyarakat dalam menyediakan, menjangkau, dan memanfaatkan bahan pangan bagi keluarga.

Dengan kondisi ini, yang harus dikedepankan untuk dicapai adalah ketahanan pangan dan gizi berbasis konsumsi pangan keluarga. Demikian disampaikan Ketua IPB SDGs (Sustainable Development Goals) Network, Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, dalam acara Bincang-Bincang Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (BBA) Volume 3 dengan topik “Ketahanan Pangan di Masa Pandemi” hari Sabtu, 12 Desember 2020. 

“Dua pertiga urusan kelaparan berhubungan dengan cukup konsumsi pangan dan gizi, terutama pada seribu hari pertama kehidupan,” ujar pria yang pernah menjabat Wakil Menteri Perdagangan (2011-2014) ini. Berbeda dengan aspek produksi, permasalahan konsumsi pangan --khususnya kecukupan gizi seperti ancaman stuting (kekurangan gizi kronis pada anak)-- berada di tingkat keluarga. Pembicaraan soal pemenuhan gizi keluarga tidak sebatas membahas aspek sosial-budaya dan selera makan, melainkan juga terkait pengetahuan dan kesadaran akan gizi.

Dalam hal ini, peran ibu menjadi sangat penting. Pendapatan keluarga juga menjadi hal kritikal untuk memastikan agar makanan sehat dapat tersaji setiap hari. Di luar itu, pemahaman soal sistem pangan (food system), memegang peran penting, mengingat ketahanan pangan bukan hanya masalah produksi, melainkan juga distribusi, pengolahan, penyimpanan, hingga konsumsi.“

Ketahanan pangan, menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan sendiri dipengaruhi setidaknya lima faktor, yakni kondisi ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. 

Adanya pandemi ini memaksa pemerintah menerapkan pembatasan dalam berbagai bidang. Kebijakan tersebut ikut mempengaruhi ketahanan pangan, khususnya ketersediaan dan kemudahan akses terhadap pangan oleh masyarakat. 

Pembicara lainnya, sosiolog Dr. Imam Prasodjo, menjelaskan adanya dikotomi para developmentalist yang mengagungkan pertumbuhan versus para konservasionis yang mendesak perlunya melestarikan sumber daya alam, mengurangi pemanasan global, dan pemulihan layanan ekosistem. “Yang adil adalah dengan menerapkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development),” kata Imam. Ia juga menekankan bahwa paradigma pembangunan tidak semata-mata hanya soal pertumbuhan (growth) melainkan juga soal kebahagiaan (human-eco happiness) atau ecosystem well-being.  Dalam hal ini, Imam melihat IPB University seharusnya menjadi tulang punggung dalam konteks eco-happiness.  

Imam Prasodjo, yang merupakan direktur Yayasan Nurani Dunia, melihat bahwa anak-anak muda masa kini, khususnya generasi milenial, lebih pro pencegahan perubahan iklim, sehingga mereka perlu dirangkul dan diberdayakan agar menjadi penggerak pembangunan berkelanjutan. Ia berpendapat, kebangkitan ketahanan pahan dapat dilakukan melalui pertanian rumah tangga (home farming) dan pertanian komunitas (communities farming).  Petani yang termarjinalkan harus didampingi oleh orang kota yang terdidik karena pertumbuhan pertanian tidak produktif tak lain disebabkan tenaga kerja yang tidak terdidik. 

Ia memaparkan inisiatif yang digagas Yayasan Nurani Dunia yaitu Kampung Ilmu, yang membangkitkan keluarga dan komunitas berusaha di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.  “Pendidikan harus di hubungkan dengan usaha kecil dan kepada para champion.  Harus ada pendekatan praktisi dan ilmuwan secara multidisiplin,” ujarnya.  

Di sisi lain, Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ibnu Khajar, mengungkapkan pandemi Covid-19 tidak hanya bicara soal kesehatan melainkan juga soal ketersediaan pangan. “Yang mengagetkan, banyak rumah sakit menelepon kami bahwa tenaga medis tidak punya suplai makanan,” ujarnya. Call Center ACT yang sebelumnya masyarakat hubungi untuk konfirmasi donasi, kini 70 persen lebih menanyakan bantuan pangan. Termasuk pula mesjid-mesjid mitra ACT, mayoritas menghubungi untuk menginformasikan bahwa jamaah mereka amat membutuhkan bantuan pangan karena persediaan menipis. 

ACT mendistribusikan bantuan pangan menggunakan armada rice truck dan water truck.  Operasi Makan Gratis dilakukan menyasar pekerja informal, ojek online, dan buruh yang di-PHK. Mereka meneruskan program Lumbung Beras Wakaf di Blora yang membina pengelolaan 1.000 hektare sawah, dan ditingkatkan menjadi 5.000 hektare. Mereka berkolaborasi dengan YP3I (Yayasan Penguatan Pesantren Indonesia) dalam aktivasi lahan pertanian di 28.000 pesantren di Indonesia untuk program ketahanan pangan. 

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga melakukan hal mirip melalui pendekatan mengembalikan daya beli, melalui Bantuan Tunai Mustahik (BTM) untuk 20.000 keluarga dan dukungan paket logistik keluarga. Ada pula Program Bank Makanan yang bekerja sama dengan pengelola hotel-hotel untuk membantu masyarakat sekitar yang terancam kebutuhan pangannya. Di saat sama, Kepala Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) BAZNAS, Ajat Sudarjat, memaparkan program pendayagunaan pangan, mulai dari Lumbung Pangan, Kebun Keluarga Indonesia, Pertanian Terpadu, hingga Balai Ternak buat masyarakat di berbagai daerah. 

Beberapa alumni IPB juga berbagi pengalaman terkait perjuangan usaha mereka terdampak pandemi Covid-19. Anni Nuraini, pengusaha travel di Bogor, mengakui dunia pariwisata amat terpengaruh, hampir semua sektor pariwisata mati dan bangkrut. Usaha Anni sendiri akhirnya banting setir ke agribisnis berupa budidaya organik ubi jepang demi karyawannya tetap bertahan. 

Deddy Fakhruddin, pengusaha sapi perah dan potong domisili Malang, yang belakangan terjun di bisnis edu-wisata. Ia mengaku sedikit beruntung karena bisnisnya tidak satu jenis. “Don’t put your money in one basket,” katanya memberi tips. Saat pandemi melanda, ia memutuskan segera banting setir ke sektor konsultasi dan edukasi digital, dan kini menjadi penopang utama. Ia beruntung tidak mengurangi gaji ataupun memberhentikan karyawannya.  

Sementara Purwo Hadi Subroto, petani dan pengusaha agribisnis di Pekanbaru, Riau, mengelola bisnisnya secara terpadu. Awalnya, produksi buah dan sayuran, termasuk ikan dan ayam, masih melimpah saat pandemi mulai melanda, namun daya beli menurun. Mereka melakukan efisiensi dan penurunan harga modal, termasuk memasak di rumah menggunakan tungku, 60 persen lebih hemat daripada menggunakan gas, untuk menyiasati biaya sehari-hari. Strategi menambah jenis tanaman juga dilakukan karena permintaan produk tertentu terdampak. Contohnya pepaya, yang biasanya satu supermarket menyerap hingga 200 kilogram, saat awal pandemi turun menjadi hanya 30 -  100 kilogram. Purwo dan para petani lokal juga berusaha memperluas pasar produk pertanian tersebut. (CR)

FAO INDONESIA ADAKAN “FOOD HEROES FESTIVAL” SEPANJANG OKTOBER

FOOD HEROES FESTIVAL penghargaan bagi pahlawan pangan


Pandemi global COVID-19 membuat kita menghargai berbagai hal penting dalam kehidupan terutama: Pangan. Pangan merupakan inti dari kehidupan, budaya dan komunitas kita. Mempertahankan akses pada pangan yang aman dan bergizi merupakan respons yang tak terpisahkan saat menghadapi pandemi COVID-19.

Di saat seperti ini kita sadar bahwa kita tidak bisa menikmati makanan yang tersedia meja maka tanpa para pahlawan pangan. Mereka ada di sekitar kita – petani, nelayan, peternak dan pekerja di seluruh sistem pangan termasuk penggerak pangan dan pertanian masyarakat di perkotaan. Mereka mendorong ketangguhan masyarakat dalam memroduksi, mendistribusikan dan mengonsumsi pangan yang sejalan dengan kelestarian lingkungan.

Tindakan kepahlawanan dalam pangan termasuk tindakan sederhana yang dapat dilakukan oleh semua orang. Misalnya dengan melakukan yang sederhana seperti menghargai makanan, membeli produk lokal, bertani di halaman belakang rumah dan menghindari pemborosan makanan.

Dalam rangka Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober, FAO Indonesia mengadakan rangkaian kampanye digital, antara lain 

Social Media GiveawayYou can be a food hero too! ( 3 - 24 Oktober)

Netizen diminta untuk mempublikasikan foto dan cerita mereka dengan hastagh: #WorldFoodDay #HariPanganSedunia #FoodHeroes.

Pameran Virtual: Pameran virtual untuk menampilkan #pahlawanpangan dalam proyek FAO di Indonesia  (16 Oktober)

Kontes Poster Global: Kontes poster tradisional yang diadakan setiap tahun untuk merayakan Hari Pangan Sedunia. Anak-anak Indonesia termasuk di antara pemenang kompetisi poster global FAO sejak tahun 2015

Food Hero Day: Workshop virtual dan talkshow tentang  #Pahlawanpangan di Indonesia (31 Oktober)

Media dipersilahkan meliput semua kampanye digital melalui media sosial FAO twitter dan IG @FAOIndonesia.

ARESIASI BALITBANGTAN UNTUK KOMISI IV DPR

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI berbincang dengan salah satu peternak


Komisi IV DPR RI yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi SH didampingi Kepala Badan litbang Pertanian (Balitbangtan) Dr Fadjry Djufry melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Sungai Selan Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Selasa (3/3).

Lokasi tersebut merupakan kampung integrasi sawit sapi binaan Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian. Di tempat ini, rombongan bertemu serta berbincang dengan beberapa petani peternak yang menjadi percontohan dalam program ini.

Dalam sambutannya Dr Fadjry Djufry menyampaikan bahwa Kelompok Tani Tunas Baru merupakan Laboratorium Lapang kegiatan integrasi Sawit Sapi sejak 2015. Badan Litbang Pertanian melakukan pembinaan dengan mengenalkan inovasi teknologi, khususnya pemanfaatan potensi biomassa yang melimpah yang bisa menjadi sumber pakan ternak, seperti pelepah sawit dan hijauan dibawah tanaman kelapa sawit.

Selain limbah pelepah sawit ada hasil samping industri kelapa sawit berupa lumpur sawit (solid decanter), bungkil inti sawit (palm kernel cake) yang dapat digunakan tambahan sebagai bahan baku pakan ternak. Mendengar penjelasan tersebut, Wakil Ketua Komisi IV memberikan apresiasi pada Balitbangtan yang telah memberikan inovasinya kepada petani dan peternak. "Balitbang Pertanian, sangat penting artinya untuk upaya peningkatan produksi pertanian," ungkap Dedi.

Fadjry juga menambahkan bahwa untuk kedepannya petani dan peternak harus dapat memanfaatkan program pemerintah, seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat membantu menambah modal dalam usaha taninya.

“Pengguliran dana KUR menjadi salah satu solusi untuk memberikan akses permodalan kepada peternak. KUR itu tanpa agunan dan ada asuransinya, sehingga tidak ada ruginya, minimal dua hektar sawit satu ekor sapi,” tukas Fadjry. Ia tidak lupa menyarankan agar para peternak membentuk kelompok, sehingga perencanaan menjadi lebih mudah. 

Ketua kelompok tani Tunas Baru, Nurrohim dalam kesempatan yang sama menjelaskan proses kelompok tersebut menjadi salah satu kelompok yang menerapkan integrasi sawit sapi. “Kelompok Tani Tunas Baru kini menjadi percontohan kawasan integrasi sawit sapi, dan sudah melakukan Sekolah Lapang kepada kelompok tani lainnya, yang sampai saat ini sudah lebih 20 kelompok ikut menerapkan inovasi integrasi sawit sapi,” urai Nurrohim. Sementara, sampai saat ini jumlah sapi di kelompok mencapai lebih dari 200 ekor dan masih berpeotensi untuk menaikkan populasinya. (CR)

BEGINI UPAYA KEMENTAN WUJUDKAN KETAHANAN PANGAN ASAL TERNAK

Dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional terutama mewujudkan pencapaian ketahanan pangan, pembangunan peternakan baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota bertujuan untuk mencapai ketahanan pangan melalui penyediaan protein hewani asal ternak. I Ketut Diarmita selaku Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian menyampaikan, ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengaksesnya (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun.
Dirjen PKH I Ketut Diarmita didampingi beberapa Direkturnya.  
“Terkait penyediaan protein hewani asal ternak, saat ini Indonesia telah mencapai swasembada daging ayam, bahkan telah mampu mengekspor telur ayam tetas (hatching eggs) ke negara Myanmar, serta mengekspor daging ayam olahan ke Papua New Guiniea dan Timor Leste,” kata I Ketut Diarmita. Menurutnya, Pemerintah saat ini terus melakukan upaya untuk membuka negara baru tujuan ekspor daging ayam olahan, untuk mencegah terjadinya kelebihan pasokan daging ayam di dalam negeri. “Saat ini Jepang telah menetapkan 5 unit usaha pengolahan daging yang disetujui untuk mengekspor ke Jepang,” ujarnya.
Untuk perunggasan khususnya ayam ras, faktor kritis yang menjadi titik perhatian pemerintah adalah pengaturan keseimbangan supply dan demand dalam rencana produksi nasional. Rencana produksi tersebut tentunya  memperhatikan eksistensi dan keberlangsungan usaha para pebisnis perunggasan yaitu pelaku usaha integrasi, pelaku usaha mandiri, koperasi dan peternak. Pemerintah telah menetapkan regulasi terkait hal tersebut melalui Permentan No. 61 Tahun 2016 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras.
Faktor lain yang dicermati di sektor perunggasan adalah target Kementerian Pertanian untuk zero import jagung sebagai bahan pakan ternak. Hal ini akan dicapai melalui upaya khusus penambahan luas areal penanaman jagung di lahan khusus dan melakukan kerjasama penyerapan dan pembelian hasil panen jagung oleh pabrikan pakan.
“Sedangkan untuk produksi daging sapi/kerbau, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program swasembada daging sapi/kerbau pada tahun 2026,” ungkap I Ketut Diarmita. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), prognosa produksi daging sapi di dalam negeri periode 2017 tercatat sebesar 354.770 ton, sdangkan perkiraan kebutuhan daging sapi mencapai 604.968 ton. Sehingga untuk memenuhi kekurangannya sebanyak 30-40 persen dipenuhi dengan impor, baik dalam bentuk impor sapi bakalan maupun daging. Kekurangan penyediaan daging sapi ini menjadi tantangan sekaligus peluan dalam pembangunan peternakan nasional.
“Secara umum memang kita masih mengandalkan impor untuk menutupi kebutuhan daging sapi di kota-kota besar terutama untuk wilayah Jabodetabek,” ungkap Dirjen PKH. Saat ini industri sapi dan daging sapi masih lebih berkembang ke arah hilir terutama ke bisnis penggemukkan dan impor daging. Mencermati kondisi tersebut, dalam jangka menengah dan panjang Pemerintah mendorong industri peternakan sapi dan kerbau lebih ke arah hulu, yaitu ke arah perbibitan dan pengembangbiakkan. Untuk itu Pemerintah akan memperkuat aspek perbenihan dan perbibitan melalui keberadaan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dan Balai Inseminasi Buatan Lembang, serta 8 Balai Perbibitan Ternak untuk menghasilkan benih dan bibit unggul berkualitas.
Dalam rangka percepatan peningkatan populasi sapi di tingkat peternak, Pemerintah akan melakukan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) pada tahun 2017 dengan target 4 juta ekor akseptor dan 3 juta ekor sapi bunting. Sesuai dengan Permentan No. 48 Tahun 2016. Perbaikan sistem manajemen reproduksi pada UPSUS SIWAB dilakukan melalui pemeriksaan status reproduksi dan gangguan reproduksi, pelayanan IB dan kawin alam, pemenuhan semen beku dan N2 cair, pengendalian betina produktif dan pemenuhan hijauan pakan ternak dan konsentrat.
Upaya lain yang dilakukan Pemerintah dalam rangka percepatan peningkatan populasi sapi adalah melalui implementasi Permentan No. 49 Tahun 2016 Tentang Pemasukan Ternak Ruminansia besar ke Dalam Wilayah Negara Republik. Dalam regulasi tersebut, diwajibkan importir sapi bakalan untuk juga memasukkan sapi indukan dengan rasio 20% bagi pelaku usaha dan 10% bagi Koperasi Peternak dan Kelompok Peternak.
Dalam rangka penguatan skala ekonomi dan kelembagaan peternak, Pemerintah mengupayakan serangkaian kebijakan seperti: a) Menggeser pola pemeliharaan sapi perorangan ke arah kelompok dengan pola perkandangan koloni sehingga memenuhi skala ekonomi; b) Pengembangan pola integrasi ternak tanaman, misalnya integrasi sapi-sawit; c) Pengembangan padang penggembalaan: optimalisasi lahan ex-tambang dan kawasan padang penggembalaan di Indonesia Timur; d) Fasilitasi Asuransi Usaha Ternak sapi (AUTS).
Terkait ketersediaan daging sapi untuk HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional), yaitu bulan Puasa dan Idul Fitri Tahun 2017, Kementan khususnya Ditjen PKH telah menghitung dan menjamin ketersediaan daging dan telur ayam di dalam negeri, yang bahkan kondisinya sudah surplus. “Sedangkan untuk daging sapi, kami bersama –sama dengan Kementerian Perdagangan telah menghitung prognosa kebutuhan dan ketersediaan di dalam negeri, dan setelah dihitung memang masih ada defisit dan diperlukan upaya pemasukan daging pada tahun 2017,” ujar Ketut Diarmita.
“Jika kita lihat dari perkembangan kondisi ketersediaan daging sapi menjelang H-4 Lebaran, kita bersyukur tidak ada gejolak harga bahan pokok khususnya yang terkait dengan komoditi peternakan, yaitu daging sapi, daging ayam dan telur ayam. Kondisi ini tentu kami harapkan dapat terus dipertahankan sampai dengan Lebaran, dan ini akan tercapai apabila ada dukungan dari semua pihak,” kata I Ketut Diarmita.
Ketut melanjutkan, “kondisi harga bahan pokok khususnya daging sapi, daging ayam dan telur ayam, pada puasa dan lebaran tahun ini merupakan yang paling baik dibandingkan 10 tahun terakhir, yang biasanya terjadi gejolak harga bahan pokok yang sangat fluktuatif. Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari peran serta Satgas Pangan POLRI dan KPPU yang secara bersama-sama dan sangat luar biasa aktif mendorong tercapainya stabilitas harga pangan tersebut.”
“Kami juga menyampaikan penghargaan secara khusus kepada para pelaku usaha yang telah menyediakan daging dan telur dengan harga sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Namun demikian, terkait dengan fluktuasi daging dan telur ayam yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan penurunan harga setelah Lebaran. Oleh karena itu , Ditjen PKH tengah mengupayakan langkah-langkah konkrit untuk mencegah hal tersebut terjadi. Dan kami juga meminta seluruh stakeholder untuk ikut mendukung dan berpartisipasi dalam upaya ini,” jelas Ketut Diarmita.
“Kami berharap dengan dukungan dari semua pihak maka diharapkan pembangunan peternakan nasional dapat berjalan sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan, dan dapat dicapai ketahanan pangan protein hewani asal ternak,” pungkas I Ketut Diarmita. (WK)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer