Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini format | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

FGD FORMAT : RAMBU - RAMBU PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PERUNGGASAN

FGD FORMAT, membahas penggunaan antibiotik di perunggaan lebih mendalam

Beberapa waktu yang lalu harian Kompas mengangkat tema terkait Antimicrobial Resisstance (AMR) pada laman utamanya. Lalu kemudian digelar pula acara konferensi pers antara YLKI bekerjasama dengan beberapa LSM terkait temuan bakteri yang resisten antimikroba pada produk perunggasan (karkas).

Sebagai upaya klarifikasi atas isu tersebut, Forum Media Peternakan (FORMAT) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai penggunaan antibiotik di sektor perunggasan melalui daring Zoom Meeting pada Kamis (5/8). FGD ini sengaja dibatasi pesertanya hanya pengurus Format dan para wartawan media anggota Format, sedangkan narasumber yang diundang adalah para pimpinan asosiasi terkait dengan isu ini yaitu Pinsar Indonesia, GOPAN, Pinsar Petelur Nasional, GPMT, GPPU, ASOHI, PDHI serta perwakilan pemerintah yaitu Ditkeswan. FGD  dibuka oleh Ketua Format Suhadi Purnomo dan dipandu oleh sekretaris Format Yopi Safari

Pada kesempatan pertama Drh Rakhmat Nuryanto Ketua Bidang Kesmavet PINSAR Indonesia mengatakan bahwa isu bakteri kebal antibiotik terutama E.Coli sebenarnya adalah isu yang sudah lama terjadi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Ia mengutip beberapa laporan dan hasil penelitian terkait isu tersebut.

"Permasalahannya, yang duluan mengangkat isu tersebut adalah media mainstream, sehingga masyarakat menjadi geger. Itu tidak bisa dihindari dan memang dampak sosio-ekonominya cukup besar," tutur Rakhmat. 

Rakhmat sendiri menyayangkan hal tersebut, padahal menurutnya bakteri sekebal apapun terhadap antimikroba akan tetap mati dengan cara dimasak . Jadi untuk meredam isu tersebut ia menyarankan pada stakeholder untuk meng-counternya dengan menyarankan pada masyarakat agar tidak takut makan ayam dan telur.

Selain itu menurut Rakhmat, sektor peternakan bukanlah satu - satunya sektor yang harus disalahkan dari terjadinya AMR. Kesalahan pola konsumsi antibiotik pada manusia juga memegang peranan yang besar atas terjadinya AMR.

Senada dengan Rakhmat, Ketua Umum PB PDHI Dr. Drh Muhammad Munawaroh juga menyayangkan hal tersebut. Menurutnya hal tersebut hanya menyebabkan kepanikan belaka di masyarakat sehingga masyarakat menjadi takut untuk mengonsumsi daging dan telur ayam.

Peternak Bicara

Dalam forum tersebut juga hadir perwakilan PINSAR Petelur Nasional (PPN) yakni Yudianto Yosgiarso. Menurutnya di lapangan sebisa mungkin peternak tidak menggunakan antibiotik maupun obat, karena hal tersebut juga merupakan cost tambahan produksi. 

Ia juga mendukung upaya pemerintah dalam menggalakkan program sertifikasi NKV di Indonesia. Menurutnya dengan adanya program tersebut, peternak dapat lebih meningkatkan sisi manajemen pemeliharaan dimana dengan manajemen yang baik, tidak dibutuhkan penggunaan obat - obatan termasuk antibiotik dalam jumlah yang banyak.

"Saya sangat mendukung itu dan sudah melihat sendiri bahwa dengan memperbaiki cara beternak, obat - obatan termasuk antibiotik dapat dikurangi. Makanya saya dukung program pemerintah ini dan kalau bisa semua peternak ayam petelur juga meneruskan langkah baik ini," tuturnya.

Pendapat Yosgiarso juga didukung oleh Herry Dermawan, Ketua Umum GOPAN. Ia memaparkan bahwasanya penggunaan antibiotik dapat ditekan dengan cara menerapkan biosekuriti yang baik sehingga ayam tetap sehat dan performanya baik.

"Di Priangan Timur sana, kami (termasuk saya), memanen ayam di umur 23-24 harian, karena kami sadar nanti kalau dipanen di umur 28 hari keatas banyak tantangan penyakit. Dengan  dipanen 24 hari, peternak sudah mulai menerapkan cara pemeliharaan yang sangat minim menggunakan obat. Jadi faktanya peternak sendiri sudah melakukan upaya mengurangi penggunaan obat-obatan termasuk antibiotik," kata Herry.

Namun begitu kata Herry, isu yang ditimbulkan oleh pemberitaan negatif terkait ayam membuat peternak cukup terpukul. Terlebih lagi ketika peternak menghadapi anjloknya harga ayam terkait masalah supply dan demand. Oleh karenanya Herry mengatakan bahwa isu ini harus bisa segera diredam untuk mencegah dampak sosio - ekonomi yang lebih hebat lagi.

Memperkuat Pengawasan dan Komunikasi

Pemerintah pun sebenarnya tidak tinggal diam dalam menghadapi masalah ini. berbagai peraturan telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam mengurangi penggunaan antibiotik yang serampangan. Mewakili Direktur Kesehatan Hewan Drh Ni Made Ria Isriyanthi, PhD pun menjabarkan berbagai regulasi terkait penggunaan antibiotik pada ternak.

Menurut Ria, berbagai upaya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementan bersama stakeholder di luar sektor peternakan. Ia menjelaskan bahwa pihaknya terus meningkatkan pengawasan peredaran obat hewan bersama stakeholder . 

"Kami sedang menggodok aturan bagaimana caranya agar sediaan obat hewan ilegal tidak dijual di marketplace . Ini masih butuh waktu dan kami diskusikan juga dengan ASOHI," tutur Ria.

Sementara itu Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari dalam forum ini mengutarakan, bahwa sebagai mitra pemerintah pihaknya mendukung upaya pemerintah dalam menjalankan kebijakan pengendalian AMR.

"Kami juga mengerti kalau permasalahan ini tidak bisa kami selesaikan sendiri. ASOHI pun telah mewanti - wanti anggotanya agar selalu menaati peraturan yang berlaku, dan kami membuktikan itu. Berbagai kolaborasi dengan pihak lain juga telah kami jalankan agar bisa mereduksi dampak dari AMR, karena kami paham isu ini sifatnya global dan dampak sosio - ekonominya pun besar," tutur Irawati.

Dalam kesempatan yang serupa, Drh Desianto Budi Utomo Ketua Umum GPMT ikut menyatakan pendapat. Ia menjabarkan bahwa semua pabrik pakan anggota GPMT dipastikan sudah mematuhi semua peraturan terkait antibiotik baik AGP maupun medikasi.

"Kami ikuti sesuai peraturannya dan setiap anggota kami wajib memiliki dokter hewan yang menjadi PJTOH (Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan) di pabrik masing - masing, jika nanti terjadi praktik yang tidak sesuai tentunya akan mudah dilacak," kata Desianto.

Sementara itu, Ketua Umum GPPU Ahmad Dawami mengatakan bahwa memang isu perunggasan yang diangkat Kompas beberapa waktu belakangan efeknya cukup mencengangkan. Meskipun ia mengetahui pasti bahwa orang - orang di sektor perunggasan akan menanggapinya dengan santai, tetapi di luar sektor perunggasan pasti dampaknya akan berbeda.

"Kita santai karena kita ngerti, yang lain kan enggak ngerti. Makanya ini kita harus bisa mengubah mindset orang - orang ini agar enggak takut makan ayam dan telur," tutur Dawami.

Ia menyoroti pola komunikasi yang ada di masyarakat dimana sebenarnya banyak beredar isu tak sedap mengenai perunggasan, mulai dari hormon, telur palsu, antibiotik, dan lain sebagainya. 

Selain itu Dawami juga menyoroti ketegasan pemerintah dalam melakukan sanksi pada pihak yang dinilai menyalahi aturan.Menurutnya, pemerintah harus lebih tegas dalam memberikan sanksi, jangan hanya memberikan sanksi administratif, bila perlu penutupan izin usaha.

Drh Munawaroh juga sangat menyoroti sisi komunikasi dari isu ini. Menurutnya, sektor peternakan kurang aktif dalam mengampanyekan sisi baiknya kepada masyarakat luas. Sehingga berita - berita hoaks jadi semakin susah ditangkis.

"Selama ini saya enggak pernah lihat di TV, koran, ada kampanye "Ayo makan daging dan telur Ayam!" padahal ini penting. Makanya kalau dibutuhkan ayo kita bikin kampanye yang masif, PDHI siap membantu mengedukasi masyarakat juga kok. Kalau komunikasinya berjalan dengan baik pasti bisa kita naikkan konsumsi protein hewani kita," tutur Munawaroh.

Ia juga meminta agar FORMAT senantiasa melakukan upaya terbaik dalam meng-counter pemberitaan di media mainsteam. Karena menurutnya FORMAT sebagai media yang berfokus di sektor peternakan lebih paham dan mengerti terkait seluk - beluk peternakan ketimbang media mainstream (CR).



HALALBIHALAL FORMAT: INDUSTRI PETERNAKAN HADAPI ERA NEW NORMAL

Peternakan ayam broiler. (Foto: Infovet/Ridwan)

Selasa (23/6/2020), Forum Media Peternakan (FORMAT) sukses menyelenggarakan Halalbihalal Asosiasi Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dilaksanakan secara virtual dengan mengusung tema “Persiapan Masyarakat Peternakan dan Kesehatan Hewan Menghadapi Era New Normal”.

Kegiatan yang dimulai pukul 09:30 WIB ini dihadiri Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, yang menjadi pembuka acara. Dalam sambutannya, Ketut menyampaikan bahwa di era kenormalan baru ini, pemerintah terus berupaya membantu para peternak agar tidak mendapat kesulitan.

“Karena masih banyak kendala diantaranya biaya produksi yang masih tinggi, tetapi kami akan terus bekerja melayani peternak,” kata Ketut.

Ia pun mengimbau, diperlukan sikap bekerja yang sepenuh hati khususnya dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini. “Untuk menghadapi pandemi diperlukan sikap bekerja sepenuh hati untuk menjawab tantangan di industri peternakan,” tegasnya.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Desianto B. Utomo. Menurutnya, dalam menyikapi pandemi di era kenormalan baru diperlukan perubahan pola produksi dan pemasaran melalui online. Dalam arti penggunaan teknologi harus lebih ditingkatkan lagi.

Hal tersebut juga ditekankan oleh Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Herry Dermawan dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Eddy Wahyudin. Keduanya menyatakan diperlukannya penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi dalam bisnis perunggasan.

“Pandemi ini adalah transisi pengelolaan, pengelolaan secara manual menjadi digital dan pengelolaan secara tradisional ke teknologi,” kata Eddy.

Sebab di saat COVID-19 mewabah, kebutuhan akan protein hewani yang mudah diperoleh yakni daging dan telur ayam sangat diperlukan masyarakat untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Selain itu, bisnis ini pun telah mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. (INF)

FORMAT GELAR SEMINAR KEHUMASAN

Foto bersama peserta Seminar Kehumasan Peternakan (Foto: Dok. Infovet)

Berlangsung di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Kamis (19/9), Forum Media Peternakan (Format) di arena ILDEX (International Livestock, Dairy, Meat Processing and Agriculture Exposition) 2019, menggelar Seminar Kehumasan Peternakan dengan tajuk “Peran Kehumasan dalam Mencapai Tujuan Perusahaan/Lembaga di Era Digital.”

Kegiatan diikuti oleh 25 peserta stakeholder peternakan dari kalangan mahasiswa, perwakilan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, hingga para eksekutif bisnis sarana produksi peternakan yang menangani bidang kehumasan dan media bidang peternakan.

Bambang Suharno, yang menyajikan materi perdana tentang bagaimana menjadi penyampai informasi melalui tulisan dalam bentuk artikel untuk dimuat di media penerbitan baik online maupun publikasi hardcopy. Ia menyampaikan teknis penulisan baik untuk keperluan kehumasan maupun artikel untuk menggunakan model piramida terbalik.

“Dari sisi konten gaya penyajian artikel piramida terbalik akan lebih menarik dan to the pint, tidak bertele-tele namun memulai tulisan dari inti bahasan dan solusinya, kemudian baru disusul keterangan pendukung lainnya yang kian ke bawah fungsinya hanya sekadar pelengkap saja,” jelas Pemimpin Redaksi Majalah Infovet itu.

Bambang menambahkan, agar penulis artikel kehumasan memiliki kualitas yang baik harus memperhatikan konten terkail hal-hal yang menyangkut aktualitas, sistematika dan gaya penulisan yang baik, serta memiliki bahan/materi pendukung yang terpercaya.

Sementara itu Redaktur Tabloidsinartani.com, Gesha Yuliani, memaparkan bahwa di era generasi milenial, praktisi kehumasan banyak berurusan dengan kerja digital seperti bagaimana memanfaatkan media online.

Dalam suatu lembaga pada praktek kehumasan, seseorang penanggungjawab institusi kehumasannya perlu memiliki keterampilan dalam membuat press release (siaran pers) sehingga dipandang layak ditampilkan di media online. Menurut Gesha, siaran pers kehumasan  bisa dijadikan senjata untuk menyiarkan hak jawab perusahaan/institusi. Maka penulisannya harus spesifik disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai suatu institusi untuk dipahami publik. (DS)


SILATURAHMI DUTA AYAM DAN TELUR KE D'COLONEL RESTO

Duta ayam dan telur periode 2018-2021 Muhammad Andi Ricki Rosali dan Offie Dwi Natalia berkunjung ke D'Colonel Resto Rabu (11/9) yang lalu di Jalan Pandu, Kota Bogor dan Cipanas, Kabupaten Bogor. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan perdana bagi kedua duta ayam dan telur tersebut. Sesampainya disana, duta ayam dan telur disambut oleh pemilik D'Colonel Resto, Drh Cecep Muhammad Wahyudin.

Muhammad Andi Ricki Rosali menyatakan kekagumannya terhadap restoran D'Colonel resto, menurutnya konsep yang diusung oleh D'Colonel Resto sangat unik, menarik dan berbeda dari restoran cepat saji sejenis. "Restoran ayam goreng mana yang temanya kandang closed house seperti gini?, saya rasa cuma ini saja. Orang kan jarang yang tahu kandang closed house, jadi penasaran kan," tuturnya.

Namun begitu ia menyarankan agar interior restoran agar dilengkapi keterangan - keterangan tentang pemeliharaan ayam dari awal hingga panen agar mengedukasi masyarakat elbih detail tentang budidaya. "Lebih bagus kalau dibuat ada skema, bagan atau display alur pemeliharaan ayam begitu, biar masyarakat juga tahu kalau memelihara ayam enggak pakai hormon - horomonan begitu," tukasnya. 

Senada dengan Andi, Offie juga menyatakan kekagumannya terhadap D'Colonel Resto. "Yang satu temanya closed house, di Cipanas temanya sawah, udah gitu Bali banget. Menunya juga enggak pasaran kayak di restoran lain, disini ada campuran antara modern dan tradisional, dan enggak kalah enak rasanya," tukas Offie.

Duta Ayam & Telur berfoto bersama pemilik D'Colonel Resto dan awak media


Kemudian duta ayam dan telur menyempatkan berdiskusi sambil sharing bersama pemilik restoran, Drh Cecep. Menurut Cecep, bisnis makanan terutama yang berbahan dasar produk unggas masih sangat diminati oleh masyarakat. "Semakin lama orang kan mau yang praktis, jadi bisnis ini masih cukup menjanjikan-lah, tinggal kitanya aja kreatif supaya menunya variatif dan rasanya tetep enak dan yang penting berkualitas," tutur Cecep.Kualitas produk yang baik, kata Cecep juga ditentukan dari bahan baku yang berkualitas baik. Oleh karenanya D'Colonel resto selalu mementingkan hal tersebut.

Cecep juga bercerita mengenai jatuh-bangunnya dalam merintis bisnis makanan siap saji tersebut. "Mulai dari mini, bisa dibilang hingga kini D'Colonel resto telah memiliki 4 gerai dan sekitar 100 gerobak makanan (food cart) di Jabodetabek. Nah, maksud saya begini, peternak juga sudah harus memikirkan nanti produk unggasnya mau dijual kemana?, masa di pasar terus?, mari sisi hilirnya juga kita pikirkan bersama," tukas Cecep.

Selain silaturahmi dan mengetahui seluk-beluk bisnis restoran lebih dalam, tentunya kunjungan duta ayam dan telur juga diharapkan dapat meningkatkan masyarakat agar lebih banyak mengonsumsi protein hewani, utamanya daging dan telur unggas. Agar masyarakat lebih sehat, cerdas dan tetap produktif jangan lupa selalu konsumsi telur dan daging ayam setiap hari!. (CR)


FORUM MEDIA PETERNAKAN SIAP GELAR SEMINAR KEHUMASAN PETERNAKAN


PINSAR INDONESIA BAGI-BAGI AYAM DAN TELUR


Semarak kegiatan Pinsar Peduli Gizi di Solo (Foto: Istimewa) 

Warga Solo menyambut antusias kegiatan bagi-bagi ayam goreng dan telur rebus yang digelar Pinsar Indonesia, Minggu (17/2) di kawasan jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Acara Pinsar Peduli Gizi ini digelar bekerjasama dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia  (ASOHI) Jawa Tengah dan didukung oleh FORMAT (Forum Media Peternakan).

Mengambil tema “Sebutir Telur Sehari dan Sepotong Ayam, Anda Pasti Sehat dan Cerdas”, selain di Solo, Pinsar Indonesia juga membagikan 2.000 paket berupa karkas daging ayam dan telur (isi 10 butir) di dua kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.

Hadir pada acara tersebut Ketua Umum Pinsar Indonesia (Singgih Januratmoko), Ketua Pinsar Indonesia Wilayah Solo (Agus Sulistyo), Koordinator Pinsar Indonesia Wilayah Jawa Tengah (Pardjuni), Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantara (Ali Mursyid).

“Kegiatan kampanye ayam dan telur menjadi kegiatan rutin Pinsar Indonesia setiap tahun. Kali ini kami adakan di Surakarta, dan akan bergulir ke daerah-daerah lainnya,” ujar Singgih dalam sambutannya.

Ia mengungkapkan, sebanyak 2.000 potong paha ayam goreng dan 2.000 butir telur rebus disiapkan dan dibagikan ke masyarakat sekitar yang hadir di car free day. Kegiatan ini juga didukung akademisi Universitas Veteran Bangun Nusantara. Harapannya, hubungan antara organisasi dan akademisi berjalan lebih baik.

“Mahasiswa menjadi harapan kita bersama untuk membantu meningkatkan konsumsi protein hewani, dan salah satu protein hewani yang termurah itu adalah ayam dan telur,” tandasnya. Oleh karenanya, mahasiswa tidak hanya belajar namun juga terjun ke dunia peternakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih lanjut Pardjuni menjelaskan, konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Daging ayam 12 kg per kapita per tahun, sedangkan telur 6 kg per kapita per tahun. “Sehingga perlu dilakukan promosi untuk meningkatkan konsumsi tersebut. Salah satunya dengan acara seperti ini,” ucapnya.

Selain berbagi ayam dan telur, juga dilakukan senam bersama, parade becak dan talk show bersama Duta Ayam dan Telur (Offie Dwi Natalia dan Andi Ricki Rosali).

Menurut Andi, masalah yang paling mendasar generasi milenial adalah belum adanya kesadaran untuk terjun ke dunia peternakan khususnya perunggasan. Terlebih dengan masih rendahnya konsumsi protein hewani, peran generasi muda sangat dibutuhkan. “Hadirnya kami Duta Ayam, mengajak masyarakat luas untuk lebih peduli akan pentingnya mengonsumsi ayam dan telur,” katanya.

Isu negatif yang beredar di masyarakat bahwa makan daging ayam dan telur kolesterol, bisulan dan bahkan ayam yang disuntik hormon, ditambahkan Offie, harus ditangani dengan baik. “Tugas kami di sini, mensosialisasikan bahwa daging ayam dan telur bernilai gizi tinggi. Tidak menimbulkan hal-hal negatif yang seperti yang beredar. Justru dengan mengonsumsi daging ayam dan telur, dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan,” terangnya. (INF)

Penggerak Konsumsi Protein Hewani, Jadi Tugas Duta Ayam dan Telur

Foto bersama saat pemilihan Duta Ayam dan Telur. (Foto: Infovet/Ridwan)

Masi rendahnya konsumsi protein hewani yang berasal dari unggas melatarbelakangi hadirnya Duta Ayam dan Telur yang diinisiasi oleh Forum Majalah Peternakan (Format) bersama Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat) Indonesia.

“Penobatan Duta Ayam dan Telur ini dalam industri perunggasan diharapkan menjadi penggerak masyarakat untuk gemar mengonsumsi ayam dan telur,” ujar Ketua Panitia, Farid Dimyati pada acara pemilihan Duta Ayam dan Telur, Selasa (6/11).

Menurutnya, hadirnya duta ayam dan telur bisa ikut mendongkrak peningkatan konsumsi ayam dan telur di Indonesia.

Senada, Ketua Format, Suhadi Purnomo, mengungkapkan, konsumsi ayam dan telur di Indonesia per tahunnya masih jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia. “Penetapan Duta Ayam dan Telur ini nantinya bisa membantu meningkatkan program konsumsi ayam dan telur,” ungkapnya.

Berdasarkan data konsumsi antara BPS, Kementan dan Kemenko Perekonomian, tingkat konsumsi penduduk Indonesia terhadap daging ayam sekitar 11,5 kg per kapita per tahun, sementara konsumsi telur hanya sekitar 6,63 per kapita per tahun, ini masih jauh lebih rendah ketimbang Malaysia, Thailand dan Singapura.

Selain ikut mendorong peningkatan konsumsi, lanjut Suhadi, Duta Ayam dan Telur ini juga akan berkontribusi pada momen-momen penting kampanye ayam dan telur seperti pada kegiatan Indo Livestock Expo ataupun International Livestock Dairy Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia.

“Kita juga akan kerjasamakan dengan perusahaan-perusahaan industri perunggasan, selain kegiatan-kegiatan dinas yang mendukung program pemerintah. Mudah-mudahan bermanfaat,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, mengapresiasi kehadiran Duta Ayam dan Telur ini. “Duta ini sangat menolong sebagai salah satu upaya menyerap hasil usaha peternakan kita. Intinya meningkatkan konsumsi ayam dan telur agar kita bisa mensukseskan swasembada protein hewani,” ujar Ketut.

Dalam kegiatan tersebut, Dewan Juri yang terdiri dari  Ketua Umum GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) Ahmad Dawami, Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan Fini Murfiani dan pakar SDM Vera Damayanti, resmi menobatkan Offie Dwi Natalia dan Andi Muhammad Ricki Rosali sebagai Duta Ayam dan Telur periode 2018-2021. Keduanya terpilih melalui seleksi ketat dari puluhan aplikasi.

(Dari kiri) Fini Murfiani, Andi Muhammad Ricki Rosali, I Ketut Diarmita, Offie Dwi Natalia dan Direktur Perbibitan Sugiono. (Foto: Infovet/Ridwan)

Diakui Offie dan Muhammad Ricki, mereka optimis bisa mengangkat konsumsi protein hewani yang berasal dari ayam dan telur. “Amanah yang baru saja diemban menjadi tugas bersama untuk mengembangkan konsumsi ayam dan telur. Saling bahu-membahu mempromosikan konsumsi ayam dan telur,” ujar keduanya.
(RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer