Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ekonomi bisnis | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DASAR-DASAR INOVASI PENGOLAHAN PRODUK AYAM

Inovasi pengolahan produk ayam. (Foto: Istimewa)

Inovasi terjadi ketika seseorang atau sebagian pihak meningkatkan atau memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sesuatu yang telah ditemukan.

“Contoh IPB telah menemukan ayam IPB D1 sebagai salah satu bagian dari upaya menyumbang ketahanan pangan dari sektor hewani, yang terinspirasi dari sulitnya bibit dan pakan ayam pedaging yang selama ini masih impor,” kata Dosen Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, Dr Ir Novita Dewi Kristanti Spt MSi IPU, pada Webinar Kedaireka 3 Inovasi Pengolahan Produk Ayam IPB D1 untuk Pemenuhan Kebutuhan Protein.

Novita melanjutkan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut ditemukanlah inovasi ayam IPB D1 yang tahan terhadap penyakit dengan pertumbuhan dan kualitas daging yang baik. Hal ini adalah contoh inovasi yang bagus karena ada kontribusi dan pemecahan masalah.

Inovasi juga bisa berarti mengubah sebuah pengetahuan menjadi sesuatu yang berharga. Misalnya memelihara ayam tidak cukup hanya pertumbuhannya yang bagus, namun juga harus tahan terhadap penyalit. Bagaimana supaya tahan penyakit itulah inovasi.

Tipe dan Contoh Inovasi
Setidaknya ada 10 tipe inovasi, yaitu dari segi kinerja produk, sistem produk, brand/merek, pengalaman pelanggan, model bisnis, pelayananan, jaringan, channel, mewujudkan proses dan proses inti.

Inovasi produk dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pembuat produk untuk memperbaiki produknya. Novita mencontohkan usaha perbaikan ayam broiler maka disilangkan dan menghasilkan ayam IPB D1. Untuk meningkatkan kualitas karkas, performa, ketahanan terhadap penyakit, pertumbuhan dan kualitas daging.

Inovasi terhadap produk tidak selalu dalam bentuk barang, bisa juga dalam bentuk pelayanan, pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya. Inovasi juga bisa terjadi karena adanya feedback dari pelanggan. Maka muncul bagaimana supaya bisa menghasilkan ayam yang bisa memenuhi permasalahan masyarakat, yang tidak mau mengonsumsi ayam karena faktor negatif, akhirnya muncul inovasi ayam sehat.

Dari berbagai jenis unggas yang biasa dikonsumsi, sebagian orang enggan mengonsumsi bebek karena baunya, kulitnya terlalu berlemak, maupun alasan lain. Dari situ muncul inovasi ternyata jika memasak bebek tidak perlu memakai minyak karena sudah mengandung minyak yang tinggi.

“Secara umum jaringan di dalam daging itu 75% air. Mungkin bisa fluktuatif berbeda tergantung pada jenis unggasnya, proteinnya 20%, kemudian lemak 5%. Mana yang akan dipertahankan kualitasnya saat dilakukan inovasi, harapannya adalah proteinnya tidak berkurang banyak tetap memenuhi kebutuhan nutrisi konsumen,” jelas Novita.

Pangsa Pasar
Novita mengungkapkan, dari beberapa hasil survei masyarakat masih dominan mengonsumsi unggas dari ayam ras. Tetapi ada juga yang sudah mulai memilih jenis ayamnya, apakah ras, buras, atau ayam sehat premium.

Di daerah tertentu ayam ras lebih diminati karena harganya lebih terjangkau. Adapula pangsa pasar yang memang maunya ayam hidup, atau daging ayam segar utuh maupun dipotong-potong, ada yang minta sudah dibekukan, ada pula yang minta sudah dibumbui.

Maka ketika akan membuat sebuah inovasi produk harus dipikirkan siapa pasar yang akan dibidik. Konsumen juga banyak yang mengonsumsi selain daging, seperti jantung, kepala, leher, hati, ampela dan ceker yang juga bisa menjadi peluang untuk diolah.

Pengemasan, Penyimpanan, Pengolahan
Dulu terutama di pasar tradisional ayam hanya dikemas menggunakan kantong plastik. Namun sekarang pengemasan juga mengalami inovasi seperti model overwrap, tray with overwrap, shrink film overwrap, vacuum packaging dan modified atmosphere packaging.

Tujuan pengemasan untuk mencegah penurunan kelembapan selama penyimpanan, menjaga warna daging supaya tetap segar, mencegah kontaminasi mikroba, mempermudah proses distribusi dan mencegah oksidasi lemak.

Sebagai contoh ayam IPB D1 tinggi kandungan Fe dan mineralnya, serta secara umum unggas mengandung vitamin B dan tinggi akan protein. Untuk mencegah nutrisi tersebut mengalami terlalu banyak penurunan selain pengemasan juga harus diperhatikan pengolahannya.

Ada beberapa prinsip penanganan dan penyimpanan daging unggas. Akan dibiarkan segar begitu saja atau disimpan dingin, akan diolah menggunakan suhu panas atau dingin. Apakah dibekukan atau didinginkan di refrigerator saja. Apakah akan dipanaskan termasuk pasteurisasi, sterilisasi, pengasapan, pemanggangan, maupun pengungkepan.

Jika daging ayam tidak segera diolah maka proses yang paling aman adalah dibekukan, disimpan pada suhu -18° C. Lakukan thawing (pencairan) ketika akan dimasak, sebaiknya menggunakan refrigerator supaya tidak banyak terjadi kerusakan struktur dan nutrisi, atau jika terpaksa gunakan air mengalir.

Inovasi Pangan Fungsional
Ada tiga inovasi daging ayam sebagai pangan fungsional yang banyak dilakukan oleh para peneliti. Pertama, dengan melakukan treatment di pakan untuk menghasilkan ayam tinggi asam laurat, tinggi antioksidan, rendah kolesterol, serta produk oksidasi lipidnya rendah.

Inovasi juga bisa dilakukan agar daging ayam mempunyai fungsi fisiologis yang dikenal sebagai antikarsinogen, anti-mutagen, antihipertensi, atau antioksidan. Treatment pada pakan ayam bisa dengan memberikan pakan probiotik, prebiotik, atau sinbiotik sehingga bisa menghasilkan ayam yang dagingnya sehat.

Cara kedua dengan mencelupkan daging ayam ke bahan-bahan organik lalu disimpan beku. Ketiga, dengan menambahkan bahan-bahan tertentu di ayam pada saat diolah, misalnya ditambahkan vitamin atau senyawa tertentu.

Pemrosesan Ayam
Ayam bisa diproses menjadi karkas utuh, dipotong atau daging tanpa tulang kemudian dijual. Atau dilakukan pemrosesan lanjutan seperti pengawetan, pengasapan dan pemasakan.

Bisa diolah dengan mengubah bentuk yang menyertakan penambahan rasa, dimana pengolahannya juga bisa menggunakan cetakan (nugget, sosis). Bisa diolah menjadi produk ready to cook, ready to heat, atau ready to eat.

Dikenal dua metode pemasakan yaitu kering dan basah. Masak kering bisa dengan cara dibakar, dipanggang, atau digoreng. Sedangkan masak basah dengan menggunakan air misalnya dikukus atau direbus. Yang bisa memperpanjang masa simpan dan memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.

Hurdle Concept
Pada ayam kontaminasi yang menyebabkan kerusakan diantaranya karena adanya mikroba pembusuk dan mikroorganisme patogen. Pengendalian dengan hurdle concept dilakukan agar produk tidak mengalami penurunan kualitas, maupun gangguan kesehatan, serta memperpanjang masa simpan.

Hurdle yang biasa digunakan adalah high temperature, low temperature, low water activity, acidicity, low redox potential, competative microorganisms dan preservatives. Misalnya low heat processing dengan pemanasan pada suhu <100° C tidak akan membunuh spora bakteri patogen dan perusak, sehingga akan tetap tumbuh selama penyimpanan. Tetapi jika dikombinasi dengan penurunan pH menjadi 4,5 atau dengan penambahan nitrit dan NaCl spora tersebut tidak akan tumbuh.

Pada low storage temperature, clostridium botulinum dapat tumbuh pada suhu 35° C dan aw 0,95. Tetapi jika suhu penyimpanan diturunkan menjadi 20° C tidak akan tumbuh walaupun aw 0,97. Pada low pH, clostidium botulinum tumbuh pada pH 7,0; 37° C dan aw 0,94 tetapi tidak akan tumbuh jika pH diturunkan menjadi 5,3 walaupun aw dinaikkan menjadi 0,97. (NDV)

BETERNAK KELINCI PEDAGING, PASARNYA DARI RESTORAN HINGGA KAMPUS

Beternak kelinci merupakan salah satu usaha ternak yang jarang ditekuni orang, namun memiliki potensi besar. (Foto: Istimewa)

Tak semua orang suka memelihara kelinci pedaging. Beragam alasannya, ada yang tak tega melihat kelinci dipotong, ada pula yang enggan mencium bau kandangnya. Namun tak sedikit orang yang senang beternak hewan yang tergolong pengerat ini. Selain mudah, keuntungan usahanya lumayan.

Salah satunya adalah Wusono, peternak kelinci pedaging dan kelinci hias dari Bantul, Yogyakarta. Berkat ketekunannya, pria yang memeiliki pengalaman sebagai pekerja migran Indonesia ini berhasil meraup keuntungan dari beternak kelinci.

Beternak kelinci merupakan salah satu usaha ternak yang jarang ditekuni orang. Lazimnya beternak hewan berkaki empat lainnya, beternak kelinci juga butuh minat tersendiri. “Sejak dulu saya memang suka sekali dengan kelinci. Saya juga termasuk orang yang suka makan daging kelinci,” tuturnya kepada Infovet.

Wusono merintis usaha ini sejak 2008, dan sekarang tergolong sukses. Di Bantul, nama Wosono cukup dikenal, apalagi sudah beberapa kali diliput media. Bahkan, pria yang tinggal di daerah Trimulyo, Kecamatan Jetis tersebut kini juga menjadi motor penggerak kelinci di Bantul dan sekitarnya.

Dalam beternak, Wusono mengaku tak menyiapkan lahan khusus untuk kelinci-kelincinya. Ia hanya memanfaatkan sisa lahan di sebelah rumahnya. Kandang kelinci tak membutuhkan lahan luas seperti kandang kambing atau sapi. Untuk urusan pakan, menurutnya, tidak terlalu sulit. “Hampir semua jenis sayuran kelinci suka,” katanya.

Saat ditanya berapa omzet usahanya dalam sebulan, ia enggan menyebutkan angka pastinya. Ia beralasan tak mau pamer penghasilan, karena khawatir akan menyinggung perasaan para peternak lainnya. Ia hanya menyebutkan, dalam sebulan Wusono mampu menjual 300-500 ekor kelinci tergantung pemesanan pembeli.

“Jadi kalau ditanya berapa omzetnya, sangat tergantung pemesanan. Tidak bisa dipatok seperti ternak ayam atau lainnya,” kata Wusono.

Menurut dia, target pasar hasil ternaknya yang dibidik selama ini adalah rumah makan yang menyediakan menu daging kelinci. Selain itu, kampus-kampus terkenal juga menjadi target pasarnya.

Kampus yang memiliki fakultas kedokteran atau jurusan biologi, memiliki laboratorium untuk praktik para mahasiswanya. Kelinci merupakan salah satu hewan yang kerap dijadikan percobaan. Karena itu ada istilah “Kelinci Percobaan”.

Tak Mulus di Awal
Perjalanan usaha ternak kelinci Wusono bermula dari “purnanya” pria ini sebagai pekerja migran Indonesia pada 2008. Sepulang dari Malaysia, ia bingung mau membuka usaha. Saat itu tak ada keterampilan khusus yang ia miliki.

Hingga pada akhirnya, ia memutuskan untuk mencoba beternak kelinci, karena memang Wusono penghobi kelinci. Wusono kemudian memperdalam lagi ilmu teknik beternak kelinci dari beberapa temannya yang sudah lebih dulu menjalani.

“Saya sempat bingung mau usaha apa. Di situ saya punya keinginan untuk usaha kelinci setelah mengingat masa kecil saya dulu yang sering membuat orang tua kesal. Saya ingin membuat orang tua yang dulu kesal menjadi bangga dengan anaknya,” ungkap Wusono.

Sejak saat itu, Wusono mulai belajar mengenai breeding dan membesarkan kelinci. Tetapi di awal usahanya, ia justru menemui kegagalan. “Saya pun belajar bagaimana breeding, mulai dari tidak bisa menjadi bisa. Awalnya saya mengawali dengan kegagalan 100%. Kemudian di fase kedua, saya mengalami kegagalan 50%,” ucapnya.

Namun Wusono tak pernah berhenti belajar. Ia berusaha mengenalkan kelinci ke masyarakat. Caranya dengan memasarkan kelinci ke pasar-pasar tradisional. Selain itu, ia juga terus belajar mengenal kelinci lebih jauh, termasuk bagaimana memelihara hingga merawat kelinci.

Karena di pasar banyak kelinci jantan, Wusono memutar otak. Ia pun mulai menyediakan daging kelinci yang dipotong. “Biasanya yang kita potong adalah kelinci jantan atau kelinci betina yang sudah afkir. Jadi, daging-daging tersebut langsung disetorkan ke para penjual sate kelinci yang sudah menjadi langganan saya. Setiap hari saya bisa menyetor 5-10 kilogram daging kelinci,” terang dia.

Perlahan tapi pasti, usaha jual beli kelinci Wusono yang diberi nama Terminal Kelinci semakin berkembang. Pelanggan datang dari berbagai wilayah di DIY. “Saya terus berusaha mengenalkan kelinci di Kawasan Bantul dan sekitarnya. Dalam sebulan saya bisa menjual 300-500 ekor kelinci. Pengunjung yang datang ke sini setiap hari juga bisa mencapai 10-15 orang,” tukasnya.

Terminal Kelinci menawarkan berbagai jenis kelinci, diantaranya NZ, Anggora, Rex, Netherland Dwarf, Dutch, Mini Lop dan sebagainya. Wusono menjual kelinci-kelinci tersebut dengan harga variatif, mulai Rp 50 ribu hingga ratusan ribu.

Selain menjual kelinci, Wusono juga menyediakan berbagai macam kandang kelinci dan obat-obatan. Selain itu, ia juga melayani konsultasi dan edukasi, termasuk perawatan kelinci. Artinya, dengan satu core business, muncul ide-ide usaha lainnya yang dijalani Wusono.

Kebutuhan Daging dan Tips Beternak
Hingga saat ini memang tidak ada data pasti berapa kebutuhan daging kelinci secara nasional. Bisa jadi lantaran daging kelinci bukan sumber protein yang digemari banyak orang seperti daging ayam dan sapi, maka belum ada pendataan khusus.

Namun demikian, di tiap kota ada juga pemerintah daerah yang melakukan pendataan kebutuhan daging kelinci. Salah satunya adalah di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Dari situs pemda setempat, tahun lalu berdasarkan data Asosoiasi Peternak Kelinci Kebumen (APKK) di bawah naungan BPP Pertanian Alian dan Dinas Distapang Kebumen, menyebutkan kebutuhan daging yang cukup banyak. Dalam daftar kebutuhannya mencapai 2.000 kg/bulannya. Dan saat itu baru bisa mencukupi 20% saja dari kebutuhan pokok yang ada.

Dengan demikian, ini bisa menjadi peluang berternak dan menambah penghasilan serta penambahan gizi tinggi. Tahun lalu harga tarikan dari asosiasi daging kelinci tersebut adalah Rp 35.000/kg kelinci hidup, Rp 60.000/kg dalam bentuk karkas dan dalam bentuk filet Rp 110.000/kg.

Secara nasional, pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan), baru sebatas mengungkapkan bahwa kelinci dapat menjadi hewan ternak yang berpotensi sebagai penghasil protein hewani yang mudah diternakkan masyarakat. Kandungan protein pada daging kelinci disebut lebih tinggi dari protein hewan ternak lainnya.

Kelinci bisa menjadi alternatif sumber protein unggulan di perkotaan. Karena itu, Kementan tidak hanya fokus membangun peningkatan populasi ternak untuk memenuhi kecukupan stok daging sapi dan ayam. Namun, juga membangun dan mendorong sumber pangan dari produk hewani, salah satunya kelinci.

Nah, jika berminat untuk merebut peluang pasar kelinci, berikut adalah beberapa tips menarik yang perlu dicoba.

Pertama, pilihlah indukan kelinci yang belum pernah beranak. Terdapat beberapa jenis kelinci pedaging seperti Rex, New Zealand, ataupun Hycole. Asalnya pun ada yang impor dan lokal. Jenis Rex termasuk unggul karena bisa dijual sebagai pedaging dan juga untuk kelinci hias.

Kedua, pastikan kandang kelinci selalu bersih dari kotoran setiap paginya. Kelinci pedaging dibuatkan satu kandang untuk satu ekor. Anak kelinci di bawah tiga bulan bisa dikumpulkan 5-10 ekor di satu kandang.

Ketiga, harus rutin cek kondisi kesehatannya. Waspada dari penyakit utamanya, yaitu jamur atau gatal. Selain itu juga awasi penyakit kelinci lainnya seperti diare, flu dan kotoran berlendir. Sumber penyakit umumnya dari pakan dan kandang yang kotor. Mengobati gatal bisa dengan mengoleskan campuran bawang merah, garam, minyak dan sedikit wormectin.

Keempat, perkawinan kelinci dilakukan hanya 10-15 menit di satu kandang. Taruh kelinci betina ke kandang jantan dan bukan sebaliknya. Kemudian dalam dua minggu kehamilan sudah bisa diprediksi dengan cara meraba perutnya atau palpasi. Berilah makanan berupa pakan khusus kelinci. Jangan diberi sayuran karena berisiko kembung bahkan mencret.

Kelima, kelinci umur dua bulan sudah bisa dijual per ekor sebagai bibit. Sementara pedaging jantan akan dijual per kilo. Semoga menginspirasi. (AK)

FROZEN FOOD SOLUSI BISNIS UNGGAS PASCAPANEN

Frozen food seperti nugget ayam digemari masyarakat sejak sebelum pandemi terlebih lagi di masa pandemi. (Foto: Istimewa)

Frozen food merupakan produk makanan hasil penerapan teknologi pengawetan. Dengan cara menurunkan temperatur di bawah titik beku air, sehingga air di dalam bahan pangan diubah menjadi kristal es.

“Teknologi ini otomatis akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim. Bahkan beberapa mikroorganisme dengan teknologi frozen food ini akan mati,” kata Dr Ir Endang Sri Hartati MS, dalam webinar yang diselenggarakan Prodi Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Lebih lanjut Endang yang menjadi dosen Prodi Peternakan UMM menjelaskan bahwa dengan menggunakan teknologi frozen food, umur simpan produk akan diperpanjang. Sehingga meminimalkan kerugian akibat kerusakan produk peternakan yang merupakan bahan makanan mudah rusak.

Teknologi pengawetan makanan dengan pembekuan juga bisa mempertahankan kualitas produk dari segi nutrisi dan organoleptik (aroma, rasa dan sebagainya). Meski demikian ada beberapa bahan pangan yang jika dibekukan kualitasnya sedikit menurun.

Hampir semua produk pangan yang mempunyai kadar air bisa dibekukan seperti daging, ayam, ikan, buah, sayur, snack dan produk olahan. Ini adalah peluang untuk menekan kerusakan dan kerugian ekonomis pascapanen.

Endang mengatakan nilai jual produk unggas dari waktu ke waktu mengalami fluktuasi terutama untuk live bird. Tentu sangat berpengaruh terutama pada peternak mandiri. Sehingga kadang mengalami kerugian cukup tinggi akibat harga panen yang sangat turun.

Untuk menghindari keterpurukan harga maka perlu ada pilihan diversifikasi usaha, sebagai perpanjangan untuk keberlanjutan usaha. Jadi tidak hanya mengandalkan budi daya.

“Di budi daya pun juga masih banyak menimbulkan permasalahan. Misalnya harga jual yang rendah pada waktu panen, atau supply melimpah sehingga harga jual turun, atau sebab-sebab lain yang membuat harga jual unggas hidup rendah terutama ayam pedaging,” papar Endang.

“Mau kita pertahankan juga butuh memberikan pakan yang cukup sehingga bisa terjadi pemborosan biaya atau kerugian dalam hal pakan.”

Karena itu dibutuhkan diversifikasi usaha atau perpanjangan lini usaha, yang mungkin dilakukan untuk ayam pedaging adalah pemotongan ayam dan diikuti dengan produk olahan ayam.

Bisa berbentuk bahan mentah misalnya fillet, atau ready to cook seperti ayam yang dimarinasi dengan bumbu tertentu, maupun ready to eat yaitu produk yang sudah dimasak matang dan bisa disantap yang mungkin perlu dipanaskan sebentar. Sehingga bisa menaikkan harga jual dan menambah keuntungan.

Peluang dan Persaingan Frozen Food
Frozen food berbasis ayam digemari masyarakat sejak sebelum pandemi terlebih lagi di masa pandemi. Konsumen menyukai kepraktisannya dan kecepatan penyajiannya, hanya perlu dikukus atau digoreng sebentar saja. Digemari oleh ibu rumah tangga yang hanya punya sedikit waktu untuk memasak.

Keunggulan lain adalah rasanya enak, aman dikonsumsi dan tahan lama disimpan. Konsumen tidak merasa rugi yang disebabkan oleh faktor kerusakan makanan. “Permintaan frozen food di masa pandemi dari yang saya baca dan lihat statistiknya itu meningkat pesat. Ada tren makanan beku sebagai stok andalan,” kata Endang.

“Masa simpan makanan yang relatif panjang ini menjadikan permintaan frozen food meningkat. Bisa saja disimpan sebulan, dua atau tiga bulan, bahkan setahun tergantung jenis produknya.”

Untuk memulai usaha frozen food bekal utamanya adalah kualitas dan inovasi. Bahan baku sangat penting, karena produk olahan terutama yang dibekukan jika bahan bakunya kurang baik akan menghasilkan produk berkualitas buruk dengan daya simpan yang pendek. Peternak mempunyai keunggulan di segi ini, karena bahan bakunya berasal dari peternak itu sendiri.

Persaingan perdagangan makanan beku cukup tinggi sehingga harus berinovasi. Agar mampu bersaing dengan berbagai brand yang sudah ada. Inovasi bisa dilakukan secara sederhana misalnya dengan menggunakan bumbu-bumbu tradisional yang selama ini menjadi ikon masakan Indonesia.

Produk frozen food yang dibuat sebaiknya mempunyai keunikan tersendiri. Kemudian terapkan branding misalnya dengan konsep makanan sehat tanpa pengawet, makanan sehat dengan pengawet alami, atau makanan sehat yang fungsional.

Target pasar harus ditetapkan sejak awal agar pembuatan produk dan pemasaran lebih tepat sasaran. Apakah menargetkan balita, anak muda, ibu rumah tangga, restoran, atau lainnya.

Endang menyarankan, “Kalau kita memulai harus punya komitmen, karena untuk memulai itu tidak semudah yang kita bayangkan, kita harus betul-betul bekerja keras.”

Untuk memasarkan produk selain mengandalkan penjualan offline, sebaiknya juga mengikuti tren online. Di manakah target konsumen banyak berkumpul? Apakah di media sosial, marketplace, atau lainnya.

Pro Kontra Makanan Beku
Ada hal-hal yang mungkin dikhawatirkan konsumen misalnya penggunaan pengawet. Memang bisa jadi ada produk yang menggunakan pengawet, namun sebenarnya dengan dilakukannya pembekuan hal itu sudah bisa mengawetkan bahan pangan.

Kemudian hilangnya vitamin tertentu, memang dalam kasus tertentu perlakukan awal sebelum pembekuan seperti pencucian, bisa mengurangi atau menghilangkan kandungan vitamin B dan C.

Konsumen juga tidak menyukai berubahnya bau dan rasa setelah produk dicairkan. Memang terjadi namun pada sebagian produk saja. Umumnya rasa dan bau tidak ada bedanya dengan produk yang belum dibekukan.

Endang juga mengangkat beberapa mitos seperti frozen food adalah makanan yang tidak sehat. Faktanya adalah nilai biologis frozen food tidak jauh berbeda dengan makanan yang belum dibekukan.

Dipercaya mencairkan (thawing) frozen food di suhu ruang adalah aman. Sebenarnya membiarkan frozen food mencair sendiri di suhu ruangan tidak aman. Karena selama prosesnya kemungkinan bakteri yang belum mati saat pembekuan akan bisa hidup kembali.

Thawing yang direkomendasikan adalah menaruh produk di dalam kulkas (refrigerator) agar mencair dengan sendirinya. Atau dengan memasukkan produk yang masih dalam kemasan ke dalam air dingin atau air mengalir.

Mitos lain adalah bolehnya mencairkan frozen food menggunakan air panas. Padahal pada waktu dimasak, pemasakannya menjadi tidak merata dan akan menimbulkan masalah pada keamanan pangan.

Banyak orang juga menganggap membekukan kembali frozen food yang sudah dicairkan tidak aman. Jika proses thawing tidak tepat memang berbahaya. Tapi apabila thawing dilakukan dengan baik tentu akan aman, walau terkadang dapat menurunkan kualitas nutrisi dan aroma.

Di akhir presentasinya Endang menekankan pentingnya pengemasan yang baik. Salah satu bentuk kerusakan dari makanan beku adalah oksidasi lemak, karenanya dibutuhkan pengemasan kedap air dan udara disamping syarat-syarat lainnya. (NDV)

TEROPONG PROSPEK BETERNAK BEBEK HIBRIDA PEDAGING

Bebek hibrida merupakan salah satu dari banyak jenis bebek pedaging yang diternakkan di Indonesia. (Foto: Istimewa)

Daging bebek menjadi salah satu pilihan alternatif sumber daging, selain daging ayam. Hal ini ditunjang dengan semakin maraknya kuliner berbahan baku bebek. Dengan begitu, peluang untuk para peternak bebek masih terbuka lebar.

Seperti disampaikan Nutritionist Farmsco Feed Indonesia, Intan Nursiam, dalam seminar daring yang diadakan oleh PT Farmsco Feed Indonesia, beberapa waktu lalu, yang mengangkat tema “Peluang Bisnis Bebek Pedaging 2022”.

Menurut Intan, pasokan bebek pedaging di masyarakat masih menghadapi berbagai masalah seperti ketergantungan terhadap bebek afkir, daging berkualitas rendah, hingga tingkat cooking loss yang tinggi, yang menyebabkan daging mengalami penyusutan setelah dimasak.

Sementara dalam aspek budi daya, peternak bebek pedaging cenderung tradisional, ekstensif, kualitas pakan rendah, serta penanganan penyakit yang tidak optimal. “Oleh karena itu, dibutuhkan bebek pedaging unggul dengan pertumbuhan yang bagus, didukung dengan pakan dan manajemen pemeliharaan yang bagus pula,” kata Intan.

Berdasarkan data statistik peternakan pada 2021, terdapat sekitar 50 juta ekor populasi bebek di Indonesia. Populasi dari 2020-2021, tercatat mengalami peningkatan sebanyak sekitar 2 juta ekor. Pengembangan bebek dengan populasi terbanyak terletak di Provinsi Jawa Barat sebesar 9,9 juta ekor; Jawa Timur sebesar 6,6 juta ekor; Jawa Tengah 5,5 juta ekor dan Sulawesi Selatan 5,2 juta ekor. Demikian ungkap Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, dilansir dari RMOL Sumsel.

“Itik pedaging merupakan salah satu komoditas yang akan terus dikembangkan di Indonesia karena semakin hari konsumen daging itik semakin meningkat, yang mampu mengangkat ekonomi masyarakat peternak,” tambah Agung.

Kupas Keunggulan Bebek Hibrida
Bebek hibrida merupakan salah satu dari banyak jenis bebek pedaging yang diternakkan di Indonesia. Dengan cita rasa daging gurih dan empuk, bebek jenis ini juga dapat mulai bertelur lebih awal dibandingkan bebek jenis lain. Selain itu, pemeliharaan bebek pedaging jenis ini pun cenderung sederhana. Lantas, bagaimana prospeknya?

Sesuai namanya, bebek hibrida dihasilkan melalui perkawinan silang antara bebek peking pejantan dan bebek petelur jenis khaki campbell betina. Berbeda dengan bebek peking yang cenderung berwarna putih rata, persilangan pertama ini dapat menghasilkan anakan dengan tiga jenis warna, yaitu putih, hitam dan cokelat. Dari hasil peranakan pertama ini, dilakukan seleksi lanjutan dengan mengambil anakan berwarna putih. Selanjutnya, anakan berwarna putih ini dikawinkan kembali dengan bebek peking, hingga selanjutnya menghasilkan anakan yang berwarna putih rata.

Persilangan antar-jenis yang menghasilkan bebek hibrida ini dilakukan dengan tujuan memperoleh karakteristik unggul dari kedua induk. Bebek khaki campbell dipilih karena jenis ini memiliki tingkat produktivitas telur yang tinggi. Sementara bebek peking memiliki potensi bobot hidup tinggi, yang menjadi karakteristik utama bebek pedaging.

“Jadi harapannya dari persilangan itu bisa menghasilkan anakan dengan produksi telur tinggi dan pertumbuhan bobot badan yang tinggi pula,” ujar Bayu Widyanto, pemilik usaha penetasan bebek hibrida “Ternak Mulia” dari Sanankulon, Blitar kepada Infovet.

Selain dagingnya yang lebih empuk, berkat perpaduan dengan karakteristik bebek peking, bebek hibrida memiliki sejumlah keunggulan lain. Jika dibandingkan dengan bebek lokal, keunggulan bebek hibrida pedaging diantaranya memiliki masa panen lebih singkat dan pertumbuhan bobotnya cepat.

Bebek hibrida dapat dipanen dengan bobot... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022.

Ditulis oleh: 
Muhammad Faris Ridwan &
Rochim Armando
Koresponden Infovet Tulungagung, Jawa Timur

RPA TRADISIONAL YANG MENGHIDUPI

RPA skala kecil di daerah Kota Pemalang. (Foto: Dok. Kholis)

Hanya menggunakan peralatan sederhana, rumah pemotongan ayam (RPA) skala kecil ini tak pernah berhenti menerima pelanggan. Para pelanggan bebas memilih, beli ayam di tempat atau membawa ayam sendiri.

Pada pagi hari suasana pasar tradisional Bantarbolang, Kota Pemalang, Jawa Tengah, yang bersebelahan dengan hutan jati milik Perhutani, sudah dipadati para pedagang dan pembeli. Apalagi ketika menjelang momentum hari-hari besar, atau masyarakat sekitar Pemalang menyebutnya “Prebegan” atau pasar raya, jelang hari raya.

Di saat Prebegan ini, kios-kios yang ramai pengunjung adalah kios sembako dan lapak penjualan ayam potong serta penyedia ayam kampung. Di Pasar Bantarbolang, terdapat tiga kios khusus menyediakan jasa pemotongan ayam. Saat Prebegan, kios-kios tersebut dipadati orang-orang yang akan menyembelih ayam.

Kios Potong Ayam Indra, salah satu kios yang kerap dipadati orang-orang. Rata-rata mereka membawa ayam sendiri. “Di sini biasanya banyak yang bawa ayam kampung. Ada juga yang bawa ayam pedaging,” tutur Suhindra, pemilik Kios Potong Ayam Indra kepada Infovet.

Kios milik Suhindra buka setiap hari, mulai pukul 06:00 hingga pukul 14:00. Di luar momen Prebegan, dalam sepekan Pasar Bantarbolang memiliki dua hari yang ramai pengunjung, yakni Minggu dan Rabu. Pedagang di sini menyebutnya hari “Pasaran”. Pada dua hari ini kios potong ayam milik Suhindra selalu ramai pengunjung.

Ongkos jasa potong ayam di kios Suhindra cukup terjangkau. Hanya dengan membayar Rp 7.000/ekor, pelanggan sudah menerima daging ayam dalam bentuk potongan. Proses pemotongan ayam hingga selesai dicacah, hanya membutuhkan waktu 10 menit.

Untuk mempercepat proses layanan, Suhindra menggunakan mesin pencabut bulu otomatis bertenaga listrik. Setelah dipotong, ayam dimasukkan ke dalam air panas, lalu dimasukan ke dalam mesin putar pencabut bulu ayam. Hanya dalam dua menit, ayam sudah menjadi karkas bersih dan siap dicacah sesuai permintaan pelanggan. “Ongkosnya murah, cuma Rp 7.000, yang penting bisa dapat pelanggan setiap hari,” ujar Shindra.

Selain melayani jasa potong, kiosnya juga menyediakan ayam broiler hidup. Per ekor harganya bervariasi, antara Rp 50.000-70.000/ekor. “Mau beli ayam di saya boleh, mau bawa ayam sendiri juga boleh. Tergantung selera pelanggan,” ucapnya.

Adapun kios lain yang melakukan “praktik” serupa. Hampir sama dengan Suhindra, di kios potong ayam ini juga menyediakan ayam broiler hidup. “Kalau soal biaya potong di pasar ini semua sama Rp 7.000/ekor. Sudah bersih dan dicacah,” kata Rustam pemilik kios tersebut.

Baik Rustam maupun Suhindra mengaku, omzet yang mereka dapat dalam sebulan tidak menentu. Dalam sehari, kadang bisa melayani jasa potong antara 10-20 ekor ayam. “Tapi kalau lagi sepi bisa di bawah 10 ekor sehari,” ucap Rustam.

Hanya saja, Rustam dan Suhindra mengatakan kadang beruntung jika ada pesananan untuk hajatan. Bisa mencapai 50 atau 100 ekor sekali pesan. Tapi pesanan dalam jumlah banyak seperti ini jarang. Bisa jadi, pembeli sudah membeli di pedagang ayam yang sudah dalam bentuk karkas.

Di Tengah Sawah
Beda orang, beda cara menggaet pelanggan. Suwandi, yang juga membuka usaha RPA skala kecil tidak memilih kios di pasar sebagai tempat usahanya. Ia justru memilih di tengah persawahan sebagai tempat usahanya. Lokasinya sekitar 2 km dari Pasar Bantarbolang. Jauh dari pemukiman warga.

Dengan bangunan sederhana dari kayu, berukuran 3x5 meter, RPA milik Suwandi melayani setiap pembelian ayam dan layanan jasa potong. Lokasinya hanya sekitar 30 meter dari jalan raya. Spanduk bertulisan Ayam Potong menjadi penanda tempat tersebut. Meski sendirian di tengah sawah, namun RPA sederhana ini cukup dikenal warga. Akses yang mudah dijangkau pelanggan, menjadikan RPA milik Suwandi banyak diminati pelanggan.

Saat Infovet berkunjung, terlihat cukup ramai pelanggan di RPA Suwandi. Berbeda dengan di kios potong ayam yang di dalam pasar, rata-rata pelanggan di RPA ini membeli ayam langsung di tempat. “Pelanggan bebas pilih ayam, ada broiler, ayam kampung dan ayam Abang (ayam petelur afkiran-red),” ujar Suwandi.

Harga dan biaya jasa potong yang ditawarkan Suwandi juga tak jauh beda dengan tempat pemotongan di pasar. Per ekornya dikenai biaya Rp 7.000 hingga sampai cacah. “Kalau harga ayam tergantung besar kecilnya dan tawar-menawarnya,” tambahnya.

Tetap Menghidupi Keluarga
Usaha yang dijalani Suhindra, Rustam dan Suwandi terbilang sederhana. Mereka bukan peternak, tapi justru menikmati omzet dan keuntungan di tengah gejolak harga unggas. Mereka tak membutuhkan keahlian teknik beternak, tapi cukup memiliki tempat usaha dan mau bekerja keras untuk mendapatkan pelanggan.

Dari usaha yang dijalani bertahun-tahun, mereka bisa eksis dan menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga. “Meski tidak sebesar usaha peternakan ayam, tapi saya tetap bersyukur. Yang penting usaha bisa lancar, walaupun kecil,” ujar Suwandi.

Hal yang disyukuri mereka adalah tidak terbebani oleh naiknya harga pakan, merosotnya harga telur, maupun harga ayam broiler hidup. Bagi mereka jika memang harga broiler yang dipasok oleh peternak naik, maka mereka tinggal menaikkan harga jualnya. Namun jika harga sedang turun, mereka tetap masih menangguk keuntungan menjual ayam.

“Usaha saya ini beda dengan peternak. Saya enggak pusing mikirin naiknya harga pakan atau penyakit ayam. Harga telur atau ayam naik-turun, itu tidak terlalu berpengaruh. Kalau susah pasokan ayam broiler, orang yang datang bisa ganti dengan ayam kampung, harganya lebih stabil,” jelas Suhindra.

Dari penelusuran Infovet, usaha mereka memang sederhana. Namun dari sisi kebersihan masih kurang diperhatikan. Kandang yang kotor dan bau menyengat feses ayam bercampur limbah bulu kerap membuat pelanggan tidak nyaman. Namun, tampaknya itu sudah menjadi hal yang biasa. (AK)

KALKUN HIAS, BISA JADI USAHA SAMPINGAN

Budi daya kalkun hias sebagai sumber penghasilan, selain peminatnya banyak juga tak terlalu repot dalam pengelolaan usahanya. (Foto: Istimewa)

Usaha ternak kalkun hias masih tergolong langka. Peternaknya terbatas, namun potensi pasarnya terbuka luas. Cukup memanfaatkan pekarangan rumah, usaha ternak ini bisa dimulai.

Perkampungan Gondosuli, Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan perkampungan daerah lainnya. Di kampung ini cukup banyak peternak ayam kalkun. Ayam yang memiliki badan besar, memiliki jengger glambir di bawah paruhnya dan ekor yang kerap mengembang. Hampir serupa dengan burung merak.

Suasana pagi hari di perkampungan Gondosuli benar-benar terasa asri. Selain banyak pepohonan rindang, suara kokok kalkun saling bersautan makin membuat sahdu suasana pedesaan. Suara kukuruyuk ayam kate yang melengking dan ayam jago menjadi kekhasan suasana Desa Gondosuli.

Sejak 10 tahun lebih, desa ini dikenal sebagai salah satu sentra peternakan ayam hias, termasuk peternakan ayam kalkun. Di sini terdapat dua jenis ayam kalkun yang diternakkan, yakni kalkun pedaging dan kalkun hias berbagai ras.

“Sebagian besar peternakan kalkun di sini bukan untuk pedaging, tapi lebih kepada ayam hias,” ujar Mugiyanto, salah satu peternak ayam kalkun hias di Desa Gondosuli kepada Infovet.

Menurut Mugiyanto, warga Gondosuli lebih memilih kalkun hias sebagai sumber penghasilan. Selain peminatnya lebih banyak, juga tak terlalu repot dalam pengelolaan usahanya. Dari sisi pakan juga tidak harus dipacu agar cepat gemuk. Yang penting pola perawatan yang baik, bisa menghasilkan bulu yang indah, sudah dianggap cukup.

Sebelumnya, Mugiyanto pernah mencoba usaha kalkun pedaging. Namun karena ribet, ia kembali fokus pada kalkun hias. Konsumen kalkun pedaging umumnya hanya mau menerima sudah dalam bentuk daging bersih atau karkas siap olah.

“Artinya saya harus memiliki rumah potong ayam dan mesin pendingin yang memadai, butuh pekerja juga yang khusus mengurus itu. Butuh modal besar,” kilahnya.

Usaha Sampingan
Setiap peternak memiliki pilihan sendiri dalam mementukan jenis ternaknya. Mugiyanto meyakini pasar daging ayam kalkun saat ini terbuka lebar. Makin banyaknya restoran penyedia olahan daging kalkun di kota-kota besar bisa menjadi pertanda. Harganya pun cukup mahal, sehingga jika ditekuni dengan baik bisa menjadi sumber penghasilan yang cukup.

“Tapi karena ribet saya dan para peternak di sini kebanyakan memilih beternak kalkun hias. Ada beberapa peternak juga yang pilih fokus pada kalkun pedaging,” kata pria yang mulai mengenal bisnis kalkun sejak SD ini.

Selain Desa Gondosuli, para peternak kalkun hias juga ada desa-desa lain di Kecamatan Muntilan. Menurut Mugiyanto, meski jumlah peternak cukup banyak, namun hasil penjualan ayam hias di sini cukup lumayan karena peminatnya kian bertambah. Model usahanya bervariasi, ada yang khusus sebagai usaha ada pula yang hanya sebagai usaha sampingan.

Terbukanya peluang pasar kalkun membuat warga Muntilan banyak yang menjadikan ternak unggas ini sebagai sumber penghasilan tambahan. Mereka yang menjadikan ladang uang sampingan, umumnya adalah para pekerja yang masih aktif.

Bagi Mugiyanto, makin banyaknya peternak kalkun di daerahnya bukan berarti menambah ketat persaingan usaha. Justru saling membantu diantara peternak. “Kalau pas di kandang saya lagi kosong dan ada konsumen yang mau beli, saya bisa ambil dari teman-teman peternak lain. Jadi, kami saling membantu,” ungkapnya.

Usaha Turun Temurun
Usaha yang ditekuni Mugiyanto merupakan usaha turun temurun. Ia melanjutkan usaha dari ayahnya yang sudah dirintis sejak 20 tahun lebih. Di lahan seluas 600 meter persegi, peternak ini membuat beberapa kandang berderet, termasuk kandang khusus untuk anakan.

Di peternaknnya, 40 ekor lebih indukan kalkun dimiliknya. Indukan tersebut menghasilkan ratusan butir telur per periode bertelur. Dalam setahun kalkun memiliki 5-6 masa bertelur. Satu masa bertelur per indukan menghasilkan hingga 15 butir. Satu jantan kalkun mampu mengawini 5-6 kalkun betina. Pejantan tangguh, begitu istilahnya.

Telur-telur tersebut dierami langsung induknya, dengan tingkat mortalitas (kegagalan menetas) sekitar 5%. Dalam sebulan, rata-rata tingkat produksinya mencapai 50 ekor anakan. Mugiyanto menjual semua kelompok umur kalkun, tergatung permintaan konsumen. “Minta anakan umur sehari bisa, yang umur sebulan bisa, ada juga yang beli indukan,” katanya.

Per ekor anakan kalkun umur sehari ia banderol sekitar Rp 30 ribu, sedangkan untuk kalkun umur satu bulan dihargai Rp 60-75 ribu/ekor. Sementara untuk kalkun dewasa harga bervariasi tergantung jenis dan keindahan bulunya. Harga bisa mencapai Rp 1 juta lebih/ekor.

Pembeli kalkun hias Mugiyanto tak hanya dari sekitar Magelang, namun juga dari luar kota dan kota-kota di luar Jawa. Para pembeli ada yang datang langsung ke peternakan, ada juga yang pesan melalui online dan dikirim melalui jasa pengiriman.

Tahapan Usaha
Dari tahun ke tahun, permintaan ayam kalkun mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya restoran-restoran yang menyajikan menu utama daging kalkun. Menurut sebuah penelitian, protein ayam kalkun lebih tinggi dibanding ayam pedaging biasa.

Untuk itulah prospek usaha ayam kalkun masih terbuka lebar mengingat masih kurangnya pasokan untuk restoran, hotel ataupun supermarket. Demikian dengan ayam kalkun hias, peluang pasarnya juga terbuka. Pehobi ayam hias setiap tahun dipastikan bertambah.

Namun sebelum terjun ke usaha peternakan ayam kalkun, ada baiknya memikirkan jenis ayam kalkun apa yang akan dipelihara, mengingat ayam kalkun memiliki berbagai macam jenis, diantaranya kalkun Black Spanish, Bourbon Red, Bronze, Golden Palm, Pencil Red, Putih Albino, Royal Palm dan Self Buff.

Jenis-jenis tersebut merupakan kalkun yang sudah populer di Indonesia. Setelah mengetahui jenis ayam kalkun, berikutnya dapat fokus kepada salah satu jenis atau beberapa jenis sekaligus tergantung pada target pasar, apakah akan dijual konsumsi atau untuk hias.
Bagaimana tahapan budi daya kalkun? Berikut sekelumit informasinya:

• Pemilihan bibit. Pilih bibit atau indukan yang bagus dan berkualitas. Hal ini penting agar ayam kalkun dapat berproduksi secara maksimal. Ciri indukan ayam kalkun yang baik diantaranya nafsu makan baik, gerak-geriknya gesit, warna kotorannya normal (tidak encer putih atau kehijauan), untuk indukan yang produktif biasanya memiliki kaki dan badan yang besar. Sedangkan ciri-ciri ayam kalkun yang kurang baik atau afkiran adalah sebaliknya.

• Pemilihan lokasi berternak. Lokasi yang baik akan memberikan keuntungan tersendiri, karena pertumbuhan dan kelangsungan dalam usaha budi daya ayam kalkun. Sebelum menentukan lokasi peternakan yang ideal, sebaiknya lakukan survei tentang keamanan di sekitar kandang, kenyamanan (suhu dan cuaca) dan distribusi ketika akan menjual ataupun ketika memberi pakan. Pastikan peternakan aman dari gangguan manusia, binatang, maupun kemungkinan ancaman bencana alam dan ancaman lainnya.

• Sistem kandang. Kandang berfungsi sebagai rumah atau tempat berteduh dan melindungi kalkun dari berbagai ancaman. Agar nyaman, sesuaikan ukuran kandang dengan jumlah kalkun yang dipelihara. Baik untuk anakan ataupun indukan. Pastikan kandang memiliki umbaran, atau kalkun dapat berjalan-jalan. Layout sistem perkandangan harus nyaman mulai dari pintu ke pintu, ventilasi dan jalan antara satu kandang ke kandang lainnya. Pisahkan kalkun sesuai umur agar tidak terjadi perkelahian, kemudian tentukan apakah akan di erami alami atau ditetaskan dengan mesin.

• Pakan. Peternak bisa memberikan pakan disesuaikan usianya. Atur jadwal makan dan sediakan pakan sesuai kebutuhan agar pakan tidak tersisa, karena dapat menjadi bibit penyakit. Perlu juga mengatur letak air dan pakan berjauhan sehingga kandang akan tampak selalu bersih.

Prinsip yang lebih penting dalam membuka usaha peternakan kalkun adalah kesiapan mental. Karena membuka usaha peternakan tidak semudah yang dibayangkan, harus siap berkotor-kotor selama berada di kandang. (AK)

POTENSI EKONOMI BUDI DAYA BROILER PADA KANDANG CLOSED HOUSE

Ketika penerapan manajemen perkandangan modern telah berjalan baik, diharapkan peternakan Indonesia semakin maju. (Sumber: Shutterstock)

Empat komponen biaya dalam membangun kandang ayam broiler dengan sistem closed house yaitu investasi, operasional dan pemeliharaan, penerimaan, serta keuntungan. Angka terkini investasi yang harus dikeluarkan dalam membangun closed house di kisaran biaya terendah Rp 77.000/ekor ayam.

Sementara kisaran biaya tertinggi Rp 100.000/ekor ayam. Hitungan ini disebutkan oleh dosen Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak, Sekolah Vokasi IPB, Danang Priyambodo SPt MSi.

Lebih lanjut Danang merinci total biaya terendah untuk 40.000 ekor sejumlah Rp 3.098.150.000. Sementara total biaya tertinggi sebanyak Rp 4.012.800.000. Nilai keseluruhan investasi tersebut digunakan untuk keperluan pembelian tanah, pembuatan jalan menuju kandang maupun dalam kandang. Berikutnya kebutuhan penerangan atau listrik, sumur bor atau penampungan air, perizinan, pagar keliling, mess/gudang, genset dan peralatan kandang (PE).

Danang memberi catatan, angka tersebut didapatkan dengan asumsi luasan yakni ukuran 12 m x 120 m, kapasitas 40.000 ekor. “Dengan jumlah dua lantai kandang. Biaya ini bisa berubah sesuai bahan, situasi dan kondisi daerah setempat,” kata Danang saat menjadi pembicara dalam SAS21 Poultry Pilot Project: Closed Poultry House Training, beberapa waktu lalu.

Berikutnya dijelaskan analisis berdasarkan penghitungan ekonomi budi daya broiler sistem closed house memang mengeluarkan biaya investasi cukup tinggi, namun keuntungan yang didapat setiap periodenya juga tinggi. “Kalkulasi yang menguntungkan, Break Even Point/BEP closed house dapat tercapai dalam 3,5-4,5 tahun,” ungkap dia.

Selain itu, umur bangunan kandang closed house yang terbuat dari besi baja mampu bertahan lama lebih kurang 20 tahun. “Setelah BEP, kandang masih tetap bisa digunakan dalam waktu yang masih lama dan dalam kondisi yang tetap baik,” ucapnya.

Operasional dan Pemeliharaan 
Pada komponen kedua yakni biaya operasional dan pemeliharaan, pengeluaran digunakan untuk tenaga kerja, listrik dan air, gas, serta kebutuhan sekam. Kisaran biaya operasional terendah untuk kapasitas tamping… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2022. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer