Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini bambang suharno | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI

RESENSI BUKU

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya alam yang melimpah bagi suatu bangsa dan negara tidak berarti apa-apa, bila tidak didukung sumber daya manusia prima sebagai pemakai dan pelaku dalam menuju sukses yang dicita-citakan.


Masalah kualitas sumber daya manusia (SDM) tersebut seringkali terlupakan dan disepelekan, sehingga baik disadari maupun tidak, menyebabkan Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangganya. Disamping itu, sering dijumpai, banyak perusahaan lokal lebih menyukai SDM asing ketimbang SDM pribumi, padahal keterampilannya tidaklah kalah.

Sementara, tenaga lokal yang kurang mendapat perhatian, ditarik perusahaan luar negeri karena potensi, kecerdasan dan keterampilannya. Seperti contoh kasus Sri Mulyani, Achandra Tahar, BJ Habibie dan yang lainnya, mereka ibarat “berlian” yang kurang dihargai bangsa sendiri, sehingga hijrah mengabdikan diri di luar Bumi Pertiwi.

Bambang Suharno, seorang sarjana peternakan, jurnalis senior, penulis, motivator dan Pemred Majalah Infovet, Majalah InfoAkuakultur dan Majalah Cat&Dog, cukup jeli dan peduli melihat fenomena ini sehingga tergerak hati serta jari-jari tangannya untuk memberikan motivasi dengan menulis dan menerbitkan buku “Menggali Berlian Di Kebun Sendiri” (yang merupakan kumpulan artikel motivasi pilihan yang diterbitkan secara berseri di Majalah Infovet).

Buku setebal 270 halaman ini sangat bermanfaat bagi berbagai pihak dan profesi, terutama bagi kaum muda milenial  serta  eksekutif dan pelaku usaha peternakan dan kesehatan hewan. Dalam buku tersebut, penulis mengajak untuk bagaimana merubah pola pikir dan menggiring pada hal-hal positif, terutama menyangkut pembentukan karakter, motivasi, tindakan dan kepemimpinan (leadership) berdasarkan pengalaman penulis dan berbagai pihak. Penulisan dikemas dalam tata bahasa yang mudah dicerna seluruh kalangan masyarakat. Buku motivasi terbitan GitaPustaka ini adalah buku motivasi kedua yang ditulis Bambang Suharno setelah sebelumnya sukses menerbitkan buku serupa berjudul “Jangan Pulang Sebelum Menang”. Bambang juga produktif menulis buku-buku bisnis dan peternakan yang diterbitkan GitaPustaka maupun penerbit lainnya.

Dengan buku ini, penulis menekankan dan mengajak manusia untuk menyadari serta mencari potensi dalam dirinya sendiri dan mengembangkannya menjadi suatu yang besar dan siap berkompetisi dengan siapapun dan dimanapun, sehingga tercipta “Berlian-berlian nomor wahid yang tersimpan di bumi Indonesia tercinta”. Banyak hal-hal menarik yang dikupas penulis pada buku tersebut, berdasarkan perjalanan hidup penulis yang sangat peka terhadap situasi sekitar dan mampu membaca perbandingan antara satu situasi dengan sisi lain, lalu memetik hikmah positifnya. Itu semua dituangkan dalam satu buku yang menginspirasi pembaca untuk bertindak, disamping memberi gambaran bagaimana menggapai sifat kepemimpinan yang benar menuju sukses.

Sesuatu perubahan ke arah yang baik di masyarakat, tidak terlepas dari hadirnya leader (pemimpin) yang memiliki visi dan misi yang jelas, serta memiliki karakter dan berani bertindak. Ada banyak berlian-berlian terpendam yang muncul ke permukaan bumi Indonesia, maka optimisme akan masa depan serta keberlanjutan bangsa ini menjadi lebih nyata.

Buku yang mengupas motivasi memang banyak diterbitkan, tetapi buku “Menggali Berlian Di Kebun Sendiri” ini, baik isi dan penyajiannya sangat berbeda, sehingga perlu dimiliki dan dibaca oleh setiap anak bangsa yang ingin mengembangkan potensi dirinya. 

Buku ini mendapatkan apresiasi dari beberapa tokoh nasional di bidang motivasi, serta tokoh peternakan dan kesehatan hewan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa kalimat endorsement dari beberapa tokoh, diantaranya Andrie Wongso (motivator nomor 1 Indonesia), Dr Drh Ketut Diarmita MP (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan) Prof Abdul Basith (trainer softskill dan kemandirian), Drh M. Munawaroh MM (Ketua Umum PB PDHI/Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), Ir Didiek Purwanto (Ketua Umum PB ISPI/Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia), Cipto Utomo (trainer, motivator, culture specialist), Ubaydilah Anwar (softskill trainer), Drh Irawati Fari  (Ketua Umum ASOHI/Asosiasi Obat Hewan Indonesia), Agus E. Purwanto (Certified Associate Emergenetics International, Asia) dan lain lain.

Andrie Wongso
Dalam buku ini memberikan pesan dan endorsement sebagai berikut:

Hati-hati dengan pikiranmu, karena apa yang kamu pikir itu bisa terjadi.
Kekuatan pikiran mampu sebagai obat sekaligus racun. 
Jika dilandasi serakah, benci dan iri, ia adalah racun yang keji. 
Jika dilandasi dengan cinta, ia adalah obat yang paling manjur.
Buku ini memberikan pencerahan bagi kita untuk mengelola kekuatan pikiran dan tindakan dengan sebaik-baiknya.
Selamat buat Bambang Suharno, salam sukses luar biasa!!

Apapun profesinya, apapun bidang pekerjaan yang sedang digeluti, tua atau muda, wanita atau pria, layak menjadikan buku ini sebagai salah satu motivasi dalam membangun karakter dirinya. Selamat membaca, semoga sukses selalu. (SA)

Seminar Nasional Bisnis Peternakan, 26 Nopember 2014

Sejak tahun 2005, ASOHI secara rutin menyelenggarakan Seminar Nasional Bisnis Perunggasan setiap akhir tahun. Tahun ini materi seminar akan diperluas, meliputi perunggasan dan bisnis peternakan lainnya. Seminar Nasional Bisnis Peternakan akan membahas Tema : ”Bisnis Peternakan di Era Pemerintahan Jokowi”

Seminar akan dilaksanakan pada Rabu, 26 Nopember 2014 jam 08.00-15.00 di Menara 165, Jl. TB Simatupang Kav. 1, Cilandak, Jakarta Selatan.

Akan hadir para pimpinan organisasi perunggasan dan peternakan yang akan menampilkan topik sesuai bidangnya, yaitu :
  1. Drs. Krissantono (Ketua Umum GPPU/Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas)
  2. Drh. Sudirman (Ketua Umum GPMT/Asosiasi Produsen Pakan Indonesia)
  3. Singgih Januratmoko SKH (Ketua Umum PINSAR Indonesia/Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia)
  4. Drh. Rakhmat Nuriyanto MBA (Ketua Umum ASOHI/Asosiasi Obat Hewan Indonesia.
  5. Ir. Teguh Boediyana (Ketua Umum  PPSKI/Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia)
  6. Dr. Ir. Suland Sinaga (Ketua Umum AMI/Asosiasi Monogastrik Indonesia).

Akan hadir juga pembicara tamu, Prof. Bustanul Arifin (Pakar Ekonomi Pertanian), untuk memberikan tentang Prediksi Pengembangan Pertanian di Era Pemerintahan Jokowi.

Biaya seminar Rp. 600.000,-/orang. Informasi selanjutnya hubungi ASOHI telp 021-70642812, 7829689, 78841279, atau SMS dengan Eka Hp. 081574756947, Aidah Hp. 081806597525. Konfirmasi Pendaftaran paling lambat hari Jum’at tanggal 24 Nopember 2014.

GEBYAR HARI AYAM DAN TELUR NASIONAL DI BALI


“Tingkatkan gizi dan prestasi anak bangsa melalui konsumsi ayam dan telur.”

Bali memang hebat. Tahun 2013 merupakan tahun keberuntungan. Pasalnya, banyak kegiatan skala internasional diadakan di pulau sejuta pura ini, misalnya Juni ada kiprah Indolivestock, September ada Miss Word dan disusul Oktober sidang APEC. Bahkan, Bali punya Bandara Internasional Ngurah Rai dengan wajah baru dan jalan tol sepanjang 10 kilometer berjalan di atas permukaan laut yang termegah dan terindah se Asia Tenggara dan menjadi kebanggaan orang Bali.  
 
Kini, Bali mendapatkan kepercayaan untuk menyelenggarakan Peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) ke-3 dan Hari Telur Sedunia yang dilaksanakan di Lapangan Barat Museum Perjuangan Rakyat Bali, Renon, Denpasar. Dipilihnya Bali sebagai tuan rumah penyelenggara karena Bali dianggap sebagai pintu gerbangnya Indonesia bagian Timur.

Penyelenggaraan HATN kali ini diajukan pada tanggal 12 Oktober 2013 dikarenakan 15 Oktober bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Masyarakat perunggasan diharapkan dapat mengingat kembali dan ikut berpartisipasi perlunya upaya meningkatkan konsumsi ayam dan telur sebagai pangan sumber protein yang murah dan berkualitas.

Menengok ke belakang. Dua tahun yang lalu, tepatnya 15 Oktober 2011, di lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MA, bersama 14 organisasi perunggasan mencanangkan Hari Ayam dan Telur Nasional dalam acara Festival Ayam dan Telur yang berlangsung pada hari itu. 

Fakta berbicara, bahwa konsumsi ayam dan telur masyarakat Indonesia masih rendah, hanya 87 butir per orang per tahun atau 1,6 butir per minggu. Konsumsi daging ayam sekitar 7 kg per orang per tahun. Banyak pihak berspekulasi, rendahnya tingkat konsumsi tersebut akibat rendahnya daya beli masyarakat. 

Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena fakta berbicara kalau masyarakat Indonesia masih mampu membeli rokok 1.108 batang rokok per orang per tahun atau 3 batang rokok per orang per hari. Padahal harga sebutir telur sama dengan sebatang rokok dan ironisnya mayoritas konsumen rokok adalah masyarakat berpenghasilan rendah. 

Oleh karenanya, kesadaran betapa pentingnya untuk meningkatkan konsumsi daging dan telur perlu dipromosikan mulai anak-anak usia dini. Dan, pada peringatan kali ini, panitia yang dikomandani oleh  I Ketut Yahya Kurniadi, SKH, menggerakkan 5.000-an murid Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar dari 34 lokasi di Denpasar.  Yahya, demikian ia akrab disapa, juga menjabat sebagai Ketua Gabungan Peternak Unggas Bali (GPUB), Wakil Sekjen PINSAR, Koordinator Indonesia Timur GOPAN.

Acara dibuka oleh Ayu Pastika istri Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, didampingi oleh Jegeg dan Bagus Bali dengan diawali makan bareng telur dan daging ayam. Kehadiran Ayu Pastika boleh dikatakan sangat langka dan merupakan kejutan bagi usahawan dunia peternakan.  

Dikatakan olehnya, kalau isu daging ayam mengandung hormon dan kolesterol, itu tidak benar dan sudah saatnya kebiasaan merokok supaya diubah menjadi kebiasaan membeli dan mengkonsumsi daging ayam dan telur. Masa depan anak harus diperhatikan dan sebagai orangtua supaya menghilangkan kebiasaan merokok untuk diganti makan telur dan daging ayam.

Acara HATN di Bali diselenggarakan oleh GPUB, bekerjasama dengan PINSAR, ASOHI serta didukung oleh organisasi peternakan lainnya. Berbagai acara digelar, antara lain senam jantung sehat, hiburan musik, lawak tradisional Bali Bondres, aneka doorprize, bazar murah telur dan daging ayam, paket telur, nuget, sozis dan susu real good sebanyak 5 ribu kotak serta paket untuk masyarakat miskin. 

Beberapa hari sebelumnya panitia juga menyelenggarakan kampanye edukasi melalui talkshow di radio dan televisi setempat. Mari tingkatkan konsumsi ayam dan telur untuk meningkatkan gizi dan prestasi anak bangsa. Selamat Hari Ayam dan Telur Nasional! (Mas Djoko R)

TINGKAT PENERIMAAN

oleh : Ir. Bambang Suharno

Hal terpenting bukanlah apa yang kita harapkan, melainkan apa yang bisa kita terima.                  (Adam Khoo dan Stuart Tan)


JIKA anda ingin meraih kesukseskan, buatkan impian yang jelas dan sampaikanlah impian itu ke orang lain. Jangan takut untuk bermimpi dan jangan takut dicemooh orang. Silakan anda bercita-cita berpenghasilan setinggi mungkin, bercita-cita keliling dunia bersama keluarga, bercita-cita membangun tempat ibadah dan sekolah gratis. Apapun. Kata Bung Karno, “Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit”.

Yang perlu diingat, dalam pencapaian atas cita-cita tersebut, ada satu faktor yang sangat penting, yaitu tingkat penerimaan anda.

Dalam buku Master Your Mind Design Your Destiny, Adam Khoo, seorang motivator asal Singapura, menegaskan , hal terpenting adalah bukan yang kita harapkan melainkan apa yang kita bisa terima dalam hidup. Itulah yang disebut “tingkat penerimaan”.

Begini kira-kira penjelasan singkatnya.  Umpamanya Anda memimpikan penghasilan bersih 100  juta per bulan, rumah bagus di tengah kota, mobil mewah dan sejumlah simbol kekayaan lainnya. Akan tetapi dengan latar belakang keluarga dan pengalaman anda selama ini, anda masih bisa menerima pendapatan 3 juta/bulan.  Pendapatan sebesar 3 juta itulah yang disebut tingkat penerimaan anda.

Tingkat penerimaan ini menjadi begitu penting karena faktanya, pada umumnya pendapatan kita berada di sekitar tingkat penerimaan itu. Misalkan suatu saat penghasilan anda kurang dari 2juta, maka pikiran bawah sadar anda akan menyentuh “tombol panik” dan anda akan melakukan berbagai kreativitas agar memperoleh pendapatan di atas “tingkat penerimaan” tadi.

Dari banyak kasus, ternyata kondisi panik ini akan membuat orang lebih kreatif dan berhasil menaikkan pendapatan minimal sesuai tingkat penerimaan.

Bukan hanya soal pendapatan, tingkat penerimaan berlaku dalam banyak hal di kehidupan kita sehari-hari. Anda ingin  mengunjungi 100 negara dalam 10 tahun? Jika keinginan ini hanya sebatas keinginan dan anda merasa tidak apa-apa jika hanya bisa pergi ke kawasan ASEAN, maka tingkat penerimaan ini cenderung akan membuat impian 100 negara hanya tercapai sampai wilayah ASEAN saja.

Nah, di sinilah kita perlu mengkaji ulang, antara cita-cita besar dan tingkat penerimaan. Cita-cita besar dan kerja keras belumlah cukup untuk menghasilkan keberhasilan yang nyata, kalau anda memiliki tingkat penerimaan yang rendah.

Itu sebabnya, tatkala kita memiliki cita-cita yang tinggi, kita perlu menaikan tingkat penerimaan secara bertahap, sehingga secara bertahap target kita akan tercapai. Naikkanlah tingkat penerimaan anda, maka anda akan lebih dekat dengan impian anda.

Proses menaikkan tingkat penerimaan adalah proses yang membutuhkan kemampuan menangani stress. Bukan hanya kerja keras yang anda perlukan. Dibutuhkan langkah inovasi. Jangan lupa anda perlu berdoa meminta jalan terbaik dari-Nya.

Brad Sugar, pebisnis  asal Australia menambahkan saran  yang sangat baik, dan menurut saya bisa mendukung pandangan Adam Khoo. Ia mengatakan, nasib ada 5 tahun lagi tergantung pada apa yang anda pelajari, dengan siapa saja anda berteman/bekonsultasi, dan aksi apa yang anda lakukan sehari-hari. Dapat  dikatakan, jika kita sudah menaikkan tingkat penerimaan, selanjutnya lakukan 3 hal sebagaimana saran  Brad Sugar.

Misalkan anda ingin berkunjung ke 100 negara, anda perlu mempelajari soal travelling, tempat wisata, jasa wisata, harga tiket, harga sewa hotel dan sebagainya. Anda perlu sering bersilaturahmi dengan rekan-rekan yang pernah keliling dunia untuk memotivasi dan mendapat pengetahuan tentang “kiat meraih impian keliling dunia”. Dan anda perlu melakukan aksi mengumpulkan dana untuk meraih impian anda.
 
 Tingkat penerimaan, adalah pertanda sebuah keharusan, bukan anjuran. Adam Khoo mengatakan, sebagian besar manusia ingin meraih impian tapi jarang yang menganggap sebagai keharusan. Cita-cita itu hanya sebatas sebagai anjuran saja. Jikalau cita-cita hanya berupa anjuran saja, maka anda akan mudah berhenti ketika hambatan menghadang.

Bagaimana dengan Anda?

Masih Tersedia buku kumpulan Artikel Refleksi
“Jangan Pulang Sebelum Menang” karya Bambang Suharno.
Pesan ke Gita Pustaka, telp: 021.7884  1279 (Aidah)

ANNUAL MEETING PT GALLUS INDONESIA UTAMA


GROWING AND DEVELOPING TO BE THE BEST

Mengawali agenda kerja tahun 2013, PT. Gallus Indonesia Utama menggelar acara Annual Meeting untuk tahun 2013 di negeri yang terkenal dengan lambang Merlion-nya, Singapura. Annual Meeting berlang­sung di Quality Hotel Marlow, Balestier Rd. Singapura ini diselenggarakan dari tanggal 19-20 Januari 2013 yang diikuti sebanyak 20 orang, terdiri dari jajaran Komisaris, Direktur, Manajer, staf, kar­yawan, kantor perwakilan Infovet Daerah, dan beberapa Pengurus ASOHI Pusat.
 
Mungkin Annual Meeting yang mengusung tema “GROWING AND DEVELOPING, TO BE THE BEST” ini menjadi satu-satunya kegiatan tahunan perusahaan yang mengikutsertakan seluruh karyawan sebuah perusahaan mulai dari level paling atas hingga office boy ke luar negeri.
 
Acara Annual Meeting ini dibuka oleh Direktur PT. Gallus Indonesia Utama Drh Tjiptardjo P, SE. dan dilanjutkan paparan ASSA (Asumsi, Sasaran, Strategi dan Aksi) dari Direktur Marketing Ir Bambang Suharno. Setelah laporan ASSA tiap divisi, acara dilan­jutkan dengan paparan dari Komisaris PT GITA, Gani Haryanto dan Ketua Umum ASOHI Drh Rakhmat Nuriyanto. Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatangan peresmian pendirian Koperasi Syariah Karyawan PT GITA yang diberi nama ”Amanah Gallus Sehati” dengan Ketua Ir Darmanung dan Sekretaris Neneng Nur Aidah.
 
Usai makan siang di Quality Hotel Marlow, rombongan bergegas untuk check in hotel dan selanjutnya menikmati perjalanan keliling kota Singapura dengan konsep City Adventure. Tujuan pertama tentu saja ikon kota Singapura, dan seluruh karyawan Gallus tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto dengan Merlion. Seluruh karyawan Gallus sangat terkesan dengan keindahan pemandangan kota yang megah saat berjalan-jalan di Merlion Park dan sepanjang Singapore River, meskipun sore itu diselingi hujan gerimis.
 
Kemudian rombongan kami melanjutkan perjalanan ke Resort World Sentosa dengan naik public bus SBS Transit yang cepat dan nyaman. Disini kami juga berfoto di depan ikon Universal Studios Singapore untuk selan­jutnya bebas berkeliling theme park yang bertema unik-unik.
 
Menjelang malam hari rombongan menyempatkan waktu untuk menonton atraksi Song of the Sea. Sebuah pertunjukan bernilai 30 juta dolar menggabungkan berbagai special efect air mancur, laser, kembang api, dan fire ball menjadi satu. Pulang dari Sentosa Island kami mencoba naik kereta bawah tanah atau subway menuju ke Little India atau yang terkenal dengan pusat perbelanjaan Mustafa Center dan setelahnya kembali ke hotel di Balestier Road.
 
Keesokan paginya kami kembali menyusuri kota Singapura menggunakan public bus. Kali ini tujuannya wisata belanja berburu pernik oleh-oleh di sepanjang Orchard Road yang terkenal. Kami mampir cukup lama dan menhabiskan waktu makan siang di Lucky Plaza. Setelah usai makan siang kami menikmati cemilan Uncle es krim potong seharga 1 Sin dollar. Kemudian bagi rombongan muslim menyempatkan sholat di Mesjid Al Fallah yang terletak di Cairnhill Place tepat di ujung jalan Orchard Road. 
 
Destinasi selanjutnya adalah Bugis Street yang juga merupakan pasar beragam pernak-pernik oleh-oleh seperti kaos, gantungan kunci, hiasan berlambang Merlion, dan semacamnya. Puas berbelanja kami kembali ke hotel untuk mengambil tas yang sebelumnya kami titipkan waktu sekalian check out pagi tadi. Dari sini kami kembali dijemput untuk diantar ke Changi Airport.
 
Meskipun lelah berkeliling kota selama 2 hari, tetapi ada senyum tersimpul dari setiap wajah-wajah karyawan Gallus yang seakan berharap momen-momen ini akan selalu terkenang sepanjang hidup dan bahkan bisa berulang ditahun-tahun berikutnya. Sampai bertemu di Annual Meeting tahun depan. (wan)

Sudahkah Anda Bahagia?

BULAN Januari 2013 lalu saya mendapat kesempatan annual meeting dan jalan-jalan bersama seluruh karyawan PT Gallus Indonesia Utama ke Singapura. Ini adalah peristiwa penting bagi kami, karena inilah yang pertama kali sebuah perusahaan me­ngajak seluruh karyawan mulai dari office boy hingga direksi bahkan komisaris berkumpul di negara tetangga yang terkenal maju, bersih, disiplin serta penduduknya berpendapatan tinggi.
 
Singapura adalah Negara dengan pendapatan perkapita tertinggi no 8 di dunia dengan pendapatan per kapita sebesar $ 49,700. Data yang saya peroleh menunjukkan 10 besar Negara dengan pendapatan tertinggi diduduki oleh Qatar di urutan teratas dengan pendapatan per kapita $ 80,900, disusul dengan Luxembourg $ 80,500, Bermuda $ 69,900 , Jersey $ 57,000 , Malta $ 53,400 , Norway $ 53,000 , Brunei $ 51,000, Singapore $ 49,700, Cyprus $ 46,900 dan Amerika Serikat $ 45,800. Negara termiskin adalah Zimbabwe berada di urutan 229 dengan pendapatan per kapita hanya $ 200. Sedangkan Indonesia berada di urutan 158  dengan pendapatan per kapita $ 3,700.
 
Anda boleh membayangkan betapa bahagianya hidup di Qatar dengan pendapatan per orang 80.900 dollar atau sekitar Rp 730 juta per orang per tahun (per orang, bukan per keluarga lho) atau hidup sebagai warga Singapura dengan pendapatan sekitar Rp. 400 juta per orang per tahun (kalau satu keluarga 4 orang, silakan dikalikan 4).
 
Namun faktanya pendapatan per kapita tidak berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan masyarakat.
Desember 2012 lalu Gallup, lembaga riset internasional, merilis hasil survey mengenai persepsi kebahagiaan dari rakyat di 148 negara. Hasilnya cukup mencengangkan. Negara yang selama ini dianggap sebagai negara makmur, ternyata rakyatnya belum tentu bahagia. Malah negara-negara berkembang di Amerika Latin dan Karibia seperti Panama, Paraguay, El Salvador, Venezuela berada di peringkat atas sebagai negara yang 
rakyatnya bahagia.
 
Tingkat kebahagiaan rakyat Indonesia berada di pering­kat 19 dari  148 negara yang disurvey. Meskipun dari segi pendapatan, Indonesia menduduki peringkat 158, namun dari segi tingkat kebahagiaan masyarakat posisinya termasuk sangat baik, yaitu urutan 19. Hasil survey Gallup menyebut­kan 79% warga Indonesia merasa gembira hidup di negeri tercinta. Jerman dan Perancis di urutan 47. Dan yang me­ngejutkan adalah Singapura berada di peringkat 148, urutan paling bawah alias paling tidak bahagia .
 
Survei tersebut menunjuk­kan, hanya 46% warga Singapura yang menjawab merasa gembira dengan hidupnya. Survei dari Gallup ini juga mengatakan warga Singapura adalah warga yang memiliki emosi paling datar di dunia.
 
Pertanyaan survei sendiri mencakup apakah memiliki tidur yang cukup dan nye­nyak, apakah sering tersenyum atau tertawa, apakah memiliki banyak kegembiraan dalam hidup, apakah ada waktu untuk berekreasi bersama keluarga dan sebagainya. Dan sepertinya warga Singapura yang termasuk berpendapatan tertinggi di dunia, dalam hidupnya terlalu banyak hal yang dipikirkan dan dikeluhkan sehingga merasa tidak banyak waktu untuk tidur, tidak bisa tertawa, bergembira dan berekreasi bersama keluarga.
 
Hasil survey ini mengatakan kepada kita bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Oleh karenanya warga Irak dan Afghanistan yang dilanda perang dan konflik berkepanjangan dalam urusan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan bisa mengalahkan singapura. Sebanyak 50% warga Irak dan 55% warga Afganistan menyatakan hidup mereka bahagia.
 
Bahkan berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Ipsos, perusahaan riset global, warga Indonesia merasakan kebahagiaan paling besar dibandingkan warga negara lain di dunia. Sebanyak 92% rakyat Indonesia menyatakan bahwa mereka “cukup bahagia” dan “sangat bahagia” hidup di Indonesia.
 
Melihat hasil survey ini, saya ingat dua hal penting. Pertama, bahagia adalah pertanda kita bersyukur. Jika anda berpenghasilan miliaran rupiah per tahun atau per bulan namun belum merasa bahagia, sangat mungkin anda belum mensyukuri apa yang anda peroleh. Anda boleh jadi sedang dikejar oleh ketakutan masa depan. 

Anda perlu pertanyakan lagi pada diri anda sendiri, sejatinya apa yang dicari selama ini. Apakah hanya sekadar mencapai target? Mampukah anda menikmati proses pencapaian target yang mungkin berliku-liku?
 
Kedua, terkadang kita begitu kecewa dengan situasi Indonesia. Namun begitu di luar negeri kita merasa begitu rindu suasana Indonesia, negara yang luas, indah dan beranekaragam karya budaya. Pantaslah jika saya disurvey mengenai kebahagiaan, akan menjawab “saya bahagia hidup di Indonesia”. Bagaimana dengan Anda?***

Lingkaran Setan dan Lingkaran Malaikat

DI sebuah forum, Wawan (bukan nama sebenarnya), seorang pengusaha mainan anak-anak, mengisahkan masalah berat yang dihadapi tatkala puluhan tokonya mengalami kerugian. Hutang ke supplier menumpuk hingga miliaran rupiah dan tidak dapat dibayar akibat barang yang tersedia di toko sudah tidak diminati pelanggan.  Kesalahan memprediksi kebutuhan pelanggan menjadi penyebab utama dari masalah ini.
 
Ia menghadapi pilihan yang sangat sulit. Kalau puluhan toko ditutup dan semua barang dijual, ia tetap tidak dapat membayar hutang, karena harga jual barang sudah turun drastis. Jika tetap buka, biaya operasional terus meningkat tidak sebanding dengan penjualan yang mengalami penurunan. Kalau barang dagangan ditambah dengan produk baru yang sedang ngetrend, modal tidak punya, pinjam ke bank tidak bisa, apalagi pinjam ke perusahaan pemasok tidak dipercaya lagi.
“Saya menghadapi lingkaran setan,” ujarnya.
 
Untunglah dia kemudian berpikir kreatif.  “Karena ini lingkaran setan, maka saya harus mengakhiri dengan menemukan lingkaran malaikat,” katanya mengisahkan pengalaman pahitnya, disambut senyum dan tawa hadirin yang mendengar istilah baru; lingkaran malaikat. Tampaknya hadirin mulai penasaran, ingin tahu seperti apa lingkaran malaikat hingga ia dapat kembali pulih dari kebangkrutan dan bisnis menjadi lebih maju pesat.
 
Wawan melanjutkan kisahnya. Berhari-hari ia mencari solusi bagaimana menemukan lingkaran malaikat. Namun pikirannya buntu. Tak ada yang dapat diajak diskusi.  Bertanya ke orang lain tak didapat jawaban yang kongkrit. Paling hanya disuruh tawakal, atau malah disalahkan karena tidak mampu memprediksi trend perubahan pasar mainan anak-anak yang berubah sangat cepat.
 
Akhirnya yang ia lakukan kemudian adalah pekerjaan yang semua orang lakukan ketika terbentur kebuntuan, yaitu berdoa, mohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa.  Sementara itu pemasok barang dengan gigih terus menagih hutang berkali-kali, meskipun mereka juga tahu pasti bahwa jawabannya tidak memuaskan, hanya janji-janji saja.
 
Kondisi toko makin sepi pembeli. Karyawan makin merosot motivasi kerjanya. Karena motivasi karyawan menurun, toko juga makin bertambah sepi pembeli.  Tak ada jalan lain, kecuali langsung menghadapi pemasok barang.  Saat itu kondisi keuangan sudah sangat parah. Semua mobil sudah dijual, sehingga ia naik angkutan umum dari rumahnya di Bekasi ke daerah Cawang Jakarta Timur. Dari situ ia berjalan kaki ke daerah Tebet, Jakarta Selatan tempat kantor perusahaan pemasok. Jalan kaki sejauh 5 km dalam panas terik pasti bukan peristiwa biasa baginya dan juga bagi kebanyakan orang di Jakarta.
 
Sepanjang perjalanan menuju Tebet itulah ia berdoa agar diberikan jalan keluar dari kemelut bisnis yang tengah ia hadapi. “Ya  Allah hanya Engkau yang bisa menolongku,” ucapnya berulang-ulang. Sampai di lokasi, ia belum juga punya ide apa yang akan ditawarkan ke perusahaan pemasok untuk menyelesaikan semua hutangnya.
 
Manager perusahaan pemasok menerima kehadirannya. Pembicaraan diawali dengan pernyataan manager yang menohok dirinya. “Pak, saya diminta oleh bos saya agar kami tidak memasok barang lagi ke toko Bapak sebelum Bapak menyelesaikan persoalan hutang”, kata manager tersebut.
 
Kalimat pembuka ini terasa membuat situasi bertambah buntu. Namun entah mengapa, justru inilah yang menjadi titik awal ia menemukan lingkaran malaikat.
 
“Begini Pak, saya mengalami kejadian ini bukan karena korupsi, ini semata-mata masalah  kesalahan manajemen. Bapak tahu, kami belum bisa membayar hutang saya. Saat ini saya tidak dapat berjualan karena tidak ada produk yang diminati pasar. Jika Bapak dapat memberi pinjaman lagi, niscaya ada harapan saya bisa  menyicil hutang. Sebaliknya jika tidak dipasok barang, maka perusahaan anda juga rugi karena saya sangat sulit membayar hutang”, urai Wawan.
 
Penjelasan demi penjelasan ia sampaikan. Intinya, dengan memasok produk baru yang sedang diminati pelanggan, toko akan dapat kembali memutar uang, dan cicilan hutang sudah dapat dimulai.
 
Dengan alasan yang logis itulah, manager kembali menyampaikan, “Pak saya tadi dipesan oleh Bos saya agar tidak memasok barang lagi sebelum Pak Wawan membayar hutang. Tapi penjelasan tadi akan coba saya sampaikan ke Bos saya”.
 
Sungguh di luar dugaan ternyata manager langsung menelpon bosnya dan segera menyampaikan beberapa alasan agar bisa segera membantu memasok barang agar ada harapan piutang dapat ditagih secara bertahap. Ajaibnya lagi, bos menyetujui usulan manager.
 
Mulai saat itulah ditemukan lingkaran malaikat yang mampu menyelamatkan bisnisnya. Lingkaran malaikat itu adalah pemasok kembali mengirim barang, selanjutnya toko sudah mulai menjual produk yang sedang ditunggu para pelanggan, dengan penjualan yang berkembang ini, karyawan makin termotivasi bekerja lebih baik dan hutang sudah mulai dicicil. Satu langkah dapat merubah semuanya, bagai langit dan bumi.
 
Jika Anda tengah menghadapi lingkaran setan, segeralah cari satu langkah yang dapat membuat lingkaran malaikat. Dan mintalah pertolongan dari  Yang Maha Kuasa.***

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer