Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ayam modern | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MAKSIMAL, PERFORMA GENETIK OPTIMAL

Dalam pemeliharaan ayam, kadang perlakuan yang diberikan dengan maksud baik bisa berdampak buruk apabila peternak kurang memahami karakteristik broiler modern. (Foto: Dok. Infovet)

Ada pepatah yang berbunyi “Perbuatan baik akan kembali kepada pelakunya, begitupun perbuatan buruk”, namun dalam pemeliharaan ayam kadang perlakuan yang diberikan dengan maksud baik pun bisa berdampak buruk, apabila peternak kurang memahami karakteristik ayam broiler modern. Oleh karena itu, peternak harus memahami betul-betul bagaimana sejatinya memperlakukan ayam zaman now agar performanya maksimal.

Pahami Kemauan Ayam
Key Account Technical Manager Cobb Asia Pacific, Amin Suyono, menjabarkan mengenai perkembangan genetik broiler sejak 1950-an hingga kini. Dimana pada tahun itu presentase daging dada yang dihasilkan oleh karkas hanya 11,5%, sedangkan di masa kini presentasenya meningkat 2,5 kali lipatnya.

Meskipun begitu menurut Amin, dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk memenuhi potensi genetik yang luar biasa tersebut. Yang apabila ada satu aspek yang gagal dipenuhi, potensi tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal. Atau secara tidak langsung faktanya ayam broiler zaman sekarang lebih manja dalam urusan perawatan daripada zaman dulu.

“Memang tidak bisa dipungkiri kita harus memenuhi hal ini. Karena dalam standar kita ayam memang diseleksi sedemikian rupa. Oleh karena perkembangan teknologi, maka tata laksana pemeliharaan haruslah tepat,” kata Amin.

Brooding Semakin Krusial
Dibutuhkan langkah konkret di lapangan agar... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2023. (CR)

AIR DAN KEHIDUPAN AYAM MODERN

Perawatan “watering system” yang kurang baik alias kotor dapat mengakibatkan kualitas air yang dikonsumsi ayam menurun, sehingga tidak memenuhi standar kualitas minimal. (Foto: Dok. Tony)

Oleh: Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)

Air tak dapat dipisahkan dari suatu kehidupan, termasuk pada ayam modern.  Adanya masalah pada air minum selama pemeliharaan ayam modern, baik dari kuantitas maupun kualitas, tentu saja memengaruhi penampilan akhirnya. Ujung-ujungnya tuaian panen jelas tidak sesuai dengan potensi genetik ayam yang dipelihara dan kerugian nyata di depan mata.

Air sejatinya bukan merupakan unsur nutrisi, tapi komponen biologis yang sangat penting untuk kehidupan dan pertumbuhan ayam modern. Sebagai ilustrasi, walaupun kehilangan 98% lemak tubuh atau 50% protein tubuh, ayam akan tetap hidup. Tetapi jika kehilangan air  tubuh 10% saja ayam dewasa akan mengalami dehidrasi dengan gangguan-gangguan fisiologis yang cukup serius. Menurut Pattison (1993), kehilangan air tubuh sampai 20% sudah mengakibatkan kematian ayam secara signifikan.

Kualitas Air
Kualitas air yang layak untuk peternakan ayam dapat diamati melalui beberapa kriteria, yaitu warna, kekeruhan, tingkat kesadahan, derajat keasaman (pH), kandungan zat besi, total padatan terlarut, kadar nitrat/nitrit, kandungan senyawa logam berat dan total kandungan mikroorganismenya. Di lapangan, pendeteksian secara dini kualitas air minum dapat menggunakan panca indera, misalnya dengan mengamati kekeruhan, perubahan warna, bau dan bagaimana efeknya pada kulit manusia.

Toleransi ayam terhadap beberapa mineral terlarut sangat terbatas. Sebagai contoh, kadar maksimum beberapa mineral yang terkandung di dalam air yang dianggap layak untuk ayam modern seperti tertera dalam tabel:

Kadar Maksimum Beberapa Mineral dalam Air Minum Ayam

Jenis Mineral/Garam Mineral

Kadar Maksimum (ppm)

Magnesium (Mg++)

125

Klor (Cl-)

250

Sodium (Na+)

50

Sulfat (SO4=)

250

Klorin

5


Air yang berasal dari daerah rawa atau empang umumnya tidak layak untuk peternakan ayam. Biasanya mempunyai pH agak asam karena tingginya proses pembusukan dan fermentasi bahan-bahan organik yang ada. Di samping itu, air rawa umumnya mempunyai... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2022. (toe)

LEBIH PAHAM MENGENAI GENETIK AYAM MODERN

Perkembangan genetik unggas harus dibarengi dengan manajemen pemeliharaan yang baik

Sebelum era ini, kita harus menunggu sebulan lebih agar ayam broiler mencapai bobot badan 1 kg, namun kini dalam waktu kurang dari sebulan, ayam broiler siap dipanen dengan bobot badan mencapai 2kg bahkan lebih. Pun begitu dengan ayam petelur dimana ayam petelur masa kini memiliki life span yag lebih lama dan produktivitas yang lebih tinggi dari masa sebelumnya.

Hal ini tentunya tidak lepas dari perkembangan teknologi di bidang genetika unggas. Namun begitu pertumbuhan yang semakin cepat memiliki berbagai konsekuensi pada bidang lainnya. Hal mengenai genetik unggas modern ini dibahas dalam webinar Mimbar TROBOS Livestock edisi ke-10 secara daring pada Rabu (13/1) yang lalu.

Sebagai narasumber pertama yakni Drh Nuryanto dari PT Berkat Unggas Sukses Sejahtera. Dalam presentasinya Nuryanto menjabarkan sedikit mengenai perkembangan genetik ayam broiler dari masa ke masa. Selain itu ia juga membahas secara mendalam beberapa keunggulan dan kekurangan ras broiler di masa kini.

"Intinya di masa kini broiler kita tumbuh lebih cepat, potensi genetiknya sangat baik, namun begitu hal ini terasa kurang bisa dimanfaatkan di Indonesia baik karena faktor cara pemeliharaan, sumber daya manusia, dan lainnya, oleh karenanya siapa yang bisa merawat lebih baik dan efisien, dialah yang akan memenangkan persaingan di perunggasan ini," kata Nuryanto.

Dalam kesempatan yang sama, Hidayaturrahman yang bertidak sebagai narasumber kedua juga menyampaikan hal yang serupa di bidang ayam petelur. Menurut pria yang telah makan asam garam di dunia ayam petelur selama lebih dari 20 tahun tersebut, produktivitas ayam petelur di masa kini sangat cepat dan masa afkirnya lama.

"Saya pernah memelihara sampai usia 90 bahkan 100 minggu baru saya afkir, soalnya masih produktif. Hanya saja memang butuh treatment tertentu agar bisa langgeng begitu. Namun saya akui, benar - benar joss tenan performa dan potensi genetiknya," tuturnya.

Ia menambahkan kendala saat ini dalam performa ayam petelur adalah mengendalikan kelembapan. Ini masih menjadi musuh terbesar bagi para peternak layer nusantara, karena kelembapan yang baik sulit didapatkan karena Indonesia beriklim tropis yang dilalui garis khatulistiwa.

"Settingnya agak tricky, ada peralatan yang bagus, tapi tidak masuk cost-nya, makanya ini agak sulit. Kalau bisa mengatasi ini, pasti bagus performanya," tutur Hidayat.

Selain Hidayat dan Nuryanto, bertindak juga sebagai narasumber yakni Suryo Suryanta dan Willie Blookvort. Keduanya mewakili Hubbard dan Hendrix Genetic. Dalam masing  - masing presentasinya mereka menjabarkan berbagai macam kemajuan teknologi dan perkembangan genetik dari ras ayam di perusahaannya masing - masing. Namun begitu intinya tetap sama, sebaik apapun potensi genetik yang dimiliki oleh ayam ras, jika tidak dipelihara dengan manajemen yang proper, maka hasilnya juga tidak akan bagus. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer