Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Virus | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BIOSEKURITI, APAKAH MASIH PERLU?

Sumber asal agen infeksi yang mengancam suatu farm.

Sebelum membahas biosekuriti lebih jauh, alangkah baiknya jika mengenal apa itu biosekuriti. Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan sekuriti (pengamanan atau perlindungan). Atau secara harfiah dapat bermakna pengendalian atau pengamanan terhadap makhluk hidup. Dalam budi daya ternak, biosekuriti merupakan rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan atau menyebar keluar peternakan.

Biosekuriti adalah cara pengendalian penyakit yang paling murah dan efektif, yang mana tidak ada program pencegahan penyakit yang akan bekerja dengan sempurna tanpa program biosekuriti yang baik. Biosekuriti adalah rencana kesehatan defensif dan prosedur higienis yang dapat membantu menjaga peternakan bebas penyakit. Oleh karena itu, biosekuriti merupakan salah satu bagian terpadu dari operasi peternakan.

Jika kegiatan biosekuriti dilaksanakan secara baik dan benar maka produktivitas ternak, efisiensi ekonomi dan produksi akan tercapai. Sebagai bagian dari sistem manajemen maka biosekuriti sangat penting khususnya untuk mencegah penyakit.

Biosekuriti, pengobatan/vaksinasi dan manajemen peternakan yang baik merupakan tiga sisi dari segitiga pengendalian penyakit. Unggas harus diberikan lingkungan dimana penyakit dan infeksi dikendalikan sampai pada titik dimana vaksinasi dan pengobatan mencapai efek yang menguntungkan. Jadi, sudah jelas bahwa biosekuriti adalah elemen kunci dalam segitiga pengendalian penyakit.

Peternakan yang menerapkan program biosekuriti akan bisa menekan biaya kesehatan ternak menjadi lebih murah dibanding peternakan yang tidak menerapkan biosekuriti. Karena jika terjadi outbreak, maka penanganan penyakit tentu akan menghabiskan banyak biaya. Program ini cukup murah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit. Bahkan tidak ada satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuriti.

Sumber Risiko
Agen penyakit (bakteri, virus, jamur dan parasit) bisa masuk ke dalam suatu peternakan tidak berjalan atau datang sendiri. Agen-agen penyakit tersebut masuk ke lingkungan farm melalui... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021-8300300

PENYAKIT VIRUS: TIDAK MENGENAL MUSIM

Serangan penyakit viral pada ternak broiler modern tak kenal musim. (Foto: Dok. Infovet)

Beternak ayam memang susah-susah gampang, mungkin begitulah keluhan yang sering didengar dari beberapa peternak. Berbagai aspek menjadi alasan dalam sulitnya beternak, salah satunya penyakit. Peternak sudah tidak asing lagi dengan penyakit-penyakit seperti Avian Influenza (AI), Newcastle Disease (ND), Gumboro, Marek’s dan lain sebagainya.

Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit, misalnya perubahan cuaca yang tidak menentu dan ekstrem, sanitasi dan biosekuriti yang kurang baik, serta kesalahan dalam manajemen pemeliharaan dapat menyebabkan ayam lebih sering terinfeksi penyakit.

Mengantisipasi Musim Kering
Berdasarkan lokasi dan posisinya, Indonesia merupakan Negara tropis dimana hanya terdapat dua musim, hujan dan kemarau. Kedua musim tersebut memiliki potensi yang sama pada serangan penyakit.

Berdasarkan data terbaru BMKG (2021), puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus 2021. Hal tersebut disampaikan oleh Drh Eko Prasetyo dari Tri Group dalam sebuah webinar mengenai perunggasan. 

Menurut Eko, perubahan musim yang ekstrem dari musim penghujan menuju musim kemarau atau sebaliknya menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya serangan penyakit infeksius seperti virus, terutama bagi ayam broiler modern.

Hal ini tentu saja berkaitan dengan genetik broiler modern, dimana mereka memiliki beberapa karakteristik peka dengan pergantian suhu dan kelembapan di lingkungannya. “Jika terjadi perubahan suhu sangat ekstrem, misalnya di musim kemarau suhunya sangat tinggi dan perbedaan suhu antara malam dan siang mencapai lebih dari 8° C, bisa dipastikan ayam akan mudah stres,” tutur Eko.

Lebih lanjut, ketika terjadi pergeseran keseimbangan antara lingkungan, hospes (ayam) dan agen infeksius (bakteri, virus, parasit dan sebagainya), maka yang akan terkena dampak negatif adalah hospes. Terlebih lagi stres dapat mengakibatkan sistem imun ayam tidak bekerja maksimal.

Dijelaskan bahwa stres akan memicu sekresi hormon Adenocorticotropin pada kelenjar pituitary yang kemudian akan meningkatkan sekresi hormon Kortikosteron yang mempengaruhi fungsi sistem imun. Jika sudah begini penyakit akan mudah masuk karena imunosupresi.

Berdasarkan pengalama Eko, di musim kering alias kemarau ketika diawali adanya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2021. (CR)

ASOHI JAWA BARAT GELAR SEMINAR NASIONAL MELALUI DARING

Seminar Nasional ASOHI, kupas tuntas mutasi virus patogen pada ungas


Rabu (14/7) ASOHI Jawa Barat mengadakan Seminar Nasional melalui daring Zoom meeting. Topik yang dibahas yakni mutasi virus infeksius pada unggas seperti ND, AI, dan IB beserta permasalahan yang dihadapi oleh peternak khususnya pada masa pandemi Covid-19 dua tahun belakangan. Hadir sebagai pembicara yakni Guru Besar sekaligus pengajar FKH UNAIR, Prof. Suwarno.

Dalam sambutannya Ketua Umum ASOHI Jawa Barat yang juga baru terpilih hari itu drh Nurvidia Machdum berterima kasih kepada para panitia penyelenggara yang sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menggelar acara tersebut. Dirinya juga mengatakan bahwa seminar nasional ini juga bertujuan untuk menambah informasi dan ilmu khususnya dibidang kesehatan hewan dan informasi terkini terkait virus patogen yang ada pada unggas seperti ND, IB, dan AI.

Terkait keterpilihannya sebagai Ketua ASOHI Jawa Barat ia berharap agar bisa bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan visi dan misi ASOHI. Nurvidia juga memohon dukungan dari para stakeholder lainnya yang berkepentingan agar dirinya dan segenap pengurus ASOHI Jawa Barat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 

Setelahnya Prof. Suwarno memulai presentasinya mengenai mutasi beberapa jenis virus patogen pada unggas. Dalam presentasinya yang berdurasi kurang lebih satu jam, Prof. Suwarno menjabarkan mengenai faktor - faktor yang menyebabkan mutasi, jenis mutasi, cara virus bermutasi, serta dampak dari mutasi virus baik terhadap inang maupun virus itu sendiri. 

Tidak hanya mutasi virus pada unggas, Prof. Suwarno juga menyinggung mutasi virus pada manusia misalnya Covid-19. Menurut beliau virus Covid-19 memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan virus patogen pada unggas yakni Infectious Bronchitis (IB).

"Persamaannya yakni sama - sama dari Coronaviridae, target organ sama (paru - paru), dan memiliki karakteristik genom yang mirip. Namun bedanya adalah inang dan reseptornya, namun begitu keduanya memiliki karakteristik yang hampir serupa," tutur Prof. Suwarno.

Dirinya juga menjabarkan mengenai data - data kekinian terkait mutasi virus patogen pada unggas. Misalnya saja AI yang dalam beberapa tahun ini kurang hits ketimbang kompatriot virus lainnya dimana ND dan IB sedang "galak-galaknya" menginfeksi ayam baik layer maupun broiler.

Pada sesi diskusi, pernyataan menarik terlontar dari Prof. Suwarno, hal ini juga berkaitan dengan wabah Covid-19. Secara teori menurut Prof. Suwarno manusia dapat memanen plasma covalesens Covid-19 melalui ayam petelur. 

Caranya adalah dengan menyuntikkan antigen S milik Covid-19 ke dalam tubuh ayam. Karena perbedaan reseptor, ayam tidak akan menunjukkan gejala klinis dan terinfeksi, tetapi antibodi terhadap Covid-19 akan tetap dibuat dan dapat terkandung pada telur ayam dalam bentuk IgY yang apabila dikonsumsi bisa menjadi semacam produk "telur anti Covid-19".

"Ini baru sebatas teori saja, masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut, tapi tidak menutup kemungkinan ini bisa dilakukan. Namanya juga peneliti, teori tentunya harus diaplikasikan toh?," tutur Prof. Suwarno. (CR) 


HEWAN MATI MENDADAK DI CIBARUSAH BUKAN KARENA VIRUS MENULAR

Ilustrasi ayam (Foto: Pixabay)


Video sejumlah hewan tiba-tiba mati di Perumahan Bumi Cahaya Residence, Cibarusah, Kabupaten Bekasi beberapa waktu lalu diunggah oleh akun twitter @kafiradikal. Adapun sejumlah hewan yang mati adalah tiga ekor kambing, dua ekor ayam, dan satu kucing.

Kepala Seksi Pengamatan dan Pemberantasan Penyakit Hewan (P3H) Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Dwiyan Wahyudiharto memastikan sejumlah hewan yang mati di Perumahan Bumi Cahaya Residence, Cibarusah, bukan karena virus menular.

“Kematian hewan-hewan tersebut diduga karena keracunan dan tidak menunjukkan adanya gejala penyebaran penyakit hewan menular seperti flu burung atau antrax,” ujar Dwiyan melalui keterangan tertulisnya, Rabu (4/3/2020).

Dwiyan mengatakan, hewan-hewan diduga keracunan dari makanan yang ada di sekitar lokasi kejadian. Hal itu dikuatkan dengan adanya hasil pemeriksaan uji cepat (rapid test) terhadap hewan-hewan tersebut. Apalagi kematian tersebut diketahui tidak menular dengan hewan-hewan lainnya.

“Kematian hewan-hewan ini hanya di satu titik lokasi itu saja. Jadi kemungkinan besar kematiannya karena ada sesuatu yang dimakan atau diminum oleh hewan-hewan tersebut. Kami juga sudah melakukan pemeriksaan uji cepat terhadap bangkai unggas (ayam) dan hasilnya juga negatif. Sedangkan pemeriksaan pada kambing dan kucing yang mati juga tidak dijumpai tanda-tanda penyakit hewan menular,” ujar Dwi.

Pihak Pemkab sudah melakukan langkah-langkah antisipasi di sekitar lokasi kejadian dengan menyemprotkan desinfektan atau cairan kimia untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain itu, Pemkab juga mengimbau kepada masyarakat yang memiliki hewan peliharaan untuk sementara tidak mendekati lokasi kejadian. (Sumber: kompas.com)



BIOSEKURITI HARGA MATI

Pembersihan kandang yang termasuk dalam tindakan biosekuriti dilakukan untuk meminimalisir adanya sumber bakteri dan virus. (Sumber: wattagnet.com)

Penyakit infeksi akibat virus tentunya makin menambah ruwet dalam beternak. Karena tidak ada obat yang pakem untuk mengatasi itu. Beternak sebenarnya susah-susah gampang, namun lebih banyak susahnya ketimbang gampangnya.

Begitulah keluhan yang sering terdengar dari beberapa peternak. Bukan tanpa alasan, berbagai aspek menjadi dalil dalam sulitnya beternak, salah satunya penyakit. Peternak sudah tidak asing lagi dengan penyakit-penyakit seperti AI, ND, Gumboro, Marek dan lain sebagainya.

Selain itu, ada faktor lain yang dapat memengaruhi kejadian penyakit di suatu daerah, misalnya perubahan cuaca ekstrem yang tidak menentu, sanitasi dan biosekuriti yang kurang optimal, serta kesalahan manajemen pemeliharaan dapat menyebabkan ayam menjadi langganan serangan penyakit.

Memahami Pentingnya Biosekuriti
Biosekuriti singkatnya adalah berbagai tindakan atau upaya yang dilakukan agar penyakit tidak dapat masuk dan keluar dari peternakan. Tindakan biosekuriti merupakan harga mati dalam suatu usaha budidaya ternak, terlebih lagi di zaman now penyakit semakin berkembang. Oleh karenanya tidak ada celah bagi peternak teledor dalam hal ini.

Biosekuriti memiliki peranan sangat penting sebagai garda terdepan pencegahan terhadap penyakit unggas, sehingga penyakit tidak dapat masuk, baik antar individu unggas atau kandang maupun antara kandang dengan lingkungan. Penerapan biosekuriti yang baik dapat menekan penyebaran penyakit pada suatu peternakan.

Menurut Drh Jumintarto, Technical Manager PT Kerta Mulya Saripakan, setidaknya aspek biosekuriti menjadi salah satu inti dari budidaya ternak selain vaksinasi. “Saya rasa harusnya biosekuriti ini harus dikuatkan sama seperti aspek pemeliharaan (pakan, bibit berkualitas, dll), tapi pada kenyataannya aspek ini sering kendor,” ujar Jumintarto saat ditemui Infovet dalam suatu seminar.

Menurutnya, banyak faktor yang menjadi kendala dalam penerapan aspek biosekuriti, mulai dari biaya, sumber daya manusia, tidak praktis, sampai ke alasan yang paling klise, yakni malas. “Padahal biosekuriti adalah harga mati, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Setidaknya jika kita tidak mau ayam kita tertular penyakit dari luar, kita juga harus mencegah agar ayam di peternakan sekitar kita atau masyarakat tertular oleh penyakit yang disebabkan di peternakan kita,” jelas dia.

Kontrol Lalu Lintas Ternak, Manusia dan Kendaraan
Banyak hal yang bisa diartikan sebagai aspek biosekuriti, pertama yang harus diperhatikan adalah mengontrol lalu lintas ternak dan manusia. Secara umum tindakan ini dapat berupa memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas manusia, mengunci pintu dan melarang pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka didesinfeksi. Sepatu khusus, baju penutup dan topi khusus yang telah didesinfeksi juga harus dikenakan ketika tamu datang ke peternakan.

Hal ini bukan tanpa alasan, sebab tangan bisa juga menyebabkan infeksi dan harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau meninggalkannya. Pada peternakan yang menjalankan biosekuriti ketat (breeding farm) prosedur tadi akan diimplementasikan dengan sangat baik, misalnya... (CR)


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Maret 2019.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer